Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-TAMPAK

Oleh :
A.A Ketut Wisnu Arisudana Kusuma
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Pendidikan Ganesha
wisnuarisudana@yahoo.com

PENDAHULUAN
Spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-Vis) merupakan metode analisa yang didasarkan
atas serapan molekul dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet dan sinar tampak dengan
panjang gelombang antara 160-780 nm. Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang antara
160-400 nm dan sinar tampak memiliki rentang panjang gelombang antara 400-800 nm.
Energi radiasi ultraviolet dan tampak berhubungan dengan transisi elektron yang terlibat
dalam ikatan pada suatu molekul. (Muderawan,2009).

Gambar 1. Spektrum sinar tampak. Sumber : Raymond Chang, Kimia Dasar Jilid 1.

Spektofotometri UV-Vis sangat sering digunakan di dalam laboratorium untuk analisis


serapan suatu senyawa kompleks berwarna yang menyerap gelombang cahaya pada rentang
panjang gelombang 160-780 nm. Salah satu senyawa kompleks berwarna yang dapat
dianalisis adalah senyawa kompleks dari tembaga dengan sulfat (CuSO 4). Tembaga
merupakan suatu logam yang banyak digunakan dalam industri sebagai konduktor, aliansi
logam (kuningan, perunggu, dan uang logam). Warna yang timbul pada persenyawaan
kompleks tembaga secara makroskopis terlihat berwarna biru. Hal ini disebabkan absorbansi
radiasi yang terjadi pada daerah tampak yang terkait dengan transisi elektron pada orbital d.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur serapan ultraviolet dan tampak pada
praktikum kali ini adalah spektrofotometer UV-Vis SHIMADZU 1700. Instrumen ini
merupakan spektrofotometer jenis double beam in space instrument.
Secara sederhana skema prinsip kerja spektrofotometer jenis double beam in space instrument
adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Skematik double-beam in space

Pada instrumen double-beam in space, sinar radiasi dari monokromator dipecah


menjadi dua berkas sinar oleh cermin berbentuk V, yang disebut dengan pemecah sinar. Satu
berkas diteruskan dan melewati larutan sampel, selanjutnya kedua berkas sinar tersebut
ditangkap oleh fotodetektor. Kedua berkas sinar diperkuat dengan amplifier dan
perbandingannya ditentukan secara elektronik serta ditampilkan oleh alat perekam data yang
memiliki skala 0 100.
Banyak ion-ion logam transisi menyerap spektrum UV atau sinar tampak. Salah
satunya adalah tembaga. Pada tembaga terjadi absorpsi radiasi terkait dengan elektron orbital
3d. logam-logam transisi dicirikan oleh orbital d yang tidak terisi penuh sehingga mampu
menerima pasangan elektron. Karakteristik spektra logam-logam transisi melibatkan transisi
elektronik diantara tingkat energi orbital d. Teori medan kristal mampu menjelaskan warna
yang terjadi pada senyawa kompleks yang melibatkan orbital d pada ion-ion logam transisi.
Orbital d yang memiliki energi sama akan dipecah oleh pengaruh medan liga sehingga ada
dua tingkat energi orbital d untuk medan ligan oktahedral dan tetrahedral serta terdapat empat
tingkat energi untuk medan ligan square planar. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan
terhadap absorbansi radiasi pada senyawa tembaga sulfat dan sunscreen lotion.
1. Tembaga Sulfat : Tembaga dapat melarut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan
kehadiran oksigen. Tembaga melarut dalam asam nitrat menghasilkan tembaga (II)
dimana asam nitrat sebagai oksidator seperti yang umum terjadi antara logam dengan
asam nitrat. Tembaga juga larut dalam KCN atau dalam larutan amonia dalam
kehadiran oksigen, yang diindikasikan oleh potensialnya.
Larutan Cu2+ dalam air sangat dikenal dan sangat banyak garam-garam dari
berbagai anion larut dalam air, disamping kompleksnya yang sangat kaya. Pelarutan
tembaga (II) hidroksida, karbonat, dan sebagainya dalam asam menghasilkan ion aqua
yang berwarna kebiruan yang ditulis sebagai [Cu(H 2O)6]2+. Posisi dua buah ligan H2O
lebih jauh dari empat yang lainnya. Dari banyak hidrat kristalin, sulfat yang berwarna
biru, CuSO4 . 5H2O adalah yang paling terkenal. Tembaga sulfat ini dapat didehidrasi
menghasilkan anhidros (CuSO4) yang berwarna putih.
2. Sunscreen Lotion : Rentang panjang gelombang yang diemisikan oleh matahari
meliputi rentang 290 nm sampai 800 nm. Matahari mengemisikan radiasi UV A dan
UV B yang dapat sangat berbahaya yang berperan dalam kerusakan kulit maupun
kanker kulit.
Rentang ultraviolet dari radiasi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu UV A: 320400 nm dan UV B: 280-320 nm. UV B ini yang bertanggung jawab terhadap
kerusakan kulit (sunburn and tanning). Ketika kulit terkena radiasi ultraviolet, sel-sel
kulit akan menghasilkan pigmen coklat yang disebut melanin dan kulit akan menjadi
lebih coklat dan mulai menipis. Lebih jauh, radiasi ultraviolet menyebabkan rusaknya
DNA dan protein kulit, sehingga menyebakan efek yang sangat berbahaya yaitu
kanker kulit atau melanoma.
Dalam usaha untuk meminimalkan efek penyinaran langsung radiasi
ultraviolet, berbagai lotion (tabir surya) (sunscreen lotion) telah dikembangkan.
Tujuan dari lotion atau kirim adalah untuk menyerap radiasi yang berpotensial
merusak kulit, panjang gelombang 290-320 nm. Produk-produk sunscreen akan efektif
bila mengandung senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada panjang
gelombang tersebut. Biasanya lebih dari satu senyawa harus digunakan untuk
meyakinkan rentang radiasi tersebut diserap.
2

TUJUAN
Tujuan pratikum ini adalah: a) membuat kurva standar dan menentukan kandungan
logam tembaga dalam larutan tembaga sulfat (CuSO 4) dan bijih tembaga, b) menganalisis
serapan maksimum dari salah satu bahan aktif dalam sunscreen lotion yang dijual di pasaran

METODE PENELITIAN
Praktikum analisis kandungan tembaga dalam bijih tembaga, dan sunscreen lotion
dilakukan dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis SHIMADZU 1700.
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat
Jumlah
Bahan
Keterangan
Pipet ukur
1 buah
Padatan CuSO4
1,9974 gram
Gelas kimia 100 mL
5 buah
Aquades
secukupnya
Labu ukur 100 mL
1 buah
Etanol
secukupnya
Pipet tetes
1 buah
Sunscreen lotion
secukupnya
Neraca analitik
1 buah
Spatula
1 buah
Corong
1 buah
Batang pengaduk
1 buah
Tabel 1. Alat dan Bahan Preparasi sample

Prosedur Kerja
Analisis kandungan tembaga
1. Dibuat larutan CuSO4 0,08 M sebanyak 100 mL dengan menimbang 2,028 gram padatan
CuSO4.5H2O
2. Dibuat 3 larutan CuSO4 dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0,06 M, 0,04 M dan 0,02
M dengan cara mengencerkan sebanyak 10 mL larutan CuSO4 0,08 M.
3. Sampel yang telah diencerkan tersebut diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Visibel
4. Dibuat kurva hubungan log (I/I0) terhadap C dan ditarik garis lurus melalui titik-titik
yang didapat.
5. Dihitung kemiringan garis serta koefisien ekstingsi dan untuk Cu2+ dalam larutan.
Analisis Kandungan Senyawa Aktif Sunscreen Lotion
1. Diambil sunscreen lotion secukupnya kemudian dilarutkan dengan etanol
2. Sunscreen lotion yang belum larut disaring
3. Sunscreen lotion kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Visibel
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Menentukan Absorbansi Maksimum Larutan Standar CuSO4
Tembaga dapat ditemukan dalam bentuk ion Cu+ dan ion Cu2+. Ion-ion yang terbentuk
dari ion Cu+ umumnya tidak berwarna dan ion-ion yang terbentuk dari ion Cu2+ umumnya
biru. Hal ini terjadi karena kestabilan konfigurasi elektron orbital ion Cu+ yaitu [Ar] 4s0 3d10.
Konfigurasi elektron pada ion Cu+ menunjukkan bahwa pada orbital 3d terisi penuh.
Penuhnya orbital d menyebabkan ion Cu+ menjadi lebih stabil. Ketika ion Cu+ menyerap
sejumlah energi kemudian melepaskannya kembali melalui proses eksitasi-relaksasi,
kestabilan ion Cu+ ini akan mempengaruhi panjang gelombang yang dipancarkan atau
dipantulkan. Hal ini menyebabkan secara umum kompleks dari ion Cu + tidak berwarna.
3

Konfigurasi ion Cu2+ yaitu [Ar] 4s03d9. Orbital d pada ion Cu2+ masih kosong. Hal ini
menandakan bahwa ion Cu+ lebih stabil dari ion Cu2+. Sehingga memungkinkan untuk
menyerap energi cahaya, yang disebabkan oleh eksitasi elektron sehingga dapat memancarkan
energi cahaya yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat tercermin saat kembali ke
keadaan dasar (Bird, 1987).
Ion Cu2+ memiliki konfigurasi 3d9 ini menyebabkan kation Cu2+ memiliki bilangan
koordinasi 6. Larutan CuSO4 berada dalam bentuk kompleks [Cu(H2O)6]2+ atau bisa juga
ditulis CuSO4.5H2O.
H2O

H2O

2+

-O

Cu 2+
H2O

H2O

O
S

-O

H
H

Gambar 3. Struktur senyawa kompleks CuSO4.5H2O

Preparasi sampel yang teliti sangat diperlukan dalam analisis instrumenttasi. Hal ini
berkaitan dengan sensitifitas instrument yang akan digunakan. Sebelum pengukuran
Absorbansi dari Cu2+ dari bijih tembaga, maka perlu dibuat larutan standar terlebih dahulu.
Larutan standar yang disiapkan adalah dengan konsentrasi 0,02 M, 0,04 M, 0,06 M dan
0,08M dengan melarutkan sejumlah CuSO4.5H2O. Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Perhitungan
Pembuatan Larutan CuSO4 0,08 M
n
M=
V
n=M x V =0,08

mol
x 0,1 L=0,008 mol
L

Maka
massa=mol x massa molar =0,008 mol x 249,5

gram
=1,996 gram
mol

Jadi untuk membuat larutan CuSO4 0,08 M diperlukan padatan CuSO4.5H2O sebanyak
2,028 gram
Pembuatan larutan CuSO4 0,06 M melalui pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,08 M = 10 mL x 0,06 M
V1 = 7,5 mL
Jadi untuk membuat larutan CuSO4 0,06 M sebanyak 10 mL diencerkan larutan CuSO 4
0,08 M sebanyak 7,5 mL.
Pembuatan larutan CuSO4 0,04 M melalui pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,08 M = 10 mL x 0,04 M
V1 = 5 mL
Jadi untuk membuat larutan CuSO4 0,04 M sebanyak 10 mL diencerkan larutan CuSO 4
0,08 M sebanyak 5 mL.
Pembuatan larutan CuSO4 0,02 M melalui pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,08 M = 10 mL x 0,02 M
V1 = 2,5 mL

Jadi untuk membuat larutan CuSO4 0,02 M sebanyak 10 mL diencerkan larutan CuSO 4
0,08 M sebanyak 2,5 mL.
Disamping persiapan larutan standar, juga dilakukan persiapan larutan sampel yaitu
menggunakan bijih tembaga. Sebanyak 0,2 gram bijih tembaga dilarutkan dengan sejumlah
H2SO4 dan HNO3 untuk membentuk kompleks CuSO4. Pengukuran absorbansi dilanjutkan
dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis SHIMADZU 1700 untuk
mengukur absorbansi larutan standar yang akan digunakan sebagai pembanding untuk
penentuan kandungan kadar tembaga pada bijih besi.
Adapun data hasil pengukuran yang didapat dari larutan standar tersebut adalah
sebagai berikut.

A
B
C
D
Konsentrasi (M)
0,02
0,04
0,06
0,08
I
68,70
42,75
27,66
17,37
Io
100
100
100
100
I/Io
0,687
0,4275
0,2766
0,1737
-log(I/Io)
0,163
0,369
0,558
0,760
Data ini didapat melalui perhitungan matematis serta pengukuran dengan menggunakan
instrument spektroskopi UV-Vis SHIMADZU 1700. Dari pengukuran absorbansi diperoleh
kurva sebagai berikut.

Gambar 4. Kurva absorbansi CuSO4

Kurva Absorbansi Tembaga

Absorbansi (A)

0.8
Kurva hubungan absorbansi terhadap molaritas
f(x) = 9.9x - 0.03
0.6
R = 1
0.4
0.2
Linear
0 (Kurva hubungan absorbansi terhadap molaritas)
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07

0.08

0.09

Molaritas (M)

Kurva diatas menunjukkan data absorbansi dari larutan standar CuSO4 dengan
konsentrasi 0,02 M (kurva terendah) sampai 0,08 M (kurva tertinggi). Berdasarkan data hasil
5

praktikum di atas, dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi sebagai
berikut.
Gambar 5. Grafik Hubungan Absorbansi Terhadap Konsentrasi

Dari kurva dapat dilihat persamaan garis linier adalah y = 9,9x - 0,032
y 0,760 - 0,163

9,9
x
0,08 - 0,02
Kemiringan kurva = tan =
2. Penentuan Kadar Tembaga dalam bijih tembaga
Larutan CuSO4 dari bijih tembaga sebelum diukur dengan instrument dilakukan
pengenceran sebanyak 10 kali. Sebanyak 10 mL larutan CuSO 4 yang telah dibuat diencerkan
menjadi 100 mL
M1 x V1 = M2 x V2
M1 x 10 mL = M2 x 100 mL
M1 = 10 M2
Hasil pengenceran CuSO4 diukur absorbansinya dengan instrumen spektofotometer
UV-Vis SHIMADZU 1700. Hasil yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Grafik serapan Cu2+ dalam larutan CuSO4 (x M)

Kurva diatas menunjukkan bahwa absorbansi CuSO4 dari bijih tembaga adalah sebesar
0,264. Dengan menggunakan persamaan kurva pada larutan standar yaitu A = 9,9 Cx 0,032 .
A
= 9,9 Cx 0,032
0,264 = 9,9 Cx 0,032
9,9 Cx = 0,264 + 0,032
Cx
= 0,296/9,9 = 0,0299 M
Konsentrasi 0,0299 M yang terekam merupakan konsentrasi dari larutan yang telah
diencerkan sebanyak 10 kali. Maka konsentrasi semulanya adalah.
M1 = 10 M2
M1 = 10 x 0,0299 M
M1 = 0,299 M
Untuk menghitung massa dari Cu maka perlu dihitung terlebih dahulu mol dari CuSO 4
tersebut.
Mol CuSO4 = M x V
= 0,299 M x 0,01 L
= 0,00299 mol
Massa CuSO4 = mol x Mr CuSO4
= 0,00299 mol x 159,5 g/mol
= 0,4769 gram
massaCu
massa=
100
massa bijih tembaga
massa=

0,1909
100
0,2
6

massa=95,45
Jadi, besar persen massa Cu dalam bijih tembaga yang digunakan adalah 95,45%
3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Sunscreen Lotion
Sunscreen lotion dirancang untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV
yang berasal dari matahari. Sunscreen lotion mengandung senyawa aktif yang dapat
menyerap sinar UV-b yaitu oktilmetoksisinamat, butilmetoksisinamat, dan etil
parametoksisinamat. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran terhadap panjang gelombang
serapan maksimum pada senyawa sunscreen lotion. Sunscreen lotion yang digunakan adalah
Citra hand body lotion long lasting white yang dilarutkan ke dalam etanol. Dalam hal ini
digunakan etanol karena etanol merupakan pelarut organik, selain itu etanol tidak memiliki
serapan di wilayah panjang gelombang 200-1000 nm.
Pengukuran serapan panjang gelombang sunscreen lotion dari instrumen UV-Vis
Spektrofotometer, memperoleh kurva rekaman yang ditunjukkan sebagai berikut.

Gambar 7. Kurva Absorbansi Sunscreen Lotion

Dari kurva absorbansi di atas dapat dilihat bahwa absorbansi dari senyawa sunscreen
lotion menunjukkan serapan maksimum yang terjadi pada panjang gelombang 381,5 nm
dengan absorbansi 2,054 A. Secara teori radiasi ultraviolet berada pada rentang 280 320 nm
untuk UV-B dan pada rentang 320-400 nm untuk UV-A. Sedangkan hasil pengukuran
menunjukkan serapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 381,5 nm. Hal ini
menunjukkan bahwa sunscreen lotion Citra Hand Body Lotion Long Lasting White hanya
menyerap radiasi pada panjang gelombang 381,5 nm atau hanya menyerap radiasi UV-A.
Sunscreen lotion sering mengandung suatu senyawa EPMS (Etil Para Metoksi
Sinamat). EPMS dianggap senyawa yang baik untuk menyerap radiasi yang dipancarkan oleh
matahari yang berupa sinar ultraviolet. Hasil pengukuran serapan panjang gelombang EPMS
dari instrumen UV-Vis Spektrofotometer, memperoleh kurva rekaman yang ditunjukkan
sebagai berikut.

Gambar 8. Kurva Absorbansi EPMS

Dari kurva absorbansi di atas dapat dilihat bahwa absorbansi dari senyawa EPMS
menunjukkan serapan maksimum Etil p-metoksisinamat yang terjadi pada panjang gelombang
310,5 nm dengan absorbansi 1,359. Dibandingkan dengan sunscreen lotion (Citra) panjang
7

gelombang EPMS lebih tinggi, hal ini menunjukkan sunscreen lotion tersebut hanya mampu
menyerap radiasi ultraviolet yang berupa UV-A sedangkan UV-B tidak..
SIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Absorbansi dari larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M
diperoleh kurva yang linier dimana persamaan garis linier yang didapat adalah y = 9,9x
0,032
2. Sunscreen lotion (vaseline) kurang efektif dalam memberikan perlindungan terhadap kulit
dari sinar ultraviolet. Karena memiliki panjang gelombang maksimum 259,5 nm dimana
panjang gelombang ini lebih kecil dariapad panjang gelombang dari EPMS yaitu 310,5
nm
DAFTAR RUJUKAN
Abbas, Asmi. 2003. Identifikasi dan Pengujian Stabilitas Pigmen Antosianin Bunga Kana
(Canna coccinea mill.) serta Aplikasinya pada Produk Pangan. http://studentresearch.umm.ac.id/index.php/ dept_of_agribisnis/ article/view/3235. diakses tanggal
7 Maret 2012
Anonim.
http://mipequenosanctuario.blogspot.com. Diakses tanggal 8 Maret 2012
Fessenden, Ralph dan Joan Fesseanden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hart. 2003. Organical Chemistry. United States : Mac Graw Hill
Muderawan, I Wayan. 2010. Analisis Instrumen. Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia,
UNDIKSHA.
Tanjung, Mulyadi. 1999. Senyawa Tabir Surya yang Efektif dengan Bahan Baku Senyaea
Aktif dari Rimpang Kencur (Kaempferia galang L). Fakultas MIPA: Universitas
Airlangga.
Wachtendonk. 2005. CHEME 2000+. Bamberg: C.C. Buchner

Vous aimerez peut-être aussi