Sampai saat ini aku tak tau kenapa setiap malam laron-laron itu terbang menyeruak masuk kedalam kamar kosku yang penuh dengan kepenatan dan tumpukan paper-paper tugas kuliah yang entah kapan akan terselesaikan.Rintik hujan yang berirama keras menghantam asbes atap kosku seakan seirama dengan bunyi ketikan jari pada keyboard laptopku.Aroma hujan semakin terasa di bulan juni.Takkan ada yang lebih indah daripada hujan di bulan juni begitulah seorang penyair berkata.Hujan yang begitu dirindukan oleh berjuta makhluk dibumi ini,menghidupkan ranting pohon kering hijau kembali dan dari situlah alasan kenapa laron-laron itu bersemangat untuk terbang dan menggangguku malam ini.Aku tak tau fakta ilmiah apa yang mungkin bisa diungkap dari sebuah kisah laron ditengah malam dengan hujan yang serasa membuat mata ini semakin sempit untuk terbuka lebar menyelesaikan tugas hidup yang tak tau kapan berakhir.Sejenak ku hentikan pekerjaan dan kulihat sekitar kamarku,kupikir tidak terlalu luas dan hanya ada sterofoam dengan catatan-catatan aneh milik temanku yang tertulis 1 oct,mungkin itu tanggal jadian atau apapun itu.Miliku hanya foto-foto kelompok praktikum,catatan tugas,catatan target,k ubaca satu per satu membuat sebuah stimulus perasaan membara di dalam jiwa.Malas memang selalu ada,menunggu sukses tanpa usaha itu bagaikan melumut dalam waktu tersentak ingatanku dan tersadar bahwa doa dan usaha tidak boleh aku tinggalkan di setiap hariku. Perkenalkan namaku margareta,mahasiswa semester 3 sebuah universitas berbasis pendidikan yang terkenal di kota Semarang,aku anak rantau yang nekat berlalang buana di dunia kampus yang penuh dengan pluralisme budaya teman-temanku,misalnya saja temanku berta dari batak,tika dari jogja,sari dari solo.Aku dari Jakarta yang notabenenya hidup bebas dari orang tua dan dengan gaya yang ala kadarnya ,tidak bisa dibilang modis bahkan elegan lebih ke arah naturalis dan kurang feminism dengan celana jeans kusut dan hem abu-abu serta membiarkan rambut setengah keribo tergerai jatuh diatas bahu.Banyak teman kampus yang mengira aku ini wanita jadi-jadian tapi apalah itu aku tetap menjadi seorang wanita dengan cover pria.Bagiku penampilan tidak penting menilai dari segi penampilan sungguh sangatlah bodoh,makna dari hidup bukan apa yang bisa kita tampilkan dari diri kita untuk orang lain akan tetapi apa karya yang bisa kita berikan untuk orang lain.Dari Situlah aku belajar menjadi seorang penulis.Makna dari seorang penulis menurutku mereka yang jasadnya hilang akan tetapi karyanya masih tetap abadi,bisa berguna bagi orang lain dan berbagi ilmu.Meskipun tidak banyak karya yang bisa aku ciptakan di 2 semester yang sudah aku lalui mungkin hanya menang lomba essay tingkat fakultas dan cerpen yang berhasil dimuat disurat kabar,setidaknya itu menjadi motivasi untuk berkarya.