Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB II

TINJAUAN TEORI
Asuhan Keperawatan lansia dengan Gangguan sistem Kardiovaskuler
1. Penyakit Pada Sistem Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun
keatas di seluruh dunia dengan jumlah kematian lebih banyak di Negara berkembang
(WHO, 1995)
Penyakit kardiovakuler merupakan masalah penting pada lanjut usia, maka dengan
adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah utama penyebab
kematian dan disabilitas pada usia lanjut (Kannel, 1992)
Faktor faktor risiko utama adalah hipertensi, merokok, dislipidemia, intoleransi glukosa,
dan kurang latihan.
Penyakit sistem kardiovaskuler yang lazim pada usia lanjut:
a. Gagal Jantung Kongestif
Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah suatu kondisi bila cadangan jantung normal
(peningkatan frekuensi jantung, dilatasi, hipertropi, peningkatan isi sekuncup) untuk
berespon terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
jantung gagal melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibat gagal jantung.
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan pathofisiologis adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal mempertahankan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peningkatan tekanan pengisisan ventrikel kiri
Etiologi
Secara umum penyebab decompensasi cordis disebabkan
1)
2)
3)
4)
5)

Disfungsi miocard
Beban tekanan berlebihan
Beban volume berlebihan
Peningkatan kebutuhan metabolic
Gangguan pengisian

6) Disritmia
7) Malfungsi katup
8) Abnormalitas otot jantung
9) Angina pectoris, berlanjut infark miocard akut, rupture miokard
Respon Terhadap kegagalan
1) Peningkatan tonus simpatis
Peningkatan sistem saraf simpatis yang mempengaruhi arteri vena jantung.
Akibatnya meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan peningkatan kontraksi.
Tonus simpati membantu mempertahankan tekanan darah normal
2) Retensi air dan natrium
Bila ginjal mendeteksi adanya penurunan volume darah yang ada untuk filtrasi,
ginjal merespon dengan menahan natrium dann air dengan cara demikian
mencoba untuk meningkatkan volume darah central dan aliran balik vena
Pathofisiologis
Pada decompensasi cordis kanan, karena ketidakmampuan jantung kanan
mengakibatkan penimbunan darah dalam atrium kanan, vena cava dan sirkulasi besar.
Penimbunan darah di vena hepatica menyebabkan hepatomegali dan kemudian
menyebabkan terjadinya asites. penimbunan secara sistemik selain menimbulkan
edema juga meningkatkan tekanan vena jugularis dan pelebaran vena-vena yang
lainnya
Pada decompensasi cordis kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami
hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertropi. Aliran darah dari paru ke
atrium kiri terbendung. Akibatnya tekanan dalam vena pulminalis, kapiler paru dan
arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru-paru yang akan
mengakibatkan edema paru, sesak waktu bekerja atau waktu istirahat
Decompensasi cordis kiri dan kanan terjadi sebagai akibat kelanjutan dari
decompenasi cordis kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi penimbunan darah
dalam vebtrikel kanan, selanjutnya terjadi decompensasi cordis kanan
Manifestasi Klinis
1) Decompensasi cordis kanan
a. Edema periorbital, edema presakral, asietas dan hydrothorak
b. Peningkatan tekanan vena jugularis
c. Gangguan gastrointestinal
d. Hepatomegali
e. Oliguri, nokturia
f. Hiponatremia, hipokalsemia, dan hipokalemia
2) Decompensasi cordis kiri
a. Sesak napas

b. Pernapasan chynestokes
c. Batuk-batuk
d. Sianosis
e. Ronkhi basah halus di daerah basal paru-paru
f. Keadaan lemah dan cepat lelah
Klasifikasi Gagal Jantung
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan abnormalitas structural jantung atau
berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional
Klasifikasi

gagal

jantung

menurut

abnormalitas structural jantung. Tingkatan


gagal jantung berdasarkan struktur dan
kerusakan otot jantung
Stadium AMemiliki resiko tinggi untuk
berkembang menjadi gagal jantung. Tidak
terdapat

gangguan

structural

atau

fungsional jantung, tidak terdapat tanda


atau gejala
Stadium

BTelah

terbentuk

penyakit

struktur jantung yang berhubungan dengan


perkembangan

gagal

jantung,

tidak

terdapat tanda atau gejala.

Klasifikasi berdasarkan gejala berkaitan


dengan kapasitas fungsional Tingkatan
berdasarkan gejala dan aktifitas fisik
Kelas I Tidak terdapat batasan dalam
melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
sehari-hari

tidak

menimbulkan

kelelahan, palpitasi atau sesak napas.


Kelas II Terdapat batasan aktifitas
ringan. Tidak terdapat keluhan saat
istirahat, namun aktifitas fisik seharihari menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak nafas.
Kelas III Terdapat batasan aktifitas

Stadium

CGagal

jantung

yang bermakna. Tidak terdapat keluhan saat

simptomatik berhubungan dengan penyakit istirahat, tetapi aktifitas fisik ringan


structural jantung yang mendasari

menyebabkan kelelahan, palpitasi atau


sesak

Stadium DPenyakit jantung structural


lanjut serta gejala gagal jantung yang
sangat bermakna saat istirahat walaupun
sudah mendapat terapi medis maksimal
(refrakter)

Kelas IV Tidak dapat melakukan


aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat
gejala saat istirahat. Keluhan meningkat
saat melakukan aktifitas

Sifat dan nyeri pada pasien dengan decompensasi cordis


1) Akut
Timbul secara mendadak dan segera lenyap bila penyebab hilang. Ditandai oleh:
nyeri seperti tertusuk benda tajam, pucat disritmia, tanda syock kardiogenik (akral
dingin dn perfusi turun)
2) Kronis
Nyeri yang terjadi berkepanjangan hingga berbulan-bulan. Penyebab sulit
dijelaskan dan gejala obyektif tidak jelas umumnya disertai dengan gangguan
kepribadian serta kemampuan fungsional
Derajat nyeri
1) Ringan: tidak menggangu ADL dan pasien dapat tidur
2) Sedang: mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
3) Berat: mengganggu ADL dan pasien tidak dapat tidur
Penatalaksanaan
Tujuan:
1) Menurunkan kerja jantung
2) Meningkatkan curah jantung dann kontraktilitas miocard
3) Menrunkan retensi garam dan air
Penatalaksanaannya meliputi:
1) Tirah baring
Untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit disembuhkan
2) Pemberian diuretic
Akan menurunkan preload dan kerja jantung
3) Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodiltasi perifer, menurunkan aliran
balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
4) Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada klien
dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan
pengisisan serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5) Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload
6) Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat
frekuensi ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
7) Inotropik positif
a. Dopamin

Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik, betaadrenergik. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung, dilatasi pembuluh darah
renal, serebral dan pembuluh darah koroner. Pada dosis maximal 10-20 md/kg
BB akan menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan beban kera jantung.
b. Dobutamin
Merangsang hanya betha adrenergic. Dosis mirip dopamine memperbaiki isi
sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokontriksi dan tachicardi

Tindakan-tindakan medis:
1) Dukungan mekanis ventrikel kiri dengan komterpulasi balon aortic/pompa PBIA.
Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner, memperbaiki isi sekuncup dan
mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
2) Tahun 1970, dengan extracorponeal membrane oxygenation (ECMO). Alat ini
mengantikan fungsi jantung paru
Komplikasi
1)
2)
3)
4)

Asites
Hepatomegali
Edema paru
Hydrothoraks

b. Penyakit Jantung koroner


Pengertian
PJK merupakan penyakit jantung yang paling sering ditemukan pada orang usia
lanjutpada populasi ditemukan 20% pria dan 12% wanita yang berusia 65 tahun
keatas. Juga merupakan penyebab gagal jantung pada usia lanjut yang paling umum,
serta merupakan penyebab kematian paling sering pada kelompok usia ini.
Penyebab
1)
2)
3)
4)
5)

Atherosclerosis arteri coroner


Spasme arteri coroner
Diseksia aorta
Stenosis/insufisiensi aorta
Hipertensi

Faktor Risiko
1) Hipertensi, hiperlipidemia
2) Perokok berat
3) DM, obesitas

4)
5)
6)
7)
8)

Type kepribadian A, stress emosi


Kurang aktivitas fisik
Keturunan
Usia
Jenis kelamin

Pathofisiologi
Pada keadaan normal terjadi keseimbangan aliran darah koroner dengan kebutuhan
miocard. Akan tetapi terjadi kesalahan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan oksigen miocard akibat dari penyempitan arteri coroner sehingga
suplai menuru dan akibat peningkatan kebutuhan oksigen atau keduanya terjadi
bersama-sama
Manifestasi Klinis
1) Angina pectoris
Angina pectoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekann di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002)
2) Payah jantung
kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa memompa
cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang tepat.
3) Infark miocard akut
kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner
miokard ( penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh
aterosklerosis atau penurunan alirah darah akibat syok atau pendarahan.
( carpenito L.J , 2000 )
4) Kematian mendadak
5) Aritmia
masalah pada jantung yang terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur.
c. Infark Miocard Akut
Pengertian
infark miokard aktif adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan
aliran darah koroner miokard ( penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan
oleh aterosklerosis atau penurunan alirah darah akibat syok atau pendarahan.
( carpenito L.J , 2000 )

Etiologi
beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenisasi tersebut diantaranya :
1) Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
2) Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Faktor lainnya yaitu :
1) Sumbatan pada arteri koroner
2) Sirkulasi kolateral di dalam jantung
3) Penyebab lain : embolus
Pathofisiologi
Dalam jangka waktu 24 jam timbul oedem sel-sel terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit. Infark miokardium akan menyebabkan fungsi entrikel
terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. Secara fungsional infark
miokardoium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi,
gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume,p engurangan ejeksi
peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan voume akhir diastolik ventrikel.
Keadaan tersebut akan menyebabkan kegagalan jantung dalam memompa darah
( jatuh dalam dekompensasi kordis ) dan efek jantung ke belakang adalah terjadinya
akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru dengan manisfestasi
sesak nafas.
Manisfestasi klinis
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAGE ) adalah :
1. Klinis
a) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak mereda,
biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
b) Nyeri tersebut sangat sakit , seperti tertusuk tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan ( biasanya lengan kiri )
c) Nyeri mulai spontan ( tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin.
d) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher
e) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
2. Laboratorium

a) CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b) LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
c) AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6 12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
Secara umum serangan akut miokardiac infark ditandai oleh nyeri dada, sesak
nafas, gejala gastrointestinal, dan gejala lainnya berupa rasa pusing dan gejala akibat
emboli arteri ( misalnya stroke, iskemia ekstremitas ).
Penatalaksanaan
1) Nitrogliserin
Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi
aliran darah koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi :
vasodilatasi pembuluh darah kolateralis.
2) Propanol ( inderal )
Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan
menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung.
Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan daya kontraksi jantung.
Propenol

menghambat

pengaruh-pengaruh

ini,

dengan

demikian

dapat

mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.


3) Digitalis
Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan
neningkatkan daya kontraksi dan akibatnya akan meningkatkan curah sekuncup.
Dengan meningkatnya pengosongan ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang.
4) Diuretika
Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian
mengurangi ukuran dan volume ventrikel.
Tindakan keperawatan ditujukan untuk mendeteksi terjadinya komplikasi :
1) Klien istirahat total 24 jam pertama
2) Posisi semi fowler
3) Beri O2-4l/m binasal

4) Pantau TTD tiap jam sampai keadaan stabil


5) Pantau EKG
6) Pasan IV line
7) Pemeriksaan laboratorium
8) Pemberian obat sesui dengan rencana pengobatan
9) Diet
10) Mobilisasi dan latihan
d. Hipertensi
Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik >160mmHg dan
tekanan diastolik >90mmHg. ( Brunner & Sudarth, 2001 )
Etiologi
pada umunya hipertensi tidak mempunyai peneybab yang spesifiki. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi : genetik,
obesitas, stress karena lingkungan dan hilangnya elastisitas jaringan dan
arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada :
1) Elastisitas dinding dada
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebakan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Hipertensi esensial/hipertensi primer

Penyebab hipertensi primer belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa
faktor yaitu :
a) Faktor keturunan
b) Ciri perseorangan
c) Kebiasaan hidup
2) Hipertensi sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sbb :
a) Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis, nekrosis tubular akut, tumor.
b) Penyakit vascular aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma, emboli
kolesterol dan vaskulitis.
c) Kelainan endokrin: diabetes melitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme.
d) Penyakit saraf: stroke, ensephalitis, syndrom gullian barr.
e) Obat-obatan : kontrasespsi oral, kortikosteroid.
Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
sympatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia sympati di thoraks dan abdomen. Ransangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang beregerak ke bawah melalui sistem saraf
sympatis ke ganglia sympatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabuit saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskan
norefinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Kriteria hipertensi
The join nation comitten on detection, evolution and treatmen of high blood
pleasure, suatu badan penelitian hipertensi di USA menentukan batasan yang
berebeda. Pada laporan tahun 1993 yang dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan pada
darah orang dewasa berumur 18 tahun diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC-V USA
No

Kriteria

Tekanan Darah
Sistolik

Diastolik

1.
2.
3.

Normal

<130

Perbatasan (high normal)

130-139

85-89

140-159
160-179
180-209

90-99
100-109
110-119

Hipertensi
Derajat 1 : ringan (mild)
Derajat 2 : sedang (moderate)
Derajat 3 : berat (severel)
Derajat 4 : sangat berat (very severe)

210

<85

120

(Delaimartha & Wijaya, 2004)


Catatan :
Jika penderita mempunyai tekanan sistolik dan diastolik yang tidak termasuk dalam
satu kriteria maka ia termasuk dalam kriteria yang lebih tinggi. Misalnya seseorang
mempunyai tekanan darah 180/120 mmHg (dibaca sistolik 180 mmHg, diastolik 120
mmHg). Berdasarkan ketentuan ini orang tersebut tergolong penderita hipertensi
derajat 4 atau sangat berat.
Apabila penderita memiliki kerusakan atau risiko hipertensi, maka risjko tersebut
harus disebutkan. Misalnyahipertensi derajat 4 dengan DM.
Manifestasi Klinis
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Sakit kepala.
Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
Telinga berdenging.

Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelaian Parenkim Ginjal.
b) Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi karena pareh/dm ginjal
dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap.
d) Kimia darah (kalium, natrium, kretinin, gula darah puasa).
2) EKG
a) Hipertropi ventrikel kiri.

b) Ischemi/Infark miocard.
c) Peninggian gelombang P.
d) Gangguan konduksi.
3) Rountgen Foto
a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada kwartasio dari aorta.
b) Pembendungan, lebarnya paru.
c) Hipertropi parenkim ginjal.
d) Hipertropi vascular ginjal.
e)
Penatalaksanaan Medis
a)
b)
c)
d)
1)

Terapi Oksigen.
Pemantauan Hemodinamik.
Pemantauan Jantung.
Obat-obatan:
Diuretik:Chlorthalidon, Hydrornox, Lasix, Aldactone,Dyrenium Diuretic bekerja
melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong

ginjal menigkatkan ekskresi garam dan airnya.


2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri.
Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot
polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup, dan TPR.
3) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE berfungsi untuk
menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan darah
secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkanpengeluaran
natrium pada urin kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.
4) Antagonis (penyekat) respetor beta ( -blocker), terutama penyekat selektif,
bekeija pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.

5) Antagonis reseptor alfa ( -blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos


vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

6) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR. Misalnya:


Natrium, Nitroprusida, Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin, dll.
(Brunner & Suddarth: 2002)

e. Aritmia Kordis
Aritmia kordis sering terdapat pada usia lanjut. Pada penderita usia lanjut biasanya
terdapat banyak problem metabolik dan banyak mendapat obat yang dapay
menyebabkan gangguan irama jantung.
Aritmia kordis dapat digolongkan menjadi takhiaritmia dan bradiaritmia kordis.
Takhiaritmia dapat disebabkan peninggian automatisitas, mekanisme re-entry,
triggreed activity dan gabungan penyebabnya. Takhiaritmia yang sering dijumpai
pada usia lanjut adalah sinus takhikardi, SVES, SVT, fibrilasi atrium, VES dan VT.
1) Sinus Takhikardi
Sinus takhikardi merupakan respon fisiologik suatu kelainan patologik yang
sering dijumpai pada usia lanjut, misalnya; rasa nyeri, demam, anemia, dehidrasi,
dll.
Penyebab;
a) Demam, Kehilangan darah akut, Anemia, shock, latihan.
b) Gagal jantung kongestif (CHF).
c) Nyeri.
d) Keadaan hipermetabolik, kecemasan.
e) simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Karakteristik sinus takhikardi:
1. Frekuensi: 100-180 denyut per menit
2. Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS, dapat
tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya, interval
PR normal.
3. Kompleks QRS: biasanya mempunyai durasi normal.
4. Hantaran: biasanya normal
5. Irama: reguler
Penatalaksanaan
1. Penanganan
penyebab.

biasanya

diarahkan

untuk

menghilangkan

2. Propanolol

(inderal)

dapat

dipakai

untuk

menurunkan

frekuensi jantung secara cepat. Propanolol menyekat sfek


seratg adrenergik sehingga memperlambat frekuensi.
2) Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi
dan

tidak

terkoordinasi),

biasanya

berhubungan

dengan

penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal


jantung kongesif, atau penyakit jantung kongenital.
Karakteristik:
1. Frekuensi:

350-600

denyut/menit,

respon

ventrikuler

biasanya 120-200 x/menit.


2. Gelombang P: tidak terdapat gelombang P yang jelas ,
tampak undulasi ireguler, dinamakan gelombang fibrilasi
atau gelombang f, interval PR tidak dapat diukur.
3. Kompleks QRS: biasanya normal.
4. Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh
respon ventrikel ireguler, karena nodus AV tidak berespon
terhadap frekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang
dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon irreguler.
5. Irama: irreguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol.
Irreguleritas

irama

dapat

diakibatkan

oleh

perbedaan

hantaran pada nodus AV.


Penatalaksanaan
1. Penanganan diarahkan untuk mengurangi iritabilitas atrium
dan mengurangi frekuensi respon ventrikel.
2. Pasien dengan fibrasi atrium kronik, perlu diberikan terapi
antikoagulan, untuk mencegah tromboembeli yang dapat
terbentuk di atrium.
3. Obat pilihan untuk mengatasi fibrilasi atrium sama dengan
yang digunakan pada penatalaksaan PAT.
4. Preparat digitalis digunakan untuk memperlambat frekuensi
jantung.
5. Antidistritmia, seperti: quinidin digunakan untuk menekan
distritmia tersebut.

3) Ventrikel takhikardi
Distritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard,
seperti pada PVC penyakit ini biasanya berhubungan dengan
penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel.
Takhikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus di anggap
sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan
adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
karakteristik
1. Frekuensi : 150-200 x/menit
2. Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS, bila
terlihat tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
3. Komplek QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan
konfigurasi PVC, lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
Denyut

ventrikel

menghasilkan

dapat

denyut

bergabung
gabungan

dengan
dengan

QRS
QRS

normal
normal

menghasilkan denyut gabungan.


4. Hantaran: berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran
retrogade ke jaringan penyambung dan atrium.
5. Irama: biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi takhikardi
ventrikel irreguler.
Penatalaksanaan
1. Terapi yang diberikan ditentukan oleh dapat atau tidaknya pasien
bertoleransi terhadap irama yang cepat.
2. Penyebab iritabilitas miokard harus dicari dan dikoreksi segera.
Obat antidistritmia dapat digunakan.
3. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan
curah jantung.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler


1. Pengkajian
1. ) Identitas
Identitas klien yang biasa nya dikaji pada penyakit sistem kardiovaskuler adalah usia ,
karena ada
Bebeapa penyakit kardiovaskuler banyak tejadi pada klien diatas usia 60 tahun .
2.) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit kardiovaskuler
seperti : gagal jantung kongestif , penyakit jantung koroner , hipertensi .
3.) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit saat ini , keluhan utama , pernah ndak di rawat di rumah sakit lain ,
dan pengobatan nya .
4.) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kardiovaskuler sebelum nya , pekerjaan nya , penggunaan obat obatatan ,
riwayat mengkomsumsi rokok , alkohol .
5.) Riwayat penyakit keluarga
Yang pernah di kaji apakah dalam keluarga ada menderita penyakit yang sama karena
faktor keturunan .
6.) Pola kebiasaan sehari- hari
Yang penah dikaji apakah dalam aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan ada nyan nyeri dada sebelah kiri dan sesak nafas .
7.) pemeiksaan fisik
a.) keadaan umum
lemah
b.) kesadaran
composmetis ,Apatis sampai somnolen .
c.) Tanda tanda vital
1. Terdiri dari pemeriksaan suhu nomal 37
2. nadi meningkat 70- 82 x | menit
3. TD meningkat atau menurun

. pernapasan meningkat
d.) Pemeriksaan eview of system [ ROS]
1.) Sistem penapasan [B1 : Beating ]
Dapat ditemukan sesak napas waktu beraktivitas .
2. Sistem sirkulasi [B2 : Bleeding ]
Kaji jantung , frekuensi nadi apikal , sirkulasi perife ,warna dan kehangatan ,
periksa adanya distensi vena jugulais .
3.) Sistem persarafan [B3 : Bain ]
Kaji adanya hilangnya gerakan / sensasi , spasme, otot , telihat , kelemahan ,/
hilang fungsi .
4.) Sistem perkemihan[ B 4 :Blede]
Perubahan pola perkemihan , seperti , inkontinensial urin , di suria , distensi ,
kandung kemih , warna dan bau urin , dan kebersihannya
5.) Sistem perencenaan[ B5 . Bowel ]
Konstipasi , konsisten feses, frekuensi , eliminasi , auskultasi bising usus ,
anoeksia , adanya distensi abdomen , nyeri tekan abdomen .
6.) Sistem Muskuloskeletal[ B6 : Bone ]
Nyeri berat tiba tiba /, mungkin telokalikasi kan pada area jaringan, dapat
berkurang pada mobilitas , kontaktu , atrofi otot, laserasi .
8. Pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. pola nutrisi
c. pola eliminasi
d.pola tidur dan istirahat
e. pola aktivitas dan istirahat
f. pola hubungan dan peran
g pola sensori dan kognitif
h. pola persepsi dan konsep diri
i. Pola seksual dan reproduksi
j. pola mekanisme atau penanggulangan stress dan koping.
k.pola tata nilai dan kepecayaan .fyui

2. Diagnosa keperawatan
NO
(1)
1.

DIAGNOSA

PERANCANAAN

KEPERAWATAN

Tujuna dan Kriteria

(2)
(3)
Penurunan cardiac output b / Setelah

(4)
dilakukan perawatan jantung

d denyut jantung , perubahan asuhan


peload

afterload

Intervensi

keperawatan

- evaluasi adanya nyei

perubahan selama selama 3 x 24 dada


,perubahan jam . klien menunjukan

kontraktilitas

[ intensita, lokasi , radiasi

ditandai cuah jantung adekuat 9 , durasi dan faktor yang

dengan : adanya perubahan dengan kriteria :


irama / denyut jantung .

pencetusnya nyeri

- TD dalam rentang
normal

-lakukan

penilaian

komprensif

terhadap

- denyut jantung dalam sirkulasi perifer,edema ,


batas nomal
-

pengisian kapiler , dan

hipotensi

ortostatik duhu ekstremitas.

tidak ada adi perifer

- catat adanya disritmia

- bunyi nafas abnormal jantung .


tidak ada
-

- monitor status
menunjukkan - monitor vital sign

peningkattan

toleansi

terhadap aktivitas.
2.

Nyeri akut b / d penurunan Setelah


aliran

darah

coroner

dilakukan Manajemen Nyeri

, asuhan

kepeawatan - Kaji secara komprehensif

iskemia jantung di tandai selama 3 x 2 jam klien tentang nyeri , meliputi :


dengan

klien

melaporkan cepat .

adanya nyei dada sebelah 1.

lokasi , karakteritas , onset

Mengontrol

nyeri , durasi .

kiri , seperti diremras dengan kriteiria hasil:


remas , perubahan TD r,
Nadi

meningkat,

klien

keringat mengetahui

- kaji latar belakang

dapat budaya klien .


penyebab

Berikan

dukungan

dingin , klien tampak gelisah nyeri


merintik kesakitan .

onset terhadap

nyeri,mampu

klien

dan

keluarga .

menggunakan

teknik

- anju kan klien untuk

non farmakologi untuk memonitorkan

sendii

mengurangi nyeri dan nyeri.


tindakan

pencegahan -

nyeri .

Modifikasi

tindakan

nyeri .

- klien mampu mengenal - Libatkan keluarga untuk


tanda tanda pencetus menguangi nyeri.
nyeri

untuk

mencai

Pemberian analgetik

pertolongan .

-Berikan obat dengan

2. Menunjukkan Tingkat prinsip 5 benar.


nyeri .

- cek riwayat alergi obat .

- klien melaporkan nyei

- Evaluasi efektivitas

dan pengaruhnya pada analgetik, tanda dan gejala


tubuh.
-

.
Klien

mengenal

mampu
skala

intensitas , frekuensi dan


lamanya nyeri .
3.

Kerusakan pertukaran gas b /


d

keseimbangan

ventilasi

Setelah Manajemen jalan Nafas :

perfusi dilakukanasuhan

-Atur posisi klien untuk

perubahan keperawatan selama 3 x memaksimalkan ventilasi .

membran kapileralveolar di 24 jam klien menunjuk - Lakukan fisioterapi dada


tandai

CO

kelelahan .

takhikardi

, kan

pertukaran

gas sesuai kebutuhan .

adekuat dengan kriteria


hasil :

- Dorong klien untuk


bernapas pelan dan dalam .

- status mental dalam Teapi Oksigen :


rentang normal .

- Pertahan kan kepatenan

- klien bernapasan jalan nafas.


dengan mudah .

Monitor

kan

posisi

- tidak ada dyspneu.

pemberian oksigen .

- tidak ada kegelisahan .


4.

Intoleransi aktivitas b/ d
ketidakseimbangan

Manajemen Energi :

antara Setelah

dilakukan

suplai dengan kebutuhan , asuhan


kelemahan

ditandai

- tentukan keterbatasan

kepeawatan aktivitas .

menyeluruh selama 3 x 2 jam klien -

dengan

klien dapat

tentukan

penyebab

menunjukkan aktivitas .

menunjukkan peubahan nadi toleransi aktivitas klien -Tentukan penyebab lain


,TD,tampak lemah .

dengan kriteria hasil :


-

kelelahan .

EKG dalam batas -

normal .

Batasi

stimulus

lingkungan .

-Melaporkan
peningkatan
5.

aktivitas

hari nya .
Kelebihan volume cairan b/d Setelah dilakukan

Manajemen Cairan

mekanisme

(Fluid Management):

pengaturan asuhan keperawatan

melemah diltandai dengan selama ...x24jam klien


peningkatan

BB

cepat, dapat mempertahankan

- Monitor lokasi dan


perluaran edema.

edema,

distensi

vena keseimbangan cairan

- Monitor

jugularis,

dispneu,

nafas dalam

beratbadan tiba-tiba.
- Monitot bunyi paru:

pendek,
abnormal

suara
(rales

tubuh

(Fluid

nafas Balance)dengan kriteria:


atau - Klien

crakles), bunyi jantung S3,

bebas

dari

peningkatan

adanya bunyi crakles,


status respirasi dan

edema.

Ollguria, Perubahan status

- Bunyi paru bersih.

mental, gelisah, cemas.

- BB stabil.

tentukan adanya
oortopneu dan

- Turgor kulit normal.

keparahannya.

- Tidak ada oliguria.


-

Klien

adanya
6.

Cemas b/d krisis situasional,

melaporkan
kemudahan

dalam bernafas.
Setelah
dilakukan Menurunkan Kecemasan

perubahan status kesehatan

asuhan

keperawatan (Anxiety Reduction):

ditandai dengan

selama ....x 24 jam orang -

produktivitas berkurang,

tua

klien

mampu

klien tampak gelisah, klien

mengontrol

cemas

mudah tersinggung, klien

(Anxiety

tampak khawatir, klien

dengan kriteria:

tampak cemas, respirasi

Gunakan

ketenangan

dalam pendekatan untuk


menenangkan klien.

Control), -

Jelaskan

seluruh

prosedur

Klien

dapat

tindakan

kepada

klien

dan

meningkat, nadi meningkat,

merencanakan strategi

perasaan yang mungkin

suara gemetar, klien sulit

koping untuk situasi

muncul

berkonsentrasi.

yang membuat stres.

melakukan tindakan.

Klien

dapat -

pada

Berusaha

saat

memahami

mempertahankan

keadaan

penampilan peran.

stres yang dialami klien

Klien

klien

situasi

melaporkan

melaporkan tidak ada


gangguan
7.

Kurang

pengetahuan

sensori.
b/d Setelah

kurang paparan, keterbatasan asuhan


kognitif

ditandai

klien
adanya
banyak

persepsi
dilakukan Pendidikan
keperawatan Proses

dengan selama ... x 24 jam, (Teaching

mengungkapkan klien:Mempunyai
masalah,
bertanya

perilaku Proses

pengetahuanklien

Disease

berhubungan

Process) dengan criteria:

denganproses

(Knowledge

Menjelaskan
penyakit.

perawatan

Mandi/Kebersihan

tingkat

Penyakit

diri: Setelah
b/d asuhan

penyakit

yangspesifik.
- Jelaskan tanda-tanda
dan
gejala
yang

penyakit.

Defisit

Disease

Process)

- Mengenal nama

8.

penyakit

tentang - Kaji

klien Pengetahuan

tidak sesuai.

kesehatan;

proses

biasanyamuncul.
- Jelaskan tentang proses

penyakit.
dilakukan Bantu Perawatan Diri
keperawatan (Self Care Assistance):

kelemahan, adanya
gangguan

nyeri, selama ...x 24 jam klien - Kaji kemampuan klien

neurovaskuler dapat

ditandai

dengan

menunjukkan

klien perawatan diri:

mengatakan

bantu.

adanya 1. Aktivitas Kehidupan

ketidakmampuan

dalam

untuk menggunakan alat

Sehari-hari: Mandi

- Pantau adanya perubahan


kemampuan fungsi.

membersihkan sebagian atau

dengan kriteria:

seluruh badan, menyediakan -

Klien menerima

dalam

sumber air mandi, mengatur

bantuan atau

perawatan

suhu

perawatan total dari

mandiri.

air

mandi

mendapatkan

reguler,
peralatan

- Pantau kemampuan klien


melakukan
diri

secara

pemberi perawatan

mandi, mengeringkan badan

jika diperlukan.

masuk dan keluar dari kamar -

Klien

mandi.

mengungkapkan
secara
verbal kepuasan
tentang kebersihan
tubuh dan hygiene
mulut.
-

Klien
mempertahankan
mobilitas

yang

diperlukan untuk ke
kamar

mandidan

menyediakan
9.

Defisit

perawatan

berpakaian/berhias

perlengkapan mandi.
diri: Setelah
dilakukan Bantu Perawatan Diri:
b/d tindakan

keperawatan (Self

Care

Assistance:

kelelahan dan kelemahan, selama ...x 24 jam klien Feeding)


adanya

nyeri

ditandai dapat

menunjukkan - Kaji kemampuan klien

dengan klien mengatakan perawatan diri:


adanya

menggunakan alat bantu.

1. Aktivitas Kehidupan - Pantau adanya perubahan

ketidakmampuan

dalam

mengenakan

atau

melepaskan pakaian yang


perlu, mengenakan pakaian
atas,

pakaian

memilih

Sehari-hari:
berpakaian

dengan - Pantau kemampuan klien

kriteria:
2. Klien

dalam
melakukanperawatan diri

mengungkapkan

bawah,

pakaian

kemampuan fungsi.

kepuasan

dan

dalam

berpakaian

mengambil pakaian.

secara mandiri.
dan

menata rambut.
3. Klien
dapat
berpakaian

dan

menyisir
10.

rambut

terhadap

perlengkapan

alat-alat

untuk

kebersihan

diri,

berpakaian, dan maka.

secara mandiri.
Defisit perawatan diri makan Setelah
dilakukan Bantu Perawatan Diri
b/d

kelelahan

dan tindakan

kelemahan, adanya
ditandai

keperawatan (Self Care Assistance):

nyeri, selama ... x 24 jam klien - Kaji kemampuan klien

dengan

mengatakan

klien dapat

menunjukkan

adanya perawatan diri:

ketidakmampuan
menyuap

makanan, Sehari-hari: makan


- Klien mampu makan
secara mandiri.
- Klien mengungkapkan

Defisit

perawatan

kepuasan
diri: Setelah

Toileting b/d kelelahan dan tindakan


kelemahan, adanya
ditandai

dengan

mengatakan
ketidakmampuan

menggunakan alat bantu.


- Pantau adanya perubahan

dalam 1. Aktivitas Kehidupan

memegang alat makan,

11.

- Pantau kebutuhan klien

kemampuan fungsi.
- Pantau kemampuan klien
dalam
perawatan

melakukan
diri

secara

mandiri.

dilakukan Bantu Perawatan Diri


keperawatan (Self Care Assistance):

nyeri, selama ...x 24 jam klien - Kaji kemampuan klien


klien dapat

menunjukkan

adanya perawatan diri:

untuk menggunakan alat


bantu.

dalam 1. Aktivitas Kehidupan

- Pantau adanya perubahan

menggunakan pispot, pergi

Sehari-hari: Toileting

kemampuan

ke toilet, duduk atau bangun

dengan kriteria:

Pantau kemampuan klien

dari toilet atau pispot.

dalam

Klien

menerima

fungsi.
melakukan

bantuan dari pemberi

perawatan

perawatan.

mandiri.

Klien

mengetahui - Pantau kebutuhan klien

kebutuhan

diri

secara

akan

bantuan

untuk

toileting.
- Klien mampu untuk
pergi atau keluar dari
toilet.
-

Klien

mampu

membersihkan

diri

setelah toileting.
4. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Pemurunan Cardiac Output
a. Klien menunjukkan TD dan Nadi dalam rentang normal.
b. Klien peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
c. Klien tidak menunjukkan adanya disetensi vena jugularis, disritmia, bunyi jantung
abnormal, angina, edema perifer atau edema paru dan diaporesis.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
a. Klien menunjukkan kemampuan menggunakan tehnik non farmakologi untuk
b.
c.
d.
e.
f.

mengurangi nyeri, dan tindakan pencegahan nyeri).


Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan.
Klien melaporkan nyeri berkurang.
Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.
Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang.

Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas


a. Klien menunjukkan status mental dalam rentang normal.
b. Klien bernafas dengan mudah dan tidak ada dispneu.
c. Klien tidak gelisah.
Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas
a. Klien menunjukkan aktivitas yang sesuai dengan peningkatan nadi, TD dan frekuensi
nafas.
b. Klien menunjukkan kulit hangat setelah beraktivitas.

c. Klien melaporkan adanya peningkatan aktivitas harian.


Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
a. Klien menunjukkan BB stabil, bebas dari edema dan turgor kulit normal.
b. Klien melaporkan tidak adanya oliguria.
c. Klien melaporkan adannya kemudahan dalam bernafas dan bunyi paru bersih.
Diagnosa Keperawatan: Cemas
a.
b.
c.
d.

Klien tidak menunjukan tanda-tanda fisik kecemasan.


Klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku akibat kecemasan,
Klien meneruskan aktivitas yang dibutuhkan.
Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan


a. Klien mampu menjelaskan kembali proses penyakitnya.
b. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab penyakit, efek dari penyakit
tanda dan gejala serta komplikasinya.
c. Klien menjelaskan tindakan untuk meminimalkan progresi penyakit.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Mandi
a. Klien menunjukkan kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene
mulutnya.
b. Klien membersihkan dan mengeringkan tubuh.
c. Klien menunjukkan kemampuan melakukan perawatan mulut.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Berpakaian/Berhias
a. Klien mengungkapkan kepuasan dalam berpakaian dan menata rambut.
b. Klien berpakaian dan menyisir rambut secara mandiri.
c. Klien mengenakan pakaian secara rapi.
d. Klien menunjukkan rambut yang rapi dan bersih.
e. Klien menggunakan tata rias.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Makan
a. Klien makan secara mandiri.
b. Klien mengungkapkan kepuasan makan dengan kemampuan sendiri.
c. Klien menunjukkan asupan makanan dan cairan adekuat
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri : Toileting
-

Klienmampu untuk pergi atau keluar dari toilet.


Klien mampu membersihkan diri setelah toileting

Vous aimerez peut-être aussi