Vous êtes sur la page 1sur 11

HUBUNGAN MINDFULNESS DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA

PASANGAN MENIKAH
Hally Weliangan
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma,hallyweliangan@yahoo.com

Abstrak
Perkawinan merupakan pilar rumah tangga, untuk membentuk kehidupan perkawinan
yang bahagia.Kebahagiaan pasangan dalam perkawinan sering kali dikaitkan dengan
kepuasan perkawinan.Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif terhadap
berbagai pengalaman menyenangkan dalam kehidupan perkawinan.Evaluasi subjektif
yang menyenangkan sebagai salah satu kekuatan individu untuk mencapai
kebahagiaan, merupakan bagian dari psikologi positif, salah satunya adalah
mindfulness.Penelitian ini untuk menguji secara empiris korelasi antara mindfulness
dan kepuasan perkawinan.Menggunakan metode kuantitatif, teknik pengambilan
sampel non probabilitas, dengan teknik purposive sampling.Karakteristik sampel,
pasangan menikah, pendidikan minimal SLA.Jumlah sampel 166 pasangan
menikah.Hasil uji hubungan dengan teknik korelasi produk momen, menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang siginifikan positif antara mindfulnessdan kepuasan
perkawinan pada pasangan suami dan isteri.Pada isteri nilai signifikansi..000, p<0.01
dengan pearson korelasi r =.281**. Sedangkan pada suami nilai signifikansi .000,
p<0.01, pearson korelasi r = 289**. Artinya semakin tinggi mindfulness suami
maupun isteri, semakin tinggi kepuasan perkawinan kedua pasangan.
PENDAHULUAN
Perkawinan merupakan penyatuanpasangan sebagai suatu hubungan intim,
bagi pasangan yang merupakan suatu proses perjalanan yang panjang. Perkawinan
merupakan suatu hubungan yang dianggap sakral, sehingga tujuan awal pasangan
memutuskan menikah mereka ingin kehidupan perkawinan mereka bahagia dan
langgeng sampai akhir kehidupan.Berbagai alasan pasangan menikah diantaranya
adalah

terpenuhinya

kebutuhan

fisik,

psikologis

dan

finansialLefton

(1979).Terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis dan finansial menunjukkan adanya


kepuasan terhadap hubungan perkawinan.Kepuasan perkawinan menjadi topik

menarik untuk dikaji dalam memahmi kehidupan perkawinan.Olson (2011)


berpendapat bahwa salah satu kekuatan hubungan jangka panjang adalah kepuasan
pasangan yang timbal balik.Sementara ketidakpuasan dalam perkawinan menjadi
salah

satu

penyebab

pengambilan

keputusan

untuk

bercerai.Karney

dan

Bradbury(1995) menjelaskan bahwa kepuasan berpengaruh terhadap stabilitas


perkawinan, dikarenakan tidak adanya perceraian.Data perceraian di Indonesia setiap
tahun cenderung meningkat Data statistik yang diperoleh dari MA RI, jumlah
perceraian pada tahun 2009 sebanyak 216 286 perkara. Kasus perceraian yang terjadi
tahun 2010, sebanyak 285.184 kasus. Adapun data yang dirilis Dirjen Bimas Islam
Kementerian Agama RI, jumlah penduduk Indonesia yang menikah ditahun 2012
sebanyak dua juta orang, sementara 285.184 perkara yang berakhir dengan
perceraian.
Kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh multifaktor. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa mindfulness menjadi prediktor terhadap kepuasan perkawinan,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Bupee dan Langer (2005) bahwa ada korelasi
yangsignifikan antara mindfulness dan kepuasan perkawinan.
TINJAUAN PUSTAKA
Lewis dan Spanier (1980) mendefinisikan kualitas perkawinan sebagai
"evaluasi subjektif dari hubungan suami istri. Pinsof & Lebow, (2005) menjelaskan
kepuasan perkawinan adalah sikap subyektif, yang terkait perasaan, didasari pada
faktor intraindividual dan mempengaruhi kualitas interaksi pasangan dalam
perkawinan. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa kepuasan perkawinan
adalahevaluasi subjektif, terhadap berbagai pengalaman-pengalaman mencakup
perasaan, termasuk sikap, yang didasari pada faktor intraindividual.
Sementara Dalam Mackey & OBrien ( 1995) menjelaskan lima komponen
kepuasan perkawinan yaitu mengatasi konflik, pengambilan keputusan secara
bersama, kualitas komunikasi, hubungan seksual dan intimasi, nilai-nilai relasional
seperti rasa hormat, kepercayaan, empati, pengertian. Lewis & Spanier, (1979, 1980)

menjelaskan tiga aspek dalam interaksi perkawinan yaitu konsensus, kohesi dan
ekspresi sayang. Konsensus terkait dengan keuangan, melakukan aktifitas santai
diluar rumah, kegiatan agama, pengambilan keputusan secara bersama, persahabatan
antar pasangan, hubungan dengan mertua, kesempatan karir.Kohesi terkait dengan
hubungan kedekatan hubungan emosional pasangan suami isteri.Ekspresi sayang
yaitu hubungan seksual dan mempertahankan kualitas perkawinan jangka
panjang.Busby, Christensen, Crane dan Larson (1995) mengembangkan skala
pengukuran kepuasan perkawinan dengan tiga aspek yaitu terterdiri dari tiga aspek
yaitu konsensus (pengambilan keputusan, nilai, afeksi), satisfaction (stabilitas,
konflik) dan cohesion ( diskusi, aktivitas).
Genova (2008) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti komunikasi pasangan, keintiman, cara mengatasi konflik,
hubungan seksual yang memuaskan, kebersamaan dalam aktivitas, kemampuan
mengatur keuangan, dan dalam spiritual. Ditambahkan bahwa faktor lain yang
mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah kemampuan mengungkapkan kasih
sayang, komitmen, kemampuan mengatasi stress, empati, setia, jujur, toleransi pada
pasangan. Rosen & Grandon (2004), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
berkontribusi pada kepuasan perkawinan diantaranya perasaan cinta, kepercayaan,
saling menghargai antara pasangan, kesetiaan dan kejujuran.Memahami kehidupan
perkawinan tidak mudah karena dipengaruhi oleh multi faktor, diantaranya
mindfulness.
Mindfulness
Meditasi mindfulness diperkenalkan lebih dari 2500 tahun yang lalu, sebagai
suatu praktik keagamaan untuk menenangkan pikiran dan memperoleh pencerahan
tentang ketidakekalan atau tidak abadi antara alam dan diri.Telah beberapa decade
para peneliti dan clinician Barat mulai mengeksplorasi bagaimana mengaplikasi
mindfulness. Berbagai penelitian telah menemukan

manfaat dari mengobservasi

pikiran, dorongan dan emosi. Selain itu dijelaskan bahwa mindfulness dapat di
latih.Dikatakan bahwa meditasi mindfulness untuk membantu orang-orang agar hidup

lebih bahagia, produktif dan memuaskan dengan mengenali diri, dari pengalaman
berbicara dengan diri sendiri (Huston, Garland dan Farb 2011).
Secara tradisional,mindfulness terkait dengan perseptual kognitif dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah kesadaran yang berfokus pada perhatian di setiap saat
dan memahami perasaan (Rapgay&Bystrisky, 2009).Tahap kedua menunjukkan
adanya keterbukaan dan penerimaan sudut pandang yang berbeda (Bishop & kawankawan 2004).Mindfulness didefinisikan sebagai

pengalamankesadaranseseorang

tanpa menghakimi terhadap pengalaman tersebut dan merupakan proses pemahaman


seseorang dalam hal pikiran, perasaan yang mempengaruhiregulasi dan kognitif
(Wallin, 2007).Brown & Ryan, (2003) bahwa mindfulness berfokus pada kesadaran
dalam tiap kejadian..Germer & kawan-kawan, (2005) menjelaskan bahwa
mindfulness adalah suatu bentuk kesadaran yang terjadi dalam berbagai aktivitas saat
ini. Dari uraian di atas dapat diisimpulkan bahwa mindfulness adalah perseptual
kognitif yang berfokus pada kesadaran, mampu memahami orang lain, perhatian ,
terbuka terhadap adanya perbedaan pendapat, tanpa menghakimi atau menilai
terhadap pengalaman pengalaman, pikiran dan perasaan, dan dapat menjadi self
control.
Hopkins, Krietemeyer, & Toney.(2006) menggunakan self report untuk
mengeksplorasi aspek kesadaran (inindfulness). Analisis ini menghasilkan Skala
lima dimensi yang mewakili unsur-unsur kesadaran yaitu Observasi yaitu
kemampuan memperhatikan pengalamanpengalaman

seperti sensasi, kognisi,

suara, dan penciuman. Describing mengacu pengungkapan pengalaman internal


dengan kata-kata.Acting with awareness merupakan kesadaran yang dapat berfokus
dalam dua kegiatan dapat membedakan kegiatan saat ini dan ditempat lain sering
disebut berpikir otomatis. Nonjudging of inner experience mengacu pada tidak
memberikan sikap atau penilaian terhadap pikiran danperasaan.Nonreactivity to
inner experience adalah kecenderunganuntuk memungkinkan pikiran dan perasaan
untuk datang dan pergi,tanpa terperangkap atau terbawa dalam arus pikiran atau
emosi tersebut.

Menurut Langer dan Carson (2006) Keunggulan dari keadaan sadar (mindful)
yaitu mampu melihat objek dari perspektif yang berbeda, dan mengubah perspektif
sesuai dengan konteks.Individu yang mindfulness dalam melakukan aktivitas
memiliki panduan aturan, namun tidak diatur oleh aturan.Artinya tidak terpaku oleh
aturan, mampu melihat perbedaan.Sementara mindless berpatokan pada aturan yang
kaku, tidak bertindak secara otomatis, dan terpaku pada pola berpikir yang kaku.
Tidak mampu melihat dari berbagai perspektif yang berbeda
METODE PENELITIAN
Definisi operasional kepuasan perkawinan adalahevaluasi subjektif, terhadap
berbagai pengalaman-pengalaman mencakup perasaan, sikap, yang didasari pada
faktor intraindividual.
Kepuasan perkawinan diukur dengan mengunakan dengan mengadaptasi skala
penyesuaian perkawinan yang dikemukakan oleh Busby, Christensen, Crane dan
Larson (1995) revised dyadic adjustment scale (RDAS) yang yang terdiri dari tiga
aspek yaitu konsensus ( pengambilan keputusan, nilai, afeksi), satisfaction (stabilitas,
konflik) dan cohesion ( diskusi, aktivitas), yang terdiri dari 14 item. Dalam uji
validitas, menunjukkan skor korelasi item bergerak dari angka 0.294 0.589.
sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach menunjukkan bahwa reliabilitas
sebesar 0.832. hal ini menunjukkan bahwa adanya konsistensi terhadap item.
Definisi opersional mindfulness adalah perseptual kognitif yang berfokus pada
kesadaran, mampu memahami orang lain, perhatian , terbuka terhadap adanya
perbedaan pendapat, tanpa menghakimi atau menilai terhadap pengalaman
pengalaman, pikiran dan perasaan, dan dapat menjadi self control. Mindfulness
diukur dengan mengadaptasi skala mindfulness yang dikemukakan oleh Walach,
Buchhheld, Buttenmuller, Kleinknecht dan Schmidt (2006), The Freiburg
Mindfulness Inventory (FMI) terdiri dari 14 item. Uji validitas menunjukkan korelasi
item bergerak dari 0.329 0. 585. Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha

Cronbachmenunjukkan reliabilitas sebesar 0.806. hal ini menunjukkan bahwa ada


konsisitensi terhadap item.
Instrumen penelitian harus valid, pengujian validitas diperoleh dari analisis
hubungan antara skor tiap item dengan skor total menggunakan korelasi Product
Moment. (Sanjoya, Nidjo 2011).Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana suatu instrument reliabel.Instrument pengujian dilakukan dengan uji Alpha
Cronbach.(Sanjoyo, Nidjo 2011).
Sampel dalam penelitian ini pasangan menikah.Pendidikan minimal
SLA.Jumlah sampel 166 pasang suami isteri.Menurut Sugiono (2010) purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan karakteristik
tertentu yang telah ditentukan. Uji validitas item menggunakan Corrected Item Total
Correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan analisisi Alpha Cronbach.
Pengujian hipotesa pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product
Moment, yaitu menganalisis hubungan antara cinta dan kepuasan perkawinan pada
pasangan menikah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang
signifikan antara mindfulness dengan kepuasan perkawinan pasangan suami isteri.
Pada isteri diperoleh nilai signifikansi.000, p<0.01 dengan pearson korelasi r = .
281**. Sedangkan pada suami diperoleh nilai signifikansi .000, p<0.01, dengan
pearson korelasi r = 289**. Artinya semakin tinggi mindfulness suami maupun isteri,
semakin tinggi kepuasan perkawinan kedua pasangan.Hasil penelitian ini didukung
juga dengan hasil penelitian oleh para peneliti sebelumnya.Buppe dan Langer (2005)
yang mengatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara mindfulness dan
kepuasan perkawinan.Wachs dan Cordova, (2007) dalam penelitiannya berpendapat
bahwa mindfulness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
perkawinan. Ditambahkan bahwa Mindfulness juga terkait dengan penurunan reaksi
emosional dan kebencian pada pasangan.Brown, Barnes, Krusermark, Campbell dan

Rogge, (2007), mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan mindfulness


terhadap kepuasan perkawinan, dimana semakin tinggi skor mindfulness semakin
tinggi kepuasan perkawinan.
Hasil dalam penelitian ini, dengan skor mindfulness yang tinggi
mengindikasikan bahwa pasangan memiliki kesadaran terhadap berbagai aktivitas
kehidupan perkawinannya, seperti mampu memahami pasangan, menerima adanya
perbedaan pendapat, menunjukkan empati dan perhatian, tidak menilai atau
menghakimi pengalaman-pengalaman dalam interaksi dengan pasangannya, dan
mindfulness dapat merupakan self control.
KESIMPULAN
Hasil uji korelasi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan positif antara mindfulness dan kepuasan perkawinan
pasangan, baik pada suami maupun isteri.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
mindfulness kedua pasangan akan berpengaruh kepuasan kedua pasangan suami dan
isteri.
SARAN
Dari hasil uji korelasi yang telah dilakukan menunjukan ada korelasi yang
signifikan antara mindfulness dan kepuasan perkawinan. Sehingga dapat diberikan
beberapa saran kepada
1. Pasangan suami isteri untuk meningkatkan mindfulness dengan melatih
kepekaan terhadap pasangan, empati, perhatian, menyadari adanya perbedaan
sudut pandang, tidak kaku dalam berpikir, sehingga dimungkinkan
meningkatkan kesadaran terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan. Yang
merupakan mindfulness.
2. Bagi

peneliti

lanjutan

untuk

dapat

mempertimbangkan

mengkaji

mindfulnessdan kepuasan perkawinan, dengan kajian teori yang berbeda.


Sehingga hasilnya akan lebih bervariasi

3. Sebagai masukan bagi konselor perkawinan untuk mempertimbangkan konsep


mindfulness sebagai acuan membangun keluarga harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, S., Brown, K. W., Krusemark, E., Campbell, W. K., & Rogge,R. D.
(2007).The role of mindfulness in romantic relationship satisfaction and
responses to relationship stress.Journal of Marital and Family.33,482-500.
Bishop, S.R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N.D., Carmody, J., et al.
(2004) Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical
Psychology: Science and Practice, 11,230241
Brown, K. W., Ryan, R. M., & Creswell, J. D. (2007).Mindfulness:Theoretical foundations
and evidence for its salutary effects.Psychological Inquiry, 18,211237.

Busby, D. M., Christensen, C., Crane, D. R. & Larson, J. H. (1995).A revision of


the dyadic adjustment scale for use with distressed and nondistressed
couples: Construct hierarchy and multidimensional scales. Journal of
Marital and Family Therapy, 21, 289-308.
Compton, W.C (2005) An introduction to positive psychology. Printed in the
United States of America
Fitzpatrick., A. M (1988). Between husband and wive communication in marriage;
Sage. Publication
Genova, M.D (2008). Intimate relationship marriage &family. Boston: McGrawHill
Harley, Jr., Wilard, F (2010) Effective maariage counseling: the his needs, her
needs guide to helping couple. Printed in the United State of America
library of congress cataloging.
Howe, T. R, (2012).Marriage & family. In The 21 st Century: a biological approach:
Publishing. Willey-Blckwell
Huston. C.D., Garland dan Farb.A.S.N (2011).Mechanism of mindfulness in
communication
tranning.
Page
406-421.
DOI:
10.1080/00909882.2011.608696

Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (1995).The longitudinal course of marriage and


marital instability: A review oftheory, method, and research.
PsychologicalBulletin, 118, 3-34
Knox. D. & Schacht.C (2009). Choice in relationship: an introduction to marriage
and family. Tenth edition: Wadsworth. USA
Leslie,C., Bupee & Langger,J.E (2005) Mindfulness and marital satisfaction.
Journal of adult development.Vol 12. No 1. DOI:10.1007/s10804-005-12816
Lefton.A. (1979).Psychology. Boston: Allyn & Bacon Inc.
Lewis, R; & Spanier, G. (1979).Theorizing about the quality and stability of
marriage.incontemporary theorizing about the family. 2ed. New York: Free
Press.
Lewis, R.,.& Spanier, G. (1980). Marital quality: A review of the seventies. Journal
of Marriage and the Family,42, 96-110.
Mackey, R. A., & OBrien, B. A. (1995). Lasting marriages: Men and women
growing together. Westport, CT: Praeger Publishers.
Pinsof, W.M dan Lebow, J.L. (2005). Family psychology. New York:Oxford
University Press Inc
Rapgay, L., & Bystrisky, A. (2009).Classical Mindfulness. Annals of the New
York.Academy of Sciences, 1172(1), 148-162.
Sanjoyo.N (2011).Metode analisis jalur (Path Analysis) dan aplikasinya. Penerbit:
Pustaka Sinar Harapan.
Sugiono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Penerbit:
Alfabeta. Bandung.
Roach, A.J,. Frazier, L.P. Bowden, S.R. (1981). The marital satisfaction scale:
Development of a measure for intervention research. Journal marriage and
family, 43, 537-546.
Rosen-Grandon, J., Myers, J., & Hattie, J. (2004).The relationship between
maritalcharacteristics, marital interaction processes, and marital
satisfaction.Journal of Counseling and Development, 82, 58-68.

Strong, B & Devault.C., Cohen, T.F (2011) The marriage and family experience:
Intimate Relationships in a ChangingSociety (Eleventh ed). USA:
Wadsworth 20 Davis Drive Belmont, CA 94002-3098
Wachs, K., & Cordova, J. V. (2007). Mindful relating: Exploring mindfulness and
emotion repertoiresin intimate relationships. Journal of Marital and Family
Therapy, 33 (4).464481.
Walach, H., Buchheld, N., Buttenmuller, V., Kleinknecht, N., Schmidt, S. (2006).
Measuring Mindfulness--The Freiburg Mindfulness Inventory (FMI).
Personality and Individual Differences, 40, 1543-1555.

Vous aimerez peut-être aussi