Vous êtes sur la page 1sur 3

1.

PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia industri akan mineral bijih (ore minerals)
dan mineral industri (industrial minerals), maka institusi-institusi yang berkaitan dengan

hal ini, terutama institusi pendidikan, penelitian dan juga industri mineral perlu mengupgrade pengetahuannya tentang mineral, batuan dan endapan bijih. Salah satu hal yang

cukup penting adalah memahami model geologi endapan mineral bijih, tipe,
karakteristiknya khususnya endapan mineral bijih hidrotermal. Pengetahuan ini penting
sebagai acuan dalam merancang kegiatan eksplorasi dan kelak proses penambangan bahan

galian tersebut, sehingga dapat dilakukan dengan efektif, efisien dan cost-benefit. Untuk
itulah modul ini disusun, terutama difokuskan pada endapan emas epitermal, porfiri, skarn

dan metamorphic-hosted deposit. Pemilihan dalam pembahasan terhadap sub-topik


tersebut dikarenakan banyak ditemukan di negara kita Indonesia dan nilai ekonominya

yang cukup tinggi. Diharapkan modul ini dapat menjadi pengantar atau jembatan bagi
peserta workshop ini dalam memahami lebih baik tentang endapan mineral bijih tersebut.
Mineral Bijih vs Mineral Logam
Batasan mineral bijih dengan mineral opak, maupun mineral penyerta sering

membingungkan. Pada kenyataannya sebagaian besar mineral bijih tidak tembus cahaya

(opak), sedangkan mineral penyerta merupakan mineral-mineral yang tembus cahaya


(transparan). Craig (1989) menyebut bahwa mineral bijih harus dapat diekstrak logamnya,

misalnya kalkopirit dapat diekstrak tembaganya. Walaupun suatu mineral mengandung

unsur logam, tetapi kalau tidak dapat diekstrak, maka tidak dikategorikan sebagai mineral
bijih. Beberapa penulis menggunakan istilah mineral bijih sebagai sinonim mineral opak,

karena istilah tersebut bisa mencakup mineral-mineral seperti pirit maupun pirhotit yang
tidak bermanfaat tetapi hampir selalu ada pada endapan bijih (Evans, 1993). Penamaan
mineral bijih terkait dengan keekonomian mineral, sedangkan penamaan mineral opaque

terkait dengan sifat mineral terhadap ketembusan cahaya. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa mineral bijih (ore minerals) adalah suatu mineral yang mengandung logam, atau
suatu agregat mineral logam, yang dari sisi penambang dapat diambil suatu profit, atau

I-1

dari sisi ahli metalurgi dapat diolah menjadi suatu profit, contohnya kalkopirit dan galena
yang dapat diekstrak menjadi tembaga dan timah hitam. Pada kerak bumi sebenarnya
sudah mengandung unsur-unsur logam, namun pada konsentrasi yang kecil. Bila ada

proses pengkayaan geologi (geological enrichment) maka kadar logam tersebut akan
meningkat beberapa kali lipat sehingga pada batas tertentu dapat memiliki nilai ekonomi
dan dapat ditambang (Tabel 1).

Tabel 1 Konsentrasi rata-rata di kerak bumi, konsentrasi minimal bernilai ekonomi dan
faktor pengkayaan (enrichment factors) dari metal-metal berharga (Evans, 1993)
Metal

Simbol

Konsentrasi ratarata dalam kerak


bumi (g/t)
0.004
0.07
55
50.000
950
2
13

Konsentrasi
minimal bernilai
ekonomi (%)
0.0006
0.007
0.5
30
36
0.15
1.5

Faktor
pengkayaan
secara geologi
1500
1000
91
6
379
750
1154

Emas
Au
Perak
Ag
Tembaga
Cu
Besi
Fe
Mangan
Mn
Timah
Sn
Timah
Pb
hitam
Nikel
Ni
75
0.75
100
Kromium
Cr
100
22
2200
Aluminium Al
81.300
35
4
Kobalt
Co
25
0.5
91
Seng
Zn
70
1
143
Contoh:
Kandungan rata-rata emas (Au) dalam batuan adalah 4 ppb, sedangkan konsentrasi ratarata emas pada endapan bijih quartz-emas-sulfida = 5 ppm, maka Faktor Pengkayaan
(Enrichment Factor) melalui proses geologi tersebut adalah 1500.
Klasifikasi Endapan Bijih

Berdasarkan komoditinya, endapan logam dapat dibagi menjadi lima golongan (Evans,

1993), yaitu:

1. Precious metals (logam mulia): emas (Au), perak (Ag), platina (Pt)

I-2

2. Non-ferrous metals (logam non-ferrous): tembaga (Cu), timbal (Pb/lead), seng (Zn/zinc),
timah (Sn/tin), dan aluminium (Al). Empat pertama dikenal sebagai logam dasar (base
metals).

3. Iron and ferroalloy metals (logam ferroalloy dan besi): besi (Fe), Mangan (Mn), nikel
(Ni), krom (Cr), molibdenum (Mo), wolfram (W/tungsten), vanadium (V), kobal (Co).

4. Minor metals and related non-metals: antimon (Sb/antimony), arsen (As), berilium
(Be/beryllium), bismut (Bi), kadmium (Cd), magnesium (Mg), air raksa (Hg/mercury),
REE, selenium (Se), tantalium (Ta), telurium (Te), titanium (Ti), Zirkonium (Zr), dsb.

5. Fissionable metals: uranium (U), torium (Th), radium (Ra).

Secara proses pembentukan (genetik) endapan mineral dapat dibedakan sebagai berikut
(Pohl, 2013):

Endapan bijih magmatik

Endapan hidrotermal: Cyprus-type (VMS); skarn (W, Sn, Cu, etc), porfiri (Cu, Mo, Sn,
Endapan sisa: placer; bauksit dan Fe-laterit

Sisa pelarutan: endapan Ni dan Au laterit; pengkayaan Mn, Fe, Cu, Ag

Endapan bijih sedimenter

Allochthone: endapan placer aluvial dan laut (Au, Sn, Ti, REE)
Autochthone: BIF (superior type); nodul mangan

Endapan hidrotermal-diagenetik

Pegmatit (Sn, Nb/Ta, Li, Be, etc).

Endapan hasil pelapukan

sampingan Pt, Fe/Ti dan Ni)

etc); endapan urat (Sn, W, U); endapan epitermal Au-Ag; BIF (Algoma type)

Endapan liquidmagmatik (Cr pada ofiolit atau intrusi berlapis dengan produk

Tipe Kupferschiefer (Cu, Pb, Zn)

Tipe Mississippi (MVT): Pb-Zn-Ba-F pada karbonat laut


Endapan pada kubah garam: Pb-Zn-Ba-F

Endapan hidrotermal-metamorfik

Urat kuarsa pada batuan metamorf (Au) atau lode gold.


I-3

Vous aimerez peut-être aussi