Vous êtes sur la page 1sur 13

LAPORAN KASUS

Appendisitis Akut

Oleh :
Thyrister Nina Asarya Sembiring, S.Ked
FAA 110 046

Pembimbing :
dr. Sutopo, Sp. RM
dr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian


Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE
FK UPR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2016
1

BAB I
PENDAHULUAN
Asma diartikan sebagai inflamasi kronis saluran napas yang menyebabkan saluran
nafas yang berdiameter kecil (bronkus) bersifat sangat hiperaktif (hiperaktivitas bronkus)
terhadap berbagai rangsangan (alergen dan lingkungan) yang ditandai dengan gejala yang
bersifat kumat-kumatan seperti sesak nafas, mengi, batuk dan rasa berat di dada terutama
malam hari dan atau dini hari akibat obstruksi bronkus, yang umumnya bersifat reversibel.1
Berdasarkan laporan dari WHO pada saat ini prevalensi asma diperkirakan mencapai
300 juta di seluruh dunia dan akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun
2025. Hasil penelitian International study of asthma and allergies in childhood ( ISAAC)
pada tahun 2005 diperkirakan prevalensi asma di Indonesia meningkat dari 4,2% hingga
5,4% dari seluruh penduduk di Indonesia, artinya saat ini terdapat 12,5 juta pasien asma di
Indonesia. 2
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi
atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan
sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan
pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma.

BAB II
LAPORAN KASUS
Survey Primer
Tn.M, 56 tahun, laki-laki.
I. Vital Sign
:
- Nadi
: 76x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
- Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
- Pernafasan
: 20 x/menit
- Suhu
: 36,9 C (aksila)
II. Airways
: Bebas, tidak terdapat sumbatan
III.
Breathing : Spontan, 20x/menit, pola torakoabdominal, pergerakan dada simetris kanankiri, tidak tampak ketertinggalan gerak.
IV.Circulation: Denyut nadi 76x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup ,CRT <2
V. Disability
: GCS 15 (Eye 4, Motorik 6, Verbal 5)
VI.
Exposure : Tampak kesakitan
Evaluasi Masalah
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam
priority sign karena pasien datang gangguan breathing dan circulation dalam keadaan
kesakitan. Pasien diberi label kuning.
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan diruangan non-bedah, pasien posisi
berbaring ditempat datar, pemberian oksigen nasal canul 2-3liter/menit.

Survey Sekunder
I.

Identitas
Nama
Usia

: Tn.M
: 56 tahun
3

Jenis Kelamin
Alamat
Tanggal Masuk RS
II.

: Laki-laki
: Jl.Damang Rambang PangkuhKalimantan
: 04/09/16 pukul 14.30 WIB

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 September 2016 di ruang
IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
a. Keluhan Utama

: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari sebelum masuk rumah

sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak hari Jumat sore
(2 hari SMRS), nyeri muncul tiba-tiba, aktivitas berat sebelumnya (-), trauma (-).
Awalnya nyeri dirasakan diseluruh perut namun beberapa saat kemudian nyeri
menetap di perut kanan bawah. Nyeri dirasakan seperti menusuk-nusuk dan tidak
menjalar. Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Pasien mengaku muntah lebih dari 10 kali, setiap makan dan minum pasien muntah,
aqua gelas. Saat menuju IGD pasien mengaku muntah >5 kali, aqua gelas,
berisi makanan dan air. Pasien mengaku badan terasa hangat 2 hari ini. Menggigil
(+) pada malam hari disertai keringat dingin.
Pasien mengaku tidak ada BAB beberapa hari ini, kentut kurang lancar,BAK
terakhir sebelum berangkat ke IGD. Nyeri dada (-) sesak (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa (-). Riw. HT (-), DM (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riw. Serupa (-), HT(-), DM (-)

III.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 4 September 2016 dan didapatkan hasil
sebagai berikut :
A. Keadaan Umum
a. Kesan sakit
: Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran
: GCS 15 (E4M6V5)
B. Tanda Vital
a. Frek. Nadi
: 76x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
b. Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
c. Frek. Nafas
: 20 x/menit
d. Suhu
: 36,9 C (aksila)
C. Kepala
: Normocephal
4

D. Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),oedema palpebra (-/-),


isokor +/+
: Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)
: Mukosa bibir kering (-), caries dentis (-)
: KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat

E. Hidung
F.Mulut
G. Leher
H. Thorax
a. Cor :
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
b. Pulmo :
Inspeksi

: Ictus kordis tidak terlihat


: Ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
: Bunyi jantung S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
: Normochest, Simetris +/+, Massa (-), Retraksi (+/+) di
suprasternal dan intercostae
: Fremitus Vocal (+/+), Massa (-), Krepitasi (-)
: Sonor (+/+) dikedua lapang paru
: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
I. Abdomen
Inspeksi : Datar, supel, distensi (-)
Palpasi
: Lien dan hepar tidak teraba membesar, nyeri tekan (+) di regio
inguinal dekstra(Mc Burney (+)), Blumberg sign (+), Rovsing sign
(+), turgor kulit cukup
Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) 10 /menit


J. Ekstermitas
:
Akral hangat, CRT <2, Psoas sign (+), Obturatur sign (+) ,
pitting Oedem (-/-), sianosis (-/-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
EKG

Laboratorium
Parameter
Leukosit
Eritrosit
Hb
Ht
Trombosit
Glukosa-Sewaktu
Creatinin

RSUD dr Doris Sylvanus


27/08/16
17,02x103/uL
5,00x106/uL
13,9 g/dL
40,5%
225.000/uL
135 mg/dl
1,58 mg/dl

Nilai rujukan

Interpretasi

4,00-10,00
3,50-5,50
11-16
37-54
150-400
<200
0,17-1,5

Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat

Foto Polos Abdomen

V.

VI.
VII.

VIII.

Diagnosis Banding
Klinis:
- Appendisitis

Foto Thoraks

Anatomi :
-

Diagnosis Kerja
Appendisitis akut
Penatalaksanaan
- Pasien posisi datar
- Oksigenasi 2-3 lpm
- Akses intravena inf RL 30 tpm
- Injeksi Ranitidin 3x1 ampul
- Obat oral
o Laxtulosa 2xc1
- Kondul dokter spesialis bedah umum
Prognosis
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama sesak nafas, setelah dilakukan
tatalaksana awal berupa pasien diposisikan semi fowler, pemberian O2 dengan nasal canul 2-3
lpm, setelah itu dilakukan ananmnesa serta pemeriksaan fisik terhadap pasien. Seorang anak
laki-laki berusia 56 tahun yang masuk ke IGD RSDS dengan keluhan utama sesak nafas yang
memberat sejak 5 jam SMRS, bunyi ngik (+), batuk kering(+), sesak terutama pada malam
hari, hanya duduk atau berbaring dengan bantal tinggi, sesak bila melakukan aktivitas fisik
sedang, bersin pada dini hari, dan sesak berlangsung hilang timbul, nyeri dada (-).
Pemeriksaan fisik: frekuensi nadi 112 kali/menit reguler,kuat angkat, isi cukup, frekuensi
nafas 28 kali/menit, dan suhu tubuh 36,70C serta pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak
adanya napas cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada thoraks terdapat retraksi di
suprasternal, intercostae, dan epigastrium dan pada auskultasi paru suara dasar vesikuler ada
terdapat wheezing dikedua lapang paru, untuk pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Dari
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa diagnosis
kasus ini sebagai Asma Serangan Akut.
Menurut Global Initiatives for Asthma (GINA) Updated 2015, asma adalah penyakit
heterogen ditandai inflamasi kronik saluran nafas dengan gejala mengi, sesak nafas, dada terasa
berat, batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya, bersama-sama dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi. Serangan asma dipicu oleh berbagai macam factor seperti
pajanan alergen, perubahan cuaca, latihan fisik, dan infeksi virus. Gejala tersebut terjadi

berhubungan dengan obstruksi saluran nafas yang luas, bervariasi, dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan.1,2
Definisi asma menurut Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI pada tahun
2004 menyebutkan bahwa asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan
karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari
(nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada
pasien dan/atau keluarganya.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terkena asma bisa dibagi menjadi 2 yaitu
faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya asma, yaitu host factor (genetik), dan
faktor-faktor yang memicu timbulnya gejala-gejala asma (faktor lingkungan).Faktor genetik
meliputi: hiperreaktivitas, atopi/alergi bronkus, faktor yang memodifikasi penyakit genetik,
jenis kelamin, ras/etnik. Faktor lingkungan meliputi: alergen didalam ruangan (tungau, debu
7

rumah, kucing, alternaria/jamur), alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari), makanan
(bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur), obatobatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker), bahan yang mengiritasi
(misalnya parfum, household spray), ekspresi emosi berlebih, asap rokok dari perokok aktif
dan pasif, polusi udara di luar dan di dalam ruangan, exercise induced asthma, mereka yang
kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas tertentu, dan perubahan cuaca. Pada kasus
kemungkinan faktor penyebabnya adalah lingkungan yang harus diamati untuk penyebabnya
karena orang tua pasien tidak memiliki riwayat asma. 2
Berdasarkan klasifikasi maka berat ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari,
pemberian obat inhalasi -2 agonis, dan uji faal paru) serta obat-obatan yang digunakan
untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat, dan frekuensi pemakaian obat). Asma
diklasifikasikan atas asma tanpa serangan dan asma saat serangan (akut). 2
1) Klasifikasi Asma Tanpa Serangan
Klasifikasi derajat berat ringan penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma Anak
(PNAA), terbagi menjadi 3 derajat penyakit, yaitu: asma episodik jarang, asma episodik sering,
dan asma persisten.2

2) Asma Saat Serangan (Akut)


Serangan akut (eksaserbasi) asma adalah episode peningkatan yang progresif
(perburukan) dari gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai
kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Serangan asma biasanya mencerminkan gagalnya
tatalaksana asma jangka panjang atau adanya pajanan dengan pencetus.
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan
sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Derajat serangan
akan menentukan terapi yang diterapkan. Tingkatan serangan eksaserbasi asma menurut
GINA, 2010 adalah sebagai berikut. 2

Tabel 1. Tingkatan serangan asma menurut GINA (2010)1


Serangan
Parameter klinis,
Fungsi paru,
Laboratorium

Ringan

Sedang

Berat

Ancaman henti
napas

Berbicara sudah
Berjalan sudah
Sesak napas

sesak, masih dapat


berbaring

Bicara
Kesadaran
Frekuensi napas

Dalam kalimat
Mungkin
Agitasi
Meningkat
Sedang, sering

Wheezing

Penggunaan otot
Bantu respiratorik
Retraksi Otot tambahan

sesak, lebih enak


duduk
Kesulitan menetek
dan makan
Dalam suku kata
Biasanya
agitasi
Meningkat

Istirahat
sudah duduk
Kata-kata
Agitasi
>30x/menit
Sangat

hanya pada akhir

Nyaring, Sepanjang
Ekspirasi

nyaring,
Terdengar

ekspirasi

inspirasi

tanpa
Stateskop

Biasanya tidak

Biasanya ya

Ya

dan suprasternal

Dangkal,
Retraksi Interkosta

Frekuensi nadi

Pulsus paradoksus

Sedang,
Ditambah Retraksi

Dalam,
Ditambah
Napas

Suprasternal

cuping

<100

100-200

hidung
>200

Tidak ada
<10 mmHg

Ada
10-20 mmHg

Sering ada
>25 mmHg

Mengantuk
Mengi (-)

Gerakan
torakoabdomina
l paradoksal

Bradikardi
Jika (-)
dicurigai
kelelahan otot
napas

APE pasca
bronkodiator, % dari
terbaik
SaO2 %
PaO2 dan atau PaCO2

60-80%

<60%

>95%

91-95%

Normal
<45 mmHg

>60 mmHg
<45 mmHg

90%
>60 mmHg
>45 mmHg

>80%

<90 %

mungkin
gagal napas

Pada pasien dalam kasus ini termasuk kedalam asma serangan akut sedang karena
ditemukan adanya sesak saat istirahat atau berbicara dengan posisi duduk lebih nyaman
dengan adanya penggunaan otot bantu pernafasan serta adanya retraksi di suprasternal,
intercostal dan epigastrium serta ditemukan wheezing yang kuat dengan frekuensi nafas
takipnu dan frekuensi nadi takikardi.

Pada pasien ini diposisikan head up 30o , oksigenasi 3 lpm, diberikan terapi nebulisasi
Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) 1 respul ditambahkan 3 cc NaCl dan
Fluticasone propionate (Flixotide) nebules. Combivent mengandung 21 mg Ipropropium
Bromida + 125 mg Salbutamol yang fungsinya adalah sebagai bronkodilator dan Fluticasone
propionate (Flixotide) nebules sebagai kortikosteroid inhalasi.
Pasien diobservasi selama 2 jam dievaluasi tanda vital, nadi: 92 kali/menit reguler,
RR: 25 kali/menit, retraksi (+) berkurang auskultasi paru wheezing masih terdengar
(berkurang) sehingga diberikan nebulisasi Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent)
dan Fluticasone propionate (Flixotide) yang kedua kemudian diobservasi selama 2 jam,
evaluasi tanda vital, nadi: 88 kali/menit reguler, RR: 22 kali/menit, retraksi (-), auskultasi
paru wheezing tidak terdengar.
Pasien di ijinkan rawat jalan dan diberikan obat oral yaitu :
o Ambroxol 3x1 tablet (ambroksol hidroklorida 30 mg)
o Salbutamol 3x2 mg ( beta 2 agonist short acting)
o Metil prednisolon 3x1 tablet (kortikosteroid)
Diet: 3 x Nasi Biasa (TKTP) + Buah-buahan + Puding
Edukasi:
Tirah baring
Mengamati pencetus terjadinya sesak dan mencari sumber penularan
Pemantauan hasil pengobatan
Pemantauan efek samping obat
Edukasi keteraturan minum obat
Penderita dapat dipulangkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

Untuk serangan ringan atau sedang yang dengan satu atau 2x nebulisasi terjadi
respons baik/perbaikan yang sempurna dan sesudah observasi 1 jam di UGD tidak
terjadi serangan ulang.

Penderita ruang rawat sehari (RRS) yang tidak mengalami respons dengan 2x
nebulisasi di UGD tetapi mengalami perbaikan sempurna sesudah perawatan selama
12 jam di RRS

Penderita dengan derajat serangan berat yang mengalami perbaikan sempurna sesudah
observasi pengobatan selama 24 jam di ruang rawat inap.
Prognosis tergantung pada factor deteksi dini, pengobatan yang efektif dan

komplikasi yang ada. Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam. Diharapkan selain

10

kepatuhan pengobatan penderita, adanya penanganan gizi dan gaya hidup sehat dapat
mendukung proses penyembuhan penderita.

BAB IV
KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama sesak nafas, setelah dilakukan
tatalaksana awal berupa pasien diposisikan semi fowler, pemberian O2 dengan nasal canul 2-3
lpm, setelah itu dilakukan ananmnesa serta pemeriksaan fisik terhadap pasien. Seorang anak
laki-laki berusia 56 tahun yang masuk ke IGD RSDS dengan keluhan utama sesak nafas yang
memberat sejak 5 jam SMRS, bunyi ngik (+), batuk kering(+), sesak terutama pada malam
hari, hanya duduk atau berbaring dengan bantal tinggi, sesak bila melakukan aktivitas fisik
11

sedang, bersin pada dini hari, dan sesak berlangsung hilang timbul, nyeri dada (-).
Pemeriksaan fisik: frekuensi nadi 112 kali/menit reguler,kuat angkat, isi cukup, frekuensi
nafas 28 kali/menit, dan suhu tubuh 36,70C serta pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak
adanya napas cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada thoraks terdapat retraksi di
suprasternal, intercostae, dan epigastrium dan pada auskultasi paru suara dasar vesikuler ada
terdapat wheezing dikedua lapang paru, untuk pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Dari
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa diagnosis
kasus ini sebagai asma serangan akut dan menurut Global Initiatives for Asthma (GINA),
pasien dalam kasus ini termasuk kedalam asma serangan akut sedang karena ditemukan
adanya sesak saat istirahat atau berbicara dengan posisi duduk lebih nyaman dengan adanya
penggunaan otot bantu pernafasan serta adanya retraksi di suprasternal, intercostal dan
epigastrium serta ditemukan wheezing yang kuat dengan frekuensi nafas takipnu dan
frekuensi nadi takikardi.
Pada pasien ini diberikan tatalaksanan di IGD yaitu posisi head up 30o, pemberian
oksigen dan nebulisasi dalam waktu 15 menit kemudian diobservasi ulang didapatkan tanda
vital Pada pasien ini diposisikan head up 30o , oksigenasi 3 lpm, diberikan terapi nebulisasi
Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) 1 respul ditambahkan 3 cc NaCl dan
Fluticasone propionate (Flixotide) nebules, diobservasi selama 2 jam dievaluasi tanda vital,
nadi: 92 kali/menit reguler, RR: 25 kali/menit, retraksi (+) berkurang auskultasi paru
wheezing masih terdengar (berkurang) sehingga diberikan nebulisasi kedua dengan
Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone propionate (Flixotide),
diobservasi selama 2 jam, evaluasi tanda vital, nadi: 88 kali/menit reguler, RR: 22 kali/menit,
retraksi (-), auskultasi paru wheezing tidak terdengar.
Berdasarkan teori didapatkan tatalaksana eksaserbasi asma sedang-berat diberikan
oksigenasi, diberikan beta agonis short acting 6-10 dosis tiap 4-10 menit atau salbutamol 2,55 mg secara nebulisasi setiap 30 menit. Bila pasien belum membaik, berikan ipratroprium
bromide 4-8 inhalasi (18 ug/inhaasi) setiap 10-15 menit atau 0,5 mg setiap 20 menit bila
menggunakan nebulizer. Steroid inhalasi diberikan bila terapi awal belum mendapatkan
respon.
Pasien dirawat jalan karena adanya perbaikan signifikan simptom dan prognosis pada
kasus ini adalah dubia ad bonam.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Penanganan Kegawatan Medis. Simposium Clinical UPA Tes 205.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 2015. p46-50
2. Rengganis,

I.

Diagnosis Dan

Tatalaksana Asma

Bronkhiale.

Departemen

IlmuPenyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58.2008


3. Buku

Pedoman

Asma.

Avaiable

at

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/buku_pedoman_asma.pdf

13

Vous aimerez peut-être aussi

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Uci Tangan
    Uci Tangan
    Document2 pages
    Uci Tangan
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document4 pages
    Cover
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document14 pages
    Bab I
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document12 pages
    Bab I
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Document2 pages
    Kejang Demam
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document4 pages
    Cover
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Pneumonia
    Cover Pneumonia
    Document4 pages
    Cover Pneumonia
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document4 pages
    Cover
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document4 pages
    Cover
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Pseudo Tumor
    Pseudo Tumor
    Document29 pages
    Pseudo Tumor
    대현
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Document3 pages
    Bab I
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document6 pages
    Bab I
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Jurnal Rya
    Jurnal Rya
    Document24 pages
    Jurnal Rya
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Makanan Pendamping ASI
    Makanan Pendamping ASI
    Document11 pages
    Makanan Pendamping ASI
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Malam Yang Indah
    Malam Yang Indah
    Document5 pages
    Malam Yang Indah
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Uci Tangan
    Uci Tangan
    Document2 pages
    Uci Tangan
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Jurnal Rya
    Jurnal Rya
    Document24 pages
    Jurnal Rya
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • FIX Leaflet Dompo
    FIX Leaflet Dompo
    Document3 pages
    FIX Leaflet Dompo
    대현
    Pas encore d'évaluation
  • Materi Kelas XII K 13
    Materi Kelas XII K 13
    Document22 pages
    Materi Kelas XII K 13
    대현
    100% (1)
  • Pemphigus
    Pemphigus
    Document39 pages
    Pemphigus
    대현
    Pas encore d'évaluation