Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat merupakan zat atau bahan atau paduan bahan yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan, mengurangi gejala penyakit,
memulihkan kesehatan dan untuk memperbaiki atau memperelok tubuh.
Berdasarkan sifat pemakaiannya, obat-obat yang tertuang dalam Formularium
Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat dan obat
bukan gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obat obatan
yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu
tersedia di setiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap
pelayanan yang terkait yaitu mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi
keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan.
Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila sifatnya
mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera.
Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya
kronis. Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan
penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit
ular berbisa, sedang mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah
tulang akibat kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dan
sebagainya. Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun
penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan hipertensi
ditemukan
adanya
gangguan
serambi
jantung
yang
tidak
tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit dada lalu
dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan operasi kecil
dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.
Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan
ablasi. Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit
takiaritmia dan tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan
invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi dilakukan
pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan panas yang
dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada
takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko
yang sangat kecil.
2.1.2 Deteksi Aritmia
Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan
menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi
(EKG). Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu
dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan
gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan
ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman EKGpun tidak tertangkap aritmia-nya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
lain yang lebih komprehensif seperti Holter Monitoring atau pemeriksaan
yang canggih yang disebut Electrophysiology Study (EPS). Holter
monitoring adalah perekaman EKG secara kontinue selama 24-48 jam
sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila aritmianya hanya
10
terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama. Kadang
dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut Insertable Loop
Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana dilakukan
perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem listrik jantungnya.
Ada beberapa tipe-tipe aritmia yaitu :
o Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal
dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak
memerlukan terapi.
o Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang
paling umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung.
Ini merupakan denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2
mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu
banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan. Tetapi kadangkadang,
PVCs
dpt
disebabkan
oleh
penyakit
jantung
atau
11
o Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau
lebih sirkuit yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih
terorganisir dan teratur dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini
terjadi paling sering pada orang dengan penyakit jantung, dan selama
minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia ini sering berubah
menjadi atrial fibrilasi.
o Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat,
biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT
mulai dan berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path
tachycardia dan AV nodal reentrant tachycardia (lihat bawah).
o Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur
atau hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls
berjalan melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini
membuat impuls berjalan di jantung dg sangat cepat menyebabkan
jantung berdenyut dg cepat.
o AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari
satu jalur melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung
berdebar), pingsan atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat
disembuhkan dg menggunakan suatu manuver sederhana yang
dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg obat2an atau
dengan suatu pacemaker.
12
waktu yang
diperlukan
obat2
antiaritmia,
pacemaker,
electrical
cardioversion,
13
14
15
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obatobat anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
1. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk
hampir semua jenis aritmia jantung.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri
koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku
dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
3. Penyakit Jantung Bawaan
16
17
18
19
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan (perasaan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
konduksi.
Menyatakan
tipe/sumber
disritmia
dan
efek
dada:
Dapat
menunjukkanpembesaran
bayangan
jantung
20
adalah
obat
yang
digunakan
dalam
terapi
21
mencakup
pemakaian
arus
listrik
untuk
22
d. Terapi pacemaker
23
ras.
Faktor
lingkungan
mempengaruhi
individu
dengan
24
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
25
Sediaan dan
dosis obat
pengontrol
asma
Medikasi
Golongan
Steroid
Inhalasi
Sodium
kromoglikat
Nedokromil
Antileukotrin
Kortikosteroid
sistemik
Agonis beta-2
kerja lama
Agonis beta-2
kerja singkat
Antikolinergik
Metilsantin
Agonis beta-2
kerja lama
Kortikosteroid
sistemik
Sediaan obat
Nama Generik
Flutikason
propionat
Budesonide
Kromolin
Nedokromil
Zafirlukast
Metilprednisol
on
Prednisolon
Prokaterol
Bambuterol
Formoterol
Salbutamol
Terbutalin
Prokaterol
Fenoterol
Ipratropium
bromide
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas
lambat
Formoterol
Metilprednisol
on
Prednison
Dosis dewasa
Dosis anak
Keterangan
26
Kortikosteroi
d sistemik
Metilprednis
olon
Prednison
Tablet
4 , 8, 16 mg
Tablet 5 mg
4-40
mg/
hari,
dosis
tunggal atau
terbagi
Short-course
:
20-40
mg
/hari
dosis tunggal
atau terbagi
selama 3-10
hari
0,25 2 mg/
kg BB/ hari,
dosis tunggal
atau terbagi
Short-course
:
1-2
mg
/kgBB/ hari
Maks.
40
mg/hari,
selama 3-10
hari
Pemakaian
jangka
panjang dosis
4-5mg/ hari
atau 8-10 mg
selang sehari
untuk
mengontrol
asma , atau
sebagai
pengganti
steroid
inhalasi pada
kasus yang
tidak dapat/
mampu
menggunaka
n
steroid
inhalasi
Kromolin & IDT
1-2 semprot, 1 semprot,
Sebagai
Nedokromil
5mg/
3-4 x/ hari
3-4x / hari
alternatif
Kromolin
semprot
2 semprot
2 semprot
antiinflamasi
Nedokromil
IDT
2-4 x/ hari
2-4 x/ hari
Sebelum
2
mg/
exercise atau
semprot
pajanan
alergen,
profilaksis
efektif dalam
1-2 jam
Agonis beta- IDT 25 mcg/ 2
27
untuk
mengatasi
gejala pada
eksaserbasi
Kecuali
formoterol
yang
mempunyai
onset kerja
cepat
dan
berlangsung
lama,
sehingga
dapat
digunakan
mengatasi
gejala pada
eksaserbasi
Medikasi
Sediaan obat
Dosis dewasa
Dosis anak
Keterangan
Metilxantin
Aminofilin
lepas lambat
Teofilin lepas
Lambat
Tablet
225
mg
Tablet
125, 250, 300
mg 2 x/
hari;
400 mg
2 x 1 tablet
2 x125 300
mg
200-400 mg
1x/ hari
-1 tablet,
2 x/ hari
(> 12 tahun)
2 x 125 mg
(> 6 tahun)
Atur
dosis
sampai
mencapai
kadar obat
dalam serum
5-15
mcg/
ml.
Sebaiknya
monitoring
kadar
obat
dalam
serum
dilakukan
rutin,
mengingat
28
Antileukotrin
Zafirlukast
Steroid
inhalasi
Flutikason
propionat
Budesonide
Beklometaso
n dipropionat
sangat
bervariasinya
metabolic
clearance
dari teofilin,
sehingga
mencegah
efek samping
Tablet 20 mg 2 x 20mg/ --Pemberian
hari
bersama
makanan
mengurangi
bioavailabilit
i. Sebaiknya
diberikan 1
jam sebelum
atau 2 jam
setelah
makan
IDT 50, 125 125 500 50-125 mcg/ Dosis
mcg/ semprot mcg/ hari
hari
bergantung
IDT
, 100 800
100
200 kepada
Turbuhaler
mcg/ hari
mcg/ hari
derajat berat
100, 200, 400 100 800
100-200
asma
mcg
mcg/ hari
mcg/ hari
Sebaiknya
IDT, rotacap,
diberikan
rotahaler,
dengan
rotadisk
spacer
KONDISI KHUSUS
Penatalaksanaan asma jangka panjang di dasarkan pada klasifikasi
berat penyakit, dengan mengikuti pedoman pengobatan sesuai berat
penyakit diharapkan asma dapat dikontrol. Pada beberapa keadaan seperti
pada penyakit tertentu (hipertensi, diabetes mellitus) atau kondisi tertentu
seperti kehamilan, puasa, menjalani tindakan bedah perlu perhatian khusus
29
30
1. Obat inhalasi
2. Memakai obat-obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan
sebelumnya yang sudah terdokumentasi dan terbukti aman.
PENCEGAHAN
Pencegahan
meliputi
pencegahan
primer
yaitu
mencegah
Pencegahan Primer
Perkembangan respons imun jelas menunjukkan bahwa periode
prenatal dan perinatal merupakan periode untuk diintervensi dalam
melakukan pencegahan primer penyakit asma. Banyak faktor terlibat
dalam meningkatkan atau menurunkan sensitisasi alergen pada fetus, tetapi
pengaruh faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan
usia gestasi, sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum
mungkin. Walau penelitian ke arah itu terus berlangsung dan menjanjikan.
a. Periode prenatal
Kehamilan trimester ke dua yang sudah terbentuk cukup sel
penyaji antigen (antigen presenting cells) dan sel T yang matang,
merupakan saat fetus tersensisitasi alergen dengan rute yang paling
31
b. Periode postnatal
Berbagai upaya menghindari alergen sedini mungkin dilakukan
terutama difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein
susu sapi, telur, ikan, kacang-kacangan. Sebagian besar studi
menunjukkan mengenai hal tersebut, menunjukkan hasil yang
inkonklusif (tidak dapat ditarik kesimpulan). Dua studi dengan tindak
lanjut yang paling lama menunjukkan efek transien dari menghindari
makanan berpotensi alergen dengan dermatitis atopik. Dan tindak
lanjut lanjutan menunjukkan berkurangnya bahkan hampir tidak ada
efek pada manifestasi alergik saluran napas, sehingga disimpulkan
bahwa upaya menghindari alergen makanan sedini mungkin pada bayi
32
Pencegahan sekunder
Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa pencegahan sekunder
mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi
asma. Studi terbaru mengenai pemberian antihitamin H-1 dalam
menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopik. Studi lain
yang sedang berlangsung, mengenai peran imunoterapi dengan alergen
spesifik untuk menurunkan onset asma.
Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan
pajanan alergen sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur
tersensitisasi dan sudah dengan gejala asma, adalah lebih menghasilkan
pengurangan /resolusi total dari gejala daripada jika pajanan terus
berlangsung.
Pencegahan Tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan
pencetus akan memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan
medikasi/ obat.
33
BAB III
PEMBAHASAN
amonofilin,
asam
traneksamat,
adrenalin,
kalmethason,
34
35
Tujuan terapi Obat emergency Tujuan terapi obat pada pasien kritis sama
pada setiap individu: untuk mencapai efek yang diinginkan dengan meminimalkan
efek yang merugikan. Berbagai faktor dapat mengubah farmakodinamik dan
farmakokinetik yang akhirnya mempengaruhi keefektifan terapi obat.
Klasifikasi berdasarkan sifat pemakaiannya obat-obat yang tertuang dalam
Formularium Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat
dan obat bukan gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obatobatan yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu
tersedia di setiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap
pelayanan yang terkait. Obat ini bersifat life saving yang diperlukan pada keadaan
gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan seumur hidup. Berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada
pasien obat gawat darurat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Obat kategori Vital,
Essential dan Desirable (VED). VED bertujuan untuk mengklasifikasikan obat
berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien. Kategori obat
tersebut adalah :
1. Obat kategori Vital adalah obat yang sangat dibutuhkan pasien dengan
segera untuk
36
Essential. Obat ini biasanya dalam sedian oral untuk penanganan pasien
lebih lanjut.
Dibawah ini merupakan penggolongan obat anestesi-emergency.
Obat-Obatan Anestesi Umum
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Sulfas Atropin
Pethidin
Propofol/ Recofol
Succinil Cholin
Tramus
Sulfas Atropin
Efedrin
Buvanest atau Bunascan
Catapress (untuk menambah efek
buvanest)
Atropin
Efedrin
Ranitidin
Ketorolac
Metoklorpamid
Aminofilin
Asam Traneksamat
Adrenalin
Kalmethason
furosemid (harus ada untuk pasien
urologi)
lidocain
gentamicyn salep mata
Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
Methergin (untuk pasien obsgyn)
Adrenalin
Golongan narkotika,
2.
37
3.
Golongan Narkotika
Golongan
Sedativa
Transquilizer -
38
efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatic (tidak untuk
nyeri visceral)
Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk saat anestesi
refleks vagal - disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi
tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat
padart mulai sadar dpt timbul eksitasi
39
Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain
bekerja pada pusat retikular otak
Indikasi
a. Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada
koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan
intubasi kadang sukar.
b. Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
c. Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
d. Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi
vital. Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.
e. Untuk tindakan operasi kecil.
40
Kontraindikasi
o hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
o Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
o Dekompensasi kordis Relative:
o Riwayat kelainan jiwa
o Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik
Profolol
a. Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan
pelarut tdd minyak kedelai dan postasida telur yg dimurnikan.
b. Kdg terasa nyeri pada penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc
dlm 10cc propolol jarang pada anak karena sakit dan iritasi pada
saat pemberian
c. Analgetik tidak kuat
d. Dapat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance
e. Obat setelah diberikan didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.
f. Metabolisme di liver dan metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.
g. Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena
vasodilatasi dan apnea sejenak
h. Efek Samping
o bradikardi.
o nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
41
Zat dari sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalam ampul 0,5
gr(biru), 1 gr(merah) dan 5 gr. Dipakai dilarutkan dengan aquades
Larut tidak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hari (dalam kulkas
lebih lama, efek menurun)
Pemakaian
dibuat
larut
2,5%-5%,
tapi
dipakai
2,5% untuk
Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ) efek sedasi dan
hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang
f. TIK
42
Metabolisme di hepar
cepat tidur, waktu tidur relatif pendek Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
a.
syok berat
b.
Anemia berat
c.
d.
e.
f.
43
c. Menghambat salivasi
d. Nadi cepat, ekskresi airmata
e. Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
f. Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
g. Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
h. Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
i. Vasodilatasi pembuluh darah otak
j. Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
k. Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
l. Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immunemediated hepatitis)
m. Menghambat kontraksi otot rahim
n. Absorbsi dan ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme
tubuh
o. Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
cepat tidur
Kadang tidak mual dan tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi
yang enak
44
Kerugian
o overdosis
o Perlu obat tambahan selama anestesi
o Hipotensi karena depresi miokard dan vasodilatasi
o aritmia jantung
o Sifat analgetik ringan
o Cukup mahal
o Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar
dan relatif tidak larut dalam darah.
Efek:
a. Analgesik sangat kuat setara morfin
b. Hipnotik sangat lemah
c. Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
d. Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
e. jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
Obat Muscle Relaxant
a.
Bekerja pada otot bergaris: terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot
mandibula, otot intercostalis, otot-otot abdominalis dan relaksasi otot-otot
ekstremitas.
45
b.
c.
d.
Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ
abdominal tidak keluar dan terjadi relaksasi
e.
f.
Durasi
1. Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
2. Short (10-15 menit) : mivakurium
3. Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
4. Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,
pipekuronium, doksakurium, galamin
Indikasi
Depolarisasi
Suksinikolin,
Dekametonium
Non Depolarisasi
Tubokurarin/Kurare,
Atrakurium,Besilat,
Vekurinium,
Matokurin,
Alkuronium, Pankuronium
(Pavulon),
Galamin,
Fasadinium, Rekuronium
Tindakan relaksasi simgkat Tindakan relaksasi lama
pemasangan
pipa pada geriatric, kelainan
46
endotracheal/spsme laring
Durasi
Fasikulasi
Obat antagonis
Lewat barrier plasenta
Efek Muskarinik
5 10 menit
+
-
Hiperkalemi
+
Pelepasan
histamine +
(hipotensi, hipersekresi
asam lambung, spasme
bronchus)
Efek samping
Menurunnya
atau
Meningkatkan HR dan BP
Myalgia post op
Meningkat
tekanan
intragaster,
intraokuler,
dan intra intrakranial
+ (bradikardi, hipersekresi,
cardiac arrest)
Tubokurarin/kurare (+)
Pankurorium (-)
Sulfas Atropin
Aminofilin
Berikan bila
Tekanan darah menurun
20% dari tekanan darah
awal (bila tekanan darah
sistol <90 diberikan)
Bradikardi (<60)
Brokokonstriksi
Dexamethasone
Reaksi anafilaksis
Adrenalin
Cardiac arrest
Succinil choline
Spasme laring
Dosis
2 cc spoit
2 cc spoit
5 mg/kgBB
Spoit 24 mg/ml
1 mg/kgBB
Spoit 5 mg/cc
0,25 0,3 mg/kgBB,
1mg/cc
1 mg/kgBB
Spoit 1cc
47
meningkatkan
kontraktilitis
miokardium.
Efinefrin
juga
48
Untuk bronkospasme atau anafilaksasi, berikan 0,1 0,5 mg (0,1 0,5 larutan
1:1000) melalui subkutan dan ulang setiap 10-20 menit. Jikamenggunakan
rute IV, berikan 0,1 0,25 mg (1-2 ml larutan 1: 10.000). catatan : larutan
epinefrin
1:1000
mengandung
1mg/ml:
larutan
epinefrin
1:10.000
49
natrium
(Na),
dalam
dosis
rendah
sampai
sedang
(2-10
50
Indikasi :
Keadaan syok, brakikardia simtomatik
Kontraindikasi :
Takidisritmia yang tidak dikoreksi, feokromositoma, VF (fibrilasi ventricular)
Pemberian :
Dosis
Dewasa : dosis rendah ; 1-5 mcg/kg/menit melalui intravena, dosis sedang ; 510 mcg/kg/menit, dosis tinggi ; 10-20 mcg/kg/menit sampai 50 mcg/kg/menit.
Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu
Anak-anak : 1-20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit. Titrasikan
sampai terjadi efek dan atau respon ginjal.
Konsentrasi 400 mg/500ml D5W menghasilkan 800mcg/ml. imfus boleh
ditingkatkan 4 mcg/kg/menitpada interval10-30 menit sampai respon optimal
tercapai.
Tindakan kewaspadaan:
Penggunaan secara bersamaan dengan penyekat dapat menyebabkan efek
dopamine. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang mendapatkan inhibitor
monoamina oksidase (MAO) dan fenitoin karena obat tersebut dapat
menyebabkan krisis hipertensi. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
penyakit vascular oklusif embolisme arteri, dan endateritis diabetic. Koreksi
status hipovelemia sebelum memberikan dopamine. Ekstravasasi dapat
menyebabkan nekrosis dan pengelupassan jaringan sekitarnya.
51
52
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang
digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi atau
life support.
2. Tujuan terapi obat emergency adalah untuk mencapai efek yang
diinginkan dengan meminimalkan efek yang merugikan.
3. Jenis-jenis Obat Emergency
Adapun macam-macam obat emergency yang akan dibahas dalam
referat ini adalah sebagai berikut:
e. EPINEFRIN (ADRENALIN)
Indikasi : Henti jantung, reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, serangan
asma akut, bradikardia simtomatik, hipotensi berat.
f. AMIODARON (CORDARONE)
Indikasi : takidisritmia atrium dan ventrikel
g. ATROPIN
Indikasi : sinus brakikardia simtomatik, asistole, atau aktivitas listrik
tanpa denyut nadi brakikarida
h. DOBUTAMIN (DOBUTREX)
Indiaksi : gagal jantung, dekompensasi jantung
53
DAFTAR PUSTAKA
John Rees dkk. 1998. Petunjuk Penting Asma, Edisi III. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Wells BG., JT Dipiro, TL Schwinghammer, CW.Hamilton, Pharmacoterapy
Handbook 6th ed International edition, Singapore, McGrawHill, 2006:826848.
Farthing K., MJ Ferill, JA Generally, B Jones, BV Sweet, JN Mazur, et al. Drug
Facts & Comparison 11th ed., St.Louis:Wolter Kluwer Health, 2007: 417459
Asma, Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, PDPI, 2004
Dinas Kesehatan. 2013. Apa yang dimaksud dengan Obat. Diakses di
http://dinkes.
go.id/index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-
54
55
Lampiran Kasus
Identitas
o Identitas Pasien
Nama
Tanggal lahir/ Umur
Jenis Kelamin
Alamat
No. RM
Masuk RS
o
:
:
:
:
:
:
An. A
19 September 2010/ 2 tahun 8 bulan
Perempuan
Pondok Pelangi No.16
32-91-69
7 Mei 2013, jam 12.30 WIB
Nama
Umur
Alamat
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Ayah
Tn. Chairul Andreas
41 tahun
Pondok Pelangi No.16
Ibu
Ny. Dwi Kartika
37 tahun
Pondok Pelangi No.16
Melayu
Melayu
Hubungan pasien dengan orang tua: pasien anak kandung (anak ke 2 dari 3
bersaudara)
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara allonamnesis kepada orang tua pasien pada
tanggal 07 Mei 2013 pukul 12.30 WIB di kamar perawatan pasien anak ruangan
Bougenville.
Keluhan Utama
Sesak sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan
Batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Pilek sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RS Otorita Batam dengan keluhan sesak sejak
setengah jam sebelum masuk RS. Sesak dirasakan terus-menerus walaupun
telah di uap sebanyak 3 kali dengan obt combivent yang telah diberikan dari
poli dokter spesialis anak. Sesak hilang timbul juga dirasakan oleh pasien
56
sejak 2 minggu lalu, sesak dirasakan semakin lama semakin berat, sesak
terdapat bunyi "ngik". Sehingga pasien pernah mengalami sesak saat umur 1
tahun tapi tidak diobato karena membaik sendiri. Pasien juga sering
mengalami bersin-bersin saat pagi haari. Pasien mengaku ada batuk dan pilek.
Dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dan demam mulai
semalam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami penurunan nafsu
makan sejak 3 hari yang lalu dan menyangkal adanya mual, muntah dan
diare.
Pemeriksaan Lab:
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
LED
Nilai normal
11,0-16,5 g/dL
33-38 %
9000-12.000/ul
150.000-450.00 /ul
0-15 mm/jam
Hasil
11,2
33,5
21.420
570.000
57
Demam
Kejang
Sesak
Sianosis
Batuk
BAB
BAK
Makan
Minum
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+) Sedikit
(+) Sedikit
Objektif:
KU
:
compos
mentis/
tampak
berat
sakit
57
Tanda vital
Kepala
Objektif:
KU
Tanda vital
Kepala
58
Planning
IVFD Dextrone 5% 100cc + Aminophilin 40mg/ 8 jam (mikro)
Injeksi Ceftazidine 2x 500mg (iv)
Tremenza sirup 3x 1/2 cth
Sanmol 4x 1 cth
Terapi inhalasi combiven / 6 jam
Analisa Kasus
Kasus ini didiagnosis sebagai Status Asmatikus berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang didapatkan yaitu:
Dasar
diagnosa
Status
Asmatikus
Anamnesa
Pemeriksaan
Fisik
Pasien
a. Sesak sejak 30 menit sebelum
masuk rumah sakit walaupun
telah dinebulasi di rumah 3 kali.
b. Sesak 1 bulan yang lalu, hilang
timbul
c. Saat sesak terdapat bunyi ngikk
d. Batuk dan pilek sejak 3 hari yang
lalu
e. Semakin lama sesak semakin
berat.
f. Ada riwayat pernah sesak saat
berumur 1 tahun
g. Sering bersin-bersin dipagi hari
h. Ada riwayat alergi makanan
udang
i. Ayah dan kakak memilik asa
Literatur
59
Retraksiepigastrium (+)
Analisa Terapi
1. Kebutuhan cairan
Pada pasien berat badannya 10 kg. Maka kebutuhan cairan tubuhnya.
(4x10)= 40ml/jam
Jumlah tetesan/ menit:
Kebutuhan cairan (cc/kg)x berat badan(kg)x 20 tetes/menit (makro)
Waktu pemberian (jam) x 60 cc/jam
= 40 x10 x20 =5,55 (6 tetes per menit)
24x 60
Pada pasien yang diberikan 10 tetes per menit infus 2A
Cairan kombinasi: Cairan 2A
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 1:1 yang terdiri dari dextrosa monohidrat 55 g/ml,
dextrosa anhidrat 50 g/L, natrium 150 mmol/L dan klorida 150
mmol/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi dan
bronkopneumoni dengan komplikasi. Diberikan 10 tetes per menit.
Antibiotik
Antibiotik yang diberikan adalah Ceftazidime sesuai dosisnya
yaitu:
- Dewasa : 1-6 gram/ hari, dalam 2-3 dosis terbagi
- Bayi > 2bulan dan anak-anak : 30-100 mg/kgBB/hari, dalam 2-3
dosis terbagi
- Neonatus dan bayi < 2 bulan: 25-60 mg/kgBB/hari , dalam 2 dosis
terbagi
Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis ineksi, derajat
infeksi usia, berat badan, dan fungsi ginjal dari penderita. Pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan
dengan cara penurunan dosis dan atau dengan memperpanjang interval
pemberian obat.
Pada pasien umur 2 tahun 8 bulan dengan bb 10 kg maka:
100 mg x 10 kg = 1000 mg/ hari ( dibagi 2-3 dosis)
Diberikan :2x 500 mg (iv)
Indikasi : untuk infeksi-infeksi berat sebagai berikut : infeksi yang
disebabkan oleh organisme yang peka terhadap Ceftazidime:
Septikaemia, bakteriemia,meningitis, pneumonia.
Antipiretik
Pada pasien diberikan antipiretik Sanmol sirup dengan dosis 1015 mg/kg per 6-8 jam.
60
Dosis pada pasien ini : 10x bb pasien(10) = 100 mg per 8 jam. Sediaan
obat sirup 120 mg/5 ml berarti diberikan 4 x 1 cth.
Obat Batuk dan pilek
Pada pasien ini diberikan obat batuk dan pilek yaitu tremenza
(5ml) mengandung pseudoefedrina- HCl 60 mg (30mg), triprolidinaHCl 2,5mg (1,25 mg), dengan dosis anak 2-5 tahun:1/2 sdt. Seluruh
dosis diberikan 3-4 kali/hari.
Meringankan gejala flu karena alergi pada saluran nafas atass
yang memerlukan dekongestan dan antihistamin.
Obat Asma (Aminofilin)
Jika anak tidak membaik setelah 3 dosis bronkodilator kerja
cepat, beri aminofilin iv dengan dosis awal (bolus) 6-8 mg/kgBB
dalam 20 menit. Bila 8 jam sebelumnya telah mendapatkan
aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti dosis rumatan 0,5-1 jam
mg/kgBB/jam. Pemberian aminofilin harus berhati-hati, sebab margin
of safety aminofilin sangat sempit. HEntikan pemberian aminofilin iv
segera bila anak mulai muntah, denyut nadi > 180x/menit, sakit
kepala, hipotensi atau kejang.
Pada pasien ini diberikan terapi inhalasi combivet tiap 6 jam,
combivet mengandung 21 mg Ipropropium Bromida +125 mg
Salbutamol yang berfungsi sebagai bronkodilator.
Profil Pasien
Nama Pasien
: Ny. S
Umur
: 50 tahun
Berat Badan
: -
61
Tinggi Badan
: -
Ginjal
: -
Hepar
: -
Keluhan utama
Diagnosis
Riwayat Penyakit
: -
Riwayat Pengobatan
: Data Klinik
62
N
o
Jenis Obat
Nama
Generik
ISDN
Infus PZ
Inj.
Regime
n
Dosis
5 mg
SL
1000
cc/2jam
(14
tts/meni
t)
2 x 50
63
Ranitidin
Asetosal 01-0
Clopidogrel
1-0-0
Simvastatin
0-0-1
7 Trimetazidin
e diHCl 10-1
8 Syrup
Pencahar
9 Diazepam 00-1
10 Inj.
Metoklopra
mid
11 Captopril
12 Bisoprolol
1-0-0
13 O2
14 Infus RL
15 Dobutamin
Pump
16 Inj.
Fondaparinu
x Na
17 Dopamin
mg
LD 300
mg
MD 1
x 100
mg
LD 300
mg
MD 1 x
75 mg
20 mg
35 mg
x2
3 x 15
mL
5 mg
3 x 10
mg
3 x 6,25
mg
1,25
mg
3x
12,5
3x
12,5
500
cc
14
tts/me
nit
500
cc
5
mg
500 cc
(7
tts/meni
t)
3
mg/Kg
BB/me
nit
1 x 2,5
mg
3g
2
lpm
3
lpm
64
Pump
18 Inj.
Ceftriaxon
0-1-1
19 KSR
20 Ka-en Mg3
2x1g
1x 600
mg
500
cc/24
jam
21 Furosemid
22 KCl
23 Paracetamol
24 Digoxin
Extr
a1
cup
25 mEq
500 mg
2 x 0,25
mg
2,5
mg /
jam
1x
0,25
Asuhan kefarmasian
1.
2.
3.
65
ISDN
Indikasi
Mekanisme
Monitoring
Saran
ESO
: NaCl 0,9%
Indikasi
ESO
* Larutan ini bersifat isotonis, sehingga dapat terus berada di dalam pembuluh
darah dan mencegah terjadinya hipovolemi.
66
Inj. Ranitidine
Indikasi
: stress ulcer
Mekanisme
ESO
: sakit kepala
*Dosis untuk profilaksis stress ulcer secara iv yaitu 50 mg tiap 8 jam (BNF,
2008).
Clopidogrel
Indikasi
Mekanisme
Efek Samping
Alasan pemakaian
67
Simvastatin
Indikasi
Mekanisme
Efek Samping
Dosis
Monitoring
Alasan pemakaian
Trimetazidine di-hcl
Indikasi
Dosis
Eso
Mekanisme
: metabolic
penggunaan
anti-ischaemeic
substrate
energi
agent,
di
memodifikasi
jantung
untuk
68
Alasan
Syrup pencahar
Indikasi
Dosis
Rute
: peroral
MK
Alasan
Diazepam
Indikasi
Mekanisme
: Meningkatkan
69
Alasan digunakan
Konseling
Inj. Metoklopramid
Indikasi
Mekanisme
injeksi : 3x 10 mg
Captopril
Indikasi
Mekanisme
: Penghambatan
ACE
mengurangi
pembentukan
70
Alasan digunakan
tanggal
17
terjadi
elektrolit,sehingga
dosis.Sehingga
ketidak
diperlukan
captopril
seimbangan
peningkatan
diharapkan
mampu
Dosis
Mekanisme
: beta
blocker
(menghambat
reseptor
beta
yang
ketegangan
menurunkan afterload .
dinding
ventrikel
dengan
71
o2
Indikasi
Dosis
: 2-4 lpm
Rute
: inhalasi
Infus rl
Regimen dosis
: 500 cc (7 tetes/menit)
Kandungan
Tujuan pemberian
mengalami
alkalosis
respiratorik
dengan
72
Dosis
Rute
: pump
MK
Alasan
Inj. Fondaparinux na
Antikoagulan parenteral yang umumnya diberikan bersama dengan aspirin
Indikasi
Mekanisme
Alasan
Dopamin pump
Indikasi
Mekanisme
73
: Kebanyakan
pasien
mendapatkan
10
sampai
20
Inj. Ceftriaxon
Indikasi
Mekanisme
* Data klinis yang dilihat pada tanggal 16/02 leukosit, suhu tubuh pasien
meningkat.
Ksr (KALIUM SUSTAINED RELEASE)
Indikasi
Efek samping
: mual, muntah,diare
74
Ka-en-mg3
Komposisi per 100 mL :
Na+
50 mEq
K+
20 mEq
Cl-
50 mEq
Laktat
20 mEq
Glukosa
100 g
Larutan ini mengandung kalori = 400 kCal dengan osmolaritas 695 mosmol
(www.otsuka.co.id)
* Diberikan pada tanggal 17/02/2010 karena pada data lab pasien terdapat
sedikit ketidaksetimbangan elektrolit yaitu Na+ = 150 dan K+ = 3,36 Kaen
Mg3 diberikan untuk memperbaiki kekurangan K+ pasien dan untuk
mencukupi
elektrolit
pasien
yang
mendapat
furosemid
yang
dapat
Mekanisme
Kcl
Diberikan pada tanggal 15, 16, dan 17 Februari 2010. Berdasarkan data lab,
jumlah ion K+ dalam tubuh pasien pada tgl 15, 16, dan 17 Februari 2010 berada
di bawah nilai normal, yaitu 3,4; 3,4; dan 3,36 mEq/L (berturut-turut).
75
Indikasi
Dosis lazim
ESO
KI
Monitoring
: Kalium
Paracetamol
Indikasi
Dosis
Digoxin
Indikasi
Mekanisme