Vous êtes sur la page 1sur 3

ADHD merupakan singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yaitu

sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya


menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian. Kondisi ini dulunya
sikenal dengan ADD atau Attention Deficit Disorder.
ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja bahkan pada
orang dewasa. Namun gejalanya biasanya mulai berkembang pada masa kanakkanak dan berlanjut hingga dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen anak-anak
atau anak usia sekolah yang mengalami kondisi ini. Tanpa penanganan yang tepat,
ADHD dapat menimbulkan konsekuensi yang serius seperti mal-prestasi (underachievement), kegagalan di sekolah atau pekerjaan, susah menjalin hubungan atau
interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang parah, dan juga depresi kronis.

Gejala ADHD
Pedoman Identifikasi
Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang
di keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan Mohamad
sugiarmin PLB 2007
kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu
kepada
DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun
2005)
sebagai berikut:
A I . Kurang Perhatian
Pada kriteria ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari
gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai
suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
a) seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau
membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah clan kegiatankegiatan
lainnya,
b) seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap
tugastugas atau kegiatan bermain,
c) seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,
d) seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi clan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena
perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi),
e) seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan,
f) seringkali kehilangan barangf benda penting untuk tugas-tugas clan kegiatan,
misalnya
kehilangan permainan;kehilangan tugas sekolah;kehilangan pensil, buku, dan alat
tulis lain,
g) seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan
tugastugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti
menyelesaikan
pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah,
h) seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan

i) seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.


A2. Hiperaktivitas Impulsifitas
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang
maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
a) seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di
kursi,
b) sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya di
mana diharapkan agar anak tetap duduk,Mohamad sugiarmin PLB 2007
c) sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini
tidak tepat. (Pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah
yang subjektif),
d) sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang,
e) sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor', dan
sering berbicara berlebihan.
Impulsivitas
a) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesal.
b) Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.
c) Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya
rnemotong pembicaraan atau permainan.
B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.
C. Ada suatu gangguan di dua atau lebih seting/situasi.
D. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosia!,
akademik, atau pekerjaan.
E. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan
psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lainnyaBertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di
tengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya, dsb.
Selain ketiga gejala di atas, terdapat juga beberapa gejala lain yang bisa terjadi
pada penderita ADHD, antara lain:
Menunjukkan sikap menentang atau melanggar peraturan
Susah untuk bersosialisasi dengan orang lain
Kurangnya rasa percaya diri
Kemampuan mengorganisasi yang buruk
Cepat bosan
Gelisah
Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan
Penyebab ADHD
Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu,
terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:

Faktor genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD
memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter)
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol
perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang
tidak menderita ADHD.
Pengobatan dan Penanganan ADHD
Walaupun kondisi ini tidak bisa disembuhkan, terdapat beberapa tindakan atau
penanganan bagi penderita ADHD. Pengobatan di sini berarti tindakan atau strategi
untuk membantu mengontrol gejala-gejala ADHD. Tujuannya adalah membantu
penderitanya meningkatkan kemampuan sosial, meningkatkan kemampuan dalam
belajar/bekerja, meningkatkan rasa percaya diri anak, dan menjaga penderitanya
dari tingkah laku yang dapat membahayakan diri sendiri.
Pengobatan bagi penderita ADHD bisa berupa obat-obatan ataupun terapi. Obatobatan yang sering diberikan oleh dokter biasanya berupa stimulan, yang
digunakan untuk membantu mengontrol sikap hiperaktif dan impulsif pada anak,
serta membantu meningkatkan fokus atau perhatian.
Penanganan berupa terapi (psikoterapi) juga umum diberikan pada penderita ADHD.
Terapi yang diberikan bisa berupa pelatihan kemampuan sosial, modifikasi tingkah
laku (behavior), dan juga terapi kognitif. Orang tua dan keluarga juga biasanya akan
diberikan pelatihan berupa pengenalan terhadap ADHD, cara menghadapi gejala
ADHD pada anak, pendekatan-pendekatan yang digunakan, ataupun berupa
support bagi orang tua yang memiliki anak penderita ADHD.

Vous aimerez peut-être aussi