Vous êtes sur la page 1sur 75

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat merupakan zat atau bahan atau paduan bahan yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan, mengurangi gejala penyakit,
memulihkan kesehatan dan untuk memperbaiki atau memperelok tubuh.
Berdasarkan sifat pemakaiannya, obat-obat yang tertuang dalam Formularium
Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat dan obat
bukan gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obat obatan
yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu
tersedia di setiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap
pelayanan yang terkait yaitu mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi
keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan.
Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila sifatnya
mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera.
Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya
kronis. Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan
penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit
ular berbisa, sedang mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah
tulang akibat kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dan
sebagainya. Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun
penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa

seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit


yang sifatnya akut.
Obat gawat darurat sering digunakan terutama di Unit Gawat Darurat.
Obat tersebut sangat bermacam-macam. Diantaranya aminofilin digunakan
untuk menghilangkan gejala asma, amiodarone digunakan untuk Henti jantung
tak respon (refrakter) terhadap RJP, atropine digunakan untuk Intoksikasi
organofosfat, cedocard digunakan untuk mencegah atau mengobati nyeri dada
(angina), diazepam digunakan untuk mengatasi kejan dan masih banyak jenis
obat gawat darurat lainnya.
Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, dan bermacammacam pula obat gawat darurat, sebagai tenaga kefarmasian memerlukan
pemahaman sebagai modal sebelum memberikan obat kepada pasien. Kita
harus melihat kasus per kasus karena setiap kasus akan berbeda pula obat
emergensi yang diberikan. Dengan demikian, pasien akan tertolong dengan
pertolongan yang tepat dan tidak ada kejadian vatal yang diakibatkan oleh
kesalahan pemberian obat gawat darurat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimkasud dengan obat gawat darurat?
2. Apa tujuan pemberian obat gawat darurat?
3. Apa saja golongan obat gawat darurat untuk penyakit jantung dan
asma?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui obat gawat darurat.

2. Untuk mengetahui tujuan pemberian obat gawat darurat.


3. Untuk mengetahui golongan obat gawat darurat untuk penyakit jantung
dan asma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Irama Jantung (Arrhytmia)


Jantung adalah organ tubuh kita yang sangat penting keberadaanya.
Karena kemampuan jantung yang membantu memompa darah menuju ke
seluruh tubuh sehingga tubuh bisa mendapatkan asupan oksigen dan juga sari
makanan yang diperlukan dalam melakukan sistem metabolisme tubuh secara
normal. oleh sebab itulah, jantung harus dijaga dengan baik kesehatannya
supaya fungsinya bisa berjalan dengan baik. dan salah satu hal yang harus
dicegah adalah munculnya resiko penyakit jantung.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya
terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan
kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung


menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung
umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak
jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat.
Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR
abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang
normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari
60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut
tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).
Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau
menghilangkan denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat
diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia
jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa
membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak
teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat.
Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:
1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat
langsung fatal.
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi
jantung tidak menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya
sekali-sekali saja kuncup secara normal dimana yang seharusnya pacu

jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar


menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi
hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat
berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak
menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih
dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan
keseluruh tubuh.
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni
Eropah dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di
atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko
terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi.
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung
maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang
dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat
meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam
serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana
kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta
menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di
ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Pengalaman kami seorang pasien diabetes

dengan hipertensi

melakukan olahraga berat tiba-tiba saat olahraga ia merasakan seakan-akan


jantungnya ngadat kebetulan rumah sakit dekat dan ia langsung masuk ruang
emergensi dan ditolong. Pemeriksaan segera dilakukan dengan memasang 10
detektor ECG(6 di dada an 4 masing-masing di pergelangan tangan dan kaki)
dan

ditemukan

adanya

gangguan

serambi

jantung

yang

tidak

menguncup(fibrilasi) jelas dengan adanya resiko terbentuknya bekuan dalam


serambi jantung yang kelak dapat lepas dan menimbulkan stroke.
Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya
bekuan dan juga obat untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien
membaik beberapa hari kemudian. Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk
menentukan penyebab gangguan jantung dan pengobatannya.
2.1.1 Bradiaritmia dan Takiaritmia
Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik
jantung. Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan

perubahan irama jantung menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung


berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau terlalu cepat (Takiaritmia,
jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit). Keadaan tersebut akan
berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang
mengalir di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh
tidak terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah capek,
kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan. Yang
berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang bahkan
minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan yang
lebih parah dapat menyebabkan stroke.
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan
mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang
biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat
(sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim dimana
bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka terjadi
kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut
listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian., Kebanyakan takiaritmia
tidak menimbulkan kematian mendadak. Akan tetapi tentu harus dipastikan
jenis aritmia apa yang terdapat pada seorang pasien.
Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung,
umumnya menetap sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin
kecukupan frekuensi denyut jantung. Alat tersebut adalah alat pacu jantung

tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam dibawah kulit dada lalu
dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan operasi kecil
dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.
Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan
ablasi. Setelah dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit
takiaritmia dan tidak memerlukan obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan
invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS. Pada ablasi dilakukan
pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan panas yang
dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada
takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko
yang sangat kecil.
2.1.2 Deteksi Aritmia
Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan
menggunakan alat perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi
(EKG). Bila pasien datang pada saat ada keluhan-keluhan diatas lalu
dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada tidaknya gangguan
gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah dan
ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman EKGpun tidak tertangkap aritmia-nya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
lain yang lebih komprehensif seperti Holter Monitoring atau pemeriksaan
yang canggih yang disebut Electrophysiology Study (EPS). Holter
monitoring adalah perekaman EKG secara kontinue selama 24-48 jam
sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila aritmianya hanya

10

terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama. Kadang
dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut Insertable Loop
Recorder (ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana dilakukan
perekaman listrik jantung secara langsung pada sistem listrik jantungnya.
Ada beberapa tipe-tipe aritmia yaitu :
o Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal
dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak
memerlukan terapi.
o Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang
paling umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung.
Ini merupakan denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2
mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu
banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan. Tetapi kadangkadang,

PVCs

dpt

disebabkan

oleh

penyakit

jantung

atau

ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs


dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang
dokter jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak
berbahaya dan jarang memerlukan terapi.
o Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang
sering menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara
abnormal.

11

o Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau
lebih sirkuit yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih
terorganisir dan teratur dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini
terjadi paling sering pada orang dengan penyakit jantung, dan selama
minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia ini sering berubah
menjadi atrial fibrilasi.
o Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat,
biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT
mulai dan berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path
tachycardia dan AV nodal reentrant tachycardia (lihat bawah).
o Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur
atau hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls
berjalan melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini
membuat impuls berjalan di jantung dg sangat cepat menyebabkan
jantung berdenyut dg cepat.
o AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari
satu jalur melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung
berdebar), pingsan atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat
disembuhkan dg menggunakan suatu manuver sederhana yang
dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg obat2an atau
dengan suatu pacemaker.

12

o Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang


bawah jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi
cukup darah, oleh karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke
seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia yang serius, khususnya pd orang
dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg lebih banyak gejala.
Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.
o Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak
terorganisir yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak
mampu berkontraksi atau memompa darah ke tubuh. Ini merupakan
kondisi emergensi yang harus diterapi dg CPR dan defibrilasi sesegera
mungkin.
o Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang
merepresentasikan

waktu yang

diperlukan

otot jantung untuk

berkontraksi dan kemudian relaksasi, atau yang diperlukan impuls


listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT
memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya torsade de pointes,
suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT
syndrome merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat
menyebabkan kematian mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi
dengan

obat2

antiaritmia,

pacemaker,

electrical

cardioversion,

defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.

13

o Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat


muncul dari kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya
adalah sinus node dysfunction dan blok jantung.
o Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA
node yang abnormal. Diterapi dengan pacemaker.
o Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik
ketika berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat
terjadi pada AV node atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut
ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok jantung perlu diterapi
dengan pacemaker.
2.1.3 Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG
adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan
ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p
tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut

14

sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,


terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks
atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium
cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan
atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional prematur
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler
Penyebab dan factor resiko gangguan irama jantung

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :


1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

15

3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obatobat anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
1. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk
hampir semua jenis aritmia jantung.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri
koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku
dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
3. Penyakit Jantung Bawaan

16

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.


4. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon
tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi
cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial
fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid
tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan
bradikardi (bradycardia).
5. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine
dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas
dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan
meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah
rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
8. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur.
Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat
memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
9. Ketidakseimbangan Elektrolit

17

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut


elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.

10. Terlalu Banyak Minum Alkohol


Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot
jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak
lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang
lebih serius. Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
Tanda Dan Gejala Aritmia

18

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu


a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

19

f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan (perasaan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)

Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


EKG

: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan

konduksi.

Menyatakan

tipe/sumber

disritmia

dan

efek

ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.


Monitor Holter

: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan

untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila


pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
Foto

dada:

Dapat

menunjukkanpembesaran

bayangan

jantung

sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup


Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.

20

Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium


dapat mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimetri: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
- Quinidine

adalah

obat

yang

digunakan

dalam

terapi

pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau


flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B

21

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,


ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi

c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)


Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi

mencakup

pemakaian

arus

listrik

untuk

menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya


merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi

: kardioversi asinkronis yang digunakan pada

keadaan gawat darurat.


c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

22

d. Terapi pacemaker

: alat listrik yang mampu menghasilkan

stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi


jantung.

2.2 Pengertian asma


Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan.
INFLAMASI AKUT
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor
antara lain alergen, virus, iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi
akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus
diikuti reaksi asma tipe lambat.
1. Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast
dan terjadi degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut
mengeluarkan preformed mediator seperti histamin, protease dan
newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF

23

yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan


vasodilatasi.
2. Reaksi Fase Lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil
dan makrofag.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya asma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk
predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma,
yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin
dan

ras.

Faktor

lingkungan

mempengaruhi

individu

dengan

kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,


menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala
asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan
(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor
genetik/ pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan :
1. pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu
dengan genetik asma,
2. baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko
penyakit asma.

24

Riwayat penyakit / gejala :

Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan

Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu

Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :


Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
OBAT ASMA
Terapi farmakologi merupakan salah satu bagian dari penanganan
asma yang bertujuan mengurangi dampak penyakit dan kualiti hidup; yang
dikenal dengan tujuan pengelolaan asma. Pemahaman bahwa asma bukan
hanya suatu episodik penyakit tetapi asma adalah suatu penyakit kronik
menyebabkan pergeseran fokus penanganan dari pengobatan hanya untuk
serangan akut menjadi pengobatan jangka panjang dengan tujuan
mencegah serangan, mengontrol atau mengubah perjalanan penyakit.
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu
antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol
penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan

25

bronkodilator yang merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi


eksaserbasi/ serangan, dikenal dengan pelega.
Tabel 18. Obat asma yang tersedia di Indonesia (tahun 2004)
Jenis Obat
Pengontrol
Antiinflamasi
Pelega
Bronkodilator

Sediaan dan
dosis obat
pengontrol
asma
Medikasi

Golongan
Steroid
Inhalasi
Sodium
kromoglikat
Nedokromil
Antileukotrin
Kortikosteroid
sistemik
Agonis beta-2
kerja lama
Agonis beta-2
kerja singkat
Antikolinergik
Metilsantin
Agonis beta-2
kerja lama
Kortikosteroid
sistemik

Sediaan obat

Nama Generik
Flutikason
propionat
Budesonide
Kromolin
Nedokromil
Zafirlukast
Metilprednisol
on
Prednisolon
Prokaterol
Bambuterol
Formoterol
Salbutamol
Terbutalin
Prokaterol
Fenoterol
Ipratropium
bromide
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas
lambat
Formoterol
Metilprednisol
on
Prednison

Dosis dewasa

Bentuk/ kemasan obat


IDT
IDT, Turbuhaler
IDT
IDT
Oral (tablet)
Oral ,Injeksi
Oral
Oral
Oral
Turbuhaler
Oral, IDT, rotacap,
rotadisk, Solutio
Oral, IDT, Turbuhaler,
solutio
Ampul (injeksi)
IDT
IDT, solutio
IDT, Solutio
Oral
Oral, Injeksi
Oral
Turbuhaler
Oral, injeksi
Oral

Dosis anak

Keterangan

26

Kortikosteroi
d sistemik
Metilprednis
olon
Prednison

Tablet
4 , 8, 16 mg
Tablet 5 mg

4-40
mg/
hari,
dosis
tunggal atau
terbagi
Short-course
:
20-40
mg
/hari
dosis tunggal
atau terbagi
selama 3-10
hari

0,25 2 mg/
kg BB/ hari,
dosis tunggal
atau terbagi
Short-course
:
1-2
mg
/kgBB/ hari
Maks.
40
mg/hari,
selama 3-10
hari

Pemakaian
jangka
panjang dosis
4-5mg/ hari
atau 8-10 mg
selang sehari
untuk
mengontrol
asma , atau
sebagai
pengganti
steroid
inhalasi pada
kasus yang
tidak dapat/
mampu
menggunaka
n
steroid
inhalasi
Kromolin & IDT
1-2 semprot, 1 semprot,
Sebagai
Nedokromil
5mg/
3-4 x/ hari
3-4x / hari
alternatif
Kromolin
semprot
2 semprot
2 semprot
antiinflamasi
Nedokromil
IDT
2-4 x/ hari
2-4 x/ hari
Sebelum
2
mg/
exercise atau
semprot
pajanan
alergen,
profilaksis
efektif dalam
1-2 jam
Agonis beta- IDT 25 mcg/ 2

4 1-2 semprot, Digunakan


2 kerja lama semprot
semprot,
2 x/ hari
bersama/
Salmeterol
Rotadisk 50 2 x / hari
-kombinasi
Bambuterol
mcg
1 X 10 mg / 2
x
25 dengan
Prokaterol
Tablet 10mg hari, malam
mcg/hari
steroid
Formoterol
Tablet 25, 50 2
x
50 2
x
2,5 inhalasi
mcg
mcg/hari
ml/hari
untuk
Sirup 5 mcg/ 2 x 5 ml/hari 2x1 semprot mengontrol
ml
4,5 9 mcg
(>12 tahun)
asma
IDT 4,5 ; 9 1-2x/ hari
Tidak
mcg/semprot
dianjurkan

27

untuk
mengatasi
gejala pada
eksaserbasi
Kecuali
formoterol
yang
mempunyai
onset kerja
cepat
dan
berlangsung
lama,
sehingga
dapat
digunakan
mengatasi
gejala pada
eksaserbasi

Medikasi

Sediaan obat

Dosis dewasa

Dosis anak

Keterangan

Metilxantin
Aminofilin
lepas lambat
Teofilin lepas
Lambat

Tablet
225
mg
Tablet
125, 250, 300
mg 2 x/
hari;
400 mg

2 x 1 tablet
2 x125 300
mg
200-400 mg
1x/ hari

-1 tablet,
2 x/ hari
(> 12 tahun)
2 x 125 mg
(> 6 tahun)

Atur
dosis
sampai
mencapai
kadar obat
dalam serum
5-15
mcg/
ml.
Sebaiknya
monitoring
kadar
obat
dalam
serum
dilakukan
rutin,
mengingat

28

Antileukotrin
Zafirlukast

Steroid
inhalasi
Flutikason
propionat
Budesonide
Beklometaso
n dipropionat

sangat
bervariasinya
metabolic
clearance
dari teofilin,
sehingga
mencegah
efek samping
Tablet 20 mg 2 x 20mg/ --Pemberian
hari
bersama
makanan
mengurangi
bioavailabilit
i. Sebaiknya
diberikan 1
jam sebelum
atau 2 jam
setelah
makan
IDT 50, 125 125 500 50-125 mcg/ Dosis
mcg/ semprot mcg/ hari
hari
bergantung
IDT
, 100 800
100
200 kepada
Turbuhaler
mcg/ hari
mcg/ hari
derajat berat
100, 200, 400 100 800
100-200
asma
mcg
mcg/ hari
mcg/ hari
Sebaiknya
IDT, rotacap,
diberikan
rotahaler,
dengan
rotadisk
spacer

KONDISI KHUSUS
Penatalaksanaan asma jangka panjang di dasarkan pada klasifikasi
berat penyakit, dengan mengikuti pedoman pengobatan sesuai berat
penyakit diharapkan asma dapat dikontrol. Pada beberapa keadaan seperti
pada penyakit tertentu (hipertensi, diabetes mellitus) atau kondisi tertentu
seperti kehamilan, puasa, menjalani tindakan bedah perlu perhatian khusus

29

atau perubahan penatalaksanaan dari hal yang sudah digariskan dalam


pedoman penatalaksanaan.
Kehamilan
Selama kehamilan berat penyakit asma dapat berubah sehingga
penderita memerlukan pengaturan jenis dan dosis obat asma yang dipakai.
Penelitian retrospektif memperlihatkan bahwa selama kehamilan 1/3
penderita mengalami perburukan penyakit, 1/3 lagi menunjukkan
perbaikan dan 1/3 sisanya tidak mengalami perubahan. Meskipun selama
kehamilan pemberian obat-obat harus hati-hati, tetapi asma yang tidak
terkontrol bisa menimbulkan masalah pada bayi berupa peningkatan
kematian perinatal, pertumbuhan janin terhambat dan lahir prematur,
peningkatan insidensi operasi caesar, berat badan lahir rendah dan
perdarahan postpartum. Prognosis bayi yang lahir dari ibu menderita asma
tapi terkontrol sebanding dengan prognosis bayi yang lahir dari ibu yang
tidak menderita asma. Oleh sebab itu mengontrol asma selama kehamilan
sangat penting untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan baik pada
ibu maupun janinnya. Pada umumnya semua obat asma dapat dipakai saat
kehamilan kecuali komponen adrenergik, bromfeniramin dan epinefrin..
Kortikosteroid inhalasi sangat bermanfaat untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan akut terutama saat kehamilan (bukti B). Bila terjadi
serangan, harus segera ditanggulangi secara agresif yaitu pemberian
inhalasi agonis beta-2, oksigen dan kortikosteroid sistemik.
Pemilihan obat pada penderita hamil, dianjurkan :

30

1. Obat inhalasi
2. Memakai obat-obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan
sebelumnya yang sudah terdokumentasi dan terbukti aman.
PENCEGAHAN
Pencegahan

meliputi

pencegahan

primer

yaitu

mencegah

tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan


sekunder adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak
berkembang menjadi asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar
tidak terjadi serangan / bermanifestasi klinis asma pada penderita yang
sudah menderita asma.

Pencegahan Primer
Perkembangan respons imun jelas menunjukkan bahwa periode
prenatal dan perinatal merupakan periode untuk diintervensi dalam
melakukan pencegahan primer penyakit asma. Banyak faktor terlibat
dalam meningkatkan atau menurunkan sensitisasi alergen pada fetus, tetapi
pengaruh faktor-faktor tersebut sangat kompleks dan bervariasi dengan
usia gestasi, sehingga pencegahan primer waktu ini adalah belum
mungkin. Walau penelitian ke arah itu terus berlangsung dan menjanjikan.
a. Periode prenatal
Kehamilan trimester ke dua yang sudah terbentuk cukup sel
penyaji antigen (antigen presenting cells) dan sel T yang matang,
merupakan saat fetus tersensisitasi alergen dengan rute yang paling

31

mungkin adalah melalui usus, walau konsentrasi alergen yang dapat


penetrasi ke amnion adalah penting. Konsentrasi alergen yang rendah
lebih mungkin menimbulkan sensitisasi daripada konsentrasi tinggi.
Faktor konsentrasi alergen dan waktu pajanan sangat mungkin
berhubungan dengan terjadinya sensitisasi atau toleransi imunologis.
Penelitian menunjukkan menghindari makanan yang bersifat
alergen pada ibu hamil dengan risiko tinggi, tidak mengurangi risiko
melahirkan bayi atopi, bahkan makanan tersebut menimbulkan efek
yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan fetus. Saat ini, belum ada
pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan.

b. Periode postnatal
Berbagai upaya menghindari alergen sedini mungkin dilakukan
terutama difokuskan pada makanan bayi seperti menghindari protein
susu sapi, telur, ikan, kacang-kacangan. Sebagian besar studi
menunjukkan mengenai hal tersebut, menunjukkan hasil yang
inkonklusif (tidak dapat ditarik kesimpulan). Dua studi dengan tindak
lanjut yang paling lama menunjukkan efek transien dari menghindari
makanan berpotensi alergen dengan dermatitis atopik. Dan tindak
lanjut lanjutan menunjukkan berkurangnya bahkan hampir tidak ada
efek pada manifestasi alergik saluran napas, sehingga disimpulkan
bahwa upaya menghindari alergen makanan sedini mungkin pada bayi

32

tidak didukung oleh hasil. Bahkan perlu dipikirkan memanipulasi dini


makanan berisiko menimbulkan gangguan tumbuh kembang.
-

Pencegahan sekunder
Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa pencegahan sekunder
mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi
asma. Studi terbaru mengenai pemberian antihitamin H-1 dalam
menurunkan onset mengi pada penderita anak dermatitis atopik. Studi lain
yang sedang berlangsung, mengenai peran imunoterapi dengan alergen
spesifik untuk menurunkan onset asma.
Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan
pajanan alergen sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur
tersensitisasi dan sudah dengan gejala asma, adalah lebih menghasilkan
pengurangan /resolusi total dari gejala daripada jika pajanan terus
berlangsung.

Pencegahan Tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan
pencetus akan memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan
medikasi/ obat.

33

BAB III
PEMBAHASAN

Obat gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi


situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan mengenai
obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang
mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Obat-obat emergency atau obat-obat
yang dipakai pada gawat darurat adalah atrofin, efedrinn, ranitidin, ketorolak,
metoklorpamid,

amonofilin,

asam

traneksamat,

adrenalin,

kalmethason,

furosemid, lidokain, gentamisin, oxitosin,methergin, serta adrenalin


Obat gawat darurat bersifat life saving yang diperlukan pada keadaan
gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan seumur hidup. Berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada
pasien obat gawat darurat dibedakan menjadi kategori yaitu Obat kategori Vital,
Essential dan Desirable (VED). Obat kategori Vital adalah obat yang sangat
dibutuhkan pasien dengan segera untuk menyelamatkan hidup, obat kategori ini
mutlak tersedia sepanjang waktu dalam persediaan ruangan. Kekosongan obat
jenis ini akan berakibat fatal dan tidak dapat ditoleransi. Obat kategori Essential
adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan waktu pemberian obat lebih
rendah dibandingkan kategori vital, masih ada toleransi kekosongan selama tidak
lebih dari 24 jam. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh
pasien, kekritisan waktu pemberian obat paling rendah dibandingkan Vital dan
Essential, masih ada toleransi kekosongan selama tidak lebih dari 48 jam.

34

35

Tujuan terapi Obat emergency Tujuan terapi obat pada pasien kritis sama
pada setiap individu: untuk mencapai efek yang diinginkan dengan meminimalkan
efek yang merugikan. Berbagai faktor dapat mengubah farmakodinamik dan
farmakokinetik yang akhirnya mempengaruhi keefektifan terapi obat.
Klasifikasi berdasarkan sifat pemakaiannya obat-obat yang tertuang dalam
Formularium Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat
dan obat bukan gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obatobatan yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu
tersedia di setiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap
pelayanan yang terkait. Obat ini bersifat life saving yang diperlukan pada keadaan
gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan seumur hidup. Berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada
pasien obat gawat darurat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Obat kategori Vital,
Essential dan Desirable (VED). VED bertujuan untuk mengklasifikasikan obat
berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien. Kategori obat
tersebut adalah :
1. Obat kategori Vital adalah obat yang sangat dibutuhkan pasien dengan
segera untuk

menyelamatkan hidup, obat kategori mutlak tersedia

sepanjang waktu dalam persediaan ruangan.


2. Obat kategori Essential adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien,
kekritisan waktu pemberian obat lebih rendah daripada kategori vital.
3. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien,
kekritisan waktu pemberian obat paling rendah daripada Vital dan

36

Essential. Obat ini biasanya dalam sedian oral untuk penanganan pasien
lebih lanjut.
Dibawah ini merupakan penggolongan obat anestesi-emergency.
Obat-Obatan Anestesi Umum

Obat untuk Anestesi Spinal

Obat-obatan emergency yang harus ada


dalam kotak emergency:

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Sulfas Atropin
Pethidin
Propofol/ Recofol
Succinil Cholin
Tramus
Sulfas Atropin
Efedrin
Buvanest atau Bunascan
Catapress (untuk menambah efek
buvanest)
Atropin
Efedrin
Ranitidin
Ketorolac
Metoklorpamid
Aminofilin
Asam Traneksamat
Adrenalin
Kalmethason
furosemid (harus ada untuk pasien
urologi)
lidocain
gentamicyn salep mata
Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
Methergin (untuk pasien obsgyn)
Adrenalin

Pada tahap premedikasi, obat dapat digolongkan menjadi tiga yaitu


1.

Golongan narkotika,

2.

Golongan Sedativa dan Transquilizer,

37

3.

Golongan obat pengering.


Tabel 3.2 Penggolongan Obat Premedikasi

Golongan Narkotika

Golongan
Sedativa
Transquilizer -

Analgetika sangat kuat.


Jenisnya : petidin dan morfin.
Tujuan:
mengurangi
rasa
nyeri
saat
pembedahan.
Efek samping: mendepresi pusat nafas, mualmuntah, Vasodilatasi pembuluh darah diberikan
jika anestesi dilakukan dengan anestetika
dengan sifat analgesik rendah, misalnya:
halotan, tiopental, propofol.
Pethidin diinjeksikan pelan untuk mengurangi
kecemasan dan ketegangan, menekan TD dan
nafas, merangsang otot polos.
Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah
ada
sebelum
pembedahan,
mengurangi
kecemasan dan ketegangan, menekan TD dan
nafas, merangsang otot polos, depresan SSP,
pulih pasca bedah lebih lama, penyempitan
bronkus, mual muntah (+)
dan Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang
dan membuat pasien menjadi mengantuk.
Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan
sedative;
diazepam
dan
DHBF
(Dihidrobensferidol)
untuk
golongan
transquilizer.
Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.
Diberikan apabila pasien memiliki rasa
sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak
lebih gelisah
Barbiturat : menimbulkan sedasi dan
menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi,
depresan lemah nafas dan silkulasi, mual
muntah jarang
Diazepam : induksi, premedikasi, sedasi,
menghilangkan halusinasi karena ketamin,
mengendalikan kejang, menguntungkan untuk
usia tua, jarang terjadi depresi nafas, batuk,

38

Golongan Obat Pengering -

disritmia, serta premedikasi 1m 10 mg, oral 510 mg


Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva,
keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan
efek parasimpatolitik / paravasopagolitik
sehingga menurunkan risiko timbulnya refleks
vagal. Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.
Efek samping: proses pembuangan panas akan
terganggu, terutama pada anak-anak sehingga
terjadi febris dan dehidrasi Diberikan jika
anestesi dilakukan dengan anestetika dengan
efek hipersekresi, mis: dietileter atau ketamin

Penggolongan Obat yang lain


Obat Induksi intravena
Ketamin/ketalar

efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatic (tidak untuk
nyeri visceral)

Efek hipnotik kurang

Efek relaksasi tidak ada

Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk saat anestesi
refleks vagal - disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi
tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat
padart mulai sadar dpt timbul eksitasi

Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek


ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)

39

TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat.


(akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor).
Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.

dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine.


Baik untuk penderitapenderita asma dan untuk mengurangi spasme
bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan.

Dosis berlebihan secara iv dapat menimbulkan depresi napas

Pada anak dpt timbulkan kejang, nistagmus

Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%

Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit

Metabolisme di liver (hidrolisa dan alkilasi), diekskresi metabolitnya


utuh melalui urin

Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain
bekerja pada pusat retikular otak

Indikasi
a. Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada
koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan
intubasi kadang sukar.
b. Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
c. Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
d. Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi
vital. Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.
e. Untuk tindakan operasi kecil.

40

f. Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.


g. Pasien asma

Kontraindikasi
o hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
o Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
o Dekompensasi kordis Relative:
o Riwayat kelainan jiwa
o Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

Profolol
a. Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan
pelarut tdd minyak kedelai dan postasida telur yg dimurnikan.
b. Kdg terasa nyeri pada penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc
dlm 10cc propolol jarang pada anak karena sakit dan iritasi pada
saat pemberian
c. Analgetik tidak kuat
d. Dapat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance
e. Obat setelah diberikan didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.
f. Metabolisme di liver dan metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.
g. Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena
vasodilatasi dan apnea sejenak
h. Efek Samping
o bradikardi.
o nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.

41

o Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan


o Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan pernapasan
o

Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan ggn


jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik.

Triopenthal Ultra short acting barbiturat Dipakai sejak lama (1934)


Tidak larut dalam air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah
larut dalam air
Penthotal

Zat dari sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalam ampul 0,5
gr(biru), 1 gr(merah) dan 5 gr. Dipakai dilarutkan dengan aquades

Larut pentotal bersifat alkalis, ph 10,8

Larut tidak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hari (dalam kulkas
lebih lama, efek menurun)

Pemakaian

dibuat

larut

2,5%-5%,

tapi

dipakai

2,5% untuk

menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih


mudah

Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ) efek sedasi dan
hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang

f. TIK

Mendepresi pusat pernapasan

Membuat saluran napas lebih sensitif terhadap rangsangan

42

depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah


hipotensi. Dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal

tidak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta

Dapat melewati ASI l. menyebabkan relaksasi otot ringan

reaksi. anafilaktik syok

gula darah sedikit meningkat.

Metabolisme di hepar

cepat tidur, waktu tidur relatif pendek Dosis iv: 3-5 mg/kgBB

Kontraindikasi
a.

syok berat

b.

Anemia berat

c.

Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus

d.

Obstruksi sal napas atas

e.

Penyakit jantung dan liver

f.

kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

Obat Anestetik inhalasi


1. Halothan/fluothan
a. Tidak berwarna, mudah menguap
b. Tidak mudah terbakar/meledak
c. Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
a. Tidak merangsang traktus respiratorius
b. Depresi nafas stadium analgetik

43

c. Menghambat salivasi
d. Nadi cepat, ekskresi airmata
e. Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
f. Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
g. Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
h. Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
i. Vasodilatasi pembuluh darah otak
j. Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
k. Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks
l. Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immunemediated hepatitis)
m. Menghambat kontraksi otot rahim
n. Absorbsi dan ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme
tubuh
o. Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan

cepat tidur

Tidak merangsang saluran napas

Salivasi tidak banyak

Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale

Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)

Kadang tidak mual dan tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi
yang enak

44

Kerugian
o overdosis
o Perlu obat tambahan selama anestesi
o Hipotensi karena depresi miokard dan vasodilatasi
o aritmia jantung
o Sifat analgetik ringan
o Cukup mahal
o Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar
dan relatif tidak larut dalam darah.
Efek:
a. Analgesik sangat kuat setara morfin
b. Hipnotik sangat lemah
c. Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
d. Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
e. jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
Obat Muscle Relaxant
a.

Bekerja pada otot bergaris: terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot
mandibula, otot intercostalis, otot-otot abdominalis dan relaksasi otot-otot
ekstremitas.

45

b.

Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibular


intercostalis abdominal diafragma.

c.

Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.

d.

Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ
abdominal tidak keluar dan terjadi relaksasi

e.

Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

f.

Durasi
1. Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
2. Short (10-15 menit) : mivakurium
3. Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
4. Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,
pipekuronium, doksakurium, galamin

g. Efek terhadap kardiovaskuler


1. tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi
pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion)
2. pankuronium : menaikkan tekanan darah
3. suksinilkolin : aritmia jantung
Tabel : Penggolongan Obat Muscle Relaxant
Sediaan

Indikasi

Depolarisasi
Suksinikolin,
Dekametonium

Non Depolarisasi
Tubokurarin/Kurare,
Atrakurium,Besilat,
Vekurinium,
Matokurin,
Alkuronium, Pankuronium
(Pavulon),
Galamin,
Fasadinium, Rekuronium
Tindakan relaksasi simgkat Tindakan relaksasi lama
pemasangan
pipa pada geriatric, kelainan

46

endotracheal/spsme laring

Durasi
Fasikulasi
Obat antagonis
Lewat barrier plasenta
Efek Muskarinik

5 10 menit
+
-

jantung, hati, ginjaal yang


berat
30 menit 1 jam
+
(antikolinesterase,
misalnya; prostigmin)

(aman pada SC)

Hiperkalemi
+
Pelepasan
histamine +
(hipotensi, hipersekresi
asam lambung, spasme
bronchus)
Efek samping
Menurunnya
atau
Meningkatkan HR dan BP
Myalgia post op
Meningkat
tekanan
intragaster,
intraokuler,
dan intra intrakranial

+ (bradikardi, hipersekresi,
cardiac arrest)
Tubokurarin/kurare (+)
Pankurorium (-)

Tabel Obat Darurat


Nama
Efedrin

Sulfas Atropin
Aminofilin

Berikan bila
Tekanan darah menurun
20% dari tekanan darah
awal (bila tekanan darah
sistol <90 diberikan)
Bradikardi (<60)
Brokokonstriksi

Dexamethasone

Reaksi anafilaksis

Adrenalin

Cardiac arrest

Succinil choline

Spasme laring

Dosis
2 cc spoit

2 cc spoit
5 mg/kgBB
Spoit 24 mg/ml
1 mg/kgBB
Spoit 5 mg/cc
0,25 0,3 mg/kgBB,
1mg/cc
1 mg/kgBB
Spoit 1cc

47

Jenis-jenis Obat Gawat Darurat


Adapun macam-macam obat gawat darurat yaitu :
1. EPINEFRIN (Adrenalin)
Klasifikasi :
Bronkodilator, vasopressor, stimultan jantung
Efek :
Efinefrin

meningkatkan

kontraktilitis

miokardium.

Efinefrin

juga

merelaksasikan otot polos bronkial


Indikasi :
Henti jantung, reaksi hipersensivitas, anafilaksasi, serangan asma akut,
brakikardia simtomatik, hipotensi berat
Kontraindikasi :
Galaukoma sudut sempit akut dan insufisiensi coroner
Pemberian :
Dosis
Untuk pasien yang mengalami henti jantung, berikan 1 mg melalui intravena
(ikuti dengan 20 ml cairan IV) atau 2 sampai 2,5 mg yang diencerkan dalam
10 ml SN melalui endotrakea setiap 3-5 menit. Ikuti dengan lima inhalsi yang
kuat. Sebagai vasopressor, berikan sebagai infus IV sebanyak 2-10 mcg/menit
dan titrasi sampai terjadi respon yang diinginkan : 1 mg/250ml D5W
menghasilkan 4 mcg..ml.

48

Untuk bronkospasme atau anafilaksasi, berikan 0,1 0,5 mg (0,1 0,5 larutan
1:1000) melalui subkutan dan ulang setiap 10-20 menit. Jikamenggunakan
rute IV, berikan 0,1 0,25 mg (1-2 ml larutan 1: 10.000). catatan : larutan
epinefrin

1:1000

mengandung

1mg/ml:

larutan

epinefrin

1:10.000

mengandung 0,1 mg/mg


Tindakan kewaspadaan
Gunakan dengan hati-hati pada pasien lansia dan pasien dengan angina,
hipotiroidisme, hipertensi, psikonerosis, dan diabetes. Epinefrin harus
diberikan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami asma bronkial yang
berlangsung lama dan emfisema yang menyebabkan penyakit jantung
degenerative. Jangan berikan secara bersamaan dengan isopretenerol-kematian
dapat terjadi. Epinefrin meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium dan
dapat menyebabkan angina san iskemia miokardium. Injeksi local yang
berulang dapat menyebabkan nekrosis di area injeksi tersebut
Penatalaksanaan pasien :
1. Pantau EKG pasien
2. Pantau TD dan FJ (frekuensi jantung) setiap 2 5 menit selama infus awal
dan selama titrasi obat
3. Gunakan alat infus; validasi kecepatan infus dan obat yang benar. Gunakan
akses vena sentral.
4. Jangan gunakan port proksimal kateter AP (arteri pulmonal) untuk
menginfuskan epinefrin jika hasil pemerikasaan CJ (curah jantung)
didapatkan

49

5. Evaluasi respon pasien; pantau IJ (indeks jantung)


6. Observasi adanya efek yang merugikan; nyeri dada, distrimia, sakit kepala,
gelisah, pusing, mual dan muntah, kelemahan dan vasokontriksi yang
berlebihan.
7. Laporkan ketidakmampuan obat untuk mempertahankan efek yang
diinginkan walaupun dosis ditingkatkan.
2. DOPAMIN (Intropin)
Klasifikasi :
Simpatomimetik, vasopressor, inotropic
Efek :
Dopamine dalam dosis rendah (1-2 mcg/kg/menit) meningkatkan aliran darah
ke ginjal sehingga meningkatkan laju filtrasi glomerulus, aliran urin, dan
ekskresi

natrium

(Na),

dalam

dosis

rendah

sampai

sedang

(2-10

mcg/kg/menit). Dopamine meningkatkan kontraktilitas miokardium dan CJ


(curah jantung). Dalam dosis tinggi dopamine dapat meningkatkan tahanan
perifer dan vasokontriksi ginjal. Efek samping yang sering muncul adalah
denyut eptopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi, hipotensi,
vasokontriksi, sakit kepala, mual, muntah, dyspnea, sedangkan bradikardia,
aritmia ventricular (dosis tinggi), gangrene, hipertensi, ansietas, piloereksi,
peningkatan serum glukosa, nekrosis jaringan (karena ekstravasasi dopamine),
peningkatan tekanan intraocular, dilatasi pupil, dan azotemia, polyuria jarang
terjadi.

50

Indikasi :
Keadaan syok, brakikardia simtomatik
Kontraindikasi :
Takidisritmia yang tidak dikoreksi, feokromositoma, VF (fibrilasi ventricular)
Pemberian :
Dosis
Dewasa : dosis rendah ; 1-5 mcg/kg/menit melalui intravena, dosis sedang ; 510 mcg/kg/menit, dosis tinggi ; 10-20 mcg/kg/menit sampai 50 mcg/kg/menit.
Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu
Anak-anak : 1-20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit. Titrasikan
sampai terjadi efek dan atau respon ginjal.
Konsentrasi 400 mg/500ml D5W menghasilkan 800mcg/ml. imfus boleh
ditingkatkan 4 mcg/kg/menitpada interval10-30 menit sampai respon optimal
tercapai.
Tindakan kewaspadaan:
Penggunaan secara bersamaan dengan penyekat dapat menyebabkan efek
dopamine. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang mendapatkan inhibitor
monoamina oksidase (MAO) dan fenitoin karena obat tersebut dapat
menyebabkan krisis hipertensi. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
penyakit vascular oklusif embolisme arteri, dan endateritis diabetic. Koreksi
status hipovelemia sebelum memberikan dopamine. Ekstravasasi dapat
menyebabkan nekrosis dan pengelupassan jaringan sekitarnya.

51

Cara kerja obat:


Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan
cara meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke
ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tidak
mampu memompa cukup darah

52

BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang
digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi atau
life support.
2. Tujuan terapi obat emergency adalah untuk mencapai efek yang
diinginkan dengan meminimalkan efek yang merugikan.
3. Jenis-jenis Obat Emergency
Adapun macam-macam obat emergency yang akan dibahas dalam
referat ini adalah sebagai berikut:
e. EPINEFRIN (ADRENALIN)
Indikasi : Henti jantung, reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, serangan
asma akut, bradikardia simtomatik, hipotensi berat.
f. AMIODARON (CORDARONE)
Indikasi : takidisritmia atrium dan ventrikel
g. ATROPIN
Indikasi : sinus brakikardia simtomatik, asistole, atau aktivitas listrik
tanpa denyut nadi brakikarida
h. DOBUTAMIN (DOBUTREX)
Indiaksi : gagal jantung, dekompensasi jantung

53

DAFTAR PUSTAKA

John Rees dkk. 1998. Petunjuk Penting Asma, Edisi III. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Wells BG., JT Dipiro, TL Schwinghammer, CW.Hamilton, Pharmacoterapy
Handbook 6th ed International edition, Singapore, McGrawHill, 2006:826848.
Farthing K., MJ Ferill, JA Generally, B Jones, BV Sweet, JN Mazur, et al. Drug
Facts & Comparison 11th ed., St.Louis:Wolter Kluwer Health, 2007: 417459
Asma, Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, PDPI, 2004
Dinas Kesehatan. 2013. Apa yang dimaksud dengan Obat. Diakses di
http://dinkes.

go.id/index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-

dengan-obat pada Kamis, 07 April 2016


http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/86 diakses pada Kamis,
07 April 2016 pukul 12;15
http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/88 diakses pada Kamis,
07 April 2016 pada 12.30
Martindale, 34th edition halaman 1120-1121 2. MIMS 2007 halaman 99 3. AHFS,
Drug Information 2005 halaman 1276-1281 4. Drug Information
Handbook 17th ed halaman 550-551.
Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperaawatan Kritis. Edisi 3. Jakarta: EGC

54

55

Lampiran Kasus
Identitas
o Identitas Pasien
Nama
Tanggal lahir/ Umur
Jenis Kelamin
Alamat
No. RM
Masuk RS
o

:
:
:
:
:
:

An. A
19 September 2010/ 2 tahun 8 bulan
Perempuan
Pondok Pelangi No.16
32-91-69
7 Mei 2013, jam 12.30 WIB

Identitas Orang tua

Nama
Umur
Alamat
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan

Ayah
Tn. Chairul Andreas
41 tahun
Pondok Pelangi No.16

Ibu
Ny. Dwi Kartika
37 tahun
Pondok Pelangi No.16

Melayu

Melayu

Hubungan pasien dengan orang tua: pasien anak kandung (anak ke 2 dari 3
bersaudara)
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara allonamnesis kepada orang tua pasien pada
tanggal 07 Mei 2013 pukul 12.30 WIB di kamar perawatan pasien anak ruangan
Bougenville.
Keluhan Utama
Sesak sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan
Batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Pilek sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RS Otorita Batam dengan keluhan sesak sejak
setengah jam sebelum masuk RS. Sesak dirasakan terus-menerus walaupun
telah di uap sebanyak 3 kali dengan obt combivent yang telah diberikan dari
poli dokter spesialis anak. Sesak hilang timbul juga dirasakan oleh pasien

56

sejak 2 minggu lalu, sesak dirasakan semakin lama semakin berat, sesak
terdapat bunyi "ngik". Sehingga pasien pernah mengalami sesak saat umur 1
tahun tapi tidak diobato karena membaik sendiri. Pasien juga sering
mengalami bersin-bersin saat pagi haari. Pasien mengaku ada batuk dan pilek.
Dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dan demam mulai
semalam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami penurunan nafsu
makan sejak 3 hari yang lalu dan menyangkal adanya mual, muntah dan
diare.
Pemeriksaan Lab:
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
LED

Nilai normal
11,0-16,5 g/dL
33-38 %
9000-12.000/ul
150.000-450.00 /ul
0-15 mm/jam

Hasil
11,2
33,5
21.420
570.000
57

Diagnosa Kerja: Status Asmatikus


Diagnosa Pembanding:
1. Status Asmatikus
2. Asma Bronkiale
3. ISPA
4. Pneumonia
Penatalaksanaan:
IVFD Dextrone 5% 100cc + Aminophilin 40mg/ 8 jam (mikro)
Injeksi Ceftazidine 2x 500mg (iv)
Tremenza sirup 3x 1/2 cth
Sanmol 4x 1 cth
Terapi inhalasi combiven / 6 jam
Evaluasi harian pasien
Tanggal 7 mei 2013 (perawatan pertama)
Subjektif:

Demam
Kejang
Sesak
Sianosis
Batuk
BAB
BAK
Makan
Minum

(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+) Sedikit
(+) Sedikit

Objektif:
KU

:
compos
mentis/
tampak
berat

sakit

57

Tanda vital
Kepala

: HR: 144x/menit, RR: 50x/menit, Suhu: 37,2 C


: Normochepali, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,
pernafasan cuping hidung +/+, bibir kring(-)

Assesment : Asma bronkial Status Asmatikus


Planning
Jam 07.30
- IVFD 2A 10tpm/makro
- Injeksi Ceftazidine 2x 500mg (iv)
- Tremenza sirup 3x 1/2 cth
- Sanmol 4x 1 cth
- Terapi inhalasi combiven / 6 jam
Jam 13.30
- IVFD Dextrone 5% 100cc + Aminophilin 40mg/ 8 jam (mikro)
- Injeksi Ceftazidine 2x 500mg (iv)
- Tremenza sirup 3x 1/2 cth
- Sanmol 4x 1 cth
- Terapi inhalasi combiven / 6 jam

Tanggal 8 Mei 2013


Subjektif:
Demam (-)
Kejang
(-)
Sesak
(+)
ianosis (-)
Batuk
(-)
BAB
(-)
BAK
(+)
Makan
(+) Banyak
Minum (+) Banyak

Objektif:
KU
Tanda vital
Kepala

: compos mentis/ tampak sakit ringan


: HR: 124x/menit, RR: 24x/menit, Suhu: 36,6 C
: Normochepali, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,
pernafasan cuping hidung +/+, bibir kring(-)
Assesment: Status asmatikus

58

Planning
IVFD Dextrone 5% 100cc + Aminophilin 40mg/ 8 jam (mikro)
Injeksi Ceftazidine 2x 500mg (iv)
Tremenza sirup 3x 1/2 cth
Sanmol 4x 1 cth
Terapi inhalasi combiven / 6 jam

Analisa Kasus
Kasus ini didiagnosis sebagai Status Asmatikus berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang didapatkan yaitu:
Dasar
diagnosa
Status
Asmatikus
Anamnesa

Pemeriksaan
Fisik

Pasien
a. Sesak sejak 30 menit sebelum
masuk rumah sakit walaupun
telah dinebulasi di rumah 3 kali.
b. Sesak 1 bulan yang lalu, hilang
timbul
c. Saat sesak terdapat bunyi ngikk
d. Batuk dan pilek sejak 3 hari yang
lalu
e. Semakin lama sesak semakin
berat.
f. Ada riwayat pernah sesak saat
berumur 1 tahun
g. Sering bersin-bersin dipagi hari
h. Ada riwayat alergi makanan
udang
i. Ayah dan kakak memilik asa

Literatur

1. Serangan eksaserbasi akut


2. Asma yang tidak responsif
dengan pengobatan asma pada
umumnya
yaitu,
dengan
pemberian nebulasi B agonis
(bronkodilator) sebanyak 3 kali
tetapi tidak memberikan respon
yang baik.
3. Sesak disertai bunyi mengi
(whezzing), batuk brdahak yang
berulang, rasa berat pada dada
4. Dikarenakan oleh faktor non
alergi, seperti infeksi saluran
pernafasan
5. Terdapat riwayat asma pada
keluarga
6. Terdapat riwayat atopi (rhinitis
alergi, dermatitis atopi)
1. Pernafasan cuping hidung (+)
Pernafasan cuping hidung (+)
Leher : retraksi suprasternal Leher : retraksi suprasternal (+)
(+)
Thorax: Auskultasi paru wh +/+
Thorax: Auskultasi paru wh
Abdomen:
+/+
Retraksiepigastrium (+)
Abdomen:

59

Retraksiepigastrium (+)
Analisa Terapi
1. Kebutuhan cairan
Pada pasien berat badannya 10 kg. Maka kebutuhan cairan tubuhnya.
(4x10)= 40ml/jam
Jumlah tetesan/ menit:
Kebutuhan cairan (cc/kg)x berat badan(kg)x 20 tetes/menit (makro)
Waktu pemberian (jam) x 60 cc/jam
= 40 x10 x20 =5,55 (6 tetes per menit)
24x 60
Pada pasien yang diberikan 10 tetes per menit infus 2A
Cairan kombinasi: Cairan 2A
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 1:1 yang terdiri dari dextrosa monohidrat 55 g/ml,
dextrosa anhidrat 50 g/L, natrium 150 mmol/L dan klorida 150
mmol/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi dan
bronkopneumoni dengan komplikasi. Diberikan 10 tetes per menit.
Antibiotik
Antibiotik yang diberikan adalah Ceftazidime sesuai dosisnya
yaitu:
- Dewasa : 1-6 gram/ hari, dalam 2-3 dosis terbagi
- Bayi > 2bulan dan anak-anak : 30-100 mg/kgBB/hari, dalam 2-3
dosis terbagi
- Neonatus dan bayi < 2 bulan: 25-60 mg/kgBB/hari , dalam 2 dosis
terbagi
Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis ineksi, derajat
infeksi usia, berat badan, dan fungsi ginjal dari penderita. Pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan
dengan cara penurunan dosis dan atau dengan memperpanjang interval
pemberian obat.
Pada pasien umur 2 tahun 8 bulan dengan bb 10 kg maka:
100 mg x 10 kg = 1000 mg/ hari ( dibagi 2-3 dosis)
Diberikan :2x 500 mg (iv)
Indikasi : untuk infeksi-infeksi berat sebagai berikut : infeksi yang
disebabkan oleh organisme yang peka terhadap Ceftazidime:
Septikaemia, bakteriemia,meningitis, pneumonia.
Antipiretik
Pada pasien diberikan antipiretik Sanmol sirup dengan dosis 1015 mg/kg per 6-8 jam.

60

Dosis pada pasien ini : 10x bb pasien(10) = 100 mg per 8 jam. Sediaan
obat sirup 120 mg/5 ml berarti diberikan 4 x 1 cth.
Obat Batuk dan pilek
Pada pasien ini diberikan obat batuk dan pilek yaitu tremenza
(5ml) mengandung pseudoefedrina- HCl 60 mg (30mg), triprolidinaHCl 2,5mg (1,25 mg), dengan dosis anak 2-5 tahun:1/2 sdt. Seluruh
dosis diberikan 3-4 kali/hari.
Meringankan gejala flu karena alergi pada saluran nafas atass
yang memerlukan dekongestan dan antihistamin.
Obat Asma (Aminofilin)
Jika anak tidak membaik setelah 3 dosis bronkodilator kerja
cepat, beri aminofilin iv dengan dosis awal (bolus) 6-8 mg/kgBB
dalam 20 menit. Bila 8 jam sebelumnya telah mendapatkan
aminofilin, beri dosis setengahnya. Diikuti dosis rumatan 0,5-1 jam
mg/kgBB/jam. Pemberian aminofilin harus berhati-hati, sebab margin
of safety aminofilin sangat sempit. HEntikan pemberian aminofilin iv
segera bila anak mulai muntah, denyut nadi > 180x/menit, sakit
kepala, hipotensi atau kejang.
Pada pasien ini diberikan terapi inhalasi combivet tiap 6 jam,
combivet mengandung 21 mg Ipropropium Bromida +125 mg
Salbutamol yang berfungsi sebagai bronkodilator.

Profil Pasien
Nama Pasien

: Ny. S

Umur

: 50 tahun

Berat Badan

: -

61

Tinggi Badan

: -

Ginjal

: -

Hepar

: -

Keluhan utama

: Nyeri dada 50 jam yang lalu, dada terasa panas


seperti tertusuk sampai ke belakang, nyeri hilang
timbul

Diagnosis

: Infark Miokard Akut inferior + anterior luas

Riwayat Penyakit

: -

Riwayat Pengobatan

: Data Klinik

62

N
o

Jenis Obat

Nama
Generik
ISDN

Infus PZ

Inj.

Regime
n
Dosis
5 mg
SL
1000
cc/2jam
(14
tts/meni
t)
2 x 50

Tanggal pemberian obat (mulai MRS) Bulan


Februari
13/0 14/0 15/0 16/0 17/0 18/02
19/0
2
2
2
2
2
2

63

Ranitidin
Asetosal 01-0

Clopidogrel
1-0-0

Simvastatin
0-0-1
7 Trimetazidin
e diHCl 10-1
8 Syrup
Pencahar
9 Diazepam 00-1
10 Inj.
Metoklopra
mid
11 Captopril
12 Bisoprolol
1-0-0
13 O2

14 Infus RL

15 Dobutamin
Pump

16 Inj.
Fondaparinu
x Na
17 Dopamin

mg
LD 300
mg
MD 1
x 100
mg
LD 300
mg
MD 1 x
75 mg
20 mg

35 mg
x2

3 x 15
mL
5 mg

3 x 10
mg

3 x 6,25
mg
1,25
mg

3x
12,5

3x
12,5

500
cc

14
tts/me
nit

500
cc

5
mg

500 cc
(7
tts/meni
t)
3
mg/Kg
BB/me
nit
1 x 2,5
mg
3g

2
lpm
3
lpm

64

Pump
18 Inj.
Ceftriaxon
0-1-1
19 KSR
20 Ka-en Mg3

2x1g

1x 600
mg
500
cc/24
jam

21 Furosemid

22 KCl
23 Paracetamol
24 Digoxin

Extr
a1
cup
25 mEq
500 mg
2 x 0,25
mg

2,5
mg /
jam

1x
0,25

Asuhan kefarmasian
1.

Monitoring setiap penambahan dan atau penggantian obat pada pasien


Infark Miokard Akut untuk melihat keberhasilan tujuan terapi obat.

2.

Memberikan konseling kepada pasien untuk memastikan bahwa dia


mengerti tujuan dari pengobatan dan menggunakan obatnya dengan tepat
sehingga tercapai efek maksimum terapi dan meminimalisasi efek samping
obat.

3.

Memberikan konsultasi pada pasien terkait pola hidupnya (seperti diet,


tidak merokok, melakukan olahraga sedang secara teratur dll) untuk
memastikan bahwa dia tidak mengkompromikan pengobatannya dalam cara
apapun.

65

ISDN
Indikasi

: Vasodilator dan mengurangi gejala nyeri dada

Mekanisme

: ISDN dapat mengurangi kerja jantung dengan menurunkan


preload dan afterload

Monitoring

: TD dan nyeri dada pada pasien

Saran

: Diminum 2 kali sehari 1 tablet sesudah makan di bawah lidah,


tidak lebih dari pukul 19.00 karena dapat terjadi toleransi nitrat

ESO

: nausea, sakit kepala

Infus pz (physiologische zaline)


Regimen dosis : 1000 cc / 2 jam (14 tetes/menit)
Kandungan

: NaCl 0,9%

Indikasi

: Ketidakseimbangan elektrolit (bnf.org, 2011)

ESO

: Pemberian dalam dosis besar menyebabkan akumulasi Na+,


oedema, dan hyperchloraemic acidosis (bnf.org, 2011)

* Larutan ini bersifat isotonis, sehingga dapat terus berada di dalam pembuluh
darah dan mencegah terjadinya hipovolemi.

66

Inj. Ranitidine
Indikasi

: stress ulcer

Mekanisme

: inhibitor kompetitif histamin pada reseptor H2 di sel parietal


lambung sehingga menghambat sekresi dan volume asam
lambung, serta menurunkan konsentrasi ion hidrogen (Lacy et
al., 2009).

ESO

: sakit kepala

*Dosis untuk profilaksis stress ulcer secara iv yaitu 50 mg tiap 8 jam (BNF,
2008).
Clopidogrel
Indikasi

: Sebagai antiplatelet untuk mengatasi atherothrombosis.

Mekanisme

: Clopidogrel adalah inhibitor nonkompetitif yang poten


dari ADP-induced platelet aggregation. Clopidogrel
menghambat ADP untuk berikatan dengan reseptornya
pada permukaan platelet. Sehingga tidak terjadi aktivasi
GP IIb/IIIa receptor yang dapat merubah bentuk platelet
menjadi bentuk yang mampu mengikat fibrinogen dan
beragregasi dengan platelet lainnya.

Efek Samping

: Chest pain, purpura generalized pain, rash

Alasan pemakaian

: pencegahan terjadinya agregasi platelet pada kasus IMA


sehingga menyebabkan gagal jantung lebih parah.

67

Simvastatin
Indikasi

: Lipid Lowering agent

Mekanisme

: Statin menghambat enzin HMG-CoA reductase yang


penting dalam produksi kolesterol. Sehingga dapat
menurunkan LDL dan meningkatkan HDL.

Efek Samping

: raised liver enzymes (myalgia) and muscle problems


(rhabdomyolisis).

Dosis

: usual daily 1020 mg ; maximal dose daily 80 mg

Monitoring

: Kadar HDL, LDL

Alasan pemakaian

: dikarenakan LDL pada pasien tinggi. LDL menyebabkan


kekakuan otot jantung sehingga memperberat kerja
jantung . Maka digunakan simvastatin untuk menurunkan
LDL dalam darah.

Trimetazidine di-hcl
Indikasi

: anti-ischeamic dan bermanfaat pada refractory angina


(martindale p.1157)

Dosis

: 40-60 mg dalam dosis terbagi po (martindale p.1419)

Eso

: di fungsi gerak, parkinsonis, GIT disorders, tremor


(martindale 36 p.1419)

Mekanisme

: metabolic
penggunaan

anti-ischaemeic
substrate

energi

agent,
di

memodifikasi
jantung

meningkatkan cardiac perfomance selama iskemi.

untuk

68

Alasan

: untuk mengurangi nyeri dada dari pasien, selain itu


trimetazidine diHCl juga menghambat oksidasi dari asam
lemak.

Syrup pencahar
Indikasi

: konstipasi portal dan enselopati portal sistemik

Dosis

: pemeliharaan 15-20 ml per hari;

Rute

: peroral

MK

: Di kolon terhidrolisa menjadi asam-asam organik dengan


berat molekul rendah, asam-asam organik akan menaikan
tekanan osmosa dan suasana asam sehingga feses
menjadi lebih lunak

Alasan

: Mengatasi ESO Diazepam dan Mengurangi tegangan


otot pada GIT khususnya bagian kolon sehingga tekanan
darah tidak naik.

Diazepam
Indikasi

: Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas


(kegelisahan)

Mekanisme

: Meningkatkan

efek neuro transmeter gamma-amino

butirat (GABA) dengan mengikat benzodiazepine site di


reseptor GABA yang mengarah ke central nervous
system depresi

69

Dosis & Rute

: PO (dewasa) : 2 10 mg setiap 6 12 jam perhari


IV/IM (dewasa) : 2 -10 mg setiap 3 -4 jam perhari
Tidak boleh lebih dari 30 mg/ 8 jam

Alasan digunakan

: Nadi tinggi dari data klinik pasien, diduga karena adanya


kegelisahan yang timbul karena nyeri dada, timbul
ketegangan otot kemudian meningkatnya kerja jantung

Konseling

: Hentikan pengobatan jika terjadi reaksi paradoksikal


seperti hyper eksitasi akut, halusinasi dan gangguan tidur

Inj. Metoklopramid
Indikasi

: terapi mual dan muntah

Mekanisme

: Sentral: mempertinggi ambang rangsang muntah di CTZ


(Chemoreceptor Trigger Zone). Perifer : menurunkan
kepekaan saraf viseral yg menghantarkan impuls aferen
dari saluran cerna ke pusat muntah.

Dosis & Rute

injeksi : 3x 10 mg

Captopril
Indikasi

: Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan


hipertensi yang parah, Gagal jantung (Congestive Heart
Failure) dan sebagai terapi Postmyocardial infarction.

Mekanisme

: Penghambatan

ACE

mengurangi

pembentukan

Angiotensin II terjadi vasodilatasi & penurunan sekresi


aldosteron dan ekskresi natrium dan air serta retensi
kalium. Akibatnya terjadi penurunan TD pada penderita

70

hipertensi esensial maupun hipertensi renovaskuler.


(Farkol UI, 338)
Dosis & Rute

: PO (dewasa) : initial 3 x 6,25, selanjutnya 3 x12,5

Alasan digunakan

: Penggunaan ACE inhibitor diberikan pertama kali dalam


dosis yang rendah untuk menghindari resiko hipotensi
dan ketidakmampuan ginjal.Sehingga terpilih regimen
dosis 6,25 (3x sehari)
* Pada

tanggal

17

terjadi

elektrolit,sehingga
dosis.Sehingga

ketidak

diperlukan
captopril

seimbangan
peningkatan

diharapkan

mampu

mengekskresikan kelebihan natrium dan kalium


melalui ginjal.
Bisoprolol
Indikasi

: manajemen terapi pada angina, gagal jantung dan


infark miokard

Dosis

: 1,25 mg x 1 (terapi inisial), 5-10 mg x 1 kali sehari


(maintenance)(BNF, 2007),

Mekanisme

: beta

blocker

(menghambat

reseptor

beta

yang

menurunkan kontraktilitas miokard jantung)


Alasan pemakaian

: digunakan sebagai terapi untuk mengurangi kebutuhan


oksigen dengan menurunkan laju denyut jantung dan
mengurangi

ketegangan

menurunkan afterload .

dinding

ventrikel

dengan

Dengan demikian, obat ini

71

menurunkan iskemia dan ukuran infark bila diberikan


secara akut. Obat ini juga mengurangi iskemia dan ruptur
dinding bebas, dan menekan aritmia.
Rute

: oral (Farmakologi dan Terapi FKUI, 2008)

o2
Indikasi

: untuk mencegah hipoksia, distress nafas yang bisa


diakibatkan oleh nyeri dada yang dialami pasien

Dosis

: 2-4 lpm

Rute

: inhalasi

Infus rl
Regimen dosis

: 500 cc (7 tetes/menit)

Kandungan

: Na+, Cl-, K +, Ca2+, laktat

Tujuan pemberian

: Berdasarkan data lab (BGA), dapat diketahui bahwa


pasien

mengalami

alkalosis

respiratorik

dengan

kompensasi asidosis metabolik. Laktat yang terdapat


dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi
bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan
tersebut, sedangkan

elektrolit lain berfungsi untuk

mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit.


Dobutamin pump
Indikasi

: meningkatkan kontraktilitas jantung & CO

72

Dosis

: dimulai dg laju awal pelan (ex: 0,1-1 mcg/kg per menit)


dapat dititrasi perlahan sesuai respon hingga 2-20
mcg/kg per menit;

Rute

: pump

MK

: merupakan agonis B1 poten, meningkatkan kontraktilitas


jantung tanpa peningkatan denyut jantung atau TD

Alasan

: pasien mengalami syok kardiogenik

Inj. Fondaparinux na
Antikoagulan parenteral yang umumnya diberikan bersama dengan aspirin
Indikasi

: Terapi untuk unstable angina atau non ST segment


elevation myocardial infarction dan terapi untuk STsegment elevation myocardial infarction

Mekanisme

: Fondaparinux adalah polisakarida sintetik yang bekerja


sebagai inhibitor langsung faktor Xa

Alasan

: Sebagai kombinasi dengan Asetosal dan Clopidogrel


untuk menurunkan resiko terbentuknya trombin dan
fibrin

Dopamin pump
Indikasi

: Sebagai terapi awal pada syok kardiogenik

Mekanisme

: Meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan


kontraktilitas jantung dan vasoconstriction.

73

Merangsang reseptor beta1 di jantung, menyebabkan


kontraksi (inotropic positif). Juga bekerja pada reseptor
alfa
Dosis dan Rute

: Kebanyakan

pasien

mendapatkan

10

sampai

20

micrograms/kg per menit melalui intravena


Alasan

: Pasien mengalami penurunan tekanan darah pada tgl


16/02 yaitu sebesar 80/65, indikasi terjadinya syok
kardiogenik

Inj. Ceftriaxon
Indikasi

: Sebagai antibiotika profilaksis infeksi

Mekanisme

: Menghambat sintesis mukopeptida di dinding sel bakteri

Dosis dan Rute

: IV/IM 12 g/hari (maksimum 4 g/hari)

* Data klinis yang dilihat pada tanggal 16/02 leukosit, suhu tubuh pasien
meningkat.
Ksr (KALIUM SUSTAINED RELEASE)
Indikasi

: terapi untuk hipokalemia

Efek samping

: mual, muntah,diare

Dari data klinik

: Kalium pasien dibawah normal pada tanggal 17/02


sehingga diberi KSR untuk meningkatkan ion Kalium
pasien pada tanggal 18/02.

74

Ka-en-mg3
Komposisi per 100 mL :
Na+

50 mEq

K+

20 mEq

Cl-

50 mEq

Laktat

20 mEq

Glukosa

100 g

Larutan ini mengandung kalori = 400 kCal dengan osmolaritas 695 mosmol
(www.otsuka.co.id)
* Diberikan pada tanggal 17/02/2010 karena pada data lab pasien terdapat
sedikit ketidaksetimbangan elektrolit yaitu Na+ = 150 dan K+ = 3,36 Kaen
Mg3 diberikan untuk memperbaiki kekurangan K+ pasien dan untuk
mencukupi

elektrolit

pasien

yang

mendapat

furosemid

yang

dapat

menyebabkan hiponatremia, hipotensi, hipovolemi, dan hipokalemia.


Furosemid
Indikasi

: pengatasan edema. Pada pasien diindikasikan terjadi


udema pulmonar karena kejadian gagal jantung.

Mekanisme

: menghambat reabsorpsi na pada lengkung henle,


bertindak sebagai diuretik.

Kcl
Diberikan pada tanggal 15, 16, dan 17 Februari 2010. Berdasarkan data lab,
jumlah ion K+ dalam tubuh pasien pada tgl 15, 16, dan 17 Februari 2010 berada
di bawah nilai normal, yaitu 3,4; 3,4; dan 3,36 mEq/L (berturut-turut).

75

Indikasi

: mengembalikan jumlah ion K+ ke dalam rentang nilai


normal (3,8-5,0 mEq/L)

Dosis lazim

: Untuk pencegahan hipokalemia, 25-50 mEq per hari


dalam dosis terbagi (bnf.org, 2011)

ESO

: Mual, muntah, nyeri perut, diare, kembung (bnf.org,


2011)

KI

: K+ dalam plasma di atas 5 mEq/L (bnf.org, 2011)

Monitoring

: Kalium

Paracetamol
Indikasi

: terapi supportif untuk antipiretik yang sempat muncul


pada tgl17

Dosis

: 250 mg-500 mg 3x sehari (Martindale 36 th)

Digoxin
Indikasi

: terapi syok kardiogenik

Mekanisme

: inotropik positif, sehingga kontraktilitas sel otot jantung


meningkat.

Dosis dan rute

: 0,75-1,5 mg p.o. per hari (terapi inisial), 0,125-0,5 mg


p.o per hari (maintenance) (Aberg et al, 2009)

Vous aimerez peut-être aussi