Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
No : 747/UN.4.32/KP.53/2013
KEBIJAKAN AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN
(Access to Care and Continuity of Care)
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
LATAR BELAKANG
RS UNHAS merupakan rumah sakit tersier yang menerima pasien rujukan dari berbagai sumber,
baik pasien yang datang sendiri sebagai pasien umum, pasien dari perusahaan rekanan, pasien
asuransi, maupun pasien rujukan dokter umum/spesialis dari praktik, rumah sakit atau institusi
kesehatan lain.
APK merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para professional
di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kesinambungan pelayanan.
APK meliputi :
a. Seamless (kesinambungan) bagi pasien dari pasien masuk sampai keluar
b. Seamless (kesinambungan) untuk penyedia layanan
c. Sesuai kebutuhan kesehatan pasien
d. Koordinasi dalam pelayanan
e. Perencanaan dan tindak lanjut discharge
Adanya akses ke pelayanan dan kesinambungan pelayanan (APK) dalam rumah sakit dapat
menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.
TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di RS
UNHAS
Tujuan Khusus
1. Supaya pelayanan keperawatan dan pelayanan medik pasien tidak terputus dan tetap
berkesinambungan
2. Menghindari salah komunikasi dan salah persepsi antar tenaga medis dan antar pasien atau
keluarga pasien dengan pihak rumah sakit.
BAGAIMANA
1. Penerimaan pasien dilakukan secara konsisten berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit (tanpa diskriminasi (perbedaan ras, umur, jenis kelamin, kewarganegaraan,
kedudukan sosial, ataupun ketidakmampuan fisik)
2. Skrining pasien dilakukan mulai sejak pasien berada di luar rumah sakit/sebelum pintu masuk
(sejak di Ambulance)
3. Skrining dilakukan untuk menentukan jenis pelayanan yang dibutuhkan berdasarkan kriteria
pasien (triage)
4. Kriteria pasien skrining (triase) :
a. Prioritas pertama (merah): Gangguan jalan napas, gangguan pernapasan dan gangguan
sirkulasi, kondisi mengancam jiwa dan perlu intervensi segera
b. Prioritas sedang (kuning): Tanpa gangguan jalan napas dan pernapasan tapi bisa
memburuk perlahan, penanganan jangan terlambat
c. Prioritas rendah (hijau): Luka ringan
d. Bukan prioritas (hitam): Meninggal
5. Penerimaan dan pelayanan pasien harus diperioritaskan berdasarkan tingkat kebutuhan
urgensi pasien berdasarkan hasil skrining dan menggunakan proses triase berbasis bukti
6. Pendaftaran pasien prioritas pertama (merah) yang tidak memiliki kerabat, dapat dilakukan
segera setelah pasien dilayani
7. Apabila hingga akhir pelayanan (pasien meninggal) tidak ada keluarga/penanggung maka
seluruh biaya menjadi tanggungan rumah sakit (charity) dan pihak rumah sakit wajib
melaporkan ke kepolisian.
8. Beberapa perusahaan asuransi telah bekerja sama dengan pihak rumah sakit. Pasien peserta
asuransi harus berlaku umum jika tidak dapat menunjukkan kartu peserta asuransi dan
melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak asuransi dan rumah sakit, hingga
persyaratan asuransi tertentu terpenuhi.
9. Observasi pasien di IGD harus dilakukan maksimal 8 jam
10. Jika observasi lebih dari 8 jam, diputuskan apakah pasien mendapat pelayanan ODC atau
rawat inap (perawatan biasa, ICU, HCU)
11. Pasien dapat dirujuk ke rumah sakit lain oleh DPJP berdasarkan hasil skrining fisik,
psikologis, tes diagnostik dan triase berbasis bukti jika pelayanan tidak dapat dilanjutkan di
IGD
12. Pasien harus telah diperiksa dan distabilkan sebatas kapasitas IGD sebelum dirujuk atau
dipindahkan
13. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan informasi dan kepastian pelayanan apabila
pelayanan tidak dapat dilakukan atau harus menunggu sebelum dirujuk atau dipindahkan.
SIAPA
1. Petugas admission terdiri dari paling kurang 1 orang yang telah diberi pelatihan dan 1 orang
perawat. Perawat bertugas untuk melakukan skrining pasien dimulai pada saat pasien berada
di luar rumah sakit (saat pasien diturunkan dari ambulance). Sedangkan Petugas admission
yang telah diberi pelatihan bertugas melayani dalam melengkapi formulir pasien.
2. Evakuator yang terlatih, bertugas untuk pemindahan pasien sesuai kondisi dan kebutuhan
pelayanan
3. Perawat dari pelayanan kesehatan lain yang berada di Ambulance berkoordinasi dengan
perawat dan dokter jaga IGD RS Unhas dalam peralihan/transfer pasien dari instansi lain ke
RS UNHAS
4. Dokter Jaga IGD berhak menentukan DPJP setelah memberikan pelayanan emergency yang
disesuaikan dengan pertimbangan diagnosa medis
: Senin Sabtu
Jam Pelayanan
Jam Pendaftaran
Poliklinik Sore
Hari
: Senin Sabtu
Jam Pelayanan
Jam Pendaftaran
BAGAIMANA
1. Penerimaan pasien dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan melalui
admission yang terdapat di rumah sakit tempat pelayanan Poliklinik. Rumah sakit yang
dimaksud adalah:
a. Rumah Sakit UNHAS Gedung A Eye Center, ODC THT, Poliklinik Kulit dan Kelamin
b. Rumah Sakit UNHAS Gedung EF Cancer Center
c. Rumah Sakit UNHAS Gedung BC Trauma Center
2. Penerimaan pasien dilakukan sesuai dengan kebutuhan klinis pasien tanpa diskriminasi
(perbedaan ras, umur, jenis kelamin, kewarganegaraan, kedudukan sosial, ataupun
ketidakmampuan fisik)
3. Skrining dimulai sejak pasien berada di luar rumah sakit (sebelum pintu masuk Poli).
4. Standar skrining dilakukan berdasarkan kriteria pasien
5. Penentuan penerimaan dan jenis pelayanan dilakukan berdasarkan hasil skrining serta
wawancara pasien oleh admisi Poli terkait dengan pelayanan,peralatan dan SDM rumah sakit
6. Penerimaan dan pendaftaran pasien dilakukan secara konsisten berdasarkan standar rumah
sakit
7. Penerimaan pasien yang datang sendiri dapat diarahkan ke Poliklinik umum atau Poliklinik
Spesialis sesuai kebutuhan pasien
8. Penerimaan pasien dengan rujukan, langsung diarahkan ke Poliklinik yang dibutuhkan oleh
pasien
9. Pasien yang mendaftar diluar jam pendaftaran diarahkan untuk datang ke Poliklinik sore atau
jadwal poli di hari berikutnya atau IGD jika kondisi pasien mendesak.
10. Pasien diberi informasi biaya yang diperkirakan
11. Dokter yang menangani di Poli berhak menentukan DPJP dan pasien hanya dapat dirujuk
keluar rumah sakit oleh DPJP berdasarkan hasil tes diagnostik dan keterbatasan sarana dan
prasarana/pemeriksaan di RS UNHAS
12. Tempat tidur di ruang Poliklinik harus selalu tersedia minimal 1 tempat tidur.
4
SIAPA
1. Petugas admission terdiri dari paling kurang 1 orang yang telah diberi pelatihan dan 1 orang
perawat. Perawat bertugas untuk melakukan skrining pasien dimulai pada saat pasien masuk
ke ruang admisi poliklinik rumah sakit. Petugas admission yang telah diberi pelatihan
bertugas melayani dalam melengkapi formulir pasien. Jika pasien banyak yang antri, maka 1
petugas admisi melakukan skrining sekaligus melayani kelengkapan formulir
2. Dokter poliklinik
3. Perawat poliklinik
BAGAIMANA
1. Proses penerimaan pasien rawat inap yang dilakukan secara konsisten sesuai dengan standar
rumah sakit.
2. Skrining dimulai/diulangi lagi pada saat penerimaan/transfer pasien dari Poliklinik/IGD ke
Ruang Rawat Inap
3. Standar skrining berdasarkan tingkat kebutuhan pasien
4. Standar tes diagnostik yang harus diterima adalah layanan laboratorium dan radiologi
5. Hasil-hasil tes diagnostik dari pelayanan sebelumnya dan rekam medik harus diserahkan
melalui petugas evakuator kemudian menyerahkan ke perawat rawat inap atau DPJP pasien
6. Penerimaan pasien yang berasal dari IGD/Poliklinik harus telah didaftar melalui admission
rawat inap untuk penerbitan Surat Opname (SO)
7. Penerimaan pasien dilakukan tanpa diskriminasi (perbedaan ras, umur, jenis kelamin,
kewarganegaraan, kedudukan sosial, ataupun ketidakmampuan fisik)
8. Pasien dari rawat jalan/poliklinik harus menyertakan surat rujukan
9. Layanan atau unit yang dipilih sesuai untuk memenuhi kebutuhan pasien berdasarkan hasil
skrining
10. Kebutuhan pasien terkait layanan preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta palliatif
diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien
5
11. Pasien diterima saat fasilitas yang dibutuhkan sesuai dengan layanan telah disiapkan
12. Apabila tempat tidur atau fasilitas lain tidak tersedia (penuh), pasien dapat diberikan
pelayanan di IGD sebagai pasien titipan
13. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang general informed consent, informed consent
pendidikan dan penelitian, informed consent pelayanan spirirtual dan form kebutuhan edukasi
di bagian admisi rawat inap. Segala alternatif dan alasan jika terjadi keterlambatan dalam
perawatan dan/atau penatalaksanaan juga harus dijelaskan.
14. Segala bentuk pelayanan dan informasi yang diberikan didokumentasikan dalam rekam medis
pasien
15. Pasien dan keluarga juga diberi informasi saat pasien masuk tentang perawatan yang
diusulkan, hasil yang diharapkan, dan perkiraan biaya perawatan
16. Pasien dan keluarga berhak membuat keputusan berdasarkan informasi yang diterima
17. Pasien dapat dirujuk atau dipindahkan oleh DPJP berdasarkan hasil skrining fisik, psikologis,
tes diagnostik dan triase berbasis bukti jika pelayanan harus dilakukan di unit lain
18. Rekam medik pasien yang dirujuk atau ditransfer dari rawat inap berisi bukti layanan bahwa
kebutuhan klinis pasien tidak lagi memenuhi kriteria pelayanan
SIAPA
1. Admission Rawat Inap
2. Evakuator
3. Petugas rekam medis
4. DPJP
5. Perawat Rawat Inap
BAGAIMANA
1. Terdapat pelayanan yang berkelanjutan dan koordinasi antar tenaga medis terhadap pasien
yang berada di:
a. pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap,
b. program pelayanan rawat jalan,
c. pelayanan diagnostik dan pengobatan rawat inap
d. pelayanan non bedah dan tindakan bedah,
e. pemeriksaan penunjang di luar Rumah Sakit UNHAS
f. rumah sakit lain dan pelayanan kesehatan lainnya.
2. Proses pemindahan (transfer) internal pasien dari satu instalasi ke instalasi pelayanan yang
lain dilakukan secara sistematis yang disertai dengan pengisian form transfer antar
ruang/instalasi
3. Proses transfer/ serah terima pasien dari satu instalasi ke instalasi lain harus disertai dengan
penjelasan secara sistematik dan pengisian form transfer yang sudah diisi lengkap
4. Untuk pasien dari unit perawatan intensif, unit hemodialisa, unit endoskopi, unit cath lab,
unit radiologI yang akan pindah ke unit rawat inap biasa, maka pasien di jemput dari ruangan
tujuan
5. Terdapat dokumentasi rencana pelayanan selanjutnya pada pasien di rekam medis yang
dibuat oleh perawat penanggungjawab pasien/DPJP
SIAPA
1. Transfer/ serah terima pasien dilakukan oleh perawat yang yang diberikan wewenang sebagai
perawat penanggungjawab pasien terkait
2. Proses pelayanan yang berkelanjutan melibatkan berbagai instalasi dan unit kerja serta
berbagai praktisi kesehatan (perawat, dokter, radiographer, fisioterapis) untuk pemberian
asuhan
3. Dalam semua fase pelayanan rawat inap, terdapat satu orang perawat penanggungjawab atau
1 orang DPJP sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien sejak pasien
masuk sampai pasien keluar rawat inap
BAGAIMANA
1. Keputusan Pemulangan Pasien
a. Semua pasien rawat inap dipulangkan atas persetujuan DPJP dan didokumentasikan oleh
DPJP
b. Rencana pemulangan pasien dibuat berdasarkan diagnosis, tindakan yang dilakukan
terhadap pasien, kondisi dan perkembangan penyakit serta pertimbangan terhadap
kehendak pasien dan keluarga serta pertimbangan aspek sosio ekonomi dan standar
clinical pathway
c. DPJP menginformasikan rencana pemulangan kepada pasien dan keluarganya sesegera
mungkin (minimal sehari sebelum pulang)
d. DPJP menginformasikan terkait pemulangan pasien kepada perawat penanggung jawab
pasien untuk menyelesaikan kelengkapan administrasi pasien pulang dan kelengkapan
pengisian resume medis
diwajibkan
melaporkan
kedatangannya
kepada
pihak
admisi
dengan
memperlihatkan kartu izin keluar untuk kemudian melanjutkan proses perawatan yang
direncanakan sebelumnya
Setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai resiko pulang paksa dan penjelasan tersebut
terdokumentasikan.
10
11
B. RUJUKAN
KAPAN
Pasien dirujuk ke unit pelayanan kesehatan lainnya apabila :
a. Berdasarkan penilaian terhadap kondisi penyakit pasien dan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang dapat dipastikan tidak mampu diatasi dan pasien
tersebut memerlukan perawatan lebih lanjut.
b. Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap dan pemeriksaan tersebut
harus dijalani pasien bersangkutan.
c. Keterbatasan fasilitas ruang perawatan.
d. Berdasarkan pertimbangan sosio ekonomi (seperti domisili pasien dan keluarga maupun
penjaminan pembayaran rumah sakit) dapat di rujuk ke unit pelayanan kesehatan lain.
BAGAIMANA
1. Keputusan merujuk pasien
Keputusan untuk merujuk pasien dari RS UNHAS ke unit pelayanan kesehatan lain
dibuat oleh dokter IGD untuk pasien dirujuk dari IGD atau oleh DPJP untuk pasien
dirujuk dari rawat inap
2. Pasien dirujuk dari IGD
a. Pasien dirujuk dari IGD sesuai dengan SOP merujuk pasien dari IGD.
b. Dokter IGD harus menelpon IGD rumah sakit tujuan guna memastikan bahwa rumah
sakit tujuan sanggup menangani pasien tersebut.
c. Bila rumah sakit tujuan tidak sanggup menyediakan penanganan yang diperlukan
pasien tersebut maka pasien tidak dirujuk ke rumah sakit tersebut.
d. Dokter IGD membuat surat rujukan
3. Pasien dirujuk dari ruang rawat inap
a. Pasien yang dirujuk dari ruang rawat inap harus atas persetujuan DPJP.
b. DPJP bertanggung jawab untuk memastikan bahwa rumah sakit tujuan rujukan
memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menangani pasien tersebut
SIAPA
DPJP
Dokter IGD
12
13
Pendidikan kesehatan diberikan sebelum pasien rawat inap pulang dengan melibatkan
keluarga pasien serta edukasi tenatng perawatan lanjutan
SIAPA
1. DPJP
2. Dokter IGD
3. Perawat penanggung jawab
14
5. Transfer Pasien ke luar RS unhas untuk pindah rawat atau pemeriksaan dan tindakan medis.
a.
Keputusan dan otorisasi untuk mentransfer pasien dari RS.UNHAS ke rumah sakit lain
dibuat oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Keputusan untuk mentransfer pasien agarmempertimbangkanmental, kondisi fisik,
b.
untuk
transfer pasien
d.
e.
Setiap pasien dapat ditransfer ke rumah sakit lain dengan alasan tempat penuh,
perawatan khusus, alat rusak/ tidak tersedia, maka permintaan keluarga dengan
menggunakan transportasi baik ambulance maupun kendaraan lain disesuaikan dengan
kondisi pasien.
f.
SIAPA
1. Perawat
2. Radiografer
3. Fisioterapis
4. DPJP
5.TRANSPORTASI
5.1
15
1. Tersedia koordinator Unit Transportasi Medik yang memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut :
a. Menyusun perencanaan dan pengembangan di bidang transportasi medik
b. Melakukan pengorganisasian dan staffing
c. Memimpin pelaksanaan harian proses / pelayanan transportasi medik
d. Melakukan monitoring terhadap kinerja dan mutu dari pelayanan dan staf
transportasi medik
e. Melakukan evaluasi dan merencanakan tindak lanjut perbaikan berdasarkan
hasil evaluasi kinerja dan mutu dari pelayanan dan staf transportasi medik
f. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di RS UNHAS
g. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program pencegahan dan pengendalian
infeksi serta keselamatan kerja RS UNHAS
h. Melakukan koordinasi baik intern maupun dengan struktur lain
i. Membuat perencanaan pengembangan staf di bidang transportasi medik
2. Tersedia dokter transportasi medik yang memiliki tugas dan wewenang sebagai
berikut :
a. Membantupenyusunan rencana di bidang transportasi medik
b. Melakukan triage pasien dan memastikan pengiriman transportasi sesuai
dengan kebutuhan pasien selama proses transportasi medik
c. Melakukan pelayanan medik selama proses transportasi medik
d. Melakukan pengawasan terhadap proses pengkajian dan pelayanan yang
dilakukan terhadap pasien selama proses transportasi medik
e. Membantu pelaksanaan evaluasi dan merencanakan tindak lanjut perbaikan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan mutu dari pelayanan dan staf transportasi
medik
f. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di RS UNHAS
g. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program pencegahan dan pengendalian
infeksi serta keselamatan kerja RS UNHAS
h. Membantu rencana pengembangan staf di bidang transportasi medik
3. Tersedia perawat transportasi medi yang memiliki tugas dan wewenang sebagai
16
berikut :
a. Melakukan triage pasien dan menyiapkan kebutuhan transportasi medik
b. Melakukan pelayanan medik selama proses transportasi medik
c. Melakukan pengawasan terhadap proses pengkajian dan pelayanan yang
dilakukan terhadap pasien selama proses transportasi medik
d. Membantu pelaksanaan evaluasi dan merencanakan tindak lanjut perbaikan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan mutu dari pelayanan dan staf transportasi
medik
e. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di RS UNHAS
f. Mengetahui dan berpartisipasi dalam program pencegahan dan pengendalian
infeksi serta keselamatan kerja RS UNHAS
4. Terdapat driver transportasi medik yang bertugas melakukan pemeliharaan berkala
ambulans
SIAPA
1. Kualifikasikoordinator Unit Transportasi Medik adalah :
a. Dokter Umum / Spesialis
b. ACLS, ATLS, Air Ambulans, PPGD
c. Pengalaman di bidang evakuasi medik minimal 3 tahun
d. Memiliki SIP di RS UNHAS
e. Bersedia bekerja di luar jam kerja yang normal
2. Kualifikasi dokter transportasi medik adalah :
a. Dokter Umum
b. ACLS, ATLS, Air Ambulans, PPGD
c. Pengalaman di bidang evakuasi medik minimal 1 tahun
d. Memiliki SIP di RS UNHAS
e. Bersedia bekerja di luar jam kerja yang normal
3. Kualifikasi perawat transportasi medic adalah :
a. Perawat
b. ACLS, Air Ambulans, PPGD
c. Pengalaman di bidang evakuasi medik minimal 6 bulan
17
JENIS PELAYANAN
5.2
Mobil Ambulance
RS UNHAS memiliki 2 mobil ambulance dengan sarana lengkap (fully
equipped), dengan oksigen fixed dan portable, lampu tindakan, dan stretcher
yang dapat diatur untuk posisi duduk.
Sarana cuci tangan, air conditioning, dan 2 jenis sirene.
b.
Ambulance Kit
Merupakan tas baku, berisi obat dan alkes standar untuk persiapan evakuasi
18
Patient Monitor
d.
Defibrilator
e.
Mobile ventilator
f.
g.
h.
Dokumentasi meliputi :
1.
2.
3.
9. Tersedia sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pelayanan ground ambulance
service meliputi dokter, perawat, dan driver.
10. Proses transportasi medik harus selalu menggunakan format minimal satu orang
driver dan satu orang perawat terlatih.
11. Dokter ikut dalam proses transportasi medik pada kondisi :
a.
b.
c.
Pasien bayi
d.
19
jantung lain.
3) Jarak tempuh perjalanan ground ambulance lebih dari 6 jam perjalanan.
c. Dua orang driver dibutuhkan jika :
Jarak tempuh perjalanan ground ambulance yang diperkirakan (estimated travel
time) lebih dari 6 jam perjalanan.
Event Escort :
1. Jumlah ketenagaan minimal untuk pelayanan event escort adalah satu orang
perawat dan satu orang driver.
2. Dua perawat diberangkatkan jika :
a. Coverage jumlah peserta event lebih dari 500 orang
b. Lama coverage event lebih dari 6 jam, maka dua perawat disertakan
dalam shift yang berbeda.
3. Dokter diberangkatkan jika ada permintaan dari penyelenggara event.
Emergency Call :
1. Jumlah ketenagaan minimal untuk pelayanan emergency response adalah satu
orang perawat dan satu orang driver.
2. Dokter diberangkatkan jika :
a. Hasil pengkajian per telepon memerlukan kehadiran dokter
b. Ketenagaan yang ada di rumah sakit memungkinkan.
SIAPA
1. Kualifikasi dokter/perawat pelayanan ground ambulance service adalah :
a. Memiliki sertifikat ACLS
b. Pernah mengikuti basic ambulance course yang meliputi :
1) Penguasaan Ambulance Kit
2) Penguasaan Ambulance
3) Penguasaan Penggunaan Alat Medik (Syringe & Infusion Pump, Ventilator
serta Monitor Pasien)
4) Mampu membaca EKG dengan benar (Sertifikasi kursus EKG untuk dokter)
5) Bersedia stand by untuk penugasan selama 7 x 24 jam
2. Kualifikasi driver pelayanan ground ambulance service adalah :
20
PROSES TRANSPORTASI
5.3
KAPAN
Dilakukan pengkajian pasien terlebih dahulu dan persiapan sebelum pelakasanaan
evakuasi medik.
BAGAIMANA
1. Pengkajian meliputi :
a. Pengkajian medik standar, baik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik maupun
studi dokumen penunjang dan surat-surat rujukan yang ada. Fokus pengkajian
pada riwayat singkat penyakit/kondisi pasien yang memerlukan transportasi,
beserta alasan transportasi dilakukan.
b. Untuk pasien evakuasi terencana:
1) Kelayakan untuk transportasi. Dinilai apakan pasien stabil atau tidak
selama perjalanan.
2) Kelayakan dari sudut prognosis, dokter escorter berhak mengeluarkan
opini terkait dengan hal ini kepada DPJP maupun keluarga / pasien, namun
keputusan akhir terletak di keluarga / pasien.
c. Untuk pasien evakuasi tidak terencana (emergency call / emergency response)
adalah dengan menghubungi tempat pelayanan kesehatan yang terdekat
dengan korban (harus ke tempat yang mampu menangani pasien sesuai hasil
pengkajian medik yang dilakukan di tempat pasien/ korban)
2. Persiapan, meliputi :
a. Mengisi checklist persiapan evakuasi, kecuali pada kasus emergency response.
b. Memastikan seluruh dokumen yang diperlukan tersedia. Dokumen yang harus
ada :
21
1)
2)
3)
4)
SIAPA
1. Pengkajian dilakukan oleh petugas yang akan mengawal (medical escorter)
22
5.4
KESELAMATAN
PASIEN
DAN
STAF,
PENCEGAHAN
INFEKSI
DAN
BAGAIMANA
1. Terdapat identifikasi risiko keselamatan yang meliputi:
a. Resiko Keselamatan Pasien, meliputi :
1) Resiko terkait dengan kondisi medik pasien tersebut.
2) Resiko terkait dengan pemeliharaan alat medik untuk transportasi
3) Resiko terkait dengan pemeliharaan isi ambulance kit
4) Resiko terkait dengan kondisi kendaraan/sarana transportasi
5) Resiko terkait dengan kualifikasi tenaga medik dan paramedik.
b. Resiko Keselamatan Staf, meliputi :
1) Resiko terkait kondisi medik staf
2) Resiko terkait dengan prosedur penanganan pasien
3) Resiko terkait dengan kondisi kendaraan/sarana transportasi
23
SIAPA
Komite Hospital Safety berkoordinasi dengan IGD dan staf ambulance
5.5
MONITORING, EVALUASI & CONTINUOUS IMPROVEMENT AMBULANCE
KAPAN
Monitoring transportasi medik dilakukan setiap hari dan dilakukan evaluasi bulanan
BAGAIMANA
1. Monitoring pelayanan transportasi medik dilakukan dengan dua cara :
a. Penetapan beberapa parameter/ indikator yang diukur
Untuk parameter / indikator yang diukur adalah sebagai berikut :
Dimensi Mutu
Akses
Tujuan
diakses
setiap
waktu
oleh
pelayanan
ambulance
adalah
ketersediaan
waktu
penyediaan
1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa
3 bulan
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
24 jam
Dimensi Mutu
Kenyamanan, Keselamatan
Tujuan
Memberikan
Pelayanan
1 bulan
Pengumpulan Data
25
Periode Analisa
3 bulan
Numerator
Denominator
Jumlah
seluruh
permintaan
ambulance
Standar
100 %
Dimensi Mutu
Kenyamanan, Keselamatan
Tujuan
TimeEmergency
Call
adalah
1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa
3 bulan
Numerator
26
Sumber Data
Standar
100 %
b.
Melakukan inspeksi
Dalam inspeksi, harus dilakukan pemeriksaan:
1) Bukti pemeliharaan :
a.
b.
c.
2) Pengetahuan :
a. Driver Sertifkat BHD masih berlaku
b. Dokter dan Perawat Sertifikat ACLS yang masih berlaku
c. Driver mampu menyebutkan langkah-langkah BHD yang betul
d. Sertifikat Pelatihan Basic Ambulance Training
2. Dilakukan evaluasi terhadap data-data hasil monitoring di atas. Data angka disajikan
dalam bentuk trend, sedang hasil inspeksi disajikan dalam bentuk narasi. Data hasil
monitoring dianalisis, dengan membanding dengan standar yang berlaku, kemudian
dilengkapi dengan analisa penyebabnya.Hasil evaluasi dilaporkan kepada supervisor
UGD secara berkala setiap bulannya, untuk dilaporkan kepada manager pelayanan
medik.
3. Dilakukan peningkatan berkesinambungan (continuous improvement) setelah tahap
evaluasi berupa saran atau usulan perbaikan, baik prosedur, kebijakan, pelatihan atau
berbagai perbaikan lain terkait dengan hasil evaluasi. Hasil evaluasi yang dilengkapi
dengan saran perbaikan ini dilaporkan ke Direksi dan Sub Komite Keselamatan
Pasien dan Penjaminan Mutu untuk diintegrasikan dalam aktivitas peningkatan mutu
27
rumah sakit.
Continuous improvement ini dapat berupa :
a.
b.
c.
d.
2.
3.
4.
5. Internal Safety Training dari Tim PPI, Tim K3RS dan Tim Keselamatan
Pasien dan Safety Officer
SIAPA
Monitoring dilakukan oleh koordinator Ambulance, Supervisor IGD dan Manajer
Yanmed, bekerja sama dengan Tim PPI, Tim K3RS dan Tim Keselamatan Pasien dan
Safety Officer
28