Vous êtes sur la page 1sur 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu di dunia berisiko untuk cedera atau trauma yang dapat
mengakibatkan luka. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan
antar jaringan seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf, dan tulang.1
Di seluruh dunia, diperkirakan 5 juta orang meninggal akibat cedera
pada tahun 2000. Cedera mewakili 9% kematian di seluruh dunia dan 12%
dari beban penyakit.1 Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan
tenggara kota London, didapatkan 425 pasien dirawat oleh karena kekerasan
fisik yang disengaja. Sekitar 90% mengalami luka yang serius. Luka-luka
disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%), bermacam-macam senjata
(17%), pisau dan pecahan kaca (15%), serta sisanya disebabkan oleh gigitan
manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. 2 Hal ini didukung
oleh studi di Howard University Hospital, bahwa dari tahun 1994 sampai
2005, terdapat peningkatan kasus trauma, dengan presentasi trauma atau luka
akibat benda tumpul selalu lebih banyak yaitu sebesar 72% dibandingkan luka
akibat benda tajam sebesar 28%.3
Jenis benda yakni, tajam dan tumpul menentukan jenis luka yang
terjadi. Dalam ilmu perlukaan, dikenal trauma tumpul dan tajam. Trauma
tumpul ialah luka pada permukaan tubuh yang diakibatkan oleh benda-benda
tumpul. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau
senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan
yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. 4 Trauma
ini dapat menyebabkan tiga macam luka, yaitu luka memar (contusio), luka
lecet (abrasio), dan luka robek (vulnus laceratum). Sedangkan trauma tajam
ialah luka pada permukaan tubuh akibat benda-benda tajam. Trauma ini dapat
menyebabkan luka iris (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum), dan
luka bacok (vulnus caesum).1

Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik, di


mana dokter dalam hal ini pada hakikatnya diwajibkan untuk dapat
memberikan penjelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis
kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.1 Selain itu, guna
membantu penegak hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana
kekerasan yang menimpa tubuh seseorang, dokter juga dapat membantu dalam
menentukan luka apakah terjadi saat seseorang masih hidup (intravital) atau
sudah meninggal (post mortem) dan apakah luka tersebut yang menjadi
penyebab kematian.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, pemahaman tentang
perlukaan sangat penting untuk diketahui oleh calon dokter maupun dokter
terutama dalam bidang forensik, sehingga penulis membahas tentang
perlukaan khusunya luka akibat benda tajam dan tumpul.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, dibuat perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan luka ?
2. Apakah klasifikasi dari luka ?
3. Bagaimana proses mekanisme terjadinya luka ?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya jenis-jenis luka tajam dan tumpul ?
5. Apakah perbedaan antara jenis-jenis luka tajam maupun tumpul yang
terjadi pada masa intravital dengan postmortem ?
6. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari luka.
2. Mengetahui klasifikasi dari luka.
3. Mengetahui proses mekanisme terjadinya luka.
4. Mengetahui mekanisme terjadinya jenis-jenis luka tajam dan tumpul.
5. Mengetahui perbedaan antara jenis-jenis luka tajam maupun tumpul yang
terjadi pada masa intravital dengan postmortem.

6. Mengetahui proses penyembuhan luka.


D. MANFAAT PENULISAN
Menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca untuk dapat lebih
memahami hal-hal yang berhubungan dengan perlukaan akibat benda tajam
dan tumpul.
Membantu penegak hukum dalam mencari titik terang tindak pidana
kekerasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

LUKA
1.
Pengertian
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh
akibat kekerasan.5 Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat
menimbulkan efek pada fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa lukaluka, yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat diketahui jenis
penyebabnya, yaitu:6
a. Benda-benda mekanik (benda tajam, benda tumpul).
b. Benda-benda fisik (benda bersuhu tinggi, benda bersuhu rendah,
sengatan listrik, petir dan barotraumas).
c. Kombinasi benda mekanik dan fisik (senjata api).
d. Zat-zat kimia korosif (golongan asam dan golongan basa)
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :7
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
b. Respon stres simpatis.
c. Perdarahan dan pembekuan darah.
d. Kontaminasi bakteri.
e. Kematian sel
2.

Klasifikasi Luka
a.

Berdasarkan Kedalaman dan Luas Luka8


1) Stadium I : Luka Superfisial Non-Blanching Erithema : yaitu
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2) Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,
blister atau lubang yang dangkal.
3) Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,

dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.

Gambar 1. Klasifikasi Luka Berdasarkan Kedalaman dan Luas.9


b.

Berdasarkan Hubungan dengan Dunia Luar


1) Luka Tertutup
Luka yang berhubungan tidak dengan dunia luar.
Contoh : Luka memar dan Luka lecet
2) Luka Terbuka
Luka yang berhubungan dengan dunia luar.
Contoh : Luka iris, luka tusuk, luka bacok, dan luka robek.

c.

Berdasarkan Kekerasan Benda


1)
Luka akibat benda tajam
a) Luka iris (incised wound)
b) Luka tusuk (stab wound)
c) Luka bacok (chop wound)
2)
Luka akibat benda tumpul
a) Luka lecet (abrasio)
b) Luka memar (kontusio)

c) Luka robek (laserasio)


3.

Mekanisme Luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas
jaringan atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika.
Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = massa x kecepatan.
Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan
menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala
dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan
kekuatan. Kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada
daerah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada
jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung
pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama
pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak
menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran. Kerusakan yang terjadi
tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target
jaringannya.11

Gambar 2. Mekanisme Luka11


6

4.

Umur Luka6
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur
luka. Tidak ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan
tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup atau mati) dilakukan
mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan
darah, atau penyakit defisiensi).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu
dengan melakukan:
a. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan dengan

mata

telanjang

atas

luka

dapat

memperkirakan berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup,


perkiran dihitung dari saat trauma sampai saat diperiksa dan pada
korban mati, mulai dari saat trauma sampai saa kematiannya.
Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat
diperkirakan dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.
Mula-mula akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan
inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna
tersebut berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan. Pada luka robek atau terbuka dapat
diperkirakan umurnya dengan mengamati perubahan-perubahannya.
Dalam selang waktu 12 jam sesudah trauma akan terjadi
pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka akan
didominasi

oleh

tanda-tanda

inflamasi

dan

disusul

tanda

penyembuhan.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.
Selain berarti guna bagi penentuan intravitalitas luka, juga dapat
menentukan umur luka secara lebih teliti dengan mengamati
perubahan-perubahan histologiknya.
Infiltrasi perivaskular dari leukosit polimorfonuklear (PMN)
dapat dilihat dengan jelas pada kasus dengan periode-periode survival
sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel leukosit
mungkin dapat lebih dini lagi, bahkan beberapa menit sesudah trauma.
7

Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan


mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam. Epitelisasi baru terjadi hati
ketiga, sedang sel-sel fibroblas mulai menunjukkan perubahan reaktif
sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta
pembentukan kapiler-kapiler baru sangat variatif, biasanya jaringan
granulasi lengkap dengan vaskularisasinya akan terbentuk sesudah 3
hari. Serabut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5 hari
sesudah trauma.
Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan parut tampak pada
akhir minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma,
aktivitas sel-sel epitel dan jaringan di bawahnya mengalami regresi.
Akibatnya jaringan epitel mengalami atrofi, vaskularisasi jeringan di
bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut kolagen. Sampai
beberapa minggu sesudah penyembuhannya, serabut elastis masih lebih
banyak dari jaringan yang tidak terkena trauma.
Perubahan histologik dari luka sangat dipengaruhi oleh ada
tidaknya infeksi karena infeksi akan menghambat proses penyembuhan
luka.
c. Pemeriksaan Histokemik
Perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat
trauma adalah akibat dari fenomena fungsional yang sejalan dengan
aktifitas enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi
biologik.
Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat
dilihat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat
tertentu. Mula-mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan
menyertakan jaringan di sekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo
dari potongan itu difiksasi dengan mengunakan formalin 10% di dalam
refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam untuk
membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase. Separonya lagi
dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering guna
mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan aminopeptidase.

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase


dapat dilihat lebih dini setengah jam setelah trauma. Peningkatan
aktifitas aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedang
peningkatan acid phosphatase alkali phophatase sesudah 4 jam.
d. Pemeriksaan Biokemik
Meskipun pemeriksaan histokemik telah banyak menolong,
tetapi reaksi trauma yang ditunjukkan masih memerlukan waktu yang
relatif panjang, yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang
sering terjadi, korban mati beberapa saat sesudah trauma sehingga
belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.
Histamin dan serotinin merupakan zat vasoaktif yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada
stadium awal trauma, kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah
5.

trauma, sedangkan serotonin naik setelah 10 menit.


Luka Antemortem dan Postmortem
Untuk mengetahui suatu luka terjadi sebelum (antemortem) atau
sesudah seseorang mati (postmortem), maka perlu dicari ada tidaknya
tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi sebelum mati
dan demikian pula sebaliknya. Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya
merupakan tanda yang menunjukkan bahwa jaringan setempat masih
hidup ketika terjadi trauma

dan organ dalam masih berfungsi ketika

terjadinya trauma.
Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan
hidup ketika terjadi trauma antara lain :
a. Retraksi jaringan.
Terjadi karena serabut-serabut elastis di bawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka
memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan
menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka
bentuk luka tidak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk retraksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
1) Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa
eritema (kulit berwarna kemerahan), vesikel atau bula.
9

2) Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa


kontusio atau memar.
c. Reaksi mikroorganisme
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk dan
menimbulkan infeksi yang dapat memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Warna kemerahan.
2) Terlihat membengkak.
3) Terdapat pus.
4) Jika sudah lama maka akan terlihat jaringan granulasi
d. Reaksi biokimiawi
Jika tubuh dari orang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa:
1) Kenaikan kadar serotinin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah
trauma).
2) Kenaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit
sesudah trauma).
3) Kenaikan kadar enzim yang terjadi beberapa jam sesudah trauma
sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.
Tanda-tanda bahwa organ dalam (jantung dan paru) masih berfungsi saat
terjadi trauma antara lain:
a. Perdarahan Hebat (profuse bleeding)
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan
perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja terus-menerus
memompa darah lewat luka.Berbeda dengan trauma yang terjadi
sesudah mati sebab keluarnya darah secara pasif karena pengaruh
gravitasi sehingga jumlah darahnya tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital dibagi 2, yaitu internal dan
eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah
tertampung dirongga badan (rongga perut, rongga panggul, rongga
dada, rongga kepala dan kantong perikardium) sehingga dapat diukur
pada waktu otopsi. Perdarahan eksternal darah yang tumpah di tempat
kejadian, yang hanya dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi
ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ dalam pucat)
disertai tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak berisi
darah.

10

b. Emboli Udara
Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara
arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena
yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik,
seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subklavia. Udara akan
masuk ketika tekanan di jantung kanan negatif. Gelembung udara yang
terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru-paru
sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli
udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai
akibat dari tindakan pneumotorak artifisial atau karena luka-luka yang
menembus paru-paru. kematian dapat terjadi akibat gelembung udara
masuk pembuluh darah koroner atau otak.
c. Emboli Lemak
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai
jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang
panjang. Akibatnya jaringan jaringan lemak akan mengalami pencairan
dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah
paru-paru.
d. Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita
luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru
akan

masuk

ke

rongga

pleura

setiap

inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak


yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru
sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolap.
e. Emfisema kulit krepitasi
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk
paru-paru maka pada setiap ekspirasi udara, paru-paru dapat masuk ke
jaringan ikat di bawah kulit. Pada palpasi akan terasa ada krepitasi

11

disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika
trauma terjadi sesudah orang meninggal.
B.

LUKA AKIBAT BENDA TAJAM


Pengertian
Luka akibat benda tajam adalah putusnya atau rusaknya kontinuitas

1.

jaringan akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.
Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda tumpul.
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, seperti
golok, pisau, keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau
2.

3.

rumput.12
Ciri-Ciri Benda Tajam
Adapun ciri-ciri benda tajam adalah benda yang memiliki sudut, sisi,
ataupun ujung yang tajam.
Ciri-Ciri Luka Akibat Benda Tajam6
Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut:
a.
Garis batas luka biasanya teratur, tepinya
rata dan sudutnya runcing
b.

Bila ditautkan akan menjadi rapat dan

membentuk garis lurus atau sedikit melengkung.


c.
Tebing luka rata dan tidak ada jembatan
jaringan
d.
4.

Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada

memar
Macam-Macam Luka Akibat Benda Tajam
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka
tusuk, dan luka bacok.
a.
1)

Luka iris (incised wound)


Pengertian
Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan

2)

kemudian digeserkan sepanjang kulit sesuai dengan arah senjata.6


Ciri-ciri luka iris
Luka iris memiliki ciri-ciri:

12

a)

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat


senjata tajam.

b)

Panjang luka lebih besar dari dalamnya


luka.6

Gambar 3. Luka Iris13


3) Mekanisme terjadinya luka iris
Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda
tajam seperti pisau atau silet. Karena gerakan dari benda tajam
tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan
kedalaman

luka

dipengaruhi

oleh

gerakan

benda

tajam,

kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan yang terkena.


Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah
tepinya yang rata.
Luka iris dapat mengiris kulit, otot, dan pembuluh darah.
Tetapi pada umumnya tidak mempunyai cukup kekuatan untuk
membuat luka irisan yang dalam di dalam tulang. Jika luka irisan
mengenai tulang, maka pada umumnya kita melihat luka irisan
yang dangkal, juga dengan tepi yang rata dan ujung yang tajam.
Tapi disamping itu walaupun dangkal dapat menimbulkan bahaya
maut, jika luka irisan itu mengenai tempat-tempat dari pada tubuh
didalam mana terdapat pembuluh darah yang letaknya dangkal.
Sebagai contoh untuk hal ini, ialah misalnya luka pada leher, luka
pada lipatan siku, luka pada pergelangan tangan , luka pada lipatan
paha, dan lain-lain. Luka-luka pada tempat ini menyebabkan
banyak keluar darah atau hanya memasuki urat darah dan dapat
mengakibatkan kematian.14

13

4) Luka iris intravital dan postmortem


Tabel 1. Perbedaan Luka Iris Intravital dan Postmortem
Intravital
1. Banyak mengeluarkan darah
2. Berwarna merah darah

Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering

b.

Luka tusuk (stab wound)


1) Pengertian
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong
pada permukaan tubuh. Contoh: pisau, belati, bayonet, keris, clurit,
kikir.15
2) Ciri-ciri luka tusuk
a)
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam.
b)
Dalamnya luka lebih besar dari panjangnya luka.
c)
Sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,
apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu
sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti benda
penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua
sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda
d)

bermata dua.6
Panjang luka dapat menunjukkan lebar senjata maksimum yang
masuk.16

Gambar 4. Luka Tusuk13


3) Mekanisme terjadinya luka tusuk
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari
bentuk senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih
dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus
dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada
seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut,
14

maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan


terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan
panjang.14
4) Luka tusuk intravital dan postmortem
Tabel 2. Perbedaan Luka Tusuk Intravital dan Postmortem
Intravital
1. Banyak mengeluarkan
darah
2. Berwarna merah darah
c.

Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering

Luka bacok (chop wound)


1) Pengertian
Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang
cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.15
2) Ciri-ciri luka bacok:4
a) Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam.
b) Ukuran luka besar dan menganga.
c) Panjang luka kurang lebih sama dengan dalamnya luka.
d) Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut mengalami luka
3) Mekanisme terjadinya luka bacok
Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi
tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin tajam
instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet
yang dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, penipisan
terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat.14

Gambar 5. Luka Bacok17


Luka jenis ini terjadi jika senjata tajam yang berukuran relatif
besar diayunkan dengan tenaga yang sangat kuat sehingga mata
tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh yang
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan. Sebagaimana
15

telah disebutkan diawal jika permukaan benda yang tajam akan


mengakibatkan energi kinetik lebih terkonsentrasi. Oleh karena
luka bacok terjadi akibat benda tajam dan diayunkan dengan
kekuatan yang kuat, maka kerusakan yang terjadi dapat mencapai
otot dan pembuluh darah.
4) Luka bacok intravital dan postmortem
Tabel 3. Perbedaan Luka Bacok Intravital dan Postmortem
Intravital
1. Banyak mengeluarkan
darah
2. Berwarna merah darah

5.

Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering

Mekanisme Luka Iris, Luka Tusuk, dan Luka Bacok

16

Bagan. 1 Mekanisme Luka Iris, Luka Tusuk, dan Luka Bacok


C.

LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL


1.
Pengertian
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka. Benda
tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,
sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi
karena 2 sebab yaitu, alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang
yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau
alat yang tidak bergerak.12
2.

Ciri-Ciri Benda Tumpul11


a. Tidak bermata tajam.
b. Konsistensi keras / kenyal.
c. Permukaan halus / kasar

3.

Macam-macam luka akibat benda tumpul


a. Luka lecet (abrasio)
1)
Pengertian
Abrasi adalah luka yang terjadi akibat cedera pada
epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki

17

permukaan kasar. Luka lecet merupakan perlukaan paling


superfisial, kerusakan jaringan terbatas pada epidermis. Bila kulit
terkena trauma tumpul yang relatif ringan, maka epidermis akan
terluka. Bila kerusakan epidermis ini tidak terlalu dalam,
penyembuhan tidk akan melalui jaringan parut. Pembuluh darah
kapiler

dibawah

epidermis

dapat

ikut

terluka

sehingga

menimbulkan ekstravasasi. Darah atau serum dapat tampak keluar


dari epidermis yang terluka. Reaksi leukosit sudah dapat
diharapkan sejak 2 jam pasca trauma, sedangkan regenerasi epitel
mulai 24 jam.16 Secara sederhana, luka lecet atau abrasi dapat
dikatakan sebagai pengelupasan kulit. Abrasi yang sesungguhnya
tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat pada lapisan
dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel
di bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab
oleh karena cairan eksudat jaringan.18
Luka lecet dapat terjadi akibat berbagai macam benda seperti
benda kasar (terseret di jalan aspal), tali (gantung diri), benda
runcing (duri, kuku), ban mobil. Sesuai dengan mekanisme
terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai berikut:5
a) Luka lecet gores (scratch)
Luka yang diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser
lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan
menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan

arah

kekerasan

yang

terjadi. Arah

dari

pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua


tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah
dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah
hubungan

kedalaman

pada

luka

yang

menandakan

ketidakteraturan benda yang mengenainya.


b) Luka lecet serut (graze)

18

Merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah


persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Pada awal
luka lecet, tampak batas yang lebih tegas, sedangkan pada akhir
luka lecet, batas tidak tegas dan terdapat penumpukan kulit ari
yang tergeser.
c) Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka yang disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada
kulit.16
d) Luka lecet geser (friction abrasion)
Adalah luka yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit
disertai gerakan bergeser dimana epitel berkumpul pada pihak
yang berlawanan dengan arah trauma.16
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari
benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit
dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru
terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa
hari lalu, dan lebih dari beberapa hari. Efek lanjut dari abrasi
2)

sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Ciri-ciri luka lecet11
a) Sebagian/seluruh epitel hilang.
b) Permukaan tertutup eksudasi yang akan mengering (krusta).
c) Timbul reaksi radang (sel PMN).
d) Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut.

19

Gambar 6. Luka Lecet13


Memperkirakan umur luka lecet:
a) Hari ke 1-3: warna coklat kemerahan.
b) Hari ke 4-6: warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram.
c) Hari ke 7-14: pembentukan epidermis baru.
d) Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap.
3)

Mekanisme terjadinya luka lecet


Ketika benda yang memiliki permukaan kasar bersentuhan dengan
kulit, maka akan terjadi gesekan antara benda tersebut dengan
kulit. Gesekan ini akan mengakibatkan terkelupasnya lapisan
epidermis.

4)

Bagan. 2 Mekanisme Luka Lecet


Luka lecet intravital dan postmortem
Pada luka intravital, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti
kertas berwarna kecokelatan akibat keringnya permukaan yang
terpapar.19 Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna
kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna.11
Tabel 4. Perbedaan Luka Lecet Intravitsl dan Postmortem
Intravital

Postmortem

20

1.
2.
3.
4.

Coklat kemerahan
Terdapat sisa-sisa epitel
Tanda intravital (+)
Sembarang tempat
5. Pemeriksaan PA sisa
epithelium

1. Kekuningan
2. Epidermis terpisah
sempurna dari dermis
3. Tanda intravital (+)
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang
5. Pemeriksaan PA
epidermis terpisah
sempurna dari dermis

b. Luka memar (kontusio)


1)
Pengertian
Luka memar (bruise/contussion) adalah jenis kekerasan benda
tumpul (blunt force injury) yang merusak atau merobek pembuluh
darah kapiler dalam jaringan subkutan sehingga darah meresap ke
jaringan sekitarnya. Pada luka memar tidak harus terjadi kerusakan
kulit, namun daerah yang memar akan menjadi bengkak dan
berwarna merah kebiruan. Bila kekerasan benda tumpul yang
mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah jaringan longgar,
seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia,
maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan
kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan
longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah
yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.2
Lokasi memar tak selalu sama dengan lokasi trauma, contoh:
trauma pada dahi yang jaringan ikat dibawahnya jarang, memar
dapat terjadi di daerah kelopak mata.16

21

Gambar 7. Luka Memar13


2)

Memperkirakan umur luka memar :11


a) Hari ke 1

: terjadi pembengkakan warna merah


kebiruan.

b) Hari ke 2 3

: warna biru kehitaman.

c) Hari ke 4 6

: biru kehijauan-coklat.

d) Hari ke 7-10

: kuning.

e) > 1 minggu-4 minggu : menghilang/sembuh.


3)

Mekanisme terjadinya luka memar


Suatu kekerasan tumpul yang relatif

lunak dapat tidk

mengkibatkan ceder pada kulit atau epidermis. Karena, terjadinya


luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan
/kekerasan dengan energi yang cukup untuk menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah kapiler dibawahnya. Dimana
kerusakan pembuluh darah tersebut mengakibatkan perdarahan
dibawah epidermis, dermis ataupun di jaringan dan otot, 16 serta
dapat mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga
terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena
benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan
dan sel-sel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial.

22

Bagan. 3 Mekanisme Luka Memar

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya memar:11


a) Kebocoran pembuluh darah. Harus ada ruangan yang cukup
untuk darah yang keluar berakumulasi. Ini menjelaskna kenapa
memar lebih mudah terjadi pada skrotum daripada tumit
dimana jaringan jaringan fibrosanya padat. Karena banyaknya
jaringan subkutanea pada orang yang gemuk, mereka lenih
mudah terjadi memar daripada orang yang kurus jika faktor
lain seperti fragilitas pembuluh dan umur sama.

4)

b) Jumlah darah yang keluar.


c) Ruangan yang cukup.
d) Kedalaman memar yang terjadi.
e) Fragilitas pembuluh darah
Luka memar intravital dan postmortem6,11
Tabel 5. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
1.

Luka Memar
Di sembarang tempat

2.

Terjadinya akibat
kontusio jaringan-

1.

Lebam Mayat
Bagian tubuh yang
terendah

2.

Terjadinya akibat
23

kerusakan kapiler bawah

hemostasis dan gravitasi

kulit

3.

Pembengkakan (-)

3.

Pembengkakan (+)

4.

Tanda Intravital (-)

4.

Tanda Intravital (+)

5.

Ditekan Menghilang

5.

Ditekan tidak

6.

Apabila diiris dan

menghilang
6.

dialiri air : kulit akan

Apabila diiris dan dialiri

menjadi bersih
7.

air : tidak menghilang


7.

Terdapat sel PMN

Tidak terdapat sel


PMN tanpa ekstravasasi

dengan ekstravasasi

c. Luka robek (laserasio)


1)
Pengertian
Kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit yang
mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya dan
biasanya pada penyembuhan meninggalkan jaringan parut.15
Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :
a) Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat
kecil sehingga untuk pemeriksaanya kadang dibutuhkan
bantuan kaca penbesar.
b) Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada
daerah bagian dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf.
c) Tidak

adanya

luka

dibawahnya,terutama

lurus
jika

yang

yang

tajam

terluka

pada

tulang

daerah

tulang

tengkorak.
d) Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut
tersebut akan terdapat pada luka.
Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian

24

kuatnya hingga melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih


dimungkinkan

bila

arah

dari

kekerasan

tumpul

tersebut

membentuk sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda


2)

3)

tumpul.
Ciri-ciri luka robek6
a) Bentuk luka umumnya tidak beraturan.
b) Tepi atau dinding luka tidak rata.
c) Tampak jembatan jaringan.
d) Bentuk dasar luka tidak beraturan.
e) Sering tampak luka lecet atau memar di sisi luka.

Gambar 8.Luka Robek13


Mekanisme terjadinya luka robek
Luka robek terjadi jika terdapat suatu benda tumpul yang
dibenturkan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan
kerusakan pada seluruh lapisan kulit, bahkan jika kekuatan tersebut
sangat kuat dapat juga mengakibatkan patahnya tulang.

25

4)

Bagan 4. Mekanisme Luka Robek


Luka robek intravital dan postmortem
Tabel 6. Perbedaan Luka Robek Intravitsl dan Postmortem
Intravital
Banyak mengeluarkan darah

D.

Postmortem
Sedikit mengeluarkan darah

PROSES PENYEMBUHAN LUKA20,21,22


1.

Pengertian
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan
yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu
kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu
regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel
yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan
repair

adalah

tipe

penyembuhan

yang

biasanya

menghasilkan

terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks


daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer,
sekunder dan tersier.

26

a.

Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1) Fase Inisial (3-5 hari)
Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai
pertumbuhan sel.
2) Fase Granulasi (5 hari 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi
kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan
mengandung pembuluh darah.
3) Fase Kontraktur Scar ( 7 hari beberapa bulan )
Serabut-serabut

kolagen

terbentuk

dan

terjadi

proses

remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan


kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa
ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya
terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan
pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi.

b.

Intension Sekunder
Luka yang terjadi dari trauma, laserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan
jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi
inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.

c.

Intension Tersier
Merupakan intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan
jaringan granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang
terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan.
Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka
dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit.
Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan
lebih dalam daripada intension primer atau sekunder

27

Gambar 9. Bentuk Penyembuhan Luka23


Berdasar kemampuan untuk regenerasi sel tubuh dibagi 3 golongan :
a. Sel labil : dapat berproliferasi terus, mengganti sel yang lepas / mati
secara aktif. Contoh : epidermis, epitel pelapis rongga mulut, saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran genetalia, epitel pelapis
duktus, mukosa usus, sel-sel sumsum tulang dan jaringan limfoid.
b. Sel stabil: mampu regenerasi (tidak aktif), dalam kondisi normal tidak
bertambah. Contoh: sel endotel dan otot polos, sel parenkim semua
kelenjar tubuh, termasuk hati, pankreas, kelenjar liur, kelenjar
endokrin, sel tubuli ginjal, kelenjar kulit.
c. Sel permanen: rusak berarti kerusakan tetap dan selalu disusul dengan
jaringan parut. Contohnya seperti sel neuron, sel otot, miokardium.
Atas dasar pembentukan jaringan granulasi, ada 2 bentuk pemulihan
/penyembuhan :
a.

Penyembuhan primer.
1) Berlangsung cepat mencapai kesembuhan.

28

2) Reaksi radang hampir hilang seluruhnya.


b.

Penyembuhan sekunder
1) Berlangsung lambat (faktor luas kerusakan, banyaknya sel nekrotik
dan eksudat).
2) Hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut & kehilangan
banyak fungsi khas

2.

Gambar 10. Penyembuhan Luka11


Fase Penyembuhan Luka
a. Luka Terbuka
Berdasarkan uraian diatas yang termasuk luka terbuka adalah
luka iris, luka tusuk, luka bacok dan luka robek. Adapun proses
penyembuhannya terdiri dari 3 proses yaitu:
1) Fase Inflamasi (1-4 hari)
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler
yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak.
Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri
untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal
fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya
platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi
vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi
vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler
29

vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan


menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu
akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local
sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi
vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali
menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi
edema pada 4-12 jam.
b. Eksudasi ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama
netrofil) ke ekstra vaskuler pada rentang waktu 30 menit-4 jam.
Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri
di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel
makrofag yang berperan lebih besar dalam fagositosis pada rentang
waktu 12-24 jam jika dibanding dengan netrofil pada proses
penyembuhan luka. Sekitar 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah
leukosit sampai maksimal sekitar 48 jam. Setelah itu perbaikan
dimulai, fibroblast muncul, pembuluh darah baru mulai terbentuk,
untuk membuat jaringan granulasi. Fungsi makrofag disamping
fagositosis adalah:
a) Sintesa kolagen.
b) Pembentukan

jaringan

granulasi

bersama-sama

dengan

fibroblast.
c) Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi.
d) Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

30

Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat


infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas,
keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase
inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit,
edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari
ke-4.

Gambar 11. Fase Inflamasi20

Bagan 5. Mekanisme Fase Inflamasi


2) Fase Proliferatif (5-20 hari)
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan

31

proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan,


yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk
struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi
jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan),
pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di
matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan
aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka,
kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan
beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin
dan

profeoglycans)

yang

berperan

dalam

membangun

(rekonstruksi) jaringan baru.


Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal
bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan
dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu
kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di
dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi,
sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya
disebut fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas terhadap
proses fibroplasia adalah:
a) Proliferasi
b) Migrasi
c) Deposit jaringan matriks
d) Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler
baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferasi
proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit
(diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid)
mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya

32

ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi


kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen
dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah
luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen.
Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses
terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh
platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas
mengeluarkan keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan
dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai
dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi
permukaan

luka.

Dengan

sintesa

kolagen

oleh

fibroblas,

pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya


dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis.
Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas
akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai
kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi
akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan
dengan defek luka minimal. Sekitar 3-6 hari terjadi pertumbuhan
epidermis dan 10-15 hari epidermis menjadi tipis dan datar.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan
kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan
dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet.

33

Gambar 12. Fase Proliferasi20

Bagan 6. Mekanisme Fase Proliferatif


3) Fase Maturasi (21 hari-1 bulan/tahunan)
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan
berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi
adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi
jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah
mulai meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari
jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat
fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan
parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada

34

minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah


dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi.
Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan
kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous
collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah
menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur
yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang
dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan
jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang
berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan
selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit
dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan
luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang
dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing
individu, lokasi serta luasnya luka.

Gambar 13. Fase Maturasi20

35

Bagan 7. Mekanisme Fase Maturasi


Fase Penyembuhan
Hemostasis

Waktu
Segera

Inflamasi
Proliferasi

Neutrofil
Hari 1-4

Granulasi
Kontraktur

Sel-sel yang berperan


Platelet

Makrofag
Limfosit

Hari 4-21

Fibroblas
Keratinosit

Remodeling

Hari 21-2 tahun

Fibrosit

Gambar 14. Fase Penyembuhan Luka Berdasarkan Waktu dan


Sel yang Berperan22
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah:
1) Usia

36

Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan


penyembuhan jaringan
2) Faktor Lokal
Besar kecilnya luka, lokalisasi luka, bentuk luka, dan kebersihan
luka.
3) Koagulasi
Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat
penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan tolak dan dasar
fase inflamasi.
4) Gizi
Keadaan gizi kurang mempengaruhi sistem imun.
5) Penyakit Kronis
Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem
imun.
6) Keganasan
Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan gangguan sistem imun
yang akan mengganggu penyembuhan luka.
7) Infeksi
Menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga
akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka.
8) Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan
luka.
9) Hematoma
Merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi
jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu

37

untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses


penyembuhan luka.
10) Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit, yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan pus.
11) Iskemia
Merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini
dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga
terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
darah itu sendiri.
12) Diabetes
Hambatan

terhadap

sekresi

insulin

akan

mengakibatkan

peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.


Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
13) Pengobatan
Obat-obatan

seperti,

steroid

akan

menurunkan

mekanisme

peradangan normal tubuh terhadap cedera, antikoagulan akan


mengakibatkan perdarahan.
14) Kebersihan diri/Personal Hygiene
Kebersihan

diri

seseorang

akan

mempengaruhi

proses

penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui


luka bila kebersihan diri kurang.
15) Vaskularisasi: proses penyembuhan berlangsung cepat, sementara
daerah

yang

memiliki

vaskularisasi

kurang

baik

proses

penyembuhan membutuhkan waktu lama.


16) Pergerakan

38

Daerah yang relatif sering bergerak, penyembuhan terjadi lebih


lama.

Gambar 15. Fase Penyembuhan Luka22


b. Luka Tertutup
Berdasarkan uraian di atas yang termasuk dalam luka tertutup adalah
luka memar dan luka lecet. Adapun proses penyembuhan masingmasing luka tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Luka Memar
Pada memar, yang terjadi adalah kerusakan pembuluh
darah, sehingga hematom yang terbentuk pecah oleh pengaruh
enzim jaringan dan infiltrasi sel. Hal tersebut menyebabkan sel
darah merah ruptur sehingga Hb diuraiakan. Proses penguraian
tersebut menyebabkan perubahan warna memar. Maka proses
penyembuhannya sesuai dengan proses penyembuhan pembuluh
dalah. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
a) Terjadi respon pada sistem vaskular dimana pembuluh darah
akan mengalami vasokonstriksi sebagai respon rusaknya
pembuluh darah.

39

b) Setelah itu terjadi respon trombosit, dimana pad pembuluh


darah yang rusak/terpotong/robek trombosit akan melekat guna
membentuk sumbat trombosit.
c) Selanjutnya terjadi proses koagulasi
d) Proses yang terakhir adalah terjadinya fibrinolisis sehingga
2)

darah dapat mengalir kembali secara normal.18


Luka Lecet (abrasi)
a) Formasi keropeng
Serum, sel darah merah, dan fibrin terdeposit di atas luka.
Setelah 4-6 jam terjadinya luka, terjadi infiltrasi sel
polimorfonuklear (PMN) di perivaskular. Setelah 8 jam
terbentuk zona infiltrasi PMN yang mendasari area epitel yang
luka. Setelah 12 jam terbentuk 3 lapisan, yaitu lapisan
permukaan yang tersusun atas fibrin dan sel darah merah, pada
lapisan yang lebih dalam terbentuk infiltrasi PMN, dan lapisan
yang terakhir terdiri atas kolagen. Setelah 12-18 jam, lapisan
terakhir terinfiltrasi PMN secara progresif.
b) Regenerasi epitel
c) Granulasi sub-epidermal dan hiperplasia epitel
Granulasi sub epidermal mulai terlihat selama hari ke-5 sampai
ke-8. Hal tersebut terjadi setelah epitel melapisi luka. Infiltrasi
perivaskular dan sel radang kronik saat ini mulai terlihat. Epitel
mulai mengalami hiperplasia secara progresif, dengan adanya
keratin. Proses tersebut mulai menonjol setelah hari ke 9-12
setelah perlukaan.
d) Regresi epitel dan granulasi jaringan
Proses ini dimulai pada hari ke-12. Selama fase ini tejadi
remodeling epitel dan epitel tersebut menjadi lebih tipis bahkan
mengalami atropi. Kolagen yang mulai terlihat pada fase
terakhir granulasi sub epidermal, pada saat ini mulai menonjol.
Disini terdapat membran dasar yang jelas dan pendarahan di
dermis meningkat.19

40

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.

Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh


akibat kekerasan.

2.

Klasifikasi luka dapat dibagi berdasarkan tingkat kedalaman dan


luas luka, dan kekerasan benda.

3.

Mekanisme terjadinya luka bergantung pada efek dari kekuatan


mekanis benda yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan
penekanan, penarikan, perputaran pada tubuh. Selain itu, terjadinya
luka juga dipengaruhi dari jenis benda apakah benda tajam atau tumpul
dan target jaringannya.

41

4.

Secara mekanis, jenis penyebab luka dapat dibedakan atas luka


tajam dan luka tumpul. Luka tajam dapat menyebabkan luka iris, luka
tusuk dan luka bacok. Sedangkan luka tumpul dapat menyebabkan
luka memar, luka lecet dn luka robek.

5.

Proses penyembuhan luka dapat dibedakan atas penyembuhan luka


terbuka dan tertutup. Penyembuhan luka terbuka terdiri dari tiga fase
yaitu

fase

inflamasi,

proliferasi,

dan

maturasi.

Sedangkan

penyembuhan luka tertutup dibedakan untuk luka memar dan lecet.


Pada luka memar terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sebagai
respon rusaknya pembuluh darah kemudian terjadi respon dari
trombosit guna membentuk sumbat trombosit selanjutnya proses
koagulasi dan terakhir terjadi fibrinolisis sehingga darah dapat
mengalir kembali secara normal. Pada luka lecet terjadi proses
penyembuhan melalui fase formasi keropeng, regenerasi epitel,
granulasi subepitel dan hiperplasia epitel, dan regresi epitel dan
granulasi jaringan.

B. SARAN
1.

Bagi mahasiswa
Diharapkan selalu menambah pengetahuan tentang luka, klasifikasi
luka. Mekanisme luka, sampai dengan proses penyembuhan luka baik
luka akibat benda tajam maupun luka tumpul, sehingga mahasiswa
mampu mendeskripsikan luka yang berguna dalam proses pembuatan
Visum et Repertum saat menjadi dokter di masa depan.

2.

Bagi dokter
Diharapkan dokter menambah pengetahuan dan ketrampilannya dalam
penatalaksanaan luka akibat benda tajam dan tumpul, sehingga mampu
memberi penatalaksanaan yang tepat bagi setiap luka, selain itu dokter
mampu membuat deskripsi luka dalam Visum et Repertum yang
berguna dalam sebuah proses hukum.

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Kauvar D, Wade CE. The epidemiology and modern management of


traumatic hemorrhage: US and international perspectives. Critical Care
serial
online.
2005;9.
Available
from
:
http://www.biomedcentral.com/content/pdf/cc3779.pdf
[cited
20
September 2010]
2. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme biomolekuler luka memar.
2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomolmemar_rev.pdf. [cited : 24 September 2010]
3. Lyn-Sue J, Siram S, Williams D, and Mezghebe H. Epidemiology of
trauma deaths in an urban level-I trauma center predominantly among
African Americans implications for prevention. Journal of the National
Medical Association serial online. 2006;12(98). Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2569687/pdf/jnma001990060.pdf [cited : 24 September 2010]

43

4. Lestari,
C.
Trauma
tumpul.
2009.
Available
from
:
http://cintalestari.wordpress.com/2009/11/22/trauma-tumpul/ [cited : 23
September 2010]
5. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilmu kedokteran forensik edisi pertama. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997;37-54.
6. Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak
hukum. Semarang:Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2004;67-91.
7. Nugraha A. Penyembuhan luka. 2009. Available from
http://cupu.web.id/pengertian-luka-wound-dan-wound-healing-prosespenyembuhan-luka/ [cited : 19 September 2010]

8. Nadjeeb.
Wound
healing.
Available
from
:
http://gardenrain.wordpress.com/2009/11/page/2/ [cited : 23 Septeber
2010]
9. Martin, Glenn, Porth, Carol, Mattson. Wound classification. 2009.
Available from : http://gardenrain.wordpress.com/category/woundclassification/ [cited : 19 September 2010]
10. Mirzal Tawi. Proses penyembuhan luka. 2008. Available from :
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/proses-penyembuhan-luka/
[cited : 20 September 2010]
11. Anonim.
Patofisiologi
luka.
2010.
Available
from
:
http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.htm
[cited : 20
september 2010)
12. Apuranto,
Hariadi.
Luka
tajam.
2010.
Available
at
:
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA
%20TAJAM.pdf [cited : 09 Juni 2010]
13. Jay Dix. Color atlas of forensic pathology. USA:CRC Press LLC; 2000
14. Enda Riandi. Luka memar. (http://endariandi.blogspot.com/2010/07/1/luka
memar.html)
15. A. Munim Idris. Pedoman ilmu kedokteran forensik edisi pertama..
Jakarta:Binarupa Aksara; 1997;
16. Budi S dan Zulhasmar S. Peranan lmu forensik dalam penegakan hukum.
17. M. Ragbir, T. Ali, V. Naraynsingh, M. Ramdass, S. Romany & F.
Mohammed. The use of loupe magnification in microsurgery in the third

44

world: a trinidad experience. The Internet Journal of Surgery serial online.


2001:2(2).
Available
from:
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_surgery/volume_2_
number_2_54/article_printable/the_use_of_loupe_magnification_in_micro
surgery_in_the_third_world_a_trinidad_experience.html [cited : 23
September 2010]
18. Knight B. Forensic pathology second edition. USA:Oxford University
press, inc; 1996:133-70.
19. DiMaio J, DiMaio V. Forensic pathology second edition. USA:crc press
LLC; 2001.
20. Dandy Restiza. Proses penyembuhan luka. 2010. Available from :
http://hmkuliah.wordpress.com/2010/06/14/penyembuhan-luka/ [cited : 19
September 2010]
21. Anonim.
Wound
healing.
Available
from
:
http://www.healthyfellow.com/category/nutrition/woundhealing [cited : 20
September 2010]
22. Martin, Glenn and Porth, Carol, Mattson. Wound healing pathophysiology.
2009.
Available
from
:
http://gardenrain.wordpress.com/2009/11/12/wound-healingpathophysiology/ [cited : 20 September 2010]
23. http://creasoft.files.2008/04/luka1.jpg

45

Vous aimerez peut-être aussi