Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi dari lengkung gigi, maka gigi
yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigi tiruan pada
bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi. Telah dikembangkan
beberapa jenis gigitiruan sehubungan dengan perbaikan fungsi kunyah dan
kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara umum gigitiruan dapat
dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigi tiruan jembatan (Lesmana RA, 2009).
Saat ini, penggunaan gigi tiruan cekat (GTC) di kalangan masyarakat
sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan
GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan
penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat
di dalam mulut (Jubhari EH, 2007).
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTC adalah mempertahankan
dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,
agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,
maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang
digunakan sebagai gigi penyangga juga dapat dipertahankan (Machmud E, 2008)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Jembatan
2.2.1 Definisi
Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan sebagian yang direkatkan
dengan semen secara permanen pada satu atau beberapa gigi penyangga yang
telah dipersiapkan untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
(Barclay CW, 2001).
2.2.2 Komponen Gigi Tiruan Jembatan
Gigi tiruan jembatan terdiri dari retainer, konektor, pontik serta didukung
oleh abutment atau gigi penyangga.
a. Retainer, merupakan komponen GTJ yang direkatkan dengan semen pada
gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi
dan retensi.
b. Konektor, bagian dari GTJ yang menghubungkan retainer dengan pontik.
c. Pontik, adalah bagian dari GTJ yang menggantikan gigi asli yang hilang
dan memperbaiki fungsinya.
d. Abutment merupakan gigi yang mendukung GTJ sebagai tempat retainer
yang direkatkan dengan semen. Gigi abutment harus dipersiapkan supaya
betul-betul dapat memberi dukungan yang kuat pada GTC (Barclay CW,
2001).
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTJ
Adapun indikasi dari GTJ, yaitu: (Allan DN, 2004)
a) Kehilangan satu atau lebih gigi
b) Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus
c) Gigi di sebelah daerah edentulus miring
d) Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk
dietsa.
oleh 1 gigi abutment. Hal ini menyebabkan tekanan yang diterima jaringan
periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar
dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan. Indikasinya
yaitu untuk gigi anterior yang memiliki daya ringan seperti gigi insisiv 2 (I2),
sedangkan untuk caninus (C) harus menggunakan semi rigid atau rigid fixed.
Di region posterior desain ini jarang digunakan karena beban oklusalnya
terlalu tinggi dan beresiko terjadi gaya mengungkit (Barclay CW, 2001).
Estetika
paling
baik
karena
kesederhanaan
desainnya
serta
Terjadi rotasi palate-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya
keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi dan lidah
2. Oral hygiene
3. Jaringan Periodontal, Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membrane
periodontal pada akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama
dengan daerah membrane periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan
diganti.
4. Jumlah dan Lokasi kehilangan gigi
5. Kegoyangan gigi
6. Discoloration (Barclay CW, 2001).
BAB 3
KESIMPULAN
Kebutuhan penggantian gigi yang hilang pada region anterior atau
posterior adalah sama pentingnya karena lengkung gigi berada pada
keseimbangan yang dinamis, dan gigi saling mendukung antara satu gigi dengan
yang lain. Apabila gigi hilang dan tidak segera digantikan, maka gigi tetangga
atau gigi antagonisnya akan bergeser ke ruang kosong tersebut sehingga kondisi
tersebut dapat mengganggu fungsi pengunyahan. Untuk menghindari gangguan
tersebut maka harus dilakukan pembuatan gigi tiruan sedini mungkin misalnya
dengan cantilever bridge.
BAB
4
TINJAUAN
PUSTAKA
Allan DN, Foreman PC. Mahkota dan jembatan (crown and bridge
prosthodontics:an illustrated handbook). Alih bahasa: Djaya A. Editor;
Juwono L. Jakarta : Hipokrates, 2004; p.81
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22
Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal
Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9.
Lesmana RA. Faktor-faktor periodontal dengan gigitiruan cekat. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2009;6(3):35-40.
Machmud E. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan
periodontal. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2008;7(1):13-4.
Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co,
Inc; 1997.p.1