Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai
adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran
nafas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernafasan kronik. World
Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien
asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama
20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa
akan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup
pasien.
Asma memberi dampak negatif bagi pengidapnya seperti sering
menyebabkan anak tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga serta
aktifitas seluruh keluarga, juga dapat merusak fungsi sistem saraf pusat,
menurunkan kualitas hidup penderitanya, dan menimbulkan masalah pembiayaan.
Selain itu, mortalitas asma relatif tinggi. WHO memperkirakan terdapat 250.000
kematian akibat asma.
Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya,
dan tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya
penurunan frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama
adalah menghindari faktor penyebab.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini
membahas
tentang
patogenesis,
diagnosis
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernafasan merupakan proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan atau pernafasan dalam dan didalam paru-paru atau pernafasan
luar.
Organ organ yang berperan dalam sistim pernafasan diantaranya :
1. Hidung ( cavum nasalis )
Merupakan suatu saluran pernafasan pertama, tempat masuknya udara.
Udara yang masuk melewati rongga hidung akan disaring oleh silia dan
selaput lendir yang bertujuan agar partikel-partikel asing tidak masuk ke
saluran
suhu
tubuh manusia.
2. Rongga tekak ( faring )
Merupakan dareah pertemuaan berupa rongga pertigaan arah saluran
pernafasan (batang tenggorokan), saluran pencernaan (esofagus), dan
saluran ke rongga hidung. Faring terletak di belakang rongga hidung dan
faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan.
3. Pangkal tenggorokan ( laring)
Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentuk suara,
terletak di depan bagian faring dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Pangkal dari laring tersusun dari lempengan lempengan tulang rawan
dan katup (efiglotiis) yang berfungsi untuk menutup jalan udara saat
menelan makanan, sehingga tidak tersedak saat menelan makanan. Pada
laring terdapat pita suara yang akan bergetar jika ada udara yang
melaluinya.
4. Batang tenggorokan ( Trekea)
Merupakan pipa yang tersusun atas cincin-cincin tulang rawan berjumlah
16-20 berbentuk seperti cincin seperti kuku kuda ( C ) degan tiga lapisan
sel yaitu lapisan epitelium ( berlendir dan bersilia) berfungsi
mengeluarkan partikel partikel asing yang masuk ke saluran pernafasan.
lapisan tulang rawan dengan otot polos serta lapisan terluar yang terdiri
dari jaringan pengikat.
5. Cabang batang tenggorokn (Bronkus)
Merupakan batang cabang tenggorokan, jumlahnya sepasang, yaitu satu
menuju paru paru kanan dan yang satu lagi menuju paru paru kiri.
Dingding Bronkus terdiri dari tiga lapisan yaitu jarigan ikat, otot polos
dan, jaringan efitel yang sering disebut trakea perbedaannya bahwa
dingding trakea jauh lebih tebal dan cincin tulang rawan pada bronkus
tidak berbentuk lingkar sempurna. Kedudukan bronkus ke kanan dan ke
berbeda, ke kiri lebh mendatar.
6. Bronkiolus dan alveolus
Dari bronkus akan diteruskan ke saluran yang lebih halus lagi, yaitu
Bronkiolus dan bermuara pada gelembung gelembung halus alveolus.
anak-anak. Berdasarkan data dari WHO (2002), diseluruh dunia diperkirakan pada
tahun 2025 jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Selain itu, setiap 250 orang
ada satu orang meninggal karena asma setiap tahunnya.
Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat terutama di negara
maju. Data dari berbagai Negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit asma
berkisar antara 1-18%. Peningkatan prevalensi asma terutama meningkat pada
kelompok anak dan cenderung menurun pada kelompok dewasa.
Di Indonesia, diperkirakan jumlah pasien asma 2-5% dari penduduk
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 mengajukan angka
sebesar 7,6%. Pada SKRT tahun 1992, asma, bronkritis kronik, dan emfisema
sebagai penyebab kematian keempat di Indonesia sebesar 5,6%. Lalu pada SKRT
tahun 1995, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1000
penduduk. Di bandung terjadi kenaikan prevalensi gejala asma dari 2,1% pada
tahun 1995 menjadi 5,2% pada tahun 2001.
Asma pada dewasa, Tahun 1993 UPF Paru RSUD dr. Sutomo, Surabaya
melakukan penelitian di lingkungan 37 puskesmas di Jawa Timur dengan
menggunakan kuesioner modifikasi ATS yaitu Proyek Pneumobile Indonesia dan
Respiratory symptoms questioner of Institute of Respiratory Medicine, New South
Wales, dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan alat peak flow
meter dan uji bronkodilator. Seluruhnya 6662 responden usia 13-70 tahun (ratarata 35,6 tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar 7,7%, dengan rincian lakikali 9,2% dan perempuan 6,6%.
dll)
Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)
Ekspresi emosi berlebih
Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
bronkial.
Beberapa
literatur
menyebutnya
sebagai
exercised
induced
obstruksisi
Faktor Genetik
Sensitisasi
inflamasi
Gejala Asma
Faktor Lingkungan
Gen kandidat yang diduga berhubungan dengan penyakit asma, serta
penyakit yang terkait
dengan
penyakit asma
sangat
banyak. Gen
MHC manusia
Pemicu
(inducer)
Pemacu
(enhancer)
Pencetus
(trigger)
yang terletak pada kromosom 6p, khususnya HLA telah dipelajari secara luas dan
sampai saat ini masih merupakan kandidat gen yang banyak dipelajari dalam
kaitannya dengan asma. HLA-DR merupakan MHC (major histocompatibility
complex) klas II, suatu reseptor permukaan sel yang disandikan oleh kompleks
antigen leukosit manusia (HLA/ Human Leukocyte Antigen) yang terletak pada
kromosom 6 daerah 6p21.31(1).
Alergen
yang
paling
umum
alergen
yang
perantaraan
terjadi
waktu malam
gejala
hari
diperkirakan
Intermite 2/mingg
n
Persisten
sedang
FEV1Variabilita penggunaan
s
SABA
2
2/bulan
80%
<20%
hari/mingg
u
Persisten >2/mingg
ringan
>2
34/bulan
80%
2030%
hari/mingg
u
Harian
Persisten
Secara
berat
kontinu
>1/minggu
6080%
>30%
<60%
>30%
Harian
Seringnya
(7/minggu
)
dua
kali/hari
kematian
Mengancam nyawa
(orang tertentu pada)
Tanda-tanda klinis
Pengukuran
Saturasi
Kelelahan
Aritmia
PaCO2
Sianosis
Tidak ada aliran udara yang
terdengar
Upaya nafas buruk
Puncak aliran 3350%
Frekuensi pernapasan 25 bernapas setiap
Sangat akut
menit
Sedang
diperkirakan
Tidak ada fitur asma sangat berat
mengaktivasi
sel
target
di
saluran
napas
dan
mengakibatkan
Terdapat hubungan langsung antara jumlah eosinofil pada darah perifer dan pada
bilasan bronkoalveolar dengan hiperresponsif bronkus. Eosinofil melepaskan
mediator seperti LTC4, PAF, radikal bebas oksigen, mayor basic protein (MBP),
dan eosinofil derived neurotoxin (EDN) yang bersifat sangat toksik untuk saluran
napas.
Neutrofil banyak dijumpai pada asma yang diakibatkan oleh kerja.
Neutrofil diduga menyebabkan kerusakan epitel oleh karena pelepasan metabolit
oksigen, protease dan bahan kationik. Neutrofil merupakan sumber mediator
seperti prostaglandin, tromboksan, LTB4, da PAF.
Limfosit T diduga mempunyai peranan penting dalam respon inflamasi
asma, karena masuknya antigen ke dalam tubuh melalui antigen reseptor
complemen-D3 (CD3).
Pada remodeling saluran respiratori, terjadi serangkaian proses yang
menyebabkan deposisi jaringan penyambung dan mengubah struktur saluran
respiratori melalui proses dediferensiasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi
struktur sel. Kombinsai antara kerusakan sel epitel, perbaikan epitel yang
berlanjut, ketidakseimbangan Matriks Metalloproteinase (MMP) dan Tissue
Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP), produksi berlebih faktor pertumbuhan
profibrotik atau Transforming Growth Factors (TGF-), dan proliferasi serta
diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas diyakini merupakan proses yang
penting dalam remodelling. Miofibroblas yang teraktivasi akan memproduksi
faktor-faktor pertumbuhan, kemokin, dan sitokin yang menyebabkan proliferasi
sel-sel
otot
polos
saluran
respiratori
dan
meningkatkan
permeabilitas
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran respiratori serta sel goblet dan
kelenjar submukosa terjadi pada bronkus pasien asma, terutama yang kronik dan
berat. Secara keseluruhan, saluran respiratori pasien asma, memperlihatkan
perubahan struktur saluran respiratori yang bervariasi dan dapat menyebabkan
penebalan dinding saluran respiratori. Remodeling juga merupakan hal penting
pada patogenesis hiperaktivitas saluran respiratori yang non spesifik, terutama
pada pasien yang sembuh dalam waktu lama (lebih dari 1-2 tahun) atau yang tidak
sembuh sempurna setelah terapi inhalasi kortikosteroid.
Gejala asma, yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari
obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamsai kronik dan hiperaktivitas bronkus.
Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran nafas. Peregangan vagal
menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan
oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan nafas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa sehingga memperbesar reaksi
yang terjadi.
merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang
sangat lanjut.
Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk
ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini
terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk
disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk
bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien
lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penberita
tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan stadiun
ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil,
tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan
tinggi karena asfiksia.
2.9 Gejala Klinis Asma
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada
beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan
terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada,
bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental
dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini
didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung
yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat
(takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada
fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2,
tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan
memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta
meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut
nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam
darah akibat respons hipoksemia.
2.10
Diagnosis Asma
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk
berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau
penyakit alergi yang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita
lebih nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung
: pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru
:
Inspeksi
: dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong
ke bawah.
: terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
: hipersonor
: Vokal Fremitus kanan=kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
dan
mungkin
b.Menghentikan
bisa
atau
menghentikan
mengurangi
obat
pemakaian
simptomatik.
steroid.
meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah
teratasi dan sudah tidak ada lagi gejala maka obat ini tidak lagi digunakan atau
diberikan bila perlu. Kelompok kedua adalah obat pengendali yang disebut juga
obat pencegah, atau obat profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah
dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran nafas. Dengan demikian pemakaian
obat ini terus menerus diberikan walaupun sudah tidak ada lagi gejalanya
relaksasi otot polos, stabilisasi sel mast, dan stimulasi otot skelet.
Indikasi : Asma akut parah baik intermittan maupun asma kronik. Dalam
asma parah akut digunakan dosis yang lebih tinggi menggunakan nebulizer.
Contoh Obat :
Epinefrin/adrenalin
Tidak direkomendasikan lagi untuk serangan asma kecuali tidak ada 2
Tremor
dan
palpitasi
adalah
karakteristik
dari
amin
pada
keadaan ini obat inhalasi sulit mencapai bagian distal obstruksi jalan napas. Efek
samping takikardi lebih sering terjadi.
Dosis salbutamol IV : mulai 0,2 mcg/kgBB/menit, dinaikkan 0,1 mcg/kgBB
setiap 15 menit, dosis maksimal 4 mcg/kgBB/menit.
Dosis terbutalin IV : 10 mcg/kgBB melalui infuse selama 10 menit, dilanjutkan
dengan 0,1 0,4 ug/kgBB/jam dengan infuse kontinu.
Efek samping 2 agonist antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi,
palpitasi, dan takikardi.
Indikasi
Asma bronkial, bronkhitis asmatis, dan emfisema pulmonum
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Efek samping
Mual, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi periferal,
tarkikardia, dan hipokalemi yang kadang timbul setelah pemberian
dosis tinggi.
Perhatian
Hati hati pemberian pada pasien tirotoksitosis, wanita hamil dan
menyusui, pemberian bersama derivat xantin, steroid, dan diuretik,
hindari pemberian pada penderita hipertensi, jantung iskemik dan
pasien usia lanjut, anak dibawah usia 6 tahun, hipertiroidism,
diabetes melitus
Interaksi obat
-bloker , seperti propanolol, menghambat efek salbutamol. Obat
adrenergik
tambahan,
inhibitor
monoaminooksidase,
atau
antidepresan trisiklik.
b. Methyl xanthine
Efek bronkodilatasi methyl xantine setara dengan 2 agonist inhalasi,
tapi karena efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini
diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi 2 agonist dan
anticholinergick.
Efek bronkodilatasi teofilin disebabkan oleh antagonisme terhadap
reseptor adenosine dan inhibisi PDE 4 dan PDE 5. Methilxanthine cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral, rectal, atau parenteral. Pemberian teofilin IM
harus dihindarkan karena menimbulkan nyeri setempat yang lama. Umumnya
adanya makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi teofilin
tapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorpsi. Metilxanthine didistribusikan
keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Eliminasinya
terutama melalui metabolism hati, sebagian besar dieksresi bersama urin.
Dosis aminofilin IV inisial bergantung kepada usia :
1 6 bulan : 0,5mg/kgBB/Jam
6 11 bulan : 1 mg/kgBB/Jam
2. Anticholinergics
terjadi
meski
pasien
telah
menggunakan
1. Inhalasi glukokortikoid
Glukokortikoid inhalasi merupakan obat pengontrol yang paling efektif
dan direkomendasikan untuk penderita asma semua umur. Intervensi awal dengan
penggunaan
inhalasi
budesonide
berhubungan
dengan
perbaikan
dalam
leukotriane;
Mempunyai
bronkokonstriktor;
Mencegah early asma reaction dan late asthma reaction
Dapat diberikan per oral, bahkan montelukast hanya diberikan sekali per
efek
bronkodilator
dan
perlindungan
terhadap
a. Montelukast
Preparat ini belum ada di Indonesia dan harganya mahal. Dosis per oral 1 kali
sehari.(respiro anak) Dosis pada anak usia 2-5 tahun adalah 4 mg qhs. (gina)
b. Zafirlukast
Preparat ini terdapat di Indonesia, digunakan untuk anak usia > 7 tahun
dengan dosis 10 mg 2 kali sehari.
Leukotrin memberikan manfaat klinis yang baik pada berbagai tingkat
keparahan asma dengan menekan produksi cystenil leukotrine. Efek samping obat
dapat mengganggu fungsi hati (meningkatkan transaminase) sehingga perlu
pemantauan fungsi hati.
3. Long acting 2 Agonist (LABA)
Preparat inhalasi yang digunakan adalah salmeterol dan formoterol.
Pemberian ICS 400ug dengan tambahan LABA lebih baik dilihat dari frekuensi
serangan, FEV1 pagi dan sore, penggunaan steroid oral,, menurunnya
hiperreaktivitas dan airway remodeling. Kombinasi ICS dan LABA sudah ada
dalam 1 paket, yaitu kombinasi fluticasone propionate dan salmeterol (Seretide),
budesonide dan formoterol (Symbicort). Seretide dalam MDI sedangkan
Symbicort dalam DPI. Kombinasi ini mempermudah penggunaan obat dan
meningkatkan kepatuhan memakai obat.
4. Teofilin lepas lambat
Teofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama kortikosteroid
yang bertujuan untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan
glukokortikosteroid.
Tapi
efikasi
teofilin
lebih
rendah
daripada
lambung.
Efek
samping
muncul
pada
dosis
lebih
dari
10mg/kgBB/hari, oleh karena itu terapi dimulai pada dosis inisial 5mg/kgBB/hari
dan secara bertahap diingkatkan sampai 10mg/kgBB/hari.
5. Kromolin natrium
Kromolin merupkan obat pilihan kedua untuk mencegah brokhospasmus
yang diinduksi latihan fisik dan dapat digunakan bersama Agonis 2 dalam kasus
yang lebih parah yang tidak merespon terhadap tiap zat masing-masing.
[LAR] ).
Indikasi : diindikasikan untuk profilaksi asma perisisten ringan pada anakanak dan dewasa tanpa meliahat etiologinya. Efektif parsial pada kondisi
2.11Penatalaksanaan terapi
Perkiraaan keparahan
Penenuan PEF2 ; nilai < 50% kemampuan terbaik atau prediksi normal
menandakan keparahan tinggi.
Catatan : gejala dan tanda : tingkat batuk, kesulitan bernafas, nafas terengahengah dan sesak dada berhubungan dengan bertambah beratnya keparahan.
Penggunakan akseori otot dan penarikan suprasternal.
Respon buruk
Keparahan tinggi PEF
> 50% prediksi atau
Agonist beta bloker aksi pendek hirup : dengan kemampuan
MDI 2-4 hirupterbaik
Keparahan ringan PEF >
sampai 3 kali penangan dengan interval 20 menit
atau
nafas
terengah engah
respon sedang
80% prediksi atau
penangan sekali dengan nebulizer
atau nafas pendek
kemampuan terbaik,
keparahan sedang PEF
sangat terlihat
tidak terengah-engah
50%
prediksi
atau
atau nafas pendek
1. Tambah
kemampuan terbaik
respon thp beta bloker
kortikosteroid
nafas terengah engah
bertahan hingga 4 jam
oral
atau nafas pendek
2. Ulangi agonis
peresisten
1. agonis betabloker
betabloker
dilanjutkan setelah 3-4
secepatnya
1. Tambah
jam
3.
Jika derita parah
kortikosteroid oral
dan responsif.
2. Lanjutkan dengan
2. untuk pasien dengan
BawaMaka
kebagian
Kontakagonis
klinis segera
betabloker
kortikosteroid inhaler
gawat
darurat
( hari ini ) untuk instruksi
Kontak
klinis untuk
dimasukkan
ke
dosis
digandakan
untuk
Penanganan awal
Respon baik :