Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik, individu sendiri,
keadaan lingkungan dan adanya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut
terjadi ketidakseimbangan maka individu berada dalam keadaan yang disebut
sakit. (Notoatmojo, 2007).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO, 2012 ) setiap tahunnya
lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun
2011 yaitu 411 penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat
gastroenteritis rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan
Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.
Sedangkan data profil kesehatan Indonesia menyebutkan tahun 2012 jumlah kasus
diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289,
dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Seringkali
1-2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 5060% meninggal dunia.Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Depkes RI, 2012).
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari)
(Depkes RI, 2000). Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai
buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun
tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak anak)
peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik
balita, anak anak, dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan
kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan masalah diare.
2. Tujuan khusus
a. Memahami pengertian dari gastroenteritis atau diare.
b. Mengetahui anatomi fisiologi dari system pencernaan.
c. Memahami klasifikasi diare.
d. Mengetahui etiologi diare.
e. Memahami patofisiologi dari diare.
f. Mengetahui manifestasi klinis dari diare.
g. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita
diare.
h. Mengetahui komplikasi dari diare.
i. Mengetahui penatalaksanaan medis dari diare.
j. Menguasai landasan teori keperawatan pada diare.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 LANDASAN TEORITIS MEDIS
2.1.1 Definisi
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi karena
frekuensi BAB tiga kali atau lebih dengan konsistensi tinja yang encer atau
cair (Suriadi, 2001).
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan
buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan (Mansjoer, 2000).
(faring),
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso
membawa, dan , phagus memakan). Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum).
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon
transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan
5
Oxyuris,
Strongyloides),
protozoa
(Entamoeba
Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan diare karena faktor infeksi
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok
ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh si anak.
f. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.
g. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
h. Faktor gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
i. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare
lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini
memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare.
pathogen
ini
menyebabkan
infeksi
pada
sel-sel,
10
( lebih 3x). Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebagai akibat
anoreksia (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). Hipertermi
yang disebabkan proses infeksi akibat kerusakan rongga usus. Rersiko
gangguan integritas kulit akibat defekasi yang sering (lebih dari 3x). Cemas
dan kurangnya pengetahuan (info tentang penyakit kurang) yang disebabkan
karena dampak hospitalisasi.
11
Pathway
Faktor makanan
makanan Faktor psikologis
Faktor (makanan basi, beracun, alergi terhadap
Faktor infeksi
(cemas & takut
malabsorbsi
(karbohidrat,
lemak, protein)
Parenteral
Internal
Hormon
adrenalin
Absorsi menurun
meningkat
Hiper
Hipo
Toksin dari
mobilitas
mobilitas
bakteri dan virus
Tekanan osmotik
Mempengaruhi
usus
Absorbsi
Bakteri
saraf
Mukosa
berkurang
tumbuh
parasimpatik
usus rusak
Pergeseran air dan
elektrolit ke
rongga usus
Cairan elektrolit
dalam usus
meningkat
Hiperperistaltik
Hiper
peristaltik
Diare
Absorbsi menurun
Anoreksia
Dampak
hospitalisasi
Cemas
Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Defekasi
sering lebih
dari 3 x
Kekurangan
volume cairan
dan elektrolit
Kemerahan dan
eksurasi kulit
sekitar anus
Info tentang
penyakit
Kerusakan
rongga usus
Proses
infeksi
Hipertermi
Kurang
Pengetahuan
Gangguan
integritas kulit
( Hasan, 2005 )
12
2.1.6
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Muntah-muntah, mual, demam, nyeri perut
3. Rasa haus
4. Mata menjadi cekung
5. Lidah kering
6. Turgor kulit menurun
7. Frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
8. Denyut nadi cepat
9. Pasien gelisah
10. Lemah
11. Muka pucat
12. Ujung ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
13. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
13
Dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi Berat
Keadaan Umum
Ringan
Sadar,
Sedang
Gelisah,
Mengantuk, lemas,
gelisah, haus
mengantuk
Denyut nadi
Pernafasan
Normal
Cepat dan
sadar.
Cepat, haus, kadang-
kurang dari
lemah 120-
120/menit
Normal
140/menit
Dalam,
dari 140/menit
Dalam dan cepat
mungkin
4
5
6
7
8
Ubun-ubun besar
Kelopak mata
Air mata
Selaput lendir
Elastisitas kulit
cepat
Cekung
Cekung
Tidak ada
Kering
Lambat
Normal
Normal
Ada
Lembab
Pada
pencubitan
14
Sangat cekung
Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Sangat lambat (lebih dari
2 detik)
kulit secara
elastis
kembali
secara
9
normal
Normal
Berkurang
Tidak kencing
tua
akibat
diare
dapat
terjadi
renjatan
(shock)
15
17
18
19
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan
TB.
2. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa
3.
4.
5.
6.
sampai pucat.
Kepala dan leher
Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa kering).
Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di
Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga
meningkat.
7. Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb
kusmaul).
8. Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi
cepat (lebih dari 120x/menit).
9. Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi
ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
10. Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi
mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
11. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12. Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Dari beberapa sumber buku, penulis menyimpulkan diagnosa
yang muncul pada pasien dengan diare antara lain :
20
21
2.2.3
7.
8.
No.
12.
1.
15.
Diagnosa
Keperawatan
13. Kurangnya
9.
Tujuan dan
10.
Kriteria Hasil
16. Tujuan :
Intervensi
11.
Rasional
38.
39. Gangguan
2.
nutrisi
42. Tujuan :
43. pasien
kurang dari
toleran diet
kebutuhan
yang sesuai.
tubuh
40. berhubung
44. Kriteria
hasil :
an dengan
menurunny
batas normal
b. Tidak terjadi
a intake
absorbsi
kekambuhan diare.
makanan
dan
41.
cairan ditandai
dengan peningkatan
peristaltik usus.
63.
64. Hipertermi
3.
65.
66. Tujuan :
berhubung
mengembali
an dengan
kan suhu
infeksi
tubuh
bakteri
menjadi
ditandai
normal.
53.
54.
Rasional :
mengevaluasi
keefektifan
bersih
49.
nutrisi.
59.
Rasional :
d. Berikan diet dalam kondisi
60.
makanan yang hangat dapat
hangat, porsi kecil namun sering
merangsang nafsu makan menjadi
50.
baik.
51.
61.
Rasional:
62.
untuk
mengetahui
dan
e. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
memenuhi kebutuhan gizi pasien
pemberian diet klien
52.
a. Pantau suhu tubuh pasien dan 74.
Rasional :
75.
mendeteksi peningkatan suhu
melaporkan peningkatan dari nilai
tubuh dan mulainya hipertermi.
dasar suhu normal pasien.
76.
Rasional :
b. Anjurkan pada pasien agar tidak
77.
mengurangi
peningkatan
memakai pakaian / selimut tebal.
suhu tubuh.
c. Beri kompres hangat
78.
Rasional:
69.
23
dengan kerusakan
pada mukosa usus.
67.
68.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh
37,5 C
70.
79.
73.
84.
85. Cemas
4.
berhubung
an dengan
kondisi
dan
86.
hospitalisasi
pada pasien
dapat
tubuh
80.
Rasional :
81.
dengan minum banyak rasa
72.
antipiretik
hangat
71.
e. Kolaborasi
kompres
pemberian
menurunkan panas
82.
Rasional:
83.
antipiretik membantu dalam
menurunkan demam
87. Tujuan :
a. Anjurkan pada keluarga dan 96.
Rasional :
97.
mengurangi rasa cemas dan
88. pasien dan
pasien mengekspresikan perasaan
takut yang dialami oleh keluarga.
keluarga
rasa takut dan cemas, dengarkan
98.
menunjukka
keluhan keluarga, pasien dan 99.
100.
n rasa cemas
bersikap empati dengan sentuhan
101. Rasional :
atau takut
terapeutik.
b. Gunakan komunikasi terapeutik,
102. keluarga dan pasien
89. berkurang.
kontak mata, sikap tubuh dan
merasa diperhatikan akan
90. Kriteria
sentuhan.
rasa cemas yang
hasil:
93.
103. dihadapinya.
91. keluarga
104. Rasional :
c. Jelaskan setiap prosedur yang
aktif
105. mengurangi
rasa
cemas
akan dlakukan pada pasien
merawat
keluarga.
24
pasien dan
bertanya
dengan
92.
perawat atau
kepada keluarga.
d. Libatkan
keluarga
perawatan pasien.
106.
dalam 107.
108.
94.
e. Jelaskan kondisi pasien, alasan
pengobatan dan perawatan.
95.
5.
Kurang
nya
pengetahua
n keluarga
berhubung
an
114.
dengan
kurangnya informasi.
115.
Tujuan :
116.
Agar
keluarga dan
pasien
mengetahui
informasi
tentang
diare.
117.
Kriteria
hasil :
a. Keluarga dan pasien
mengerti tentang
109.
Rasional :
110.
meningkatkan
113.
merasa
Rasional :
pasien
tidak
123.
119.
25
untuk
mengetahui
seberapa
jauh
pengetahuan
orangtua
tentang
124.
125.
126.
diare.
Rasional :
meminimalisasi
mikroorganisme
dan
masuknya
encegamh
memberikan
kesadaran
diare
d. Kaji ulang proses penyakit,
b. Keluarga dan pasien
penyebab/efek hubungan faktor
mengetahui cara
yang menimbulkan gejalah dan
pencegahan dan
mengidentifikasi cara
pengobatan yang
menurunkan faktor pendukung.
dapat dilakukan
132.
6.
133.
Resiko
gangguan
integritas
kulit
berhubung
an
134.
dengan
kelembaba
n
kulit
akibat
BAB
138.
139.
Tujuan :
sering
ditandai
26
dengan
iritasi
135.
pada
sekitar
anus.
27
2.2.4
Diagnosa 1
152.
153.
154.
Turgor elastik
155.
156.
157.
158.
Diagnosa 2
Pasien toleran diet yang sesuai
159.
160.
161.
162.
Diagnosa 3
Mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
163.
164.
165.
Diagnosa 4
Integritas kulit normal.
166.
Iritasi berkurang
167.
168.
Diagnosa 5
Pasien dan keluarga menunjukkan rasa cemas dan takut berkurang.
169.
Diagnosa 6
Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare
172.
173.
28
BAB III
180.
PENUTUP
181.
182.
3.1
183.
Kesimpulan
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi
karena frekuensi BAB tiga kali atau lebih dengan konsistensi tinja yang
encer atau cair (Suriadi, 2001).
184.
Adapun masalah keperawatan yang muncul pada teoritis
adalah:
1 Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan tubuh ditandai dengan membran mukosa bibir kering
2
(Nic-Noc 2007-2008).
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake absorbsi makanan dan cairan ditandai dengan
(Carpenito, 2001).
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
185.
186.
3.2
187.
Saran
Diharapkan kepada pembaca dengan adanya Makalah
29