Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal, umumnya


disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus dan
selanjutnya dapat diikuti oleh bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinus sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis
Yang paling sering terkena adalah sinus maksila dan etmoid. Sinus dapat
berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi ke orbita dan intra cranial, serta
menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.
Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia,
terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan
konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari
sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar.
Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung
dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau
sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih
dari 30 juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang
paling umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak
kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan
setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya
dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat. Sinusitis
adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus
meningkat prevalensinya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi Dan Fisiologi Sinus


Terdapat delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing
sisi hidung: sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri
(anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore)
dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di
rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior
dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus
semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid
anterior.
Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang
bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran
jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum
terbentuk.
Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior
dan konka media ter-dapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
Fungsi sinus paranasal adalah :

Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat


rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus
maka pertumbuhan tulang akan terdesak.

Sebagai pengatur udara (air conditioning).

Peringan cranium.

Resonansi suara.

Membantu produksi mukus.

a. Sinus Maksilaris
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris
arcus I.

Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang


apexnya pada pars zygomaticus maxillae.
Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang
dewasa.
Berhubungan dengan :
a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis)
sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.
b.

Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.

c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.


b. Sinus Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV.
Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 715 cellulae,
dindingnya tipis.
Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung
dan mata
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina
cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah
cranial (meningitis, encefalitis dsb).
b.

Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan


operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke
daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.

c. Nervus Optikus.
d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.
c. Sinus Frontalis
Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.
Volume pada orang dewasa 7cc.

Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).


Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.
b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta.
c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.
d. Sinus Sfenoidalis
Terbentuk pada fetus usia bulan III.
Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
Volume pada orang dewasa 7 cc.
Berhubungan dengan :
a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.
b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.
c. Tranctus olfactorius.
d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)

Gambar 2.1 Anatomi sinus

Gambar 2.2 Anatomi Sinus

Sinusitis
A. Definisi
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal,

2.2.

umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut


rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang
merupakan infeksi virus dan selanjutnya dapat diikuti oleh bakteri. Bila

mengenai beberapa sinus disebut multisinus sedangkan bila mengenai


semua sinus paranasal disebut pansinusitis
Yang paling sering terkena adalah sinus maksila dan etmoid. Sinus
dapat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi ke orbita dan intra
cranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.
B. Epidemiologi
Sinusitis

adalah

penyakit

yang benyak ditemukan di

seluruh

dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab,
dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi
yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis
dengan insiden yang terbesar.
Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa

penyakit

hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat
utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di
Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita sinusitis.
Virus adalah penyebab sinusitis akut yang

paling umum

ditemukan.

Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien


dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap
tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya
dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat.
Sinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin
akan terus meningkat prevalensinya

C. Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya sinusitis antara lain:
1. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
2. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi
virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan

berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi


infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur.
Kadang infeksi

jamur

bisa

menyebabkan

sinusitis

akut.

Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada


penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu,
sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.
4. Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian
pula halnya pada penderita rinitis vasomotor.
5. Penyakit tertentu.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem
kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis
kistik). Selain itu sinusitis juga bisa disebabkan oleh penyakit Asma
dan penyakit alergi (misalnya rinitis alergika).

Selain faktor tersebut diatas, pada anak-anak hipertropi adenoid


merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan
adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan
sinusitisnya. Hipertropi adenoid dapat didiagnosa dengan foto polos leher
posisi lateral.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi,
udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok, keadaan ini lama-lama
akan menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
D. Klasifikasi
1. Secara klinis sinusitis dibagi atas :
Sinusitis akut
Sinusitis subakut
Sinusitis Kronis
2.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :


Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala
sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat
menyebabkan sinusitis

Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang


sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre
molar dan molar)
Konsensus internasional tahun 1995 membagi sinusitis menjadi

sinusitis akut dan kronik, sinusitis akut dengan batas 8 minggu dan
sinusitis kronik jika lebih dari 8 minggu. Konsensus tahun 2004 membagi
menjadi akut dengan batas 4 minggu, sub akut antara 4 minggu sampai 3
bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan.
Sinusitis kronik umumnya merupakan kelanjutan dari sinusitis akut
yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya faktor
predisposisi harus dicari dan diobati secara tuntas.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada sinusitis biasanya sangat bervariasi. Sinusitis
maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran nafas atas yang
ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum merupakan
predisposisinya. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam,
malaise, nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi
terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau
turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk, serta nyeri pada perkusi dan palpasi. Sekret mukopurulen dapat
keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif nonproduktif
seringkali ada. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya pus dalam hidung,
biasanya dari meatus media, atau pus dalam nasofaring sinus maksilaris
terasa nyeri pada perkusi dan palpasi.
F. Patofisiologi
Dalam

keadaan

fisiologis,

sinus

adalah steril. Sinusitis

dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus
menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus
negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok
untuk pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena
virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka
terjadilah sinusitis.

Pada

dasarnya

patofisiologi

oleh 3 faktor, yaitu obstruksi

dari

drainase

sinusitis
sinus

di

pengaruhi
(sinus ostia),

kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar
episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian
besar menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A
dan B,

parainfluenza,

respiratory syncytial virus,

adenovirus

dan

enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami ISPA akan memberikan


bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal. Infeksi virus
akan menyebabkan terjadinya edema pada dinding hidung dan sinus
sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium
sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus.
Selain itu inflamasi, polyps, tumor, trauma, scar, dan nasal
instrumentation juga menyebabkan menurunya patensi sinus ostia. Virus
yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan neuraminidase
yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada
lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan
sekret yang diproduksi sinus menjadi lebihkental, yang merupakan media
yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Siliayang kurang
aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada
sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kehilanganlapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara
yang cepat, virus, bakteri, environmental ciliotoxins, mediator inflamasi,
kontak antara dua permukaan mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia
(Kartagener syndrome).
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yangabnormal meningkatkan
kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi
oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus
dan akan memberikan media yangmenguntungkan untuk berkembangnya
bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akanmempengaruhi
pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan
oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga
drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.

Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan


akar gigi pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan
problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral
dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila
diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada
mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan
aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum unilateral seringkali
merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini
terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah
jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak
didapatkan pada infeksi gigi dari pada bakteri gram positif yang
merupakan bakteri khas pada sinus.
Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbul
kan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif,
karenanya menimbulkan bau busuk.
Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental

akan memperberat

atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh


oedem atau pus atau kelainan anatomi lainseperti deviasi, dan hipertropi
konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat
dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan
langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri
langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.
G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
biasanya didapatkan riwayat infeksi saluran nafas atas yang ringan. Alergi
hidung

kronik,

benda

asing,

dan

deviasi

septum

merupakan

predisposisinya. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam,


malaise, nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi
terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau
turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk,

10

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada perkusi dan palpasi.


Sekret mukopurulen keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk.
Adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus media, atau pus dalam
nasofaring, nyeri tekan pada sinus maksilaris.
H. Diagnosa Banding
Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis
tidak sensitif dan spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, rinitis
alergika,rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tranluminasi, sinus yang sakit akan terlihat suram atau
gelap
Pemeriksaanradiologi, fotoWaters, PA dan lateral akan tampak
perselubungana tau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus
yang sakit
CT scan merupakan tes yang paling sensitif dalam mengungkapkan
kelainanan atomis selain melihat adanya cairan dalam sinus
Pemeriksaan kultur, sampel diambil dari secret dari meatus medius
atau meatus superior
J. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengebatan (medikamentosa) dan
pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien
sinusitis akut adalah:
1.

Antibiotik spektrum luas


Dapat diberikan amoksisilin,

ampisilin,

eritromisin

plus

sulfonamide, sefalosporin, sefuroksim dan trimetropin plus


sulfonamide. Berikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik
sinusitis akut telah hilang.
2.
Dekongestan lokal

11

Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase hidung,


misalnya pseudoefedrin, tetes hidung (fenilefrin), oksimetazoline.
3. Analgesik dan antipiretik
4. Irigasi antrum
Indikasinya apabila terapi diatas gagal dan osteum sinus
sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi
antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin
hangat melalui fossa incisivus kedalam antrum maksilaris. Cairan
ini kemudian mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.
5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan
oleh gigi.
Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan
kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau intracranial. Selain itu nyeri
hebat akibat secret yang tertahan disumbatan dapat menjadi indikasi untuk
dilakukan pembedahan.
K. Komplikasi
1. Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalismerupakanpenyebabkomplikasipadaorbitayan
g tersering.
Pembengkakanorbitadapat
merupakanmanifestasiethmoidalisakut, namunsinus frontalis dan
sinus

maksilaris

juga

terletak

di

dekatorbita

dan

dapat

menimbulkan infeksi isiorbita


2. Mukokel
Kista yang mengandung mucus yang timbul dalam sinus.
Kistaini paling seringditemukanpadasinusmaksilaris, disebutkistare
tensi mukus.
Biasanya tidak berbahaya.
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk
mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan memastikan
drainase yang baik atau obliterasi sinus.
3. Komplikasi intra kranial
Meningitis akut (komplikasi sinusitis yang terberat).
Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan
arachnoid. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.
Abses otak, setelah system vena, mukoperiosteum sinus terinfeksi,
maka terjadi perluasan metastatic secara hematogen ke dalam otak

12

BAB III
LAPORAN KASUS
1.1 Identifikasi

1.2.

Nama

: Tn. H

Umur

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

No. RekMed

: 27.38.33

Pekerjaan

: Swasta

Suku/Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Dusun suka damai RT 08/RW 04

Tanggal MRS

: 5 November 2014

Anamnesis
Keluhan Utama

: Hidung Tersumbat

Keluhan Tambahan

: Nyeri pada muka bagian kanan,

pilek, keluar ingus kental berwarna kuning kehijauan, sakit di kepala


bagian kanan belakang, gangguan pendengaran.
Riwayat Penyakit sekarang

OS datang ke poli THT RSMP dengan keluhan hidung tersumbat yang


hilang timbul sejak dua bulan yang lalu, keluhan disertai pengeluaran ingus
berwarna kuning. Lama kelamaan ingus menjadi semakin kental dan
berubah warna menjadi kuning kehijauan serta berbau busuk. Kemudian os
merasakan timbul sakit pada kepala kanan bagian belakang, nyeri pada pada
pipi sebelah kanan serta pendengaran pada telinga kanan sedikit terganggu.
Os mengaku sering menderita pilek sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :

13

Keluhan hidung tersumbat dan gangguan pendengaran sudah dirasakan


sejak sekitar 8 bulan yang lalu, terutama ketika os sedang pilek. Namun
keluhan hilang jika pilek sembuh. Riwayat asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala yang sama
dengan pasien. Riwayat asma pada keluarga disangkal.
1.3.

Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Status lokalis
Telinga
Kanan

Kiri

Normal

Normal

Serumen

Otalgia

Otorrhe

Edema

Hiperemis

Sekret

Membran timpani

Kanan

Kiri

Refleks cahaya

Retraksi

Bulging

Perforasi

Auricula
Nyeri

tekan

tragus

14

Hidung
Luar

Kanan

Kiri

Bentuk

Normal

Normal

Inflamasi

Nyeri tekan

Deformitas

Cavum nasi

Kanan

Kiri

Bentuk

Normal

Normal

Mukosa

hiperemis

hiperemis

Sekret

Konka nasi inferior Kanan

Kiri

Edema

Mukosa hiperemis

Septum nasi

Kanan

Kiri

Deviasi

Benda asing

Perdarahan

Mulut dan Tenggorokan


Bibir

: Tidak ada kelainan

Mulut

: Tidak ada kelainan

Gigi

: Tidak ada kelainan

Lidah

: Tidak ada kelainan

Uvula

: Bentuk normal, Hiperemis (-), edema (-),

Palatum mole

: Ulkus (-), Hiperemis (-)

15

Faring

1.4.

: Hiperemis (+)

Tonsila

Kanan

Kiri

palatina
besar
warna
Kripta

T1
normal
-

T1
normal
-

melebar
detritus

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan photo rontgen

waters

didapatkan

hasil

terdapat

perselubungan pada sinus maksilaris berbentuk kubah, septum masi di


tengah, dinding sinus baik.
Pemeriksaan darah rutin
Jenis pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Golongan Darah
Rhesus Factor
Clooting time
Bleeding time
1.5.

Diagnosis Banding
Sinusitis maksilaris
Rinitis alergi

1.6.

Diagnosis Kerja
Sinusitis maksilaris dextra

1.7.

Hasil
12,2
13.060
334.000
O
+
7
2

Nilai normal
13,2-17,3 g/dL
4000-11000/cmm
200.000-400.000/uL
A/B/AB/O
+/< 15 menit
1-6 m3nit

Tatalaksana
Tatalaksana medikamentosa antara lain antibiotik spektrum luas seperti

amoksisilin, 3x500 mg dan dekongestan seperti pseudoefedrin 3x60 mg untuk


menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan
ostium sinus. Dapat pula diberikan antihistamin seperti cetirizine 1x 10 mg untuk
mengatasi alergi, analgetik seperti asam mefenamat 2x500 mg untuk meredakan
nyeri kepala dan nyeri pada pipi.

16

Tatalaksana non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu mengkompres


wajah menggunakan air hangat serta mencuci rongga hidung dengan NaCL.
Tatalaksana bedah yang dapat dilakukan berupa antrostomi dengan
indikasi siusitis kronis, sinusitis kronis disertai kista, polip ekstensif serta adanya
komplikasi sinusitis.

1.9 Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad functionam: Dubia e bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien laki-laki ,


usia 34 tahun mengeluh hidung tersumbat sejak 2 bulan yang lalu. hilang timbul,
disertai pengeluaran ingus berwarna kuning lama kelamaan ingus menjadi kental
dan berubah warna menjadi kuning kehijauan dan berbau busuk. Kemudian os
mengeluh sakit pada kepala kanan bagian belakang, nyeri pada pada pipi sebelah
kanan serta penurunan pendengaran pada telinga kanan. Os mengaku sering
menderita pilek sejak 2 bulan yang lalu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik cavum nasi dextra didapatkan mukosa
hiperemis, secret berwarna kuning kehijauan dan berbau busuk, concha inferior
edema, hiperemis. Dan hasil pemeriksaan penunjang foto waters didapatkan
perselubungan bada sinus maksilaris kanan berbentuk kubah.
17

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien


didiagnosis menderita sinusitis maksilaris.
Sinusitis adalah proses peradangan yang menyerang mukosa sinus
paranasal. Sinusitis dibedakan berdasarkan lokasi sinus yang terkena yaitu
sinusitis maksilaris, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, sinusitis sfenoid. Faktorfaktor yang mengganggu drainase sinus akan menyebabkan akumulasi cairan
dalam rongga sinus sehingga terjadi sinusitis.
Tatalaksana medikamentosa antara lain antibiotik spektrum luas seperti
amoksisilin, 3x500 mg dan dekongestan seperti pseudoefedrin 3x60 mg untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan
ostium sinus. Dapat pula diberikan antihistamin seperti cetirizine 1x 10 mg untuk
mengatasi alergi, analgetik seperti asam mefenamat 2x500 mg untuk meredakan
nyeri kepala dan nyeri pada pipi.
Tatalaksana non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu mengkompres
wajah menggunakan air hangat serta mencuci rongga hidung dengan Nacl.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adams G., Boies L., Higler P. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1997.
2. Soepardi E., Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.
3. Mansjoer, Arif dkk.. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid
Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Widodo Ario Kentjono. Rinosinusitis. Bagian / SMF llmu Kesehatan THT
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2004
5. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11. Jakarta,
EGC
6. Wayne, dkk. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Ed VI. Jakarta;

18

Erlangga

Lampiran

19

20

Vous aimerez peut-être aussi