Vous êtes sur la page 1sur 15

AHMAD

SUBHAN,SSi.,MSi.,A
pt
Senin, 27 April 2015

Penerapan Metode Infection Controle


Risk Assessment (ICRA) Untuk
Mencegah Kejadian Infeksi Aliran
Darah Primer (IADP) Pada Pasien
Dewasa
Penerapan Metode Infection Controle Risk
Assessment (ICRA) Untuk Mencegah Kejadian Infeksi
Aliran Darah Primer (IADP) Pada Pasien Dewasa di RSUP
Fatmawati Jakarta; Prospective - Study
Pra-Proposal Disertasi
1.1. Latar Belakang
Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara (Anonim1,
2009).
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
di dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi

dapat berasal dari komunitas (Community Acquired Infection) atau


berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital Acquired Infection) yang
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Kemenkes RI.,
2011).
Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi
rumah

sakit

yang

dapat

terjadi

karena

tindakan

pembedahan, pemasangan alat invasif, obat-obat imunosupresan,


transplantasi organ. Selain itu mikroorganisme disekitar rumah sakit,
praktek pengendalian infeksi, dan daya tahan tubuh pasien juga
merupakan faktor risiko infeksi rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).
Sebagai

contoh

metode

pemasangan

alat

invasif

adalah

pemasangan kateter intravaskular (Komite PPI., 2010). Intravascular


catheters banyak digunakan sebagai jalur pemberian pengobatan,
cairan, produk darah dan nutrisi parentral, serta untuk memantau
pasien (Lorente L et al, 2005) tetapi prosedur ini dapat menjadi
penyebab utama terjadinya infeksi aliran darah primer (IADP)
ataubloodstream infections (BSIs) (Maki DG, et al, 2006).
Intravascular

catheters secara

perawatan inpatient maupun outpatient.

umum

digunakan

Di United

pada
States,

pemakaian Intravascular catheters sekitar 300 juta catheters setiap


tahun dan hampir 3 jutanya adalah central venous catheters (CVCs)
yang disebut juga central lines. Sementara di United Kingdom,
pemakaian CVCs sekitar 250,000 CVCs tiap tahunnya ( Edgeworth J.,
2009).
CVCs mempunyai peran penting dalam pelayanan kesehatan
moderen, mengingat perannya sebagai jalur utama pemberian cairan
intravena, produk darah, pengobatan, dan parenteral nutrition, atau
juga sebagai akses pada hemodialysis dan hemodynamic monitoring,

meskipun penggunaan CVCs mempunyai risiko timbulnya IADP yang


disebabkan oleh kolonisasi mikroorganisme pada permukaan luar alat
atau pada jalur masuknya cairan terutama ketika pemasangan CVCs
atau pada saat CVCs digunakan (Mermel LA. 2011). CVCs diketahui
menjadi penyebab utama timbulnya IADP di rumah sakit (Maki DG, et
al, 2006).
CVCs didefinisikan sebagai pemasangan alat pada intravascular
yang terletak pada pembuluh darah besar atau berdekatan dengan
atrium

kanan

termasuk

juga peripherally

catheters (PICCs), haemodialysis

central

catheters dan parenteral nutrition

catheters. Pemasangan CVCsumumnya


subclavian dan

inserted

pada

vena femoralis, meskipun

vena jugularis,

pemasangan

pada

venafemoralis kemungkinan menimbulkan risiko lebih besar pada


kasus IADP dibandingkan dengan pemasangan pada vena besar lainya
(Timsit J-F., et al, 1999).
Alat CVCs mempunyai bahan yang bervariasi tergantung dari
mana dibuat,seperti ada atau tidak adanya antimikroba atau lapisan
antikoagulan, variasi jumlah lumen dan apakah memilikitunnel, dan
variabel variabel ini kemungkinan berpengaruh penting terhadap
risiko kejadian IADP (OGrady NP., et al, 2011).
Infeksi Aliran Darah Primer

(IADP)

didefinisikan

dengan ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semi/kuantitatif


dengan tanda klinis yang jelas serta tidak disertai infeksi yang lain
(tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber
infeksi) dan/atau dokter yang merawat menyatakan infeksi pada
pasien, karena pemasangan kateter infus dan tidak ada infeksi di
tempat lain (Kemenkes RI., 2011).

Ada beberapa jalur berbeda yang telah teridentifikasi sebagai


proses terjadinya IADP akibat pemasangan keteter. Dimana terdapat
dua jalur utama penyebabnya yaitu: adanya kolonisasi bakteri
pada internal dan eksternal permukaan kateter, keduanya mengarah
pada kolonisasi catheter-tip,yang disebut bacteraemia. Jalur berikutnya
adalah

adanya

kontaminasi

mikroba

pada infusate dan

secara

langsung melalui proses mekanik patogen masuk dalam aliran darah


(Eggimann P, Pittet D. 2002).
Data dari United States menyebutkan diperkirakan sekitar 41,000
kejadian IADP di rumah sakit setiap tahun. Infeksi ini biasanya
tergolong kejadian kejadian serius dan umumnya menyebabkan
perpanjangan waktu lama perawatan dan peningkatan biaya serta
risiko kematian (CDC., 2014).
Menurut The Joint Commission (2012) Kejadian Infeksi ini, kini
menjadi

tema

serius

sebagai

fokus

utama

terhadap

pelaksanaan patient safety di pelayanan fasilitas kesehatan terutama


dalam rangka mencegah dampak buruk yang ditimbulkan berupa
morbiditas dan mortalitas pada pasien. Menurut data di rumah sakit US
angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi ini diketahui sebagi
berikut:
CDC memperkirakan bahwa 5% sampai 10% pasien yang dirawat di
rumah sakit mengalami kejadian Healthcare Associated Infections
(HAIs) (CDC, 2012)
Diperkirakan sekitar 1.7 juta kejadian infeksi dan 99,000 menyebabkan
kematian di rumah sakit selama tahun 2002 (HHS, 2012)
Diperkirakan sekitar 1.6 juta sampai 3.8 juta kejadian infeksi
menyebabkan perpanjangan masa rawat dirumah sakit pada setiap
tahunnya (Strausbaugh LJ. 1999)

Menurut data national health service (NHS, 2014) Infeksi aliran


darah

primer

(IADP)

dapat

meningkatkan

lama

rawat

pasien

atau length of stay (LOS), morbiditas dan mortalitas serta peningkatan


biaya

perawatan

pasien.

Total

biaya

yang

dibutuhkan

untuk

penanganan IADP dan penaggulangan akibat komplikasi yang


ditimbulkan sekitar 19.136.2 juta setiap tahunnya.(Frampton GK, et
al., 2014).
Berdasarkan laporan tahunan Komite PPI (2015) Healthcare
Associated

Infections

diketahui angka

(HAIs)

RSUP

kejadian

IADP

Fatmawati tahun
periode

Januari

2014,
s/d

Desember 2014sebanyak 35 kasus, dengan jenis kuman penyebab


adalah Burcoderia

cepacia sebesar

54,2%,Staphylococcus

epidermidis sebesar 8%, Acinetobacter baumanii sebesar 8% dan


beberapa kuman lingkungan seperti Klebsiella Oxytoca, Klebsiella
Pneumoniae,

Enterobacter

Cloacae,

Aeruginosa, Pseudomonas

Pseudomonas

Luteola, dan Staphylococcus

Saprophyticus (Komite PPI, 2015).


Memang, terdapat beberapa mikroorganisme dapat menjadi
penyebab IADP terkait dengan keteter antara lain: Staphylococcus
aureus, Staphylococcus

epidermidis (Osma

S, et

al,

2006) danenterococci (Pearson ML, et al, 1996). Faktor penyebab


utama

IADP

karena

adanya suboptimal pada

adanya inadequate
manajemen

prosedur

hygiene serta
pemasangan

kateter. Termasuk juga disebabkan inadequate hand hygiene oleh staf


rumah

sakit, inadequate kebersihan

kulit

tempat

kateter, suboptimal lokasi

pemasangan

kateter

kateter

Faktor

lain

tanpa

indikasi.

risiko

dan

adalah

pemasangan
pemasangan
usia

pasien

dan underlying

disease (OGrady

NP., et

al, 2011)

serta durasi

pemakaian kateter (van der Kooi TI, et al, 2007).


Menurut american hospital association (AHA, 2014) target utama
pencegahan IADP adalah mengurangi atau menghilangkan kontaminan
(bakteri,debu atau lainya) yang berbahaya dari Central Venous
Catheter (CVCs) pasien selama berada di area perawatan. Beberapa
metode dapat diterapkan untuk mencapai target tersebut antara lain:
penyusunan Bundle pemasangan
pemasangan, hand

CVCs

hygiene, aseptic

meliputi

technique,

prosedur

pemilihan

lokasi

pemasangan CVCs yang optimal, penggunaan chlorhexidine pada kulit


pasien fase preparation, dan sterilitas lingkungan perawatan (fullbarrier) sebagai upaya pencegahan maksimal.
Upaya penyusunan Bundle untuk mencegan kejadian HAIs terutama
IADP

di

RSUP

Fatmawati

telah

dilakukan

dengan

metode

pendekatan Infection Control Risk Assesment (ICRA). Dimana ICRA


didefinisikan

sebagai

dalam pelaksanaan

suatu proses

identifikasi

dan

yang

terdokumentasi

pencegahan sertamenanggulangi

kejadian infeksi di rumah sakit sebagai upaya untuk mengurangi risiko


penularan atau transmisi infeksi di antara pasien, staf, profesional
kesehatan maupun pengunjung. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakitmerupakan suatu upaya tindak lanjut kegiatan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat sekitar Rumah Sakit. Sedangkan penilaian
risiko infeksi didefinisikan sebagaisuatu proses terdokumentasi untuk
identifikasi dan scoring dampak dari kejadian infeksi maupun yang
potensial menimbulkan infeksi di rumah sakit (Komite PPI, 2014).

Menurut Komite PPI (2014) prosedur penerapan ICRA dilakukan


secara komprehensif dengan melibat seluruh satuan kerja (satker)

yang ada di RSUP Fatmawati serta Direksi sebagai legalisator


dokumen dan rencana kerja. Dengan tujuan:
Tercapainya perlindungan terhadap pasien,petugas dan pengunjung
rumah sakit dari risiko infeksi
Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit
Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di
rumah sakit
Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi
di seluruh area rumah sakit

Adapun Komponen metode ICRA meliputi:


Aspek standar prosedur operasional (SPO) bundle IADP: indikasi
pemasangan kateter, prosedur pemasangan, hand hygiene, aseptic
technique,

pemilihan

lokasi

pemasangan

CVCs

yang

optimal,

penggunaan chlorhexidine pada kulit pasien fase preparation.


Monitoring kelayakan fasilitas seperti: alat medik, non medik, kelayakan
bangunan, kebersihan lingkungan, pengelolaan limbah rumah sakit
Edukasi dan kepedulian staf
Penilaian infeksi terhadap dampak renovasi di rumah sakit
Berdasarkan beberapa alasan tersebut di atas maka peneliti
memandang perlu untuk melakukan penelitian terhadap faktor faktor
yang berpengaruh serta dampak dari Penerapan Metode Infection
Controle Risk Assessment (ICRA) terhadap pencegahan Kejadian
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Pada Pasien Dewasa di RSUP
Fatmawati Jakarta secara prospektif study, Serta untuk mengetahui
karakteristik

pasien

berdasarkan

demografi

pasien, underlying

disease, jenis kuman patogen penyebab, keberhasilan penanganan


IADP, tingkat kesakitan (morbiditas) akibat IADP, tingkat kematian
(mortalitas) akibat IADP, total pembiayaan pasien berdasarkan clinical

pathway dan ICD-10 versus total biaya pasien setelah perawatan


rumah sakit.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan buat RSUP
Fatmawati mengingat Rumah

Sakit

adalah

institusi

pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang


dipengaruhi

oleh

perkembangan

ilmu

pengetahuan

kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang


harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya(Aninim2,2009);
pengetahuan dan dapat

pula

menambah
diterapkan

di

khasanah
fasilitas

ilmu

pelayanan

kesehatan di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah


Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor faktor yang
berpengaruh serta dampak dari Penerapan Metode Infection Controle
Risk Assessment (ICRA) terhadap pencegahan Kejadian Infeksi Aliran
Darah Primer (IADP) Pada Pasien Dewasa di RSUP Fatmawati
Jakarta secara prospektif study.
Beberapa permasalahan yang akan coba dicari jawabannya dengan
penelitian ini adalah:
1.2.1. Apa saja Identifikasi dan grading risiko infeksi di RSUP Fatmawati
selama periode penelitian?
1.2.2. Bagimana langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah sakit di
RSUP Fatmawati selama periode penelitian?
1.2.3. Apa saja program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di
seluruh area rumah sakit selama periode penelitian?
1.2.4. Bagaimana karakteristik pasien berdasarkan demografi pasien selama
periode penelitian?

1.2.5. Apa saja underlying disease pasien selama periode penelitian?


1.2.6. Apa saja jenis kuman patogen penyebab IADP selama periode
penelitian?
1.2.7. Bagaimana keberhasilan penanganan IADP selama periode penelitian?
1.2.8. Bagaimana tingkat kesakitan (morbiditas) akibat IADP berdasarkan
keluhan subyektif pasien, selama periode penelitian?
1.2.9. Bagaimana tingkat kematian (mortalitas) akibat IADP selama periode
penelitian?
1.2.10. Bagaimana gambaran pembiayaan perawatan inap pasien terdiri dari :
1.2.10.1. Lama waktu perawatan (total length of stay)?
1.2.10.2. berdasarkan perbandingan antara clinical pathway dan ICD 10 versus
total realiasasi biaya pasien selama periode penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian


Secara

umum

penelitian

ini

bertujuan

untuk

meningkatkan program keselamatan pasien (patient safety) di rumah


sakit.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk;
1.3.1. Mengetahui Identifikasi dan grading risiko infeksi di RSUP Fatmawati
selama periode penelitian?
1.3.2. Mengetahui langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah sakit di
RSUP Fatmawati selama periode penelitian?
1.3.3. Mengetahui program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di
seluruh area rumah sakit selama periode penelitian?
1.3.4. Mengetahui karakteristik pasien berdasarkan demografi pasien selama
periode penelitian?
1.3.5. Mengetahui underlying disease pasien selama periode penelitian?

1.3.6. Mengetahui jenis kuman patogen penyebab IADP selama periode


penelitian?
1.3.7. Mengetahui

keberhasilan

penanganan

IADP

selama

periode

penelitian?
1.3.8. Mengetahui tingkat kesakitan (morbiditas) akibat IADP berdasarkan
keluhan subyektif pasien, selama periode penelitian?
1.3.9. Mengetahui tingkat kematian (mortalitas) akibat IADP selama periode
penelitian?
1.3.10. Mengetahui gambaran pembiayaan perawatan inap pasien terdiri dari :
1.3.10.1. Lama waktu perawatan (total length of stay)?
1.3.10.2. berdasarkan perbandingan antara clinical pathway dan ICD 10 versus
total realiasasi biaya pasien selama periode penelitian ?

1.4. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat;
1.4.1. Sebagai pengembangan metode pencegahan healthcare associated
infections (HAIs) terutama Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) pada
pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia.
1.4.2. Sebagai

masukan

bagi RSUP

Fatmawati

meningkatkan Standar

Pelayanan pasien guna mencapai keselamatan pasien (patient safety).


1.4.3. Meningkatkan

peran

aktif staf

Rumah

Sakit dalam

malakukan

pemantauan danpencegahan healthcare associated infections (HAIs)


terutama Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) di rumah sakit
1.4.4. Sebagai

masukan

untuk

pengembangan

penelitian

selanjutnya

berkaitan denganpencegahan healthcare associated infections (HAIs)


terutama Infeksi Aliran Darah Primer (IADP).

1.5. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah penelitian


terhadap beberapa hal antara lain:
1.5.1. Variabel penelitian, dalam penelitian ini ditentukan variabel penelitain
sebagai tolak ukur penelian, antara lain:
1.5.1.1. Variabel bebas :
1.5.1.1.1. Kejadian infeksi aliran darah primer (IADP)
1.5.1.1.2. Penerapan metode ICRA secara komprehensif
1.5.1.2. Variabel tergantung :
1.5.1.2.1. Penurunan kejadian infeksi aliran darah primer (IADP)
1.5.1.2.2. Penurunan

angka

kesakitan

(morbiditas)

akibat

IADP

selama

penelitian
1.5.1.2.3. Penurunan angka kematian (mortalitas) akibat IADP selama penelitian
1.5.1.2.4. Kesesuaian waktu rawat berdasarkan clinical pathway
1.5.1.2.5. Kesesuaian biaya perawatan berdasarkan ICD-10
1.5.1.3. Variabel antara : Kejadian IADP dengan tanda:
1.5.1.3.1. Ditemukan Kultur biakan positif mikroorganisme patogen dari sampel
darah
1.5.1.3.2. Didukung tanda tanda infeksi antara lain:
1.5.1.3.2.1. Suhu badan >380C
1.5.1.3.2.2. Menggigil
1.5.1.3.2.3. Hipotensi
1.5.1.4. Variabel pengganggu, antara lain:
1.5.1.4.1. ketidak patuhan pelaksanaan bundle IADP
1.5.1.4.2. Usia
1.5.1.4.3. Jenis kelamin
1.5.1.4.4. Riwayat pengobatan
1.5.1.4.5. riwayat tindakan medik
1.5.1.4.6. Penyakit penyerta.

1.5.2. Sampel penelitian : seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan


pemasangan cateter intravena; memenuhi kriteria inklusi dalam rentang
waktu penelitian.
1.5.3. Lokasi penelitian: Penelitian dilakukan di RSUP Fatmawati dengan
setting lokasi; Instalasi rawat inap (IRNA), intermediate ward (IW),
ICU,ICCU dan unit stroke.
1.5.4. Waktu penelitian: durasi penelitian direncanakan selama 12 (dua belas)
bulan atau satu tahun.
1.5.5. Instrumen penelitian:
1.5.5.1. Formulir rekap penelitian
1.5.5.2. Catatan Rekam Medik pasien: catatan klinis, hasil laboratorium,
catatan pengobatan, formulir integrasi medis lainya.
1.5.5.3. Formulir infection controle risk assesment (ICRA).
1.5.5.4. Formulir bundle IADP
1.5.5.5. Resume medik; pulang perawatan pasien
1.5.5.6. Billing pembiayaan pasien

1.6. Model Operasional Penelitian


Penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan data data terkait
penelitian yang dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1.6.1. Metode

penelitian:

Penelitian

ini

rencananya

dilakukan

secara prospective study


1.6.2. Cara pengumpulan data: pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan melakukan penelusuran pada sumber data primer
antara lain:
1.6.2.1. Catatan Rekam Medik pasien: catatan klinis, hasil laboratorium,
catatan pengobatan, formulir integrasi medis lainya.

1.6.2.2. Formulir infection controle risk assesment (ICRA) dari satuan kerja
tempat penelitian: Instalasi rawat inap (IRNA), intermediate ward (IW),
ICU,ICCU dan unit stroke.
1.6.2.3. Formulir bundle IADP di are perawatan pasien tempat penelitian:
Instalasi rawat inap (IRNA), intermediate ward (IW), ICU,ICCU dan unit
stroke.
1.6.2.4. Resume medik; pulang perawatan pasien
1.6.2.5. Billing pembiayaan pasien
1.6.3. Tahapan

pengumpulan

data:

untuk

mendapatkan

data

secara

kronologis dan valid, maka dilakukan tahapan sebagai berikut:


1.6.3.1. Identifikasi awal terhadap kelengkapan dokumen ICRA dari seluruh
satuan kerja tempat penelitian Instalasi rawat inap (IRNA), intermediate
ward(IW), ICU,ICCU dan unit stroke;
1.6.3.2. Monitoring dan evaluasai terhadap kejadian IADP selama rentang
waktu penelitian dengan melakukan tahapan:
1.6.3.2.1. Assesment awal pasien (memenuhi kriteria inklusi) yang dicurigai
mengalamin IADP.
1.6.3.2.2. Penelusuran data catatan rekam medik pasien: catatan klinis, hasil
laboratorium, catatan pengobatan, formulir integrasi medis lainya.
1.6.3.2.3. Penilaian data morbiditas berdasarkan keluhan subyektif pasien
1.6.3.2.4. Penilaian kepatuhan pelaksanaan bundle IADP
1.6.3.2.5. Penilaian kesesuaian clinical pathway
1.6.3.2.6. Penilaian kesesuaian biaya ICD-10; pasien BPJS
1.6.3.2.7. Penilaian data mortalitas* (jika ada)
1.6.3.3. Pelaksanaan analisa data dengan metode statistik computer base.
1.6.4. Screening populasi: dilakukan untuk memenuhi kriteria inklusi pasien
1.6.5. Volunteer: disamping

peneliti

sebagai

pelaksana

utama

dalam

pengumpulan data, penelitian ini juga melibatkan beberapa petugas

dan sukarelawan yang terbagi dalam kelompok kerja berdasarkan area


tempat penelitian yaitu:
1.6.5.1. Petugas Infection prevention controle nurse (IPCN) di IRNA Teratai
1.6.5.2. Petugas Infection prevention controle nurse (IPCN) di IRNA Pro.
Soelarto
1.6.5.3. Petugas Infection prevention controle nurse (IPCN) di IRNA Griya
Husada dan Unit Stroke
1.6.5.4. Petugas Infection prevention controle nurse (IPCN) di IRNA ICCU/ICU
1.6.5.5. Petugas Infection

prevention

controle

nurse (IPCN)

di

IRNA intermediate ward (IW)

Diposkan oleh Ahmad Subhan di 21.21


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Ahmad Subhan
Jayalah Negeriku Jayalah Bangsaku I N D O N E S I A - R A
YA
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

2015 (1)

April (1)
Penerapan Metode Infection Controle Risk
Assessmen...
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Vous aimerez peut-être aussi