Vous êtes sur la page 1sur 7

KUMAN PENYEBAB INFEKSI MATA

Oleh :
Dr. Monika Yoke Lusiani

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit mata sangat beragam dan tidak semuanya dapat menular. Jika penyakit mata
disebabkan virus atau bakteri maka bisa menular, sedangkan jika penyebabnya alergi tidak akan
menular. Cara penanganan dan pencegahan macam-macam penyakit mata ini pun berbeda,
tergantung penyebabnya. Infeksi mata terjadi ketika mikroorganisme berbahaya seperti bakteri,
jamur dan virus menyerang setiap bagian dari bola mata atau area sekitarnya. Infeksi mata yang
lebih serius dapat menembus lebih dalam bagian interior mata sehingga menyebabkan kondisi
mengancam seperti endophthalmitis. Mata bagian luar mengandung bermacam-macam jaringan
yang terintegrasi untuk melindungi mata terhadap infeksi. Jaringan penunjang bola mata seperti
periorbita, kelopak dan bulu mata, kelenjar Meibom dan air mata yang memproduksi, meratakan,
dan mengalirkan lapisan air mata dapat melindungi mukosa mata yang sensitif.
Tulang pembentuk orbita dan kelopak mata melindungi mata dari trauma. Kelopak mata
mencegah kekeringan permukaan okuler dan membantu aliran air mata dengan cara berkedip.
Berkedip memompa air mata dari kelenjar membasahi permukaan mata menuju kantung air
mata. Aliran air mata ini membantu menyingkirkan mikroba dari permukaan mata. Air mata yang
diproduksi glandula lakrimalis sendiri memiliki zat-zat antimikroba tertentu. Epitel dari
permukaan bola mata sendiri membentuk barrier terhadap invasi mikroba, melalui cara
fagositosis. Antigen-presenting cells seperti sel Langerhans di konjungtiva membawa antigen ke
jaringan limfe regional dan membentuk respon imun.
Invasi bakteri patogen dapat melalui banyak cara. Antara lain melalui jalur transplasenta,
paparan dari partikel jari tangan dan melalui udara atau kontak seksual, hematogen, penyebaran
dari penyakit adnexa, dan penjalaran dari jalan napas bagian atas melalui duktus nasolakrimalis.
Adanya immunocompromised local dan sistemik merupakan factor predisposisi terjadinya
infeksi mata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada mata normal manusia memiliki flora normal di struktur mata. Koloni bakteri pada
tepi kelopak mata dan konjungtiva adalah normal dan bermanfaat untuk mata. Spektrum dari
flora normal sendiri bervariasi tergantung dari umur dan bahkan kondisi geografis host. Secara
klinis, penggunaan antibiotic atau kortikosteroid topical, atau kondisi tertentu seperti dry eye
dapat menghambat air mata dan menyebabkan perubahan spectrum kelopak mata dan flora
konjungtiva. Mata bagian luar mengandung bermacam-macam jaringan yang melindungi mata
terhadap infeksi. Jaringan penunjang bola mata seperti periorbita, kelopak dan bulu mata,
kelenjar Meibom dan air mata yang memproduksi, meratakan, dan mengalirkan lapisan air mata
dapat melindungi mukosa mata yang sensitif. Air mata yang diproduksi glandula lakrimalis
sendiri memiliki zat-zat antimikroba tertentu. Tambahan, makromolekul yang disekresi oleh
glandula lakrimalis mengandung zat-zat antimikroba.
Infeksi pada permukaan bola mata dapat terjadi melalui berbagai cara. Infeksi dapat
melalui jalur transplasenta menuju fetus, kontak langsung pada jalan lahir selama persalinan,
paparan melalui jari tangan, partikel udara, ataupun kontak seksual, secara hematogen ( tetapi
jarang), perluasan dari penyakit saluran pernafasan atas melalui duktus nasolacrimalis. Kejadian
infeksi terjadi bergantung pada kondisi yang memungkinkan terjadinya kontak dengan mikroba
patogen. Konjungtivitis adenovirus epidemica berkembang setelah mukosa kontak dengan secret
orang yang terinfeksi. Infeksi ocular melalui seksual seperti gonococcus dan chlamydial
conjunctivitis terjadi melalui kontak mata dengan sekresi genital yang terinfeksi selama aktivitas
seksual. Infeksi zoonotic ditularkan melalui kontak dengan binatang yang terinfeksi ataupun
vector.
Resiko infeksi oportunis juga dapat terjadi melalui penggunaan desinfektan yang tidak
sepenuhnya steril pada instrumen bedah ( Mycobacterium chelonei ), pemakaian cairan
pembersih buatan atau air keran untuk membersihkan lensa kontak ( Acanthamoeba ), atau
trauma dengan tanah atau sayuran ( Bacillus cereus , bermacam jamur ). Infeksi mata dapat
menyebabkan kemerahan, nyeri, discharge, silau terhadap cahaya. Tidak seperti alergi, yang

dapat menyebabkan kedua mata menjadi gatal atau berair, infeksi mata umumnya mempengaruhi
hanya satu mata.
Tingkat keparahan dan karakteristik infeksi dipengaruhi oleh virulensi mikroba patogen,
jumlah inoculum, dan tingkat kekuatan mekanisme pertahanan host.
1. Virulensi
Faktor virulensi ini menggambarkan kemampuan mikroba untuk melakukan penempelan,
penetrasi, replikasi, dan pada beberapa kasus, bertahan yang dapat meningkatkan
kesempatan infeksi.
2. Adheren
Penempelan organisme ke permukaan epitel mata adalah langkah pertama. Banyak bakteri
menggunakan adhesin, yaitu protein mikroba yang mengikat erat molekul permukaan sel
host.
3. Evasion
Menghindari interaksi dengan elemen yang tidak diinginkan seperti sel imun dengan cara
ekspresi exopolisakarida menjadi biofilm yang dapat menghindari fagositosis.
4. Invasion
Beberapa bakteri mampu menembus langsung epitel yang intact. Termasuk didalamnya yaitu
: Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitides, Corynebacterium diphtheriae, Shigella
spp.
Invasi mikroba dibantu oleh protease yang menyebabkan sel lisis dan degradasi matrix
ekstraseluler. Exotoxin seperti yang diproduksi streptococcus, staphylococcus, dan
Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan nekrosis sel kornea. Acanthamoeba dan jamur
tertentu memproduksi Collagenase, Pseudomonas Elastase dan Alkali protease merusak
kolagen dan proteoglikan kornea.
5. Replication and Persistence
Sebagian besar organisme hilang dari tempat infeksi seiring infeksi akut. Beberapa bertahan,
seperti HSV dan VZV di sel ganglion trigeminal. Chlamydia di phagosome intraseluler.
Pembentukan biofilm menghambat pengenalan bakteri oleh sel imun.
6. Inoculum
Jumlah mikroba untuk menyebabkan infeksi berbeda-beda setiap spesies.

7. Host Defence
Intrinsic Anatomical Mechanisms
Bisa menjadi faktor predisposisi infeksi mata :

Keringnya epitel permukaan mata akibat lagophthalmos, ectropion, exophthalmos,

penurunan refleks kedip karena Parkinson dan keratokonjungtivitis sicca.


Microtrauma epitel terjadi karena trichiasis, pemakaian lensa kontak, pemakaian
protesa, pemakaian obat topical yang mengandung pengawet dalam jangka panjang,

paparan jahitan operasi.


Abrasi traumatic akut, bullous keratopathy, recurrent corneal infection.
Defek epitel persisten akibat mekanisme neurotropic, seperti postherpetic hypoesthesia,

diabetic neuropathy.
Operasi dimana ada kerusakan epitel konjungtiva.

Immunologic competence
Immunocompromise local maupun sistemik merupakan predisposisi infeksi okuler.
Pemakaian kortikosteroid topical, kondisi patologis kornea atau konjungtiva yang sudah ada
sebelumnya, atau pasien AIDS.

CAUSES OF EXTERNAL OCULAR BACTERIA INFECTIONS


Condition

Bacteria

Dermatoblepharitis Staphylococcus
aureus
Streptococcus
spp
Blepharitis

Staphylococcus
spp
Moraxella spp

Conjungtivitis

Chlamydia
trachomatis
Staphylococcus
aureus

Streptococcus
spp
Neisseria
gonorrhoe
Haemophilus
influenza
Moraxella spp
Pseudomonas
Keratitis

aeruginosa
Staphylococcus
aureus
Staphylococcus
epidermidis

Dacryoadenitis

Staphylococcus
Aureus
Streptococcus
pneumonia
Actinomycetes
Staphylococcus

Canaliculitis

spp

Dacryocystitis

Streptococcus
spp

Source : American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. Section 8,


Chapter 4, Page 101, Table 4-2.

Vous aimerez peut-être aussi