Vous êtes sur la page 1sur 5

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih

di Wilayah Kerja Puskesmas Wanakerta , Kabupaten Karawang


Periode Juli 2015 sampai Juni 2016
Brian Angelo Soekamto
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Penyediaan Air Bersih masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di indonesia.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, terdapat 1,7 milyar kasus diare di
dunia setiap tahun dan membunuh 800.00 anak Balita di dunia setiap tahun. Berdasarkan data
Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air minum kategori baik
di perkotaan 96,0%, sedangkan di perdesaan 92,0%, Di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
belum diketahui keberhasilan program Sarana Air Bersih ( SAB) untuk periode Juli 2015
sampai dengan Juni 2016. Pada evaluasi ini, metode yang digunakan adalah melalui
pendekatan sistem dengan membandingkan cakupan dengan tolak ukur di Puskesmas
Wanakerta periode Juli 2015 sampai Juni 2016. . Hasil evaluasi didapatkan dua masalah,
yaitu cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih sebesar 31,33 % dengan tolok
ukur 80 % dan cakupan inspeksi sarana air bersih sebesar 76,13 % dengan tolok ukur 80 %.
Penyebab masalahnya adalah tidak terdapat perencanaan tertulis terhadap kegiatan
pengawasan sarana air bersih meliputi siapa yang melakukan, dimana tempat kegiatan
dilakukan, kapan kegiatan dilakukan dan bagaimana cara melakukan, belum adanya
pengorganisasian program pengawasan sarana air bersih , tidak ada pemberdayaan
masyarakat terhadap program pengawasan sarana air bersih
Penyelesaian masalahnya adalah membuat rencana tertulis meliputi siapa yang melakukan,
dimana tempat kegiatan dilakukan, kapan kegiatan dilakukan dan bagaimana cara melakukan
untuk menjalankan setiap kegiatan pengawasan air bersih,membuat susunan organisasi untuk
program pengawasan sarana air bersih, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan cara
membentuk POKMAIR di setiap desa. Setelah hal tersebut dilakukan, diharapkan pencapaian
program SAB periode berikutnya dapat mengalami peningkatan.
Kata kunci: diare , SAB, evaluasi program
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam
yang penting dan sering digunakan
manusia untuk bertahan hidup. Manusia
memerlukan air dalam kehidupan seharihari seperti untuk minum, mandi,
pembangkit listrik dan lain-lain sehingga
air merupakan komponen yang penting
dalam kehidupan manusia. Maka dari itu
air harus dilindungi dari pencemaran
dalam proses pengambilan dari sarana air
bersih, pendistribusian, penyimpanan,
pengambilan, pengolahan, dan penyajian
air.1
Dalam bidang kesehatan, air
merupakan salah satu media lingkungan

yang dapat berperan dalam penularan


penyakit karena dapat menjadi media
pertumbuhan mikrobiologi.1 Penyakit diare
merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di
dunia terutama di negara berkembang.
Menurut
catatan
World
Health
Organization (WHO) tahun 2013, terdapat
1,7 milyar kasus diare di dunia setiap
tahun dan membunuh delapan ratus ribu
anak Balita di dunia setiap tahun.2
Faktor
risiko
yang
sangat
berpengaruh untuk terjadinya diare pada
balita yaitu status kesehatan lingkungan
(penggunaan sarana air bersih, jamban
keluarga,
pembuangan
sampah,

pembuangan air limbah), status ekonomi


dan perilaku hidup sehat dalam keluarga.3,4
Data pada GLASS (Global Water Supply
Water and Assesment) tahun 2013
menggunakan sumber air minum
yang terkontaminasi dan 1 milyar orang
melakukan buang air besar sembarangan.5
Selain faktor ekonomi, faktor
pendidikan dan perilaku masyarakat juga
mempengaruhi keadaan sanitasi terutama
sarana air bersih. Menurut data MDGs
(Millenium Development Global) dimana
pada tahun 2015 Indonesia harus mencapai
target 67% pada akses terhadap air bersih.
untuk jenis sumber air rumah tangga di
Indonesia adalah sumur gali terlindung
sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar

menyatakan terdapat 74jt orang di dunia


yang masih belum mendapatkan akses
terhadap air bersih, 1 milyar orang

B. Masalah
Permasalahan yang ada :
1. Berdasarkan Global Water Supply and
Sanitation Assesment 2013 Report
menyatakan terdapat 74 juta orang di

SAB untuk periode Juli 2015 sampai Juni


2016.
C. Materi

dunia
yang
masih
belum
mendapatkan akses terhadap air
bersih, 1 milyar orang menggunakan
sumber
air
minum
yang
terkontaminasi dan 1 milyar orang
melakukan
buang
air
besar
sembarangan.

2. Data Riskesdas 2013, proporsi rumah


tangga di Indonesia dengan kualitas air
minum kategori baik (tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan
tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih
tinggi dibandingkan dengan di perdesaan
(92,0%).
3. Dari data Riskesdas 2013, jenis sumber
air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga
di Indonesia pada umumnya adalah sumur
gali terlindung sebesar 29,2%, sumur
pompa
sebesar
24,1%,
dan
air
ledeng/PDAM sebesar 19,7%.
4. Di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
belum diketahui keberhasilan program

24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar


19,7%. Di Indonesia penyediaan air
minum yang diusahakan pemerintah
melalui perusahaan daerah air minum
sebagian besar diperuntukkan masyarakat
perkotaan meliputi ibukota propinsi,
ibukota
kabupaten,
dan
ibukota
kecamatan. Oleh karena itu, perlunya
dilakukan evaluasi program mengenai
cakupan SAB di wilayah kerja Puskesmas
Wanakerta karena belum diketahui
keberhasilan program SAB untuk periode
Juni 2015 sampai dengan Juli 2016.

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Materi yang dievaluasi berisi kegiatan


SAB (Sarana Air Bersih) di PKM
Wanakerta, Juli 2015 sampai dengan Juni
2016 meliputi :
Pendataan jumlah sarana air bersih yang
ada berdasarkan laporan bulanan program
Pendataan jenis sarana air bersih yang ada.
Pendataan
jumlah
rumah
yang
menggunakan sarana air bersih.
Inspeksi sarana air bersih yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta.
Pemeriksaan sarana air bersih yang di
inspeksi yang memenuhi syarat / yang
memiliki tingkat risiko pencemaran
rendah.
Pengambilan sampel air dari sarana air
bersih yang diinspeksi.
Pencatatan dan Pelaporan
D. Metode
Membandingkan cakupan terhadap target
yang ditetapkan dengan menggunakan
pendekatan system.

E. Tolok Ukur Keberhasilan


Tolok ukur merupakan nilai acuan yang
telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap
variabel
sistem,
yang
meliputi
masukan,proses, keluaran, lingkungan, dan
umpan balik pada program tertentu.
Digunakan sebagai pembanding atau target
yang harus dicapai dalam program Sarana
Air Bersih.

F. Metode Pelaksanaan
Melakukan pendataan jumlah dan jenis
sarana air bersih dan pengguna sarana air
bersih
Pendataan dilakukan dengan mengambil
data yang dilakukan oleh ketua RT yang
kemudian dilaporkan ketua RW kemudian
dikumpulkan disetiap desa pada akhir
tahun 2015
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Tidak terdapat catatan tertulis tentang cara
pemeriksaan sarana air bersih
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah
sarana air bersih telah memenuhi syarat
tingkat pencemaran rendah dan dilakukan
paling tidak 1x/tahun untuk semua sumur
umum. Untuk sumur pompa, sampel
diambil setelah 5 menit air keluar, untuk
sumur gali, sampel diambil dengan
kedalaman 20 cm di bawah permukaan air,
dan untuk PAM, sampel diambil setelah 2
menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik
jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,
untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang
diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan
bakteriologis
wadah
penampungan harus steril dan bisa
disterilkan dengan jumlah air yang diambil
sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket
dan dikirim ke laboratorium.
Jumlah sarana air bersih dengan
pemeriksaan bakteriologis yang memenuhi
syarat kesehatan.
Masalah dari unsur lain (penyebab)

Kualitas
bakteriologis
ditentukan
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
laboratorium
kesehatan
masyarakat,
kemudian ditetapkan sesuai standar
kualitas air bersih terhadap kandungan
bakteriologis sesuai dengan Permenkes
416 tahun 1990.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh petugas lapangan dimasukkan ke
dalam format pencatatan pengawasan air
bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan)
seterusnya
membuat
penyajian/visualisasi data dalam bentuk
peta, grafik atau tabel yang diperbaharui
secara periodik (bulanan, triwulan dan
tahunan).
Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan
ini
melaporkannya
kepada
Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format
yang telah ada.
G. Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program
pengawasan sarana air bersih di
Puskesmas Wanakerta periode Juli 2016
sampai dengan Juni 2016, terlihat
beberapa masalah:
Masalah
sebenarnya
(
menurut
keluaran)
Cakupan
jumlah
rumah
yang
menggunakan air bersih dengan besar
masalah 60,4%.
- Cakupan inspeksi sarana air bersih
dengan besar masalah 46,7%.
- Cakupan pengambilan sampel air
terhadap sarana air bersih yang diinspeksi
dengan besar masalah 99,44%.
- Belum dilakukannya pemeriksaan
kualitas bakteriologis pada sampel air
bersih.

Masukan

6.1.1

Tenaga
Hanya terdapat satu tenaga yang
merangkap sebagai koordinator dan
pelaksana program yang terampil di
bidangnya
Dana
Tidak ada dana untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium air bersih untuk
menilai kualitas air.
Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan
untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya
sanitarian kit, formulir pengiriman sampel
dan tas / kotak pengepakan botol untuk
pemeriksaan kualitas air.
Metode
Pengambilan
sampel
air
untuk
pemeriksaan kimia dan bakteriologis tidak
dilakukan.

I. Kesimpulan dan Saran

Proses
Koordinator dan pelaksana sama, sehingga
kurangnya
tenaga
kerja
dapat
memengaruhi kuantitas sarana air bersih
yang
diperiksa,
maupun
kualitas
pemeriksaan.
Pelaksanaan program tidak disertai jadwal
serta yang tetap setiap bulannya, sehingga
memengaruhi jumlah kuantitas sarana air
bersih yang diperiksa.
H. Penyelesaian masalah
- Membuat rencana tertulis meliputi siapa
yang melakukan, dimana tempat kegiatan
dilakukan, kapan kegiatan dilakukan dan
bagaimana
cara
melakukan
untuk
menjalankan setiap kegiatan pengawasan
air bersih yang dilakukan di Puskesmas
Wanakerta
- Membuat susunan organisasi untuk
program pengawasan sarana air bersih
mulai dari penanggung jawab program
sampai pelaksana program beserta
anggota-anggotanya agar kegiatan dapat
berjalan efektif dan efesien
- Melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan cara membentuk POKMAIR di
setiap desa

Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan
Program cakupan sarana air bersih di
Puskesmas Wanakerta periode Juli 2015
sampai dengan Juni 2016 dikatakan tidak
berhasil karena masih belum tercapainya
dengan tolak ukur yang sudah ditentukan.
Dari hasil kegiatan program, didapatkan :
Cakupan
jumlah
rumah yang menggunakan SAB 31,33 %
dari target 80% dengan besar masalah
60,4%
Cakupan inspeksi
SAB 76,13 % dari target 80% dengan
masalah sebesar 4,4%.
Cakupan
pengambilan sampel air 0,45 % dengan
masalah sebesar 99,44%
Saran

Agar kegiatan cakupan penemuan


SAB di Puskesmas Wanakerta di periode
yang akan datang dapat berhasil dan
berjalan dengan baik, maka Puskesmas
sebaiknya memperbaiki masalah yang ada
dengan penyelesaian masalah sebagai
berikut :
Membuat rencana tertulis meliputi
siapa yang melakukan, dimana tempat
kegiatan dilakukan, kapan kegiatan
dilakukan dan bagaimana cara melakukan
untuk menjalankan setiap kegiatan
pengawasan air bersih yang dilakukan di
Puskesmas Wanakerta
Membuat susunan organisasi untuk
program pengawasan sarana air bersih
mulai dari penanggung jawab program
sampai pelaksana program beserta
anggota-anggotanya agar kegiatan dapat
berjalan efektif dan efesien.
Melakukan
pemberdayaan
masyarakat dengan cara membentuk
POKMAIR di setiap desa

Besar harapannya semoga melalui


saran di atas dapat membantu berjalannya
program
pengawasan sarana air bersih pada periode
yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang
diharapkan.

3
4

Daftar Pustaka
1

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.


Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II.
2004
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Program Air Bersih dan
Sanitasi. Jakarta : Depkes RI, 2004

Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Penyakit yang Ditularkan
Melalui Air. Jakarta : Depkes RI, 2007
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I.
Jawa Barat. 2006
WHO/UNICEF. Global Water Supply and
Sanitation
Assessment
2013
Report.Geneva. 2013.
Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Diunduh tanggal 25 September
2013
dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/d
ata/lapriskesdas.pdf

Vous aimerez peut-être aussi