Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Seni paling unggul adalah seni yang mampu membangkitkan hasratberkehendak setelah sekian lama tersumbat. Oleh karena itu, seni untuk
seni adalah sebuah rekayasa cerdas dari kebobrokan yang mengecoh dan
menipu agar kita semakin terasing dari realitas kehidupan dan kekuatan
(S.A Vahid dalam Iqbal, 1916).
Seni harus menghayati manusia dan segala kehidupannya. Di samping
memberi rasa nikmat, seni harus dapat memandu pikiran manusia. Oleh
karena itu, tak disangsikan bahwa seni ekspresi estetik paling hulu adalah
puisi. Induk segala bentuk ekspresi sastrawi, dan belum ada yang
melampauinya. Itu sebabnya, penyair Arab pada masa jahiliyah
mempunyai posisi sosial yang tinggi. Mereka termasuk para elite yang
sangat diperhitungkan dalam kabilah. Dengan puisi, mereka
mengungkapkan kebesaran kabilah. Dengan puisi, mereka sanggah dan
mereka lawan tipu daya musuh.
Kekuatan puisi bisa mengobarkan semangat juang di masa perang, tetapi
sekaligus dapat menciptakan suasana teduh dalam masyarakat. Karena
posisi penyair yang demikian itu, maka kabilah-kabilah sangat bangga dan
sangat menghormati para penyair yang muncul di kabilahnya. Penjamuan
bagi para penyair sangat besar. Sebagai elit, mereka mempunyai
kelebihan, baik dalam segi pengetahuan, wawasan maupun dalam segi
pengaruh di tengah-tengah masyarakat.
Puisi Arab yang paling terkenal pada zaman Jahiliyah adalah puisi-puisi alMuallaqat. Dinamakan al-Muallaqat, karena puisi-puisi tersebut
digantungkan pada dinding Kakbah. al-Muallaqat adalah Qasidah panjang
yang indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliyah dalam berbagai
kesempatan dan tema. Sebagian Al-Muallaqot ini diabadikan dan
ditempelkan didinding-dinding Kabah pada masa Jahiliyah. Para pujangga
Al-Muallaqat berjumlah tujuh orang, yaitu Umru al-Qais, Amr' bin Kultsum
at-Taghlibi dan al-Harits bin Hiliziah al-Bakri dikenal dengan puisinya yang
bertemakan Al-Ghozal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih, Zuhair bin
Abi Sulma dikenal dengan puisinya yang bertemakan Al-Hikam atau katakata hikmah/mutiara, Antarah bin Syaddad al-Absi dikenal dengan puisinya
yang bertemakan Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk
membangkitkan semangat ketika ada suatu peristiwa semacam perang
atau membangun sesuatu, Tharafah bin Abdul Bakri dan Lubaid bin
Rabi'ah al-Amiri dikenal dengan puisinya yang bertema Al-Madh atau
pujian.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menganalisis syairsyair dalam muallaqat tersebut.
BAB II
ANALISIS SYAIR
"Ketika kami berdua telah melewati perkampungan, dan sampai di tempat
yang aman dari intaian orang kampung"
"Maka kutarik dirinya sehingga ia dapat merapat kepadaku, perutnya
ramping dan dadanya putih bagaikan kaca".
"Lehernya jenjang bak leher kijangi, jika dipanjangkan tidak bercacat
sedikit pun, karena lehernya dipenuhi kalung permata".
"Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan
mayang korma".
Pada bait puisi di atas Umru' al-Qais menggambarkan kecantikan
kekasihnya dengan mengumpamakannya seperti seekor kijang yang
panjang lehernya, karena seorang wanita yang panjang lehernya,
menandakan sebagai seorang wanita yang cantik. Dengan gayanya yang
khas tersebut dan gambaran yang seindah itu tidak dapat terlukiskan,
kecuali bagi orang yang mempunyai daya khayal yang tinggi, ditambah
dengan pengalaman yang luas, sehingga dengan itu semua ia dapat
sebaik kamu".
Pada bait-bait puisi di atas, sebenarnya penyair ini ingin mengutarakan
betapa malang nasibnya. Di mana keresahan hatinya akan bertambah
susah bila malam hari tiba. Karena saat itu ia merasa seolah-olah malam
itu sangat panjang sekali. Sehingga ia mengharapakan waktu pagi segera
tiba, agar keresahannya dapat berkurang, namun sayang sekali
keresahannya itu tidak juga berkurang walaupun pagi hari telah tiba. Puisi
di atas, tidak lain merupakan contoh dari kepandaian Umru' al-Qais dalam
menggambarkan suatu keadaan. Sehingga seolah-olah itu benar-benar
terjadi.
Bait puisinya terkumpul semuanya dalam kasidah mu'allaqat-nya.
Mu'allaqat Umru' al-Qais sangat terkenal dikalangan setiap orang yang
mempelajari kesusastraan Arab. Penyair ini menciptakan kasidah
muallaqadnya tidak lain adalah untuk mengabadikan suatu kejadian yang
dialaminya. Seperti kejadian yang dialaminya besama sang kekasih
Unaizah.
Pada suatu ketika Umru' al-Qais ingin bertemu kekasihnya, namun
keinginannya itu selalu dihalangi oleh pamannya, karena ia takut anak
puterinya itu akan terbujuk dengan puisi Umru' al-Qais. Karena itulah,
Umru' al-Qais berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan
kesempatan agar dapat bertemu dengan anak pamannya yang bernama
Unaizah. Dan pada suatu ketika, ia berhasil bertemu dengan Unaizah dan
bersepakat bertemu dalam kesempatan lain bila anggota kabilahnya
sedang pergi mengambil air. Dan telah menjadi kebiasaan kabilah itu, bila
hendak mengambil air kaum lelaki berjalan terlebih dahulu, kemudian
barulah diikuti kaum wanita dari belakang.
Sewaktu kaum lelaki pergi ke mata air, Umru' al-Qais tidak keluar bersama
mereka, bahkan penyair ini menunggu keberangkatan kaum wanita. Dan
ketika kaum wanita keluar menuju mata air, maka Umru' al-Qais keluar
mendahului mereka agar dapat sampai lebih dahulu. Sesampainya di mata
air yang bernama Juljul yang terletak di daerah Kindah (Nejed), penyair ini
langsung bersembunyi di balik batu yang tidak terlalu jauh dari tempat itu.
Ketika rombongan wanita yang di dalamnya terdapat kekasihnya tiba di
mata air Juljul, maka mereka langsung menanggalkan pakaiannya masingmasing, dan meletakkannya di atas batu. Setelah mereka masuk ke dalam
air, maka Umru' al-Qais yang tengah asyik memperhatikan dari balik batu,
langsung mengambil pakaian mereka semua, dan berjanji tidak
mengembalikannya kecuali bila mereka keluar dari mata air itu dengan
keadaan telanjang bulat. Melihat kejadian itu, semua kaum wanita terkejut
dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaian mereka.
Namun Umru' al-Qais tetap bersikeras tidak mengembalikan pakaian
mereka bila mereka tidak mau keluar dalam keadaan telanjang bulat.
Akhirnya, dengan keadaan terpaksa kaum wanita itu keluar dari mata air
Juljul dalam keadaan telanjang bulat untuk mengambil pakaian mereka
dari tangan Umru' al-Qais, tetapi hanya Unaizah yang tidak mau keluar
dari mata air, dan ia meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan
pakaiannya. Setelah ia mengetahui bahwa Umru' al-Qais tidak akan
mengembalikan pakaiannya, maka dengan terpaksa Unaizah keluar dari
mata air dengan keadaan telanjang dan meminta Umru' al-Qais untuk
mengembalikan pakaiannya. Dan kemenangannya itu, diabadikannya
dalam kasidah mu'allaqat-nya.
Aku melihat maut memilih orang-orang terhormat dan memilih orangorang yang mulia yang hartanya di dapat dengan melakukan tindakan keji
Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu berkurang
setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari
pasti akan binasa
Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah
luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat
binatang yang salah satu ujungnya di genggaman tangan.
"Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin,
tetapi aku tetap tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari"
"Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan
terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia
akan dicerca"
"Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan
hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan
dicerca"
"Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang
siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat
kebaikan, maka ia tidak akan terguncang oleh ketegangan"
"Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang siapa
yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan
mengalami lanjut usia".
"Barang siapa yang takut mati, pasti ia akan bertemu juga dengan
kematian itu, walaupun ia naik ke langit dengan tangga"
"Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong,
maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan
baginya".
Pada syair diatas banyak mengungkapkan amtsal (pribahasa) dan katakata hikmah, sehingga penyair ini dianggap sebagai orang yang pertama
dalam menciptakan kata-kata hikmah dalam puisi Arab. Selain itu syair
diatas memiliki keistimewaan lain yaitu sebagai berikut:
1. Ijaz-nya bagus dan suka membuang tambahan pembicaraan serta katakata yang kurang dipelukan, sehingga ia menciptakan sedikit kata banyak
makna.
2. Madah-nya bagus dan menjauhi kedustaan di dalamnya. Dia tidak
memuji seseorang melainkan karena akhlaknya dan sifat-sifat terpuji yang
diketahuinya.
3. Puisinya sedikit sekali mengandung kata-kata yang buruk. Oleh karena
Puisi ini menjelaskan ketika Banyak peperangan yang terjadi dan menimpa
Kabilah Taghlib adalah perselisihannya dengan kabilah yang masih
tergolong saudara dengan kabilah Taghlib yaitu dengan kabilah Bakr ibn
Wail. Peperangan kedua kabilah bersaudara ini sangat terkenal dikalangan
masyarakat Arab jahiliyah dengan sebutan perang Basus. Dan Puisi ini
menjelaskan tentang Kebanggaan diri kaumnya, yang selalu bertahan, dan
selalu berbuat Baik tidak pernah mendzolimi orang lain.
"Wahai puteri Malik, tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang
diriku di medan peperangan, jika engkau tidak tahu?"
"Tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang diriku ketika aku
sedang berada di atas kuda yang dilukai oleh musuh?"
"Ada kalanya aku bawa kuda itu untuk menyerang musuh, namun
adakalanya aku membawa kudaku untuk bergabung dengan pasukan yang
banyak"
"Jika kamu bertanya tentang diriku pada orang yang hadir dalam
"Pujilah aku (wahai kekasihku) dari apa yang kamu ketahui dari kelakuan
baikku. Sesungguhnya aku adalah seorang yang lemah lembut bila tidak
dizalimi oleh siapa pun"
"Namun, jika aku dizalimi oleh seseorang, maka aku akan membalasnya
dengan balasan yang lebih keras dari kezalimannya"
Dan telah datang kepada kami berita dan kejadian yang tidak baik
Saudara-saudara kami adalah kabilah Arraqim telah melanggar batas
dan berkata yang tidak benar tentang kami,
Mencampur orang-orang yang tidak bersalah dengan orang-orang yang
berbuat dosa, tidak berguna, orang yang tidak melakukan dosa
Mereka menyangka bahwa setiap orang yang memukul himar adalah
Maula kami, Mereka bersepakat pada malam hari untuk menyerang kami
dan ketika datang waktu pagi mereka sudah ribut
Siapa yang menyuruh dan menjawab seruan,
Kuda-kuda dan ontapun Saling bersautan
Wahai orang yang berbicara tentang kita dengan penuh kebohongan
didepan Raja Amru.
Apakah kebohongan itu akan bisa abadi?
(Lajnah, 1962: 87)
Al-Haris ibn Al-Yasykari bil Bakri, diriwayatkan Bahwa Amru ibn Hindi Raja
Hirah ingin menjadi mediator perdamaian antara kabilah bakr taghlib
setelah terjadi perang al-Basus. Kemudian raja mengambil jaminan sandra
dari kedua kabilah tersebut. Pada suatu hari terjadi peristiwa raja memberi
izin sandra dari kabilah kabilah taghlib untuk keperluan mereka, ketika ada
rombongan datang suku taghlib menyangka mereka adalah kelompok
bakar yang akan mencari air kemudian dikepung sampai mati kehausan.
Kabilah bakar menyangka mereka diberi minum kemudian ditunjukan jalan
yang menyesatkan sampai meninggal. Kedua kabilah kemudian
mempermasalahkan tersebut diraja Amru, kemudian hal ini membuat al
Haris prihatin sedangkan dia dalam majlis tersebut berada dibalik tabir
karena Haris terkena penyakit Kusta, kemudian ia menyandingkan Qasidah
puisi tersebut yang membanggakan kaumnya, tentang kejujuran dan
kebaikan kaumnya. Maka dari itu puisinya bertemakan maddah, memuji.
Kemudian situasi berubah raja kemudian berbalik pada kabilah bakar dan
mengangkat Haris sebagai penasehatnya.