Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosionalyang optimal dari seseorang dan perkembangan tersebut
berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Menurut WHO (1947) yang dikatakan
sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan
sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelemahan. Dalam konsep
sehat tersebut diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi antara
manusia dan mahkluk hidup lain dengan lingkungannya. Sebagai konsekuensi dari
konsep WHO tersebut, maka yang dikatakan manusia sehat adalah tidak sakit,
tidak cacat, tidak lemah, bahagia secara rohani, sejahtera secara sosial, dan fit
secara jasmani. Hal tersebut sangat ideal dan sulit dicapai karena salah satu faktor
penentunya adalah faktor lingkungan yang sulit untuk dikendalikan. Sakit adalah
suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara
subjektif dan objektif, sehingga penderita tersebut memerlukan pengobatan untuk
mengembalikan dirinya ke keadaan sehat, (Iqbal, 2009).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan
sistol mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan sistol diatas 140
mmHg, diastole 90 mmHg). Berdasarkan tinggi rendahnya diastolik maka
terdapat beberapa gradasi tekanan darah tinggi yang meliputi hipertensi berat
apabila diastole lebih besar dari 130 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan
diastol 105 sampai 129 mmHg, hipertensi ringan apabila tekanan diastole 90
sampai 104 mmHg.
Hipertensi merupakan

faktor

risiko

utama

penyakit-penyakit

kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.


Penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskuler masih cukup tinggi dan bahkan
cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup
bersih dan sehat serta mahalnya biaya pengobatan hipertensi. Saat ini banyak
penderita hipertensi tidak patuh melaksanakan diet yang diberikan karena
kurangnya pengetahuan penderita tentang diet hipertensi. Di wilayah Puskesmas
Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumeneptahun 2009 sampai 2010 sebagian

besar klien yang memiliki penyakit hipertensi akibat kurang patuh terhadap diet
yang diberikan sehingga penyakit hipertensi sering kambuh (Rosyid, 2011).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
(Suprajitno, 2004). Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.
Kemudian membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya dengan perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga (Setiadi, 2008).
Tugas tersebut merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencapai
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera dikurangi atau bahkan teratasi.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memilikikemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan kesehatan untuk
pertolongan tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga dengan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada
(Setiadi, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada Tn.S dengan
hipertensi pada Ny.C
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. Dengan Hipertensi pada
b.
c.
d.
e.

keluarga Tn. S
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.C
Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.C
Mampu melakukan implementasi pada Ny.C
Mampu melakukan evaluasi pada Ny.C

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KELUARGA
a) Pengertian
Menurut Burges,dkk (1996), membuat definisi tentang keluarga yang
berorientasi pada tradisidan digunakan sebagai referensi secara luas:
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan,darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran-peran social keluarga seperti suami- isteri,ayah dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan,saudara dan saudari.
4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur
yang diambil dari masyarakat dengan beberapa cirri unik tersendiri.
Dapat disimpulkan bahwa,keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oeh ikatan-ikatan kebersamaan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
B. STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalalm beberapa
genersi dimana hubugan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
4. Patrilokal
Sepasang suami- isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan
Hubungan suami-isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya
hubungan dengan suami atau isteri.
C. Tipe dan Bentuk keluarga
1. Keluarga inti/ nuclear family: Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak.

2. Keluarga besar/extended family: Keluarga inti ditambah dengan sanak


saudara.
3. Keluarga berantai/serial family: Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda,janda/single fmily: Keluarga karna percerayan atau
kematian.
5. Keluarga berkomposisi/ composite: Keluarga berpoligami dan hidup
bersama.
6. Keluarga kabital/ cahabiatation: Keluarga kumpul kebo.
D. Fungsi keluarga
1. Asah, memberikan kasih saying, perhatian dan rasa aman sehingga mereka
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhan.
2. Asuh, memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak sehingga
mereka sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3. Asah, memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi anusia
dewasa yang mandiri.

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2002 :
896).
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya. Mempunyai rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doengoes, 2000 : 39).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor
yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma,
koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lainlain (Mansjoer, Arif dkk, 2001).
C. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otot
atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis,
mara, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunangkunang, dan pusing (Mansjoer, Arif dkk, 2001).
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tiinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan
pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai


bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang di vaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertensi ventrikel kiri terjadi sebagai
respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekanan sistemik yang meningkat apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azotema (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada
penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insidens infark otak mencapai 80%.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan di lepaskannya
norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah, terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epineprine, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respons vasokonstiktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal,

menyebabkan

pelepasan

renin.

Renin

merangsang

pembentukan

angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu


vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Smeltzer, S.C & Bare, 2001).
E. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya

morbiditas

dan

mortalitas

penyerta

dengan

mencapai

dan

mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap


program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,
latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yan harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko
tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah sistoliknya menetap, di atas 85 atau
95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai, 139 mmHG, maka perlu dimulai
terapi obat-obatan.
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh joint national on detection
evaluation and treatment of high blood pressure memungkinkan dokter memilih
kelompok obatyang mempunyai efektifitas tertinggi, efek samping paling kecil

dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi
pilihan pertama, diuretik dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi
riingan sudah terkontrol selama setahun terapid apat diturunkan. Agar pasien
mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadwal
terapi obat-obatan yang rumit.
(Smeltzer, S.C dan Bare, 2001).
F. Komplikasi
1. Perdarahan retina.
2. Gagal jantung kongestif.
3. Insufisiensi ginjal.
4. CVA (cerebro vaskuler accident).
(Smeltzer, S.C & Bare, 2001 : 907)
G. Pathway (Terlampir)
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia
darah(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol
HDL, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin,
protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi.
I. Fokus Pengkajian dan Fokus Intervensi (Doengoes, M.E 2000)
1. Fokus pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala
:
Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda

Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama

jantung, takipneu
b. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat

hipertensi,

aterosklerosis,

penyakit

jantung

koroner dan penyakit cerebrovaskuler.


Tanda :
Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis) Hipotensi postural, nadi,
denyut apikal, frekuensi atau irama, bunyi jantung.
c. Integritas ego

Gejala :

Riwayat

perusahaan

keperibadian,

ansietas,

depresi,

euforia, atau marah kronik. Faktor-faktor stres multiple (hubungan,


keuangan, yang beerkaitan dengan pekerjaan).
Tanda :
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak. Gerak taangan empati, otot muka
tegang, gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi
Gejala :

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi

atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)


e. Makanan / cairan
Gejala :
Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
(tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (gorengan, keju, telur),
kandungan tinggi kalori. Mual-muntah, Perubahan berat badan akhir-akhir
ini, Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda :
Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pening atau pusing Berdenyut, sakit kepala
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam). Episoe kebas dan kelemahan pada satu sesi tubuh,
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), Episode epistaksis.
Tanda :
Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan).
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau reflek
tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis atau
penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat atau lamanya
hipertensi.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arterosklerosis
pada arteri esktremitas bawah) Sakit kepala oksipital berat
seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Nyeri abdomen
atau massa.
h. Pernapasan

Gejala :

Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja


Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok

Tanda :

Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan


Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)
Sianosis

i. Keamanan
Gejala :

Gangguan koordinasi atau cara berjalan


Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural

j. Pembelajaran atau penyuluhan


Gejala :
Faktor-fakto risiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler atau ginjal.
Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika, Amerika, Asia Tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaan obat atau alkohol.
2. Fokus intervensi
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi.
Tujuan :
Tidak terjadi adnaya

tanda-tanda

dan

gejala-gejala

penurunan curahjantung.
KH
:
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau beban kerja
-

jantung.
Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.

Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
Catat edema umum atau tertentu.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan
lingkungan.

7. Pertahankan pembatasan aktivitas sepeti istirahat di tempat tidur atau


kursi.
8. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
9. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi, aktivitas pengalihan.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
b. Intoleransi aktivitas
KH
:
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
-

diukur.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi aktivitas.

Intervensi :
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat.
2. Instruksikasn pasien tentang tehnik penghematan energi, misal
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular
cerebral.
KH
:
- Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1. Mempertahanakn tirah baring selama fase akut.
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala,misal : kompres dingin pada dahi, tehnik relaksasi.
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misal : mengejan saat BAB, batuk
panjang, membungkuk.
4. Bantuan pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan.

6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ancietas, misal :


lorazepam, diazepam.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan,


pola hidup monoton.
KH
:
- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
- Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat
badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang berhubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan piliah diet.
5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan
pasien.
6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian.
7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi.
e. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem
pendukung tidak adekuat.
KH
:
- Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
- Menyatakan kesadaran kemampuan koping atau kekuatan pribadi.
- Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah
-

untuk mengubahnya atau menghindari.


Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan atau metode koping
efektif.

Intervensi :
1. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.

2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan


konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor

spesifik

dan

kemungkinan strategi untuk mengatasinya.


4. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
5. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
pengetahuan.
KH
:
- Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
-

pengobatan.
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi

yang perlu diperhatikan.


Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi :
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor

resiko

kardiovaskuler yang dapat diubah.


4. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk berhenti merokok.
5. Instruksikan dan peragakan tehnik pemantauan TD mandiri.
6. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring
7. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau
cairan tinggi kalium, misalnya jeruk, pisang, tomat, kentang dan lainlain.
8. Bantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.
9. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti
olahraga aerobic.

BAB III
ASKEP KELUARGA KASUS
A. DATA UMUM
1. Nama KK
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Alamat
No.

Hubungan

Umur

: Tn. S
: 55 tahun
: SMP
: Tani
: desa manembo manembo atas
L/P

dengan KK

Status

Pendidika

Pekerjaa

Keteranga

Perkawina

n imunisasi

1.

Carolina

52

n
Kawin

SMP

IRT

Lengkap

2.

Tulandi
Septi

tahun
22

Kawin

SMA

Swasta

Lengkap

Ombeng

tahun

6. Genogram

Keterangan

= Klien
= Tinggal serumah

7. Tipe keluarga

Keluarga Tn. S termasuk tipe keluarga inti. Keluarga Tn. S terdiri dari
Tn. S sebagai kepala keluarga, Ny. C istri dan Sdri. S anak.
8. Budaya
Tn. S dan Ny. C keduanya dari suku minahasa. Bahasa yang digunakan
dalam keseharian adalah dialek manado. Dalam keluarga Tn. S tidak
ada pantangan atau kebiasaan yang mengikat, terutama kaitannya
dengan kesehatan.
9. Kegiatan keagamaan rutin di rumah
Keluarga Tn. S beragama Kristen protestan, serta taat dalam
menjalankan ibadah. Keluarga Tn. S menganggap bahwa agama adalah
keyakinan akan adanya Tuhan sebagai hambaNya harus mengabdi
dengan menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Keyakinan
yang dianut dalam keluarga Tn. S tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. S bekerja sebagai Tani dengan penghasilan per bulan Rp. 200.000
Rp. 300.000. sedangkan istri hanya mengurus pekerjaan sehari-ari
dirumah. Dari pendapatan tersebut keluarga Tn. S menggunakannya
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kondisi yang
sekucupnya Tn. S tidak mampu untuk menabung serta tidak ada
jaminan atau asuransi kesehatan.
11. Aktifitas rekreasi dan waktu luang keluarga
Aktifitas rekreasi yangbiasa dilakukan keluarga Tn. S adalah hanya
menonton tv bersama anak dan keluarganya. Untuk rekreasi yang
dilakukan diluar rumah, keluarga Tn. S tidak pernah melakukannya.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga Tn. S berada pada tahap keluarga menjelang lansia.
Hal ini didukung dengan data semua anak keluarga Tn. S yang sudah
menikah dan memiliki cucu.
2. Tugas tahapan perembangan yang belum terpenuhi
Tugas tahapan perkembangan yang belum terpenuhi adalah membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.

3. Riwayat keluarga inti


Keluarga Tn. S saat ini dalam keadaan sehat, hanya Ny. C yang
menderita tekanan darah tinggi, kadang-kadang mengeluh sakit
kepalabagian belakang.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dari keluarga Tn. S terdapat riwayat penyakit keturunan yaitu tekanan
darah tinggi serta hubungan keluarganya baik tidak ada konfilk.
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. S tinggal dikawasan rumah penduduk dengan luas tanah
10 m2 . Rumah milik sendiri, bangunan permanen, tembok sudah
disemen, lanatai plester, ada 2 kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi.
Kondisi dalam rumah agak kotor dan tidak teratur. Semua ruang
terdapat jendela yang dibuka kadang-kadang saja. Sumber mata air
menggunakan sumur gali dan PAM. Septic tank berada didalam rumah
bagian belakang, jarak dengan sumber air <10 m. kondisi air jernih,
tidak berbau, tidak berasa. Keluarga Tn. S memiliki gentong debagai
penampung air untuk keperluan memasak. Sampah ditampung
ditempat sampah disamping rumah yang akan dibakar jika sudah
kering. Terdapat fasilitas pembuangan limbah rumah tangga berupa
selokan yang dialirkan ke sungai.keuarga Tn. S mengetahui jika ada
lingkungan yang kotor seperti sampah yang berserakan, air yang
menggenang itu akan dapat menimbulkan penyakit. Dalam keluarga
Tn. S kebiasaan membersihkan rumah setiap hari berupa menyapu
lantai.
Denah rumah:

u
Toilet

Dapur

Kamar
tidur
Kamar
tidur

s
Ruang

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Lingkungan tetangga ramah, keluarga Tn. S tinggal berdekatan
dengan tetangganya. Hubungan dengan tetangga baik. Kebanyakan
tetangga bermata pencaharian sebagai tani.
3. Mobilitas geografis keluarga
Tn. S bersama keluarga menempati rumahnya sudah 52 tahun.
Letak rumah tepat di depan jalan raya kampong, alat transportasi
umum yang ada yaitu angkutan umum dan ojek. Sedang untuk
mobilitas, keluarga menggunakan ojek atau jalan kaki. Jarak
rumah ke puskesmas 15 meter.
4. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S biasa berkumpul pada sore hari sepulang kerja. Di
lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti ibadah kolom,
pertemuan kaum ibu dan bapak,posyandu serta kebersihan
lingkungan. Keamanan lingkungan terjaga, hubungan antar
tetangga baik. Tn. S dan Ny. C menyadari pentingnya diadakannya
posyandu untuk memantau kesehatan.
5. Sistem Pendukung keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki fasilitas yang dapat digunakan
untuk pengobatan dan perawatan di fasilitas yang ada.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. S yaitu
komunikasi terbuka. Jika ada masalah maka akan dirembuk
bersama. Jika pagi hanya Ny. C yang dirumah, mereka biasa
berbincang-bincang

sambil

Ny.

mengerjakan

pekerjaan

rumahnya.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. S sebagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil
keputusan, meskipun tetap lewat musyawarah keluarga.
3. Struktur peran
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga masih aktif bekerja
mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Ny. C berperan
sebagai istri, Sdri. S sebagai anak bungsu yang masih tinggal
dengan kedua orangtuanya.
4. Nilai dan Norma budaya

Dalam keluarga Tn. S menekankan etika sopan santun dalam


bergaul dengan orang lain, saling menghormati dan menghargai
serta berani karena benar.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang harmonis, interaksi dalam
keluarga

terjalin

baik.

Antar

anggota

keluarga

saling

memperhatikan, menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada


istilah pilih kasih.
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam keluarga Tn. S bisa ditanamkan kedisiplinan. Hubungan
dengan tetangga baik, Tn. S juga anggota keluarga yang lain selalu
berusaha melakukan sosialisasi dengan lingkungan jika ada waktu
senggang.
3. Fungsi Reproduksi
Saat ini Ny. C sudah mengalami menopause, hubungan seksual
juga hamper tidak pernah dilakukan. Sdri. S sudah menikah.
F. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN
1. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn. S mengetahui kalau Tn. C menderita tekanan darah
tinggi. Keluarga hanya tahu makananyang harus dihindari oleh Ny.
C yaitu makan yang asin- asin dan daging. Ny. C jarang
mengontrolkan kesehatannya dengan alasan tidak memiliki cukup
uang.
2. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Jika dalam keluarga ada yang sakit biasanya dibelikan obat pada
mantri, tetapi jika dirasa sakitnya berat dan tidak sembuh dengan
obat mantri maka keluarga akan ke puskesmas.
3. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Kondisi rumah tidak rapi, agak kotor, dan penataan ruang kurang
serasi. Keluarga kurang tahu bahaya akibat lingkungan yang tidak
teratur bagi anggota keluarga yang sudah lanjut usia.
4. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
di masyarakat.

Tn. S mengatakan kebiasaan keluarga akan berobat ke puskesmas


atau pelayanan kesehatan lain jika dirasa sakitnya berat dan tidak
sembuh dengan obat dari mantri.
5. Fungsi Ekonomi
Semua pendapatan yang ada digunakan untuk keperluan hidup
sehari-hari. Mulai dari makan, listrik, dan hal-hal yang tidak
terduga. Dengan pendapatan yang pas-pasan tersebut keluarga
tidak dapat menabung.
G. STRES DAN KOPING INDIVIDU
1. Stresor jangka pendek
Bagi keluarga Tn. S saat ini yang masih menjadi pikiran adalah
ingin membahagiakan istri dan anak-anaknya serta cucu-cucunya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Terkadang Tn. S maupun Ny. C sedih jika memikirkan anak dan
cucunya.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga hanya bisa berdoa dan berusaha untuk persoalan yang
mereka hadapi.
H. AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Nutrisi dan Intake Cairan
Komposisi makanan pada keluarga Tn. S terdiri dari makanan
pokok yaitu nasi, sayur-sayuran dan lauk. Dalam keluarga Tn. S
tidak ada pantangan dalam makanan, tetapi keluarga sudah biasa
mengurangi garam. Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan
selalu dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak, dalam menyajikan
makanan tertutup.
2. Eliminasi
Keluarga Tn. S mengatakan tidak ada masalah dalam buang air
besar maupun kecil. Keluarga memiliki jamban leher angsa sendiri
untuk keperluaneliminasi sehari-hari.
3. Mobilisasi
Tn. S setiap hari bekerja sebagai tani, berangkat kerja pukul 06.00
dan pulang pukul 18.00 WITA.
4. Personal Hygiene
Ny. C mengatakan dalam keluarga mempunyai kebiasaan mandi 2
kali sehari, gosok gigi 1 x sehari dan cuci rambut 2 x seminggu.
I. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada Ny. C

1. Kondisi Umum

: Kesadaran komposmentis, KU baik, TD:

150/90 mmHg, N: 85 x/mnt, R: 20x/mnt, S: 360C.


2. Kepala
: Kulit kepala bersih, beruban, rambut tidak
mudah dicabut.
3. Mata

Fungsi

penglihatan

masih

baik,

konjungtiva berwarna merah muda, pupil isokor.


4. Hidung
: septum ditengah, tidak ada kelainan,
penciuman normal.
5. Telinga

Kedua

telinga

simetris,

masih

bisa

mendengar dengan jelas, kotor tampak serumen.


6. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid juga
vena jugularis.
7. Dada

: bentuk simetris, suara napas vesikuler,

tidak ada suara napas tambahan.


8. Perut
: simetris, tidak ada bekas luka, peristaltic
terdengan normal, tidak kembung, serta tidak teraba massa.
9. Genitalia
: tidak dikaji.
10. Anus
: tidak ada haemoroid, tidak ada keluhan.
11. Extremitas
: fungsi ekstremitas klien masih baik.
12. Kulit
: warna sawo matang, turgor kulit lembab.
J. ANALISA DATA
No.
1.

DATA
DO:
- TD: 150.90 mmHg
- N: 85 x/mnt
DS:
- Ny.
C
memiliki
-

riwayat hipertensi.
Tn. S mengatakan Ny.
C tidak rutin minum
obat

pengontrol

tekanan darah.
Tn. S mengatakan
kebiasaan
akan

keluarga

berobat

ke

pelayanan kesehatan
jika dirasa sakitnya

PROBLEM
ETIOLOGI
Resiko
tinggi ketidakmampua
terhadap

keluarga

ketidakpatuhan

mengenal
masalah
pengobatan yang
diperlukan pada
hipertensi.

berat.
K. Diagnosa Keperawatan dan Skoring Masalah
a. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pengobatan yang diperlukan


pada hipertensi.
No.
1.

KRITERIA
SKOR
Sifat masalah: ancaman 2/3

PEMBENARAN
Ny. C sering merasa sakit

kesehatan

kepala bagian belakang, control


tidak rutin, berobatjika dirasa

2.

Kemungkinan

berat sakitnya.
Dengan adanya bantuan serta

masalah 2

dapat diubah: mudah

pengobatan

gratis

puskesmas,

Ny.

dari
Cdapat

mengontrol tekanan darahnya


3.

Potensial masalah untuk 1

secara rutin.
Keluarga mengetahui Ny. C

4.

dicegah: tinggi
Menonjolnya masalah: 0

menderita hipertensi
Keluarga ke puskesmas hanya

tidak dirasakan
TOTAL SKOR

jika sakitnya dirasa berat.

L. Prioritas Masalah
a. Risiko tinggi

3 1/2
terhadap

ketidakpatuhan

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pengobatan yang diperlukan


pada hipertensi.

M. RENCANA TINDAKAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa
1.

Tujuan

dan Intervensi

Keperawatan
Kriteria Hasil
DO:
Diharapakan
- TD: 150.90
keluarga
Tn.
S
mmHg
khususnya Ny. C
- N:
85
akan
rutin
x/mnt
DS:
memeriksakan
- Ny.
C
tekanan darahnya ke
memiliki
puskesmas terdekat.
riwayat
Dengan
kriteria
-

hipertensi.
hasil:
Tn.
S - Menyatakan
mengatakan

pemahaman

Ny. C tidak

tentang

rutin minum

penyakit

obat

regimen

pengontrol
tekanan

1. Kaji

Jam

Implementasi

Evaluasi

03/8/1

1. Mengkaji

S:
Keluarga Tn. S terlebih

kesiapan dan 6
10.00
hambatan

kesiapan

dalam

belajar

sudah

mengatakan siap tekanan

nyatakan

untuk

TD

jelaskan

pengobatan.
Mengidentifikasi

pada

khusus Ny. C mengatakan

dan

normal,

dan

hambatan dalam

tentang
hipertensi
dan efeknya
pada

memahami

mengerti
keluarga Tn. S
Hasil: keluarga pentingnya

belajar.
2. Tetapkan

batas

proses

dan

10.15

dan

tentang
mengontrol
darah

ke

merubah puskesmas.
O:
konsep
- Keluarga Tn. S
pemikiran
tampak
tentang
memahami
dan
kesehatan
mengerti dengan
mereka
penjelasan
dan
khususnya Ny. C
edukasi
yang
2. Menetapkan dan
diberikan.
menyatakan

darah.
Tn.

mengatakan
kebiasaan

samping

obat

dan

kemungkinan
komplikasi yang

keluarga

perlu

akan
berobat

efek

ke -

diperhatikan.
Mempertahankan

batas

pembuluh

normal, jelaskan

posyandu

darah, ginjal

tentang

mahasiswa

dan

tim

dari

dan otak.
3. Bantu pasien

efeknya

mengidentifi

TD

kesehatan

parameter

faktor resiko

jika

normal.

kardiovaskul

kasi faktor-

yang

TD

hipertensi

dalam

pelayanan
dirasa

dalam

jantung,

dan
pada

Ny. C datang ke
ketika

puskesmas

jantung,

melakukan

pembuluh darah,

pelayanan

ginjal dan otak.


Hasil: Keluarga

pengobatan gratis.

Tn. S khususnya
10.30

sakitnya

er

Ny. C mengerti

berat.

dapat

dengan

diubah.

penjelasan yang
diberikan.
3. Membantu
pasien

dalam

mengidentifikasi
faktor-faktor
resiko
kardiovaskuler

dan

A: Masalah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.

yang

dapat

diubah.
Hasil: Keluarga
Tn. S khususnya
Ny.C memahami
dan

mengerti

akan akibat dari


penyakit
hipertensi.

Vous aimerez peut-être aussi