Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
merupakan
narkoba
yang
sangat
cepat
menimbulkan
ketergantungan, berupa serbuk putih dengan rasa pahit. Dalam pasaran warnanya
bisa putih, coklat atau dadu, cara penggunaan dapat disuntikan, dihirup dan
dimakan.
Menimbulkan
rasa
kantuk,
lesu,
penampilan
dungu,
jalan
Menyebabkan
sembelit,
gangguan
menstruasi
dan
impotensi.
Pemakaian dikurangi atau dihentikan : hidung berair, keluar air mata otot kejang,
mual, muntah dan mencret.
Psikotropika memiliki bentuk berupa tablet dan kapsul warna warni. Cara
penggunaan ditelan secara langsung. Mendorong tubuh melakukan aktivitas
melampaui batas maksimum. Meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, rasa
senang yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri. Setelahnya akan terjadi
perasaan lelah, cemas dan depresi yang dapat berlangsung beberapa hari. Gerakan
tak terkontrol, mual dan muntah, sakit kepala, hilang selera makan dan rasa haus
yang berlebihan. Kematian terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik
karena dehidrasi ataupun terlalu banyak cairan, menimbulkan kerusakan otak yang
permanen.
Methamphetamine dikenal shabu atau ubas. Bentuknya berupa serbuk kristal
dan cairan. Mudah larut dalam alkohol dan air. Cara penggunaannya dihisap
dengan bantuan alat (bong). Menimbulkan perasaan melayang sementara yang
berangsur-angsur membangkitkan kegelisahan luar biasa. Aktivitas tubuh
dipercepat berlebihan. Penggunaan shabu yang lama akan merusak tubuh, bahkan
kematian karena over dosis. Pada mata, anda akan melihat sesuatu yang tidak ingin
anda lihat, karena sangat mengerikan. Pada otak, menyebabkan depresi, kepanikan,
kecemasan yang berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan otak secara
permanen. Pada kulit, pembuluh darah akan mengalami panas berlebihan dan
pecah. Pada hati, bahan-bahan kimia yang terkandung dalam shabu bisa
melemahkan aktivitas sel-sel hati yang mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi
hati.
Obat penenang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan,
dll. Bentuknya berupa tablet. Digunakan dengan cara ditelan secara langsung.
Memiliki efek bicara jadi pelo, jalan sempoyongan, persepsi terganggu
memperlambat kerja otak, pernapasan dan jantung. Dalam dosis tinggi akan
membuat
pengguna
tidur. Penggunaan
campuran
dengan
alkohol
akan
menghasilkan kematian. Gejala putus zat bersifat lama dan serius, sakit kepala,
cemas, tidak bisa tidur, halusinasi, mual, muntah dan kejang.
Alkohol
memiliki
efek
memperlambat
kerja
sistem
syaraf
pusat,
nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan
kematian.
Zat yang mudah menguap/solvent dikenal Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin,
Spiritus. Efeknya begitu dihisap masuk ke darah dan segera ke otak.
Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan perasaan senang,
pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo. Problem kesehatan
terutama merusak otak, ginjal, paru-paru, sumsum tulang dan jantung. Kematian
timbul akibat otak kekurangan oksigen, berhentinya pernafasan dan gangguan pada
jantung.
Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau, sapi,
kecubung. Efek yang ditimbulkan bekerja pada sistem syaraf pusat untuk
mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Perubahan pada proses berfikir,
hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi.
C; Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para
pengguna NAPZA, dilihat dari :
1; Ciri-ciri Umum
a; Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
b; Sulit diajak bicara
c; Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
d; Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
e; Mudah tersinggung
f; Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
2; Perubahan Fisik dan Lingkungan
a; Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
b; Mata merah dan berair
c; Hidung berair atau seperti pilek
d; Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
e; Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
f; Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
g; Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar
atau di dalam tas
h; Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
i; Sering kehilangan uang atau barang di rumah
j; Mengabaikan kebersihan diri
3; Perubahan Perilaku Sosial
a; Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
b; Berbohong atau memanipulasi keadaan
c; Kurang disiplin
d; Bengong atau linglung
e; Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
f; Mengabaikan kegiatan ibadah
g; Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
h; Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempattempat tertutup
4; Perubahan Psikologis
a; Mudah tersinggung
b; Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c; Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d; Sulit berkonsentrasi
Klien
yang
ketergantungan
tidak
diberikan
obat
untuk
2; Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001).
Sesudah
klien
penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA
menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan
dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua)
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya
yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003).
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan
selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan
terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi
(rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan
lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis
bisa beragam 6 bulan dan 1 tahunmungkin saja bisa sampai 2 tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani
detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA,
oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes,
2001).
Jenis program rehabilitasi:
a; Rehabilitasi psikososial
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali
ke masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi
dengan pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau
balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan
Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka
bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang
lain.
d; Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu
detoksifikasi
tidaklah
cukup
untuk
memulihkan
klien
rehabilitasi
d; Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala
yang biasa timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda
vital, berat badan,dll.
e; Psikososial
1; Genogram
2; Konsep diri
a; Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
b; Identitas
c; Peran
d; Ideal diri
menghargainya
e; Harga diri
3; Hubungan social
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas
keluarga maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari
kontak mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya.
4; Spiritual
a; Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk
kesehatan.
b; Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan
NAPZA.
f; Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Intoksikasi
Penyalahgunaan Zat
2; Diagnosa Keperawatan
a; Resiko perilaku kekerasan
b; Intoksikasi
c; Penyalahgunaan zat
d; Harga diri rendah
e; Gangguan konsep diri
f; Koping individu tidak efektif
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., et all. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi A., dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate
Course). Jakarta: EGC
Martono lydia harlina, dkk. 2006. Pemulihan pecandu narkoba berbasis masyarakat.
Jakarta: Balai Pustaka.
Saddock, Benjamin J. dan Virginia A. Saddock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Jakarta: EGC.
Tira.
2012.
Indonesia
Sejahtera
Tanpa
Narkoba.
http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=1539
diakses pada 20 September 2014 pukul 09.30
www.narconon.org/drug-abuse.html diakses pada 22 September 2014 pukul 21.00
WIB
http://usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien%20dengan
%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan%20Jiwa_Normal_bab
%201.pdf (diakses pada 22 september 2014 pukul 22.11 WIB)
journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1243/1148