Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
P
DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI TUBERKULOSIS PARU
DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Oleh:
ARIYANTI TRI NUGROHO
NIM.2011.1399
ii
iii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah denga judul :
Surakarta,
Agustus 2014
iv
MOTTO
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah SWT apapun
dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan
memohon (peribahasa).
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang
akan membuat mereka bahagia di dunia ini, yaitu: seseorang untuk
dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan
(Tom Bodett).
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya ; hidup di tepi
jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah
(Abu Bakar Sibli).
Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri.
Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar.
Sesekali lihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada
berujung (peribahasa).
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
1. Allah
SWT,
yang
telah
memberi
jalan
petunjuk
dan
seperjuangan
STIKES
vi
PKU
Muhammadiyah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, innayah dan hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha
Pemberi Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam
berfikir untuk menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat, dan
segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul Kajian Asuhan
Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Oksigenasi Tuberkulosis Paru di
Ruang Isolasi RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari bahwa
penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
segala bantuan yang telah diberikan dan mohom maaf atas segala kekhilafan
kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Prodi Studi DIII
Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
vii
Agustus 2014
Penulis
viii
ABSTRAK
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN
GANGGUAN OKSIGENASITUBERKULOSIS PARU
DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Ariyanti Tri Nugroho1, Yuli Widyastuti2, Anis Prabowo3
Latar Belakang : Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Di Indonesia, penyakit
ini merupakan penyakit rakyat nomor satu dan sebagai penyebab kematian nomor
tiga. Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi nomor tiga terbesar di Indonesia,
dengan jumlah penduduk 31.691.866 jiwa, diperkirakan terdapat 36.446 penderita
tuberkulosis paru menular pada tahun 2003. Infeksi tuberkulosis paru terjadi
melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
tuberkel yang berasal dari orang terinfeksi dan menimbulkan reaksi peradangan
pada saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan pernafasan. Mekanisme
gangguan yang paling utama dirasakan oleh penderita kasus tuberkulosis adalah
pada gangguan oksigenasinya.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Tn. P dengan
gangguan oksigenasi tuberkulosis paru di Ruang Isolasi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Metode Studi Kasus : Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Instrumen berupa nursing kit dan format
asuhan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Hasil : Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret ditandai dengan pasien
mengatakan sesak nafas dan batuk disertai sekret berwarna putih kekuningan sulit
dikeluarkan.
Kesimpulan: Kajian Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Gangguan
Oksigenasi Tuberkulosis Paru di Ruang Isolasi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Pasien mengatakan sesak nafas berkurang.
Kata Kunci : Kajian Asuhan Keperawatan, Oksigenasi, Tuberkulosis Paru.
1. Mahasiswa Program DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
2. Dosen Pengampu DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Dosen Pengampu DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
ix
ABSTRACT .....................................................................................................
xi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
BAB II
1
3
4
5
5
5
6
7
8
9
11
11
14
16
16
18
xi
18
20
BAB III
BAB IV
43
44
44
44
45
46
BAB V
46
46
53
54
55
56
62
64
64
70
75
79
81
84
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
84
85
LAMPIRAN
xii
23
26
28
31
37
38
42
43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lembar konsultasi.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. WHO memperkirakan
sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis paru. Setiap tahun
didapatkan delapan sampai sepuluh juta kasus baru, 80% mengenai usia
produktif. Penyakit ini membunuh 8.000 orang setiap hari atau dua sampai
tiga juta orang setiap tahun. Bila tidak dikendalikan, dalam 20 tahun
mendatang tuberkulosis paru akan membunuh 35 juta orang. Melihat kondisi
tersebut, World Health Organization (WHO) menyatakan tuberkulosis paru
sebagai kedaruratan global sejak tahun 1993 (WHO, 2006 dikutip Andita,
2010).
Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit rakyat nomor satu dan
sebagai penyebab kematian nomor tiga. Propinsi Jawa Tengah merupakan
propinsi nomor tiga terbesar di Indonesia, dengan jumlah penduduk
31.691.866 jiwa, diperkirakan terdapat 36.446 penderita tuberkulosis paru
menular pada tahun 2003 (Alsagaff dan Mukti, 2006).
Berdasarkan data pada bulan Januari 2013 di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta jumlah kasus tuberkulosis paru tercatat 105
penderita. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2008 jumlah 92
penderita.
Penyakit
tuberkulosis
paru
yang
disebabkan
oleh
bakteri
masuk
dalam
saluran
pernafasan.
Kebanyakan
infeksi
tuberkulosis paru terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Setelah mycobacterium tuberkulosis berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atas paru atau bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini
menimbulkan reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan menyebabkan
gangguan pernafasan pada kasus tuberkulosis paru. Mekanisme gangguan
yang paling utama dirasakan oleh penderita kasus tuberkulosis paru adalah
pada gangguan oksigenasinya (Prince & Standridge, 2006 dikutip Tri, 2012).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital.
Oksigen dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel
sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Tn. P
dengan gangguan oksigenasi tuberkulosis paru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisa data pengkajian pada Tn. P dengan gangguan
oksigenasi tuberkulosis paru.
b. Untuk menganalisa diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Tn. P
dengan gangguan oksigenasi tuberkulosis paru.
c. Untuk menganalisa rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan
pada Tn. P dengan gangguan oksigenasi tuberkulosis paru.
d. Untuk menganalisa tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
pada Tn. P dengan gangguan oksigenasi tuberkulosis paru..
e. Untuk menganalisa evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada
Tn. P dengan gangguan oksigenasi tuberculosis paru.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi guna menambah pengetahuan tentang
tuberkulosis dengan gangguan oksigenasi pada pasien tuberkulosis paru
khususnya bidang keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai
pengalaman
yang
nyata
tentang
kajian
asuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terutama yang mempunyai kontak erat. Pada waktu bantuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk
ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan kuman tuberkulosis tersebut
dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem limfe, saluran nafas, atau penyebaran lansung ke bagianbagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2005 dikutip Mutia, 2013).
2. Klasifikasi Tuberkulosis
Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,
radiologis, dan makro biologis :
a. Tuberkulosis paru.
b. Bekas tuberkulosis paru.
c. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
1) Tuberkulosis tersangka yang terobati : sputum BTA (-), tetapi
tanda-tanda lain (+).
2) Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA (-) dan
tanda-tanda lain juga meragukan.
Klasifikasi menurut WHO (1991) tuberkulosis dibagi dalam 4
kategori yaitu:
a. Kategori 1 ditujukan terhadap :
1) Kasus batu dengan sputum (+).
4. Patogenesis
Menurut Jong (2005) fase-fase tuberkulosis dibagi menjadi 4 fase,
yaitu :
a. Fase Pertama
Pertama adalah fase tuberkulosis primer. Setelah masuk ke paru,
basil berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.
Fase ini disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe
di hilus paru dan menyebabkan limfadenitis regionalis. Reaksi yang
khas adalah terjadinya granuloma sel epiteloid dan nekrosis pengejuan
di lesi primer dan di kelenjar limfe hilus. Afek primer ini limfadenitis
regional ini disebut kompleks primer yang bisa mengalami resolusi
dan sembuh tanpa meninggalkan cacat atau membentuk fibrosis.
b. Fase Kedua
Dalam fase ini mengalami komplikasi berupa penyebaran miliermilier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus.
Penyebaran milier menyebabkan tuberkulosis di seluruh paru-paru,
tulang, dan meningen. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat juga
mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut.
c. Fase Ketiga
Fase ketiga ini disebut fase laten. Dimana fase dengan kuman
yang tidur. Basil yang tidur ini bisa terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba fallopii, otak, kelenjar limfa hilus dan leher serta ginjal.
Alsagaff
dan
Mukty
(2006)
tanda
dan
gejala
berkembang
menjadi
progresif
sehingga
penderita
10
3) Keringat Malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk
penyakit tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul
bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan
vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea,
takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
4) Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang,
badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita
kadang-kadang dapat terjadi gangguan menstruasi.
b. Gejala Respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronchus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronchus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronchus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid
atau purulen.
2) Sekret
Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan
keluar
dalam
jumlah
sedikit,
kemudian
berubah
menjadi
11
12
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai
keberhasilan
pengobatan
dan
menentukan
potensi
tuberkulosis
nasional,
penemuan
BTA
melalui
13
negatif.
b) Pembengkakan (indurasi): diameter 5-10 mm, uji mantoux
meragukan.
c) Pembengkakan (indurasi): diameter > 10 mm, uji mantoux
positif.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:
1) Hanya 1 dan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada
kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk
mendukung diagnosis tuberkulosis paru BTA positif.
2) Ketiga spasimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
(non fluoroquinolon).
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat
yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotoraks,
14
15
16
B. Teori Oksigenasi
1. Anatomi dan Fisiologi
Menurut Smaltzer dan Bare (2005) anatomi dan fisiologi sistem
oksigenasi adalah sebagai berikut :
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat
menahan tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama,
paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan
ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Mediastum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua
bagian. Mediastium terbentuk dari dua lapisan peura. Semua struktur
toraks kecuali paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian
terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut
pleura yang juga membungkus dinding interior toraks dan permukaan
superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara
kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang
17
menjauhi
paru-paru
menuju
laring.
Bronkiolus
kemudian
18
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis selsel alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel
alveolar tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi
sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah mikrofag yang
merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir
dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
2. Pengertian
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem (kimia atau fisika). Penambahan oksigen ke dalam tubuh dapat
dilakukan secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi
merupakan proses pertukaran gas antara individu dan lingkungannya.
Pada saat bernapas, tubuh menghirup udara untuk mendapatkan oksigen
dari lingkungan dan mengembuskan udara untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Lyndon, 2013).
Oksigen yang dihirup akan diangkut melalui pembuluh darah ke selsel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh oksigen akan dibakar untuk
mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran tersebut adalah karbon
dioksida. Karbon dioksida akan diangkut melalui pembuluh darah ke
paru-paru untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh (Lyndon, 2013).
3. Fisiologi Kardiovaskuler
Menurut Saryono dan Anggriyana (2010) fisiologi kardiovaskuler
adalah sebagai berikut :
19
20
dan
pernafasan
internal.
Pernafasan
eksternal
adalah
21
c) Kemampuan
rongga
toraks
untuk
mengembang
dan
paru-paru
complience.
Complience
untuk
mengembang
dipengaruhi
oleh
disebut
keberadaan
22
dengan
hemoglobin
(97%)
dalam
bentuk
karbon
dioksida
merupakan
proses
23
klorida.
CO2
bersenyawa
dengan
air
24
25
3) Laring
Laring merupakan saluran yang terletak di depan bagian
terendah faring. Saluran ini terdiri atas rangkaian kepingan tulang
rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Di dalam
laring terdapat pita suara yang berfungsi menghasilkan bunyi
atau suara. Selain itu, laring juga berfungsi mempertahankan
kepatenan jalan nafas dan melindungi jalan nafas bawah dari air
dan makanan yang masuk.
b. Sistem Pernafasan Bawah
1) Trakea
Trakea merupakan saluran udara dengan panjang sekitar
sembilan centimeter dan disokong oleh cincin-cincin kartilago.
Trakea dimulai dari laring dan memanjang hingga kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea dilapisi oleh
membran mukosa yang mengandung epitel bersilis, Silia ini dapat
bergerak untuk mengiringi keluar debu dan butir-butir kotoran
yang masuk bersama udara.
2) Bronkus dan Paru-paru (Pulmo)
Ujung bawah trakea bercabang dua, ke kanan dan ke kiri.
Setiap percabangannya disebut bronkus, sedangkan tempat
percabangannya disebut bifurkasi. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar daripada bronkus kiri. Di dalam paru-paru, bronkus
utama bercang-cabang lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dan
26
ketika
mengembang
dan
mengempis.
Selaput
27
b. Kondisi Kesehatan
Kondisi sakit tertentu dapat menghambat proses oksigenasi
dalam tubuh. Contohnya adalah penyakit yang menyerang saluran
pernafasan dan kardiovaskuler serta penyakit kronis.
Reaksi energi terhadap sesuatu dapat menyebabkan gangguan pada
saluran nafas, misalnya bersin, batuk dan sesak nafas.
c. Perkembangan
Tingkat perkembangan seseorang dapat mempengaruhi jumlah
oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Bayi prematur beresiko
menderita penyakit membran hialin karena produksi surfaktan yang
masih sedikit. Setelah anak tersebut sedikit dewasa, paru-parunya
sudah dapat menghasilkan surfaktan sehingga resiko tersebut menjadi
jauh berkurang.
d. Perilaku dan Gaya Hidup
Berupa asupan nutrisi yang cukup, latihan fisik dan merokok.
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat
menjadi predisposisi penyakit paru. Pemakaian narkotika seperti
morfin dan dapat menurukan laju dan kedalaman pernafasan ketika
depresi pusat pernafasan di medula.
e. Lingkungan
Tempat dengan asap kabut dan adanya polutan (dari kendaraan
bermotor, menghirup bedak). Makin tinggi daratan, makin rendah
PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
28
29
30
gangguan
psikologis
(misalnya
kecemasan), dan
disorientasi,
dan
ketidakseimbangan
elektrolit.
31
8. Fokus Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas besar yaitu
mengumpulkan data secara sistematis, mengatur data yang dikumpulkan
secara mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali
(Notoadmojo, 2011).
a. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan pada status oksigenasi meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Masalah pada pernafasan (dulu dan sekarang), meliputi ada atau
tidak gangguan pernafasan seperti epistaksis, obstruksi nasal, dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Adanya batuk, sputum, dan nyeri: perhatikan jenis batuknya dan
keadaan pada saat pasien batuk (misalnya sedang makan atau
hanya pada malam hari). Apabila terbentuk sputum, perhatikan
warna dan kejernihannya. Perhatikan apakan pasien mengalami
nyeri pada dada. Apabila dada terasa nyeri, perhatikan bagian
yang merasa nyeri, luas dan intensitasnya, faktor yang
menyebabkan rasa nyeri tersebut, perubahan nyeri dada jika pasien
berubah posisi, serta ada tidaknya hubungan antara waktu inspirasi
dan ekspirasi dengan rasa sakit.
3) Adanya infeksi kronis dari hidung, sakit pada sinus, otitis media,
nyeri di tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5oC,
32
sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anakanak), faring berwarna merah, dan terdapat edema.
4) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi, misalnya
riwayat hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit CVA (cerebro
vascular accident), kebiasaan merokok, berusia lanjut, obesitas,
diet tinggi lemak, dan kolesterol tinggi.
5) Riwayat penggunaan medikasi.
6) Stresor yang dialami.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah
ada (Arikunto, 2010).
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi, bagian yang diperhatikan antara lain:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Postur tubuh
c) Kondisi kulit dan membran mukosa
d) Bagian dada (misalnya kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks, dan pergerakan dinding dada)
e) Pola nafas, meliputi:
(1) Tipe jalan nafas, meliputi nafas spontan melalui hidung/
mulut atau menggunakan selang
(2) Frekuensi dan kedalaman pernafasan
33
34
atau
jari
telunjuk
tangan
sebelahnya.
Normalnya,
dada
adalah
proses
mendengarkan
suara
yang
klien
terhadap
intervensi
yang
dilakukan
untuk
35
c. Pola Fungsional
1) Aktivitas atau Istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari,
menggigil atau berkeringat.
Tanda : takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot,
nyeri dan sesak (tahap lanjut).
2) Integritas EGO
Gejala : adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah,
perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan. Populasi
budaya/ etnik, misal orang Amerika asli atau imigran
dari Asia Tenggara/ Benua lain.
Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas
ketakutan, mudah terangsang.
3) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna dan
penurunan berat badan.
Tanda : turgor kulit buruk, kering kulit bersisik, kehilangan
otot/ hilang lemak subkutan.
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
36
5) Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek,
riwayat tuberkulosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau
fibrosis
parenkim
paru
pleura)
pengembangan
37
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis paru yaitu:
1) Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada
tahap akhir penyakit.
2) Ziehl-Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3) Tes kulit (mantoux, potongan voliner): reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
4) Elis/ Wostern Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5) Foto thorak : dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effusi cairan.
6) Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/
fibrosis,
kehilangan
jaringan
paru
dan
penyakit
pleural
bersihan
penumpukan sekret.
jalan
nafas
berhubungan
dengan
38
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret.
1) Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
2) KH
39
2) KH
40
a) Dispnea berkurang.
b) Suara nafas vesikuler.
c) Intervensi dan Rasional
a) Kaji kualitas nafas suara nafas dan kedalaman pernafasan, catat
setiap perubahan.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi
peningkatan
kerja
nafas,
kedalaman
nafas
41
BAB III
METODE STUDI KASUS
implementasi
keperawatan
(Dermawan, 2012).
42
dan
evaluasi
keperawatan
43
studi
kasus
ini
mengambil
kasus
di
RS
PKU
D. Instrumen
Instrument merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mendapatkan data. Alat-alat dan bahan merupakan penjelasan tentang alat-alat
yang dibutuhkan selama pelaksanaan studi kasus (Budiarto, 2009).
Alat dan instrumet yang digunakan dalam pengambilan kasus ini
antara lain :
1. Format asuhan keperawatan yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
2. Nursing Kit.
44
BAB IV
RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari jumat, 25 april 2014 pada pukul
08.30 WIB di ruang Isolasi RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
a. Identitas
Identitas pasien bernama Tn. P, umur 62 tahun, jenis kelamin
laki laki, suku/ bangsa Jawa / Indonesia, agama islam, pendidikan
terakhir SD, pekerjaan swasta, alamat Banyuanyar 1/8 Banjarsari,
Surakarta. Penanggungjawab pasien adalah Nn. S, umur 29 tahun,
jenis kelamin perempuan, suku/ bangsa Jawa / Indonesia, agama Islam,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan swasta, alamat Banyuanyar 1/8
Banjarsari, Surakarta, hubungan dengan pasien anak. Nomor RM
0271718 dengan diagnosis Tuberkulosis Paru.
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan 2 minggu yang lalu mengeluh dada seseg dan
batuk berdahak warna putih kekuningan sulit keluar, kadang
45
46
47
48
49
baik. Pada mulut bersih, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis,
lidah tidak ada lesi.
Pada leher bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid. Pada dada, paru-paru : inspeksi : simetris, tidak ada lesi,
terdapat retraksi dada, nafas dangkal, adanya pelebaran cuping hidung,
palpasi : fremitus paru kanan dan kiri sama, tidak ada
nyeri tekan,
50
g. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 24 april 2014
sebagai berikut :
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hematokrit
24
33-45
Hemoglobin
7,4
gr/dl
14-18
Leukosit
4,5
ribu/dl
4,5-11,0
Trombosit
271
ribu/dl
150-450
Eritrosit
3,00
juta/dl
4,10-5,10
87
mg/dl
70-140
SGOT
28
U/L
>37
SGPT
14
U/L
>32
Kreatinin
0,4
mg/dl
0.6-1.1
Ureum
52
mg/dl
20-50
Natrium darah
133
mmol/L
136-145
Kalium darah
3,5
mmol/L
3,3-5,1
Chlorida darah
102
mmol/L
98-105
-Hematologi rutin :
-Kimia klinik :
-Elektrolit :
h. Program Terapi
Program terapi yang diberikan oleh Tn. P yaitu infus RL 20
tpm, injeksi Dexamethasone 1mg / 6 jam, Gentamisin 160 mg / 24
jam, Ceftazidime 1 gr / 12 jam. Obat oral Vitamin B6 1 x 100 mg,
Rifamphisin 300 mg, Isoniazid 300 mg, Parazinamid 750 mg,
Etambutol 750 mg. Pemberian oksigen 2-3 liter /menit.
51
i. Data Fokus
1) Data Subyektif :
-
2) Data Obyektif :
-
Nafas dangkal.
52
2. Analisa Data
No
1.
Data Fokus
Etiologi
Problem
Penumpukan
sekret
Ketidakefekti
fan bersihan
jalan nafas
Anoreksia
Ketidakseimb
angan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh
DS :
-
DO :
2.
DS :
-
Pasien mengatakan
makan menurun.
Pasien mengatakan
setelah batuk.
nafsu
mual
DO :
-
53
3. DS :
Kelemahan fisik
Intoleransi
aktivitas
DO :
-
4. Diagnosa Keperwatan
a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
54
5. Intervensi Keperawatan
No
dx
Tujuan/ KH
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan
bersihan
jalan nafas kembali
efektif dengan Kriteria
Hasil :
- Pasien mengatakan
sesak
nafas
berkurang / hilang.
- Pasien mengatakan
sekret berkurang.
- Respiratory
rate
dalam batas normal
: 14 - 20 x/ menit.
- Suara
nafas
vesikuler.
a. Kaji
pasien.
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
dengan Kriteria Hasil :
- Pasien
dapat
mempertahankan
status nutrisi yang
adekuat.
- Nafsu
makan
pasien meningkat.
- Pasien mengatakan
mual berkurang /
hilang.
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia
Intervensi
keluhan
b. Anjurkan makan
sedikit tapi sering.
c. Monitor
tandatanda vital.
d. Anjurkan keluarga
pasien
untuk
memberikan
makanan
yang
disukai pasien.
e. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
komposisi diet.
Ttd
55
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
fisik
Setelah
dilakuakan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan
ada
peningkatan
kemampuan aktivitas
dengan Kriteria Hasil :
- Pasien
dapat
beraktivitas secara
bertahap.
- Pasien tidak tampak
lemas.
a. Kaji
tingkat
aktivitas pasien.
b. Dekatkan barangbarang
yang
dibutuhkan pasien.
c. Libatkan keluarga
dalam membantu
aktivitas pasien.
d. Lakukan tindakan
tirah baring.
e. Anjurkan pasien
untuk membatasi
aktivitas.
6. Implementasi Keperawatan
Tgl/
Jam
Dx
Implementasi
Respon
25 april
2014
08.30
II
S:
Pasien mengatakan bersedia
diukur tanda-tanda vitalnya.
O:
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 130/90
mmHg.
- Nadi : 86 x/ menit.
- Respiratory rate : 32 x/
menit.
- Suhu : 37,3 oC.
08. 45
S:
Pasien mengatakan sesak nafas
dan batuk disertai sekret
berwarna putih kekuningan.
O:
- Pasien tampak batuk dan
sulit mengeluarkan sekret
- Terdapat retraksi dada.
Ttd
56
S:
dan Pasien mengatakan bersedia
dikaji.
O:
- Suara nafas : ronchi.
- Frekuensi : teratur.
- Kedalaman nafas : dangkal.
08.55
Mengkaji
frekuensi
kedalaman pernafasan.
09.05
II
Mengkaji
pasien.
09.15
II
09.20
Memberikan
fowler.
09.30
status
posisi
nutrisi S :
- Pasien mengatakan nafsu
makan menurun.
- Pasien mengatakan mual.
O:
- Berat badan sebelum sakit
60 kilogram dan berat
badan selama sakit 56
kilogram.
- Indeks masa tubuh 19,85.
- Hemoglobin selama sakit
7,4 gr/dl.
- Peristaltik usus 14 x/ menit.
semi S :
Pasien mengatakan bersedia.
O:
Pasien tampak kooperatif.
57
11.00
III
Mengkaji
pasien.
tingkat
aktivitas S :
- Pasien mengatakan selama
dirawat pasien memerlukan
bantuan keluarga dan
perawat dalam melakukan
aktivitas.
- Pasien mengatakan
badannya lemas.
O:
- Pasien tampak lemas.
- Pasien tampak bedrest.
- Aktivitas pasien tampak
dibantu.
11.15
III
11. 20
III
Melakukan
baring.
13.00
13.20
III
26 april
2014
09.00
II
tindakan
tirah S :
Pasien mengatakan bersedia
melakukannya.
O:
Pasien tampak tirah baring
dibantu perawat.
S:
Pasien mengatakan bersedia
diukur tanda-tanda vital.
58
O:
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80
mmHg.
- Nadi : 80 x/ menit.
- Respiratory rate : 28 x/
menit.
- Suhu : 37 oC.
09.15
09.25
II
Mengkaji
pasien.
09.30
II
Menganjurkan
keluarga S :
pasien untuk memberikan Keluarga pasien mengatakan
makanan yang disukai pasien. bersedia mengikuti anjuran
perawat.
O:
Keluarga pasien tampak
kooperatif.
10.00
status
S:
- Pasien mengatakan sesak
nafas mulai berkurang.
- Pasien mengatakan masih
batuk dan sekret sedikit
keluar
O:
Pasien tampak batuk dan
mengeluarkan sekret hanya
sedikit.
nutrisi S :
- Pasien mengatakahn nafsu
makan mulai bertambah.
- Pasien mengatakan masih
mual.
- Pasien mengatakan makan
habis 1/2 porsi.
O:
Peristaltik usus 12 x/ menit.
59
10.35
III
Mendekatkan barang-barang S :
yang dibutuhkan pasien.
Pasien mengatakan
terimakasih.
O:
Pasien tampak kooperatif.
11.00
III
Melakukan
baring.
27 april
2014
14.35
II
S:
Pasien mengatakan bersedia
diukur tanda-tanda vital.
O:
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80
mmHg.
- Nadi : 82 x/ menit.
- Respiratory rate : 26 x/
menit.
- Suhu : 37,1 oC.
14.50
S:
Pasien mengatakan sesak nafas
berkurang, masih batuk dan
sekret sedikit dapat keluar.
O:
- Pasien tampak batuk dan
dahak keluar.
- Respiratory rate : 26 x/
menit.
15.05
Mengkaji
frekuensi
kedalaman pernafasan.
tindakan
tirah S :
Pasien mengatakan bersedia
melakukannya.
O:
Pasien tampak tirah baring
dibantu perawat.
dan S :
Pasien mengatakan bersedia
dikaji.
O:
- irama nafas : ronchi.
- frekuensi : teratur.
- Terdapat retraksi dada.
- kedalaman nafas :
pengembangan dada kanan
dan kiri sama.
60
15.20
15.50
II
Mengkaji
pasien.
status
16.10
III
Mengkaji
pasien.
tingkat
16.25
nutrisi S :
- Pasien mengatakahn nafsu
makan mulai bertambah.
- Pasien mengatakan mual
mulai berkurang
- Pasien mengatakan makan
habis 3/4 porsi.
O :
- Berat badan sebelum sakit
60 kilogram dan berat
badan selama sakit 56
kilogram.
- Peristaltik usus 10 x/ menit.
aktivitas S :
- Pasien mengatakan
membutuhkan keluarga
untuk membantu
keperluannya.
- Pasien mengatakan takut
berpindah posisi jika tidak
ada pendamping.
- Pasien mengatakan
lemasnya berkurang.
O:
- Pasien tampak bedrest.
- Sebagian aktivitas pasien
tampak dibantu.
61
16.50
Memberikan
fowler.
posisi
semi S :
Pasien mengatakan bersedia.
O:
Pasien tampak kooperatif.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
Dx
Tgl / jam
27 april
S:
2014
19.00
O:
-
II
27 april
2014
19.15
S:
-
O:
-
Ttd
62
Anjurkan
keluarga
pasien
untuk
memberikan
III
27 april
2014
19.30
S:
-
O:
-
63
B. Pembahasan
Pada bab ini merupakan pembahasan asuhan keperawatan pada Tn. P
dengan gangguan sistem pernafasan tuberkulosis paru di ruang Isolasi Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Dalam pembahasan ini akan
membandingkan antara teori dengan kenyataan yang muncul dalam kasus
dengan seluruh persamaan dan perbedaan yang ada secara rasional. Adapun
pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas besar yaitu
mengumpulkan data secara sistematis, mengatur data yang dikumpulkan
secara mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali
(Notoadmojo, 2011).
Data dasar pasien adalah kumpulan data yang didokumentasikan
tentang pasien. Data dasar terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data subyektif adalah apa yang
dapat dilaporkan atau yang dirasakan pasien. Data obyektif adalah data apa
yang dapat diobservasi contohnya : tanda-tanda vital, tingkah laku dan
pemeriksaan diagnostik (Notoadmojo, 2011).
Dalam pengkajian terhadap Tn. P penulis menggunakan metode
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Metode
wawancara yaitu metode yang dilakukan untuk mendapatkan data
64
65
66
67
pasien mengatakan sesak nafas, batuk dan disertai sekret yang sulit
dikeluarkan.
b. Penurunan nafsu makan adalah suatu keadaan di mana individu yang
tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat
badan yang berhubungan dengan masukan atau metabolisme nutrisi
yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Lyndon, 2013).
Penurunan nafsu makan yang dialami pasien karena ketika pasien
merasa mual, pasien tidak berkeinginan untuk makan karena ada
ketakutan untuk muntah. Sedangkan pengertian mual adalah sensasi
tidak menyenangkan ingin muntah (Danusantoro, 2009).
Mual yang dialami pasien karena terjadinya infeksi bakteri
yang menyebar ke organ lain salah satunya adalah di saluran
pencernaaan yaitu di lambung, asam dalam lambung meningkat dan
mengakibatkan pasien merasa mual dan anoreksia. Hemoglobin adalah
protein yang mengandung zat besi, sel darah merah berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh (Syaifuddin,
2006). Hemoglobin pada pasien yaitu 7,4 gr/dl, jadi pasien tersebut
kekurangan hemoglobin karena nilai normalnya adalah 14-18 gr/dl.
Peristaltik usus adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran
pencernaan (Syaifuddin, 2006). Jadi dapat disimpulkan penurunan
nafsu makan yang dialami pasien terjadi karena adanya meningkatan
asam lambung yang mengakibatkan rasa mual sehingga nafsu makan
68
sehingga
oksigen
yang
berfungsi
untuk
menjaga
69
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman (2012), diagnosa keperawatan adalah cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik
penyakit serta respon terhadap masalah aktual dan resiko. Dalam teori
telah disebutkan tiga masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dan
intoleransi aktivitas. Berikut penulis akan membahasnya :
a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
(2012)
dalam
Klasifikasi
dengan
penumpukan sekret.
Menurut
Herdman
Diagnosa
jalan
nafas.
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
peradangan
pada
bronkus
sehingga
terjadi
70
nafas
menghambat
proses
pertukaran
oksigen
dan
karbondioksida.
Maka penulis menegakkan diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret sesuai dengan
batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan sesuai dengan
menurut Herdman (2012) dalam Klasifikasi Diagnosa Keperawatan
NANDA Internasional, karena pada saat pengkajian ditemukan data
subyektif yaitu pasien mengatakan sesak nafas dan batuk disertai
sekret berwarna putih kekuningan sulit dikeluarkan. Data obyektif
yaitu pasien tampak batuk dan sulit mengeluarkan sekret, pasien
tampak sesak nafas, respiratory rate 29 x/ menit, dan suara nafas
ronchi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Menurut
Herdman
(2012)
dalam
Klasifikasi
Diagnosa
71
nafsu
makan,
ketidakmampuan
menelan
makanan,
72
Herdman
(2012)
dalam
Klasifikasi
Diagnosa
73
dengan
kelemahan
fisik
sesuai
dengan
batasan
74
akan mudah untuk mengatasi masalah-masalah yang lain, jadi prioritas ini
disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Sjamsuhidajat, 2005).
Pada bagian ini dibahas mengenai tujuan, kriteria hasil dan intervensi yang
telah dirumuskan dalam kasus Tn. P. Selanjutnya pada bab ini dibahas
tentang intervensi masing-masing diagnosa keperawatan yaitu sebagai
berikut :
a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sekret
Tujuan
kriteria hasil
Intervensi
untuk
mengatasi
(Dochterman, 2006).
keluhan
Tn.
75
penumpukan
sekret
sehingga
penulis
untuk
menurunkan
beban
pernafasan
dan
76
kriteria hasil
Intervensi
kebutuhan
nutrisi
pada
Tn.P
(Dochterman, 2006).
2) Anjurkan makan sedikit tapi sering.
Rasional
77
Rasional
Kriteria hasil
Intervensi
78
Rasional
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah disusun
(Notoadmojo, 2011) Pembahasan implementasi meliputi tindakan yang
dapat dilaksanakan dan tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan intervensi pada diagnosa. Implementasi diantaranya :
a. Diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret. Implementasi yang telah
dilaksanakan yaitu mengkaji keluhan, mengkaji frekuensi dan
kedalaman pernafasan, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
oksigen 4 liter / menit, memberikan posisi semi fowler, mendorong
dan melatih pasien batuk efektif. Sesuai dari tindakan yang penulis
lakukan adalah penulis mampu mengetahui keluhan, frekuensi dan
kedalaman pernafasan yang dirasakan oleh pasien. Kelemahan dari
79
yang dibutuhkan
pasien,
menganjurkan
pasien
untuk
80
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah asuhan yang dicatat dalam catatan kemajuan dan
atau rencana perawatan (Notoadmojo, 2011). Evaluasi merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk menentukan seberapa
baik rencana keperawatan bekerja dengan meninjau respon pasien.
Evaluasi ini dilakukan dengan mengguanakan format evaluasi SOAP (
Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning). Evaluasi ini dilakukan setelah
interaksi terakhir dengan pasien. Berikut adalah evaluasi yang di lakukan
pada tanggal 27 april 2014, yaitu :
a. Pada evaluasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret. Penulis menetapkan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
jalan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil pasien mengatakan
sesak nafas berkurang atau hilang, sekret dapat keluar, respiratory rate
dalam batas normal : 14 20 kali/ menit. Sedangkan pada pasien
didapatkan data subjektif pasien mengatakan sesak nafas berkurang,
pasien mengatakan masih batuk dan sekret sedikit dapat keluar. Data
obyektif pasien tampak batuk dan dahak dapat sedikit keluar,
respiratory rate 26 kali/ menit. Dengan demikian ketidakefektifan
bersihan jalan nafas teratasi sebagian, karena pasien masih merasakan
sesak nafas, pasien masih batuk dan sekret sedikit dapat keluar,
respiratory rate 26 kali/ menit dan belum berada pada batas normal :
14 20 kali/ menit. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan maka
81
Untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan maka tindak lanjut dari masalah ini
adalah melanjutkan intervensi dan dievaluasi ulang pada tanggal 29
april 2014 yaitu kaji status nutrisi pasien, anjurkan makan sedikit tapi
sering, monitor tanda-tanda vital, anjurkan keluarga pasien untuk
memberikan makanan yang disukai pasien, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan komposisi diet.
82
kebutuhan pasien masih dibantu oleh keluarga dan pasien merasa takut
berpindah posisi jika tidak ada pendampingnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
keperawatan
ketidakefektifan
bersihan
yang
muncul
jalan
nafas
pada
Tn.
berhubungan
adalah
dengan
83
84
B. Saran
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. P
dengan gangguan oksigenasi tuberkulosis paru selama tiga hari di ruang
Isolasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dan beberapa
kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis memberikan saransaran yang nantinya kemungkinan berguna dan dijadikan sebagai masukan
kearah yang lebih baik yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit).
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan bekerjasama antara tim kesehatan maupun pasien
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal pada umumnya dan pasien tuberkulosis paru khususnya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2009. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Danusantoso, Halim. 2009. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : Hipokrates.
Depkes RI, 2005 dikutip Mutia, Anik. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Tuberkulosis dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas
Banyuanyar Surakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU
Muhammadiyah : Surakarta.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Dochterman. 2006. Klasifikasi Intervensi keperawatan. Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Monica Ester. Jakarta : EGC.
Erawati. 2008.Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC. Jakarta : Kanisius.
Gale. 2009. Buku Ajar Patologi II (Khusus). Edisi I. Jakarta : CV Sagung Seto.
Herdman, Heather. 2012. Klasifikasi Diagnosa Keperawatan NANDA
Internasional. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta :
EGC.
Icksan, Aziza. 2008. Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru. Jakarta : CV.Sagung
Seto.
Ismawati. 2010. Nursing. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT
Indeks.
Jong, Wim dan Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2010.Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
86
87
Potter, Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : ECG.
Prince dan Standridge, 2006 dikutip Setyaningsih, Tri. 2012. Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S dengan
Tuberkulosis Paru (TB paru) di Ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar.
Skripsi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada : Surakarta.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang :
Binarupa Aksara Publisher (Bahasa Indonesia).
Saryono, dan Anggriyana. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta :
Nuha Medika.
Sjamsuhidayat, R.Dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Agung Waluyo. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Soeparman. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Edisi Revisi jilid 2. Jakarta : EGC.
Suriadi, 2006. Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Media Aesculapius.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Taylor Cynthia M. 2011. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan.
Jakarta : ECG.
WHO, 2006 dikutip Andita, Nomi. 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum
Obat (PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi
DOTS. Skripsi. Fakuktas Kedokteran Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.
Yohannes. 2008. Kesehatan Masyarakat TBC. Jakarta : Kanisius.
88
LAMPIRAN
89
90
KepadaYth.
Bpk Responden
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama
NIM
: 2011.1399
Surakarta,
April 2014
Hormat saya,
91
Umur
Jenis kelamin
Alamat
:
:
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden studi kasus yang
dilakukan Ariyanti Tri Nugroho mahasiswa Diploma III Keperawatan STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta,
April
2014
Responden
(...........................)
92
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk
Jam
Ruang
No. RM
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku/ bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pengkajian :
Jam pengkajian
Diagnosa medis
Umur
Jenis Kelamin
Suku/ bangsa
93
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang :
b. Riwayat keperawatan dahulu
Sebelum sakit
Selama sakit
c. Pola eliminasi
-
Sebelum sakit
Selama sakit
Sebelum sakit
Selama sakit
Sebelum sakit
Selama sakit
Citra diri
Ideal diri
Harga diri
Peran diri
Identitas diri
94
Sebelum sakit
Selama sakit
Sebelum sakit
Selama sakit
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah :
2) Nadi
3) Suhu
4) Respirasi
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
i. Leher
j. Dada
1) Paru-paru
2) Jantung
3) Payudara
k. Abdomen
l. Ekstremitas
1) Atas
2) Bawah
m. Genetalia
95
n. Kulit
6. Data Psikilogis
a. Status emosi
d. Orientasi
7. Pemeriksaan penunjang :
8. Program terapi
9. Data fokus
a. Data subyektif
b. Data obnyektif
B. ANALISA DATA
No
Tgl/Jam
Data Fokus
Etiologi
Problem
Ttd
96
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Dx
Tujuan / KH
Intervensi
Rasional
Ttd
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /
Tanggal
Dx
Implementasi
Respon
Ttd
97
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx
Tgl / Jam
Evaluasi
Ttd
98