Vous êtes sur la page 1sur 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA

SUPURATIF KRONIK MALIGNA


I. Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi,
1998).
II. Penyebab

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

Hemopilus influens.

Otitis Media
Otitis media supuratif
Supuratif

Otitis media non


(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA)


akut

Otitis media serosa

(lebih 2 bulan)

Otitis media supuratip kronis


kronis
(OMSK)

Otitis media serosa


(Glue ear)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

I. Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah
(Syamsuhidajat, 1997).
Infeksi menahun pada telinga tengah.

II. Patofisiologi
Otitis Media Kronik merupakan lanjutan dari otitis media akut yang dulu
pengobatannya tidak adekuat . Otitis media supuratif kronis lebih sering
merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih
berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap
atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan
dan

pembentukan

jaringan

parut.

OMK terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans
dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah
penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan
membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran
optitis media atelektasis

OMSK
Maligna
Benigna
Degeneratif

Metaplastik

Terdapat perforasi pada marginal/atik.


telinga
Granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah.
Polip

Terlihat kolesteatom pada


tengah (di epitimpanum).
Sekret berbentuk nanah dan
berbau khas (aroma

kolesteatiom)

Otore = pus pada MAE


(kental/busuk)

III. PENYEBAB
Otitis Media Kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga
(perforasi).Perforasi gendang telinga biasanya disebabkan oleh:
Otitis Media Akut
Penyumbatan tuba eusthasius
Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau
akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba
Luka bakar karena panas atau zat kimia
IV. GEJALA
Gejalanya bervariasi tergantung kepada lokasi perforasi gendang
telinga
Perforasi sentral ( lubang terdapat ditengah-tengah gendang
telinga )
Otitis Media Kronis bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan
dan hidung ( misal ;pilek ) atau karena telinga kemasukan air
saat mandi atau berenang .Penyebabnya biasanya bakteri
Dari telinga keluar nanah dan berbau busuk tanpa disertai rasa
nyeri.
Bila terus menerus kambuh akan terbentuk pertumbuhan
menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah
dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol
kedalam saluran telinga luar.

Infeksi yang menetap juga akan menyebabkan kerusakan pada


tulang-tulang pendengaran ( tulang-tulang kecil ditelinga tengah
yang menghantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam )
sehingga terjadi tuli konduktif
Perforasi marginal ( lubang terdapat dipinggiran gendang
telinga)
Bisa terjadi kuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.

V. Pemeriksaan :
Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul
tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa
lamanya.

Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma


akustik atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus


seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.

Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau


pada tempat yang bising atau pada tenpat yang tenang.

2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)

Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau


berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu
sisi atau kedua telinga.

Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).


Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin
jatuh.

Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan


berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun
dnegan gerakan cepat.

Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di


telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya
terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti
disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya
di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada
kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat
menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.

Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi
mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh
saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

5. Keluar cairan dari telinga (otore)

Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa
sakit atau tidak dan sudah berapa lama.

Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan
sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari
teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya
kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya
infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar
seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.

Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu
mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan
bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.
Tujuan :
1.
2.
3.
4.

Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.


Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media
(gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum


seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol
terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db
dianggap dalam tingakt normal.
VI. Komplikasi
Komplikasi yang serius adalah
- Peradangan telinga dalam ( labirintitis )
- Kelumpuhan wajah
- Infeksi otak
Pembentukan kolesteatoma ( penimbunan bahan putih yang
menyerupai kulit ) ditelinga tengah . Kolesteatoma menyebabkan
kerusakan tulang dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi yang serius.
VII.

Diagnosa
-

Diagnosis ditegakkan
berdasarkan
pemeriksaan telinga dengan otoskop .

gejala dan hasil

Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan


pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga.

Rontgen Mastoid atau CT scan kepala


mengetahui adanya penyebaran infeksi
sekeliling telinga.

dilakukan untuk
ke struktur di

VIII. Terapi OMSK


Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga
tengah berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang
tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi (sederhana atau radikal).
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak
terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi
kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang
telinga menjadi lebar.
IX. Tindakan Pembedahan
Timpanoplasti dengan
Tympanoplasty)

pendekatan

Ganda

(Combined

Approach

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada


kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi
radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di


kerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik
operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli
karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian :
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri
serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai
mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena
adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan
kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam
telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah
mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan
pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang
cara pencegahannya.
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis
eksterna dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani).
Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan
otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih,
termasuk para perawat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).


Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan,
bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada
rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan

Berbicara

Bahasa isyarat.

2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.


a. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan
dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik
daripada berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan


pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan :

Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.


Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien
tidak dapat membaca bibi anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

Minimalkan percakapan
komunikasi tertulis.

jika klien kelelahan atau gunakan

Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.


Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah.
Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada
klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
3. Gunakan faktor-faktor
pemahaman.

yang

meningkatkan

pendengaran

Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

dan

Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang


memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :
1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien
maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat
diterima dengan baik oleh klien.

3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien


dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat
secara tepat.
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran


sampai pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran
secara tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman
sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus
dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah
pendengaran rusak secara permanen.
4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan
klien dalam berkomunikasi.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan
kepada klien.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia
yang dapat membantu klien.
Rasional :
1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan
efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling
tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan
frustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama
akan sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya
yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
4. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (biologis )
Def, pengalaman emosional dan berhubungan dengan perasaan tak
enak timbul dari kerusakan jariangan nyata atau potensial atau uraikan
dalam kaitan dengan seperti kerusakan .
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :

Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri , mampu


menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri

Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )

Menyatakan rasa nyaman setelah

Tanda vital dalam rentang normal


Intervensi Keperawatan :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
11. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Rasional :
1. Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi
yang diberikan
2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan
3.Untuk mengetahui bagaimana pasien menangani nyeri sebelumnya
4. Membantu dalam penurunan tingkat nyeri
5.Untuk mengetahui tindakan dalam menurunkan nyeri
6. Untuk meningkatkan kenyamanan
7. Untuk membantu menurunkan nyeri
8. Mengetahui sejauh mana penurunan dari nyeri
9. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tanpa
nyeri
10. Tindakan kolaboratif untuk membantu menurunkan tingkat nyeri
11. Untuk mengetahui respon pasien terhadap penanganan nyeri

5. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi,


prognosis,dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/
mengenal sumber,kurang mengingat serta salah interpretasi

Tujuan :

Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis, dan pengobatannya.

Kriteria hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,


kondisi,prognosis dan program pengobatan.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar.
Pasien dan keluraga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.

Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
2. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan
3. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk
mencegah komplikasi
4. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
Rasional :
1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien
2. Mempermudah intervensi
3. Mencegah keparahan penyakit
4. Memberi gambaran tentang pilihan terapi yang bisa digunakan
6. Resiko terjadi injury atau trauma berhubungan dengan vertigo,
keseimbangan tubuh menurun
Tujuan : Tidak terjadi injury atau trauma
Kriteria hasil :

Pasien terbebas dari injury

Pasien mampu mengenali timbulnya vertigo

Pasien mampu menjelaskan cara untuk mencegah injury

Intervensi Keperawatan:
1. Kaji status nerologis pasien, terjadinya penurunan keseimbangan tubuh.
2. Monitor tanda- tanda vital pasien
3. Berikan istirahat antara intervensi dan pengobatan
4. Berikan analgetik sesuai program
5. Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien

6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien


Rasional :
1. Untuk mengetahui tingkat penurunan keseimbangan pasien
2. Untuk memonitor adanya penurunan dari vital sign
3. Dengan istirahat diharapkan dapat menstabilkan keseimbangan tubuh
4. Tindakan kolaboratif dalam mengatasi vertigo
5. Untuk mengurangi ketegangan
6. Untuk meningkatkan rasa aman pada pasien
7. Gangguan body image berhubungan dengan sekret yg keluar berbau tidak
enak
Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan body image
Kriteria hasil :

Pasien mampu mengeksplorasi perasaannya


Pasien mampu mendiskripsikan secara
tubuh.

faktual

perubahan fungsi

Pasien mempertahankan interaksi sosial.

Intervensi Keperawatan:
1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap fungsi
tubuhnya
2. Jelaskan tentang program pengobatan,perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakitnya.
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
4. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
Rasional :
1. Untuk mengetahui seberapa jauh pasien mengetahui perubahan yang
terjadi pada penyakitnya
2. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien
3. Untuk mengetahui penilaian pasien terhadap dirinya sendiri
4. Dengan adanya alat bantu diharapkan pasien mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Bunner &Suddarth, 2002,edisi 8,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,
Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Hardhi Kusuma dkk,2012, Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Nanda NIC-NOC,Media Hardi,Yogyakarta
http://fitrianieka.wordpress.com/2012/05/26/asuhan-keperawatan-otitismedia-akut-dan- perforata/
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/05/kelainan-telinga-tengah.html
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.
EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC :
Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu
penyakit THT. FKUI : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi