Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. DEFINISI
Fraktur pelvis berhubungan dengan injuri arteri mayor, saluran kemih bagian bawah,
uterus, testis, anorektal dinding abdomen, dan tulang belakang. Dapat menyebabkan hemoragi
(pelvis dapat menahan sebanyak + 4 liter darah) dan umumnya timbul manifestasi klinis seperti
hipotensi, nyeri dengan penekanan pada pelvis, perdarahan peritoneum atau saluran kemih.
Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa.
Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur pelvis relatif umum namun terutama lazim dengan
fraktur berkekuatan-tinggi. Kira-kira 1530% pasien dengan cedera pelvis berkekuatan-tinggi
tidak stabil secara hemodinamik, yang mungkin secara langsung dihubungkan dengan hilangnya
darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan
fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis
berkekuatan-tinggi rangkaian besar.
2. ETIOLOGI
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia.
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan
fraktur kompresi tulang belakang.
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat
menyebabkan
fraktur
(misal;
elektrik
shock
dan
tetani).
3. MANIFESTASI KLINIS
Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah riwayat kecelakaan sehingga luasnya
trauma tumpul dapat diperkirakan. Sedangkan untuk trauma penetrasi, pengkajian yang perlu
dilakukan adalah posisi masuknya dan kedalaman. Klien dapat menunjukkan trauma abdomen
akut. Pada kedua tipe trauma terjadi hemoragi baik baik internal maupun eksternal. Jika terjadi
rupture perineum, manifestasi peritonitis berisiko muncul,seluruh drainase abdomen perlu dikaji
untuk mengetahui isi drainase tersebut.
Bilas abdomen umumnya dilakukan untuk mengkaji adanya perdarahan diseluruh
abdomen yang mengalami luka, dengan cara memasukkan cairan kristaloid ke dalam rongga
peritoneum diikuti dengan paracentesis (rainase isi abdomen).Catat dan dokumentasikan warna
dan jumlah drainase.
4. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a) Shock Hipovolemik/traumatik
Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock
hipovolemi.
b) Emboli lemak
c) Tromboemboli vena
Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest.
d) Infeksi
Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda
2.
Komplikasi lambat
a.
Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan
biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses
infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang.
b.
Non union
Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini
disebabkan oleh fibrous union atau pseudoarthrosis.
c.
Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan
bentuk).
d.
5. PATOFLOW
Daya
Fraktur
Terbuka
Infeksi
Debdridemen
Reduksi
Delayed Union
Debdridemen
Union
Malunion
6. PENCEGAHAN
Pencegahan fraktur pelvis yaitu:
7. PENATALAKSANAAN
1. Rekognisi:
menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah
sakit.
a. Riwayat kecelakaan
b. Parah tidaknya luka
c. Diskripsi kejadian oleh pasien
d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah
e. Krepitus
2. Reduksi:
reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya
melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
3. Retensi:
menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen
tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
4. Rehabilitasi:
langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur
karena sering kali pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna
(latihan gerak dengan kruck).
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1) Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
3)
4) CT scan merupakan pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan untuk mengkaji injuri intrra
abdomen Angiografi, pielografi intravena dan pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mengkaji
derajat
trauma
pada
organ
yangberbeda.
9. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, perlindungan yang
diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien atau klien dengan
menggunakan metode proses keperawatan. (Nasrul Efendy, 1995)
1. Pengkajian pada Pasien Fraktur
Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :
1. Aktivitas/istirahat
Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu
sendiri, atau trjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada arah
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan
saraf.
5. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
Lingkungan cidera
Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari, panggul/pelvis 6-7
10. DIAGNOSA
NO
DX KEP
.
1
Tujuan
berhubungan Kebutuhan
dengan fraktur/trauma.
nyaman
terpenuhi.
Intervensi
: a
Rasional
rasa imobilisasi
pada nyeri
dan
dis
spalek, perluasan
traksi
pada jaringan.
b : Meninggikan b.
dan
luka
melapang
Meningkatkan
aliran
darah,
dan
mengurangi
sifat, penilaian
intensitas,
tanda-tanda
non verbal
d.
dalam
Mempengaruhi
mungkin
akibat
analgetik
d.
Diberikan obat
analgetik
untuk
mengurangi
rasa
nyeri.
2
a. : Kaji tingkat a.
Mengetahui
digerakkan.
dalam mobilisasi
pada meningkatkan
ekstremitas
sehat
otot
serta
c. : Pertahankan memperbaiki
penggunaan spalek fungsi jantung dan
dan elastis verban
pernafasan
c.
Mempertahankan
imobilisasi
pada
berhubungan :
Tidak
Mengetahui
keadaan
umum
dengan
alat
invasive.
b.
c.
infeksi
Anjurkan
pasien
untuk dari
Meminimalkan
sekunder
alat
menjaga
digunakan.
kebersihan.
c.
yang
Untuk
mencegah
kontaminasi
adanya infeksi.
4
Mengatasi cemas/
Klien menerima
Beri kesempatan
takut/ berduka
keadaan,
ekspresi,wajah
mengekspresikan
Memperbaiki
tampak tenang
Harga diri
perasaannya
Kaji kemampuan
cairan tubuh
meningkat
klien perawatan
berperan aktif
diri
selama rehabilitasi