Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, informasi memiliki peranan penting bagi kita semua.
Informasi merupakan sarana komunikasi yang efektif antara anggota masrakat dengan
anggota masyarakat lainnya atau anatara suatu entitas dengan masyarakat sekitarnya.
Dalam seperti ini, penyediaan informasi yang akan menciptakan transparansi dan
pada gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik terjadi jika informasi yang diberikan dapat diterima dan
dimengerti secara meluas di masyarakat. Dengan latar belakang apapun, mereka dapat
memberikan keputusan dari informasi tersebut.Sehingga, informasi tersebut haruslah
memilki standar yang menyeluruh agar terjadi suatu keseragaman bentuk informasi.
Informasi akuntansi memiliki standar akuntansi yang disebut Prisnsip
akuntansi yang Berlaku Umum-PABU (Generally Accepted Accounting PrinciplesGAAP). Berlaku umum ini maksudnya informasi akuntansi suatu perusahaan bias
dimengerti oleh siapapun dengan latar belakang apa pun. Sehingga, informasi ini
berguna bagi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor lainnya,
pemerintah, dan lembaga-lembaganya, serta masyarakat.
Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan
akuntansi biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban
kepada masyarakat yang ada di sektor publik. Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya
telah memasukan standar untuk organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi
nirlaba. Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga
pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Oleh karena itu,
pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
[1]
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dibutnya makalah ini selain untuk memenuhi tugas matakuliah
Akuntansi Sektor Publik yaitu agar kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang regulasi dan standar akuntansi sektor publik.
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan regulasi di sektor publik?
2. Bagaimana standar internasional akuntansi sektor publik?
3. Bagaimana standar akuntansi pemerintahan?
4. Bagaimana standar pemeriksaan keuangan negara SPKN?
[2]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
regulasi yang terkait dengan organisasi nirlaba dan instansi pemerintahan. Sifat
regulasi disektor publik setiap jenis bersifat lebih spesifik untuk setiap organisasi.
Pada instansi pemerintah, regulasi yang digunakan cenderung lebih rumit dan detail.
Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
Regulasi Tentang Yayasan
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah undang-undang RI Nomor 16
Tahun 2001, yang dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarat. Undang-undang ini diperbarui dalam
beberapa aspek dengan UU no. 24 tentang perubahan atas UU. No. 16 Tahun 2001
tentang yayasan. UU 28/2004 mengatur tambahan bahwa jika tidak diberikan pada
yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan, sisa hasil likuidasi yayasan dapat
diberikan pada badan hukum lain yang memiliki kesamaan kegiatan sebelum opsi
diserahkan pada negara.
Selain undang-undang nomor 16 tahun 2001 dan undang-undang nomor 28
tahun 2004 untuk lebih menjamin kepastian hukum pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang pelaksanaan undang-undang
tentang yayasan. PP ini memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari
ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang tetang yayasan, antara lain:
Regulasi tentang Partai Politik
Regulasi tentang partai politik mulai berkembang pesat sejak era reformasi
dengan sistem multipartainya. Undang-undang yang pertama ada setelah era reformasi
adalah undang-undang nomor 2 tahun 1999 tentang partai politik. Seiring dengan
[3]
2008
tentang
partai
politik
yang
sifatnya
lebih
melengkapidan
IPSAS 12 (Inventories)
IPSAS 13 (Leases)
[9]
2.3
lama. Awalnya, dengan berlakunya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah, daerah diberi kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan
pengelolaan keuangannya sendiri. Hal ini tentu saja menjadikan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota menjadi entitas-entitas otonom yang harus melakukan
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangannya sendiri mendorong perlunya
standar pelaporan keuangan. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang
merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dalam pasal 35
mengamanatkan bahwa penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah, meskipun belum ada
standar akuntansi pemerintahan yang baku.
Belum adanya standar akuntansi pemerintahan yang baku memicu perdebatan
siapa yang berwenang menyusun standar akuntansi keuangan pemerintahan.
Sementara itu, pelaporan dan penyajian keuangan harus tetap berjalan sesuai dengan
peraturan perundangan meskipun standar belum ada. Untuk mengisi kekosongan
sambil menunggu penetapan yang berwenang menyusun dan menetapkan standar
akuntansi pemerintahan dan terutama upaya untuk mengembangkan sistem
pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntable maka pemerintah dalam
hal ini Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan mengambil inisiatif
untuk membuat pedoman penyajian laporan keuangan. Maka lahirlah sistem akuntansi
keuangan daerah dari Departemen Keuangan yang diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 355/KMK.07/2001 tanggal 5 Juni 2001. Dari Departemen Dalam
[10]
Negeri keluar Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 18
Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertangungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Derah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kedua keputusan ini bukanlah standar akuntansi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor
pembahasan atas delapan draft baru yang dianggap diperlukan dalam penyusunan
laporan keuangan pemerintah. Draft ini juga mengalami due process yang sama
seperti sebelumnya. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan negara yang mengamanatkan perlunya standar akuntansi, KSAPD terus
berjalan. Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
bentuk dan isi laporan pertanggunggjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
[11]
Nomor
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan
negara
kembali
[12]
(Publik Hearings)
i) Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j) Finalisasi Standar
Dari proses tersebut dihasilkanlah Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor
Publik yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik-Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Ada enam exposure draft yang dikeluarkan:
1) Penyajian Laporan Keuangan
2) Laporan Arus Kas
3) Koreksi Surplus Defisit, Kesalahan Fundamental, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi
4) Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Luar Negeri
5) Kos Pinjaman
6) Laporan Keuangan Konsolidasi dan Entitas Kendalian
Selanjutnya dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004,
penetapan Komite SAP dilakukan dengan Keputusan Presiden (Keppres) setelah
diterbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004 tentang
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan pada Tanggal 5 Oktober 2004, yang telah
diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tanggal
5 Januari 2005.
KSAP bertugas mempersiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip-prinsip
akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
Dengan demikian, KSAP bertujuan untuk mengembangkan program-program
pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintahan, termasuk
[13]
[14]
4) PSAP 04
5) PSAP 05
6) PSAP 06
7) PSAP 07
8) PSAP 08
9) PSAP 09
10) PSAP10
11) PSAP 11
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
3.2
Saran
Sebaiknya permasalahan regulasi keuangan publik di Indonesia dapat diatasi
[15]
DAPTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi, Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
http://akuntansi-asp.blogspot.com/2012/03/perkembangan-regulasi-dan-standar.html
http://kedebok.blogspot.com/2013/03/akuntansisektor-publikpokokpembahasan_21.html
[16]