Vous êtes sur la page 1sur 16

AUDIT SEKTOR PUBLIK

Audit Kinerja Sektor Publik

DISUSUN OLEH : Kelompok 1


Kelas Hari Sabtu, pukul 13.00
1.
2.
3.
4.
5.

APRILLA SHINTA ULI


HERU KURNIAWAN
MUQTI RANDY SYARIF
TIA RADHIAH
DEFRIMA PUTRA

Dosen Pembimbing : MASNIAR ELISABETH. SE. M.Si. Ak. CA

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Audit Kinerja Sektor Publik
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Pekanbaru, 18 Desember 2014
Penulis

A.

Sejarah Audit Kinerja


Secara umum, audit kinerja lahir sebagai wujud ketidakpuasan atas hasil

audit keuangan, yang hanya memberikan opini atau menilai kewajaran laporan
keuangan. Padahal masyarakat ingin tahu apakah uang negara (hasil pungutan
pajak mereka) di kelola dengan baik dan benar. Apakah uang negara itu digunakan

untuk

memperoleh sumber

daya secara ekonomis, digunakan

secara efektif

(spending well) dan efektif (spending wisely).


Audit kinerja sendiri sebenarnya merupakan metamorfosis dari audit
intern (internal audit) yang berkembang menjadi audit operasional (operational
audit), dan selanjutnya menjadi audit manajemen (management audit). Audit
manajemen berfokus pada penilaian aspek ekonomi dan efisiensi. Audit
manajemen kemudian dilengkapi dengan audit program (program audit) yang
bertujuan untuk menilai efektivitas. Penggabungan antara audit manajemen dan
audit program inilah yang disebut sebagai audit kinerja (performance audit).
Di sisi lain audit kinerja merupakan pengembangan dari principal-agent
theory. Masyarakat sebagai principle yang mempercayakan uangnya untuk
dikelola secara baik oleh pemerintah sebagai agent. Pendapat lain juga
menyebutkan kalau audit kinerja merupakan pengganti mekanisme pasar.
B.

Dasar Peraturan

Dasar peraturan dalam audit kinerja meliputi:


1.

UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara


Memberikan kewenangan kepada BPK (sebagai intenal auditor) untuk
melakukan audit kinerja
2.

PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


Memberikan kewenangan pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah untuk

melaksanakan audit kinerja. Audit kinerja dapat dilakukan oleh internal auditor
dan ekternal auditor, dan keduanya harus saling berkoordinasi agar tidak saling
berbenturan.
C.

Standar Audit Pemerintah (SAP)

Selama ini, audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintah Indonesia


dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintah (SAP) yang
dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun1995. SAP merupakan buku
standar pedoman semua kegiatan pemerintah meliputi, pelaksanaan APBN,
APBD, pelanksanaan anggaran tahunan BUMN dan BUMD, sert kegiatan
yayasan yang didirikan oleh pemerintah, BUMN, dan BUMD atau badan hukum
lain yang mempunyai kepentingan keuangan negara atau yang menerima bantuan
pemerintah.
Standar-standar tersebut meliputi :
1. Standar Umum
a) Bersikap kolektif dan profesional
b) Bersikap independen
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan pelaporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama
d) Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai, dan sistem pengendalian
mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompoten
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
Meliputi empat hal, yaitu:
1. Perencanaan
2. Supervisi (pengawasan)
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
4. Pengendalian manajemen
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja

Terdiri atas 5 hal, meliputi:


1. Bentuk. Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit
2. Ketepatan waktu. Menerbitkan laporan untuk kesediaan informasi yang dapat
digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang berkepentigan
3. Isi laporan
a) Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit. Melaporkan tujuan, lingkup, dan
metodologi audit
b) Hasil Audit. Melaporkan temuan audit yang signifikan
c) Rekomendasi. Rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan atas bidang
yang bermasalah dan untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas audit
d) Pernyataan Standar Audit. Melaporkan bahwa audit melaksanakan berdasarkan
SAP
e) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
f) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan
wewenang
g) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar
h) Pengendalian manajemen
i) Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j) Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
k) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut

l) Informasi istimewa dan rahasia


4. Penyajian pelaporan
Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
5. Distribusi pelaporan
a) Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit
b) Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit
c) Pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara hokum
atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut berdasarkan
temuan dan rekomendasi audit
d) Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk
menerima laporan tersebut
D. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan
kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP).

Sebagaimana

telah

diatur

dalam Peraturan

Menteri

Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 Tanggal :


31 Maret 2008.
Pengawasan intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting
untuk menjamin tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan

pemerintahan/negara

serta

ketaatan

terhadap

peraturan

perundang-undangan dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang


bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Laporan hasil
pengawasan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) tahun 2010 disusun
sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
(Permenpan) No.PER/35/M.PAN/10/2006 tanggal 17 Oktober 2006.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terdiri atas:

1) BPKP;
2) Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern;
3) Inspektorat Provinsi; dan 4) Inspektorat Kabupaten/Kota.
DASAR HUKUM:
1.

Peraturan

Presiden

No.

47

Tahun

2009

tentang

Pembentukan

danOrganisasi Kementerian Negara.


2.

Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan


Fungsi Kementerian Negara serta SusunanOrganisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara.

3.

Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.05/A/OT/IV/2004/02tanggal 30


April 2004 tentang Perubahan atas LampiranKepmenlu No. 03/A/OT/XII/2002/02
tanggal 31 Desember 2002tentang Pedoman Umum Implementasi Sistem
AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah RI di Lingkungan Departemen
LuarNegeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri.

4.

Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun2004


tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan RI di LuarNegeri.

5.

Peraturan Menteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun2005


tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri.

6.

Peraturan

Menteri

No.PER/35/M.PAN/10/2006

Pendayagunaan
tentang

Juklak

Aparatur

Negara

Penyusunan

Laporan

HasilPengawasan Tahunan APIP.

Tujuan Standar Audit APIP antaranya :


1.

menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik


audit yang seharusnya;

2.

menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit


intern yang memiliki nilai tambah;

3.

menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

4.

mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;

5.

menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan


audit;

6.

menjadi pedoman dalam pekerjaan audit;

7.

menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

Fungsi Standar Audit sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan APIP
dalam:
1.

pelaksanaan

tugas

pokok

dan

fungsi

(tupoksi)

yang

dapat

merepresentasikan praktik-praktik audit yang seharusnya, menyediakan kerangka


kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah
serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
2.

pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;

3.

pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP;

4.

penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi


penyajian laporan hasil audit.

Kegiatan utama APIP meliputi audit, review, pemantauan, evaluasi, dan


kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi.
Pengelompokan APIP melipui:
1.

Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas
kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum.

2.

Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan


rekomendasi atas pengelolaan instansi pemerintah secara ekonomis, efisien dan
efektif.

3.

Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk memberikan
simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan
organisasi dan audit yang bersifat khas.
E.

Inspektorat Jenderal (Injen)


Berdasarkan Permenlu No. 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal


mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di
lingkungan Departemen. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
1.

Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;

2.

Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasanuntuk tujuan


tertentu atas petunjuk Menteri Luar Negeri;

3.

Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal;

4.

Penyusunan laporan hasil pengawasan.Dalam menjalankan tugas dan


fungsinya,
Inspektorat Jenderal didukung oleh struktur organisasi yang terdiri dari 5 (lima)
unit eselon II, yaitu:

1.

Sekretariat Inspektorat Jenderal, yang terdiri dari:


a)

Bagian Umum, terdiri dari 4 (empat) Sub Bagian,yaitu: 1)Sub Bagian

Penyusunan Rencana dan Program; 2)Sub Bagian Kepegawaian; 3)Sub Bagian


Keuangan; 4)Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
b)
1.

Bagian Laporan dan Analisis (Lapan), terdiri dari 4 (empat)wilayah, yaitu:


Bagian Lapan Wilayah I, meliputi wilayah Asia dan Kementerian Luar

Negeri I (Direktorat Jenderal Asia Pasifikdan Afrika, Direktorat Jenderal Kerja


Sama ASEAN, dan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan); Bagian
Lapan Wilayah I terdiri dari: a)Subbagian Wilayah A; b)Subbagian Wilayah B;
c)Subbagian Wilayah C.

2.

Bagian Lapan Wilayah II, meliputi wilayah Eropa dan Kementerian Luar
Negeri II (Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Direktorat Jenderal
Multilateral, dan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional); Bagian
Lapan Wilayah II terdiri dari: a)Subbagian Wilayah A; b)Subbagian Wilayah B;
c)Subbagian Wilayah C.

3.

Bagian Lapan Wilayah III, meliputi wilayah Afrika dan Timur Tengah
dan Kementerian Luar Negeri III (Sekretariat Jenderaldan Inspektorat Jenderal);
Bagian Lapan Wilayah III terdiri dari: a)Subbagian Wilayah A; b)Subbagian
Wilayah B; c)Subbagian Wilayah C.

4.

Bagian Lapan Wilayah IV, meliputi wilayah Amerika, Karibiadan Pasifik


sertaKementerian Luar Negeri IV (Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi
Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Pusat Komunikasi dan Staf Ahli). Bagian Lapan Wilayah IV terdiri
dari: a)Subbagian Wilayah A; b)Subbagian Wilayah B; c)Subbagian Wilayah C.

2.

Inspektorat Wilayah I, II, III dan IV


Masing-masing Inspektorat Wilayah dipimpin oleh seorang Inspektur dan

membawahi sejumlah Pejabat Fungsional Auditor (PFA).


a)

Inspektorat Wilayah I Meliputi Perwakilan RI di wilayah Asia dan

Kementerian Luar Negeri I (Direktorat Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika,


Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, dan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan);
b)

Inspektorat Wilayah II Meliputi Perwakilan RI di wilayah Eropa dan

Kementerian Luar Negeri II (Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Direktorat


Jenderal

Multilateral,

dan

Direktorat

Jenderal

Hukum

dan

Perjanjian

Internasional);
c)

Inspektorat Wilayah III Meliputi Perwakilan RI di wilayah Afrika dan

Timur Tengah danKementerian Luar Negeri III (Sekretariat Jenderal dan


Inspektorat Jenderal);

d)

Inspektorat Wilayah IV Meliputi Perwakilan RI di wilayah Amerika, Karibia

dan Pasifikserta Kementerian Luar Negeri IV (Direktorat Jenderal Informasidan


Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler,Pusat Pendidikan
dan Pelatihan, Pusat Komunikasi dan Staf Ahli).
F. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Berdasarkan Keputusan

Presiden

Nomor

31

Tahun

1983

tentang BPKP, BPKP praktis mengambil alih seluruh tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) yang saat itu
bernaung di bawah Kementerian Keuangan.

1936
Dengan Besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober 1936, ditetapkan bahwa
Djawatan Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst) bertugas melakukan
penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara dan jawatan
tertentu. APIP pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan Negara (DAN).
Secara struktural DAN bertugas mengawasi pengelolaan perusahaan negara
berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan.
1959
Dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/BDS/V tanggal 19
Desember 1959, Djawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountantsdienst) yang
dibentuk tahun 1921 yang juga di bawah Departemen Keuangan digabungkan
dengan DAN.
1961
Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 tentang Instruksi bagi
Kepala Djawatan Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri
Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri Keuangan.

DAN merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan


akuntan bagi pemerintah yang meliputi semua departemen, jawatan, dan instansi
di bawah kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran dilaksanakan
oleh Thesauri Jenderal.

1963
Dengan Keputusan
Pengawasan

Keuangan

Presiden
Negara,

Nomor

dibentuklah

29

Tahun

Urusan

1963 tentang

Pengawasan

pada

Departemen Urusan Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan (Departemen


Keuangan). Sedangkan pada tiap Departemen dibentuk Bagian Pengawasan
Keuangan yang berdiri sendiri terlepas dari Bagian Keuangan Departemen yang
bersangkutan. Hubungan kerja antara Urusan Pengawasan dan Bagian
Pengawasan Keuangan bersifat koordinatif.

1966
Dengan Keputusan Presiden Nomor 239 Tahun 1966 dibentuklah
Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen
Keuangan. Tugas DDPKN meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan
usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal.

1968
Dengan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1968 tanggal 24 Januari
1968 tentang Pengawasan Keuangan Negara dicabut Keputusan Presiden Nomor
29 Tahun 1963. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1968 ini berlaku surut
sampai tanggal 15 November 1966 yaitu tanggal dibentuknya DDPKN. Atas dasar
Keputusan Presiden ini, DDPKN terdiri atas tiga direktorat yakni Direktorat
Pengawasan Anggaran Negara (DPAN), Direktorat Akuntan Negara (DAN), dan
Direktorat Tata Usaha Keuangan Negara (DTUKN). Tiap Departemen/Lembaga

Negara yang menguasai bagian anggaran sendiri, diadakan unit Pengawasan


Keuangan yang berada di bawah pimpinan Inspektur Jendral Departemen.
1971
Dengan Keputusan Presiden Nomor 70 tahun 1971 tentang Tata Kerja
Pengawasan Keuangan Negara, DDPKN (dikenal kemudian sebagai DJPKN)
memekarkan diri dengan pembentukan beberapa direktorat baru, yaitu Direktorat
Pengawasan Perminyakan (DPP), Direktorat Perencanaan dan Analisa (DPA),
Direktorat Pengawasan Intern (DPI) yang kemudian berubah menjadi Direktorat
Pengawasan Kas Negara (DPKsN), dan Direktorat Pembukuan Keuangan Negara
(DPbKN). DJPKN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh
pelaksanaan anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik
negara/daerah.Khusus pada Departemen Keuangan, tugas Inspektorat Jendral
dalam bidang pengawasan keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.

1983
Dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei
1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah non
departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 31
Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga pengawasan
yang dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan
hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek pemeriksaannya.
Mengingat DJPKN adalah aparat Menteri Keuangan, maka tidak mungkin DJPKN
dapat independen melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Menteri
Keuangan dan jajarannya.
Keputusan Presiden ini menunjukkan bahwa Pemerintah telah meletakkan
struktur organisasi BPKP sesuai dengan proporsinya dalam konstelasi lembagalembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan kedudukannya yang terlepas dari

semua departemen atau lembaga sudah barang tentu dapat melaksanakan


fungsinya secara lebih baik dan obyektif.

2001
Dengan Keputusan

Presiden

Nomor

103

Tahun

2001 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja


Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah,terakhir dengan Keppres Nomor 9 tahun 2004. Dalam Pasal 52
disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENUTUP

Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai


sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara,
padahal sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan
yang sumber dayanya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah
diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor
publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik
serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap
organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada
audit keuangan dan kepatuhan tetapi juga audit kinerja. Karena audit kinerja
memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit.
Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil
yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://auditorinternalpemerintah.blogspot.com/2010/11/standar-audit-apip.html
(diakses pada 18 Desember 2014)
http://desiherawatikawaii.wordpress.com/audit-kinerja-pada-organisasi-sektorpublik-pemerintah/ (diakses pada 18 Desember 2014)
http://dunia-remaja-sehat.blogspot.com/2011/12/2standar-audit-pemerintahansap.html (diakses pada 18 Desember 2014)
http://dunia-remaja-sehat.blogspot.com/2011/12/pelaksanaan-audit.html (diakses
pada 18 Desember 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pengendalian_Intern_Pemerintah (diakses
pada 18 Desember 2014)
http://kbbi.web.id/index.php?w=kerja (diakses pada 18 Desember 2014)
http://people.hec.unil.ch/xcastaner/2011/06/08/applying-agency-theory-to-publicadministration-government/ (diakses pada 18 Desember 2014)
http://www.bpk.go.id/web/?p=3506 (diakses pada 18 Desember 2014)
http://www.kemenkeu.go.id/Ind/ (diakses pada 18 Desember 2014)
http://www.scribd.com/doc/56453121/Apip-2010-Final
Desember 2014)

(diakses

pada

18

Vous aimerez peut-être aussi