Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Streptococcus.
Stapilococcus.
Diplococcus pneumonie.
Hemopilus influens.
Otitis Media
Otitis media supuratif
Supuratif
(lebih 2 bulan)
I. Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah
(Syamsuhidajat, 1997).
Infeksi menahun pada telinga tengah.
II. Patofisiologi
Otitis Media Kronik merupakan lanjutan dari otitis media akut yang dulu
pengobatannya tidak adekuat . Otitis media supuratif kronis lebih sering
merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih
berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap
atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan
dan
pembentukan
jaringan
parut.
OMK terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans
dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah
penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan
membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran
optitis media atelektasis
OMSK
Maligna
Benigna
Degeneratif
Metaplastik
kolesteatiom)
III. PENYEBAB
Otitis Media Kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga
(perforasi).Perforasi gendang telinga biasanya disebabkan oleh:
Otitis Media Akut
Penyumbatan tuba eusthasius
Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau
akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba
Luka bakar karena panas atau zat kimia
IV. GEJALA
Gejalanya bervariasi tergantung kepada lokasi perforasi gendang
telinga
Perforasi sentral ( lubang terdapat ditengah-tengah gendang
telinga )
Otitis Media Kronis bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan
dan hidung ( misal ;pilek ) atau karena telinga kemasukan air
saat mandi atau berenang .Penyebabnya biasanya bakteri
Dari telinga keluar nanah dan berbau busuk tanpa disertai rasa
nyeri.
Bila terus menerus kambuh akan terbentuk pertumbuhan
menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah
dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol
kedalam saluran telinga luar.
V. Pemeriksaan :
Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul
tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa
lamanya.
Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi
mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh
saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa
sakit atau tidak dan sudah berapa lama.
Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan
sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari
teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya
infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar
seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.
Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu
mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan
bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.
Tujuan :
1.
2.
3.
4.
Diagnosa
-
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan
pemeriksaan telinga dengan otoskop .
dilakukan untuk
ke struktur di
pendekatan
Ganda
(Combined
Approach
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada
rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
Tulisan
Berbicara
Bahasa isyarat.
Minimalkan percakapan
komunikasi tertulis.
yang
meningkatkan
pendengaran
dan
Rasional :
1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien
maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat
diterima dengan baik oleh klien.
Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran
secara tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman
sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus
dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah
pendengaran rusak secara permanen.
4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan :
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan
klien dalam berkomunikasi.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan
kepada klien.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia
yang dapat membantu klien.
Rasional :
1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan
efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling
tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan
frustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama
akan sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya
yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
4. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (biologis )
Def, pengalaman emosional dan berhubungan dengan perasaan tak
enak timbul dari kerusakan jariangan nyata atau potensial atau uraikan
dalam kaitan dengan seperti kerusakan .
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Rasional :
1. Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi
yang diberikan
2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan
3.Untuk mengetahui bagaimana pasien menangani nyeri sebelumnya
4. Membantu dalam penurunan tingkat nyeri
5.Untuk mengetahui tindakan dalam menurunkan nyeri
6. Untuk meningkatkan kenyamanan
7. Untuk membantu menurunkan nyeri
8. Mengetahui sejauh mana penurunan dari nyeri
9. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tanpa
nyeri
10. Tindakan kolaboratif untuk membantu menurunkan tingkat nyeri
11. Untuk mengetahui respon pasien terhadap penanganan nyeri
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
2. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan
3. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk
mencegah komplikasi
4. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
Rasional :
1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien
2. Mempermudah intervensi
3. Mencegah keparahan penyakit
4. Memberi gambaran tentang pilihan terapi yang bisa digunakan
6. Resiko terjadi injury atau trauma berhubungan dengan vertigo,
keseimbangan tubuh menurun
Tujuan : Tidak terjadi injury atau trauma
Kriteria hasil :
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji status nerologis pasien, terjadinya penurunan keseimbangan tubuh.
2. Monitor tanda- tanda vital pasien
3. Berikan istirahat antara intervensi dan pengobatan
4. Berikan analgetik sesuai program
5. Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
faktual
perubahan fungsi
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap fungsi
tubuhnya
2. Jelaskan tentang program pengobatan,perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakitnya.
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
Rasional :
1. Untuk mengetahui seberapa jauh pasien mengetahui perubahan yang
terjadi pada penyakitnya
2. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien
3. Untuk mengetahui penilaian pasien terhadap dirinya sendiri
4. Dengan adanya alat bantu diharapkan pasien mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Bunner &Suddarth, 2002,edisi 8,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,
Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Hardhi Kusuma dkk,2012, Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Nanda NIC-NOC,Media Hardi,Yogyakarta
http://fitrianieka.wordpress.com/2012/05/26/asuhan-keperawatan-otitismedia-akut-dan- perforata/
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/05/kelainan-telinga-tengah.html
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.
EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC :
Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu
penyakit THT. FKUI : Jakarta.