Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Home
tulisan diatas pasir
Pengertian Penyusutan
Menurut PSAK 17, penyusutan merupakan alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Definisi penyusutan menurut Kieso (2007;570)
penyusutan adalah alokasi biaya dari asset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya
berdasarkan cara yang sistematis dan rasional.
Perlu dilakukan penyusutan karena masa manfaat yang diberikan dan nilai dari asset tersebut
semakin berkurang.
Regulasi yang mengatur tentang penyusutan:
1. Undang-Undang
Pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 UU No 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat UU No 7
Pasal 11 ayat 3 : Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk
harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
menghasilkan.
Pasal 11 ayat 5 : Tentang revaluasi
Pasal 11 ayat 6 : Ketentuan menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan
harta berwujud.
2. Peraturan Pemerintah
Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.42 Tahun1985
Isinya yakni:
Ayat 1 : Penyusutan dan amortisasi dimulai pada tahuan pengeluaran, kecuali untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan, dan amortisasi dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan harta tersebut, dan untuk harta dalam usaha leasing penyusutan dimulai
penyusutan:
a. jumlah sebesar harga sisa buku dari harta yang dihibahkan, disumbangkan atau diwariskan
tersebut, dikurangkan dari jumlah awal masing-masing golongan harta yang bersangkutan ,
sedangkan jumlah sebesar sebesar harga sisa buku tersebut tidak boleh dikurangkan sebagai
biaya;
b. jumlah sebesar harga perolehan dari harta Golongan Bangunan yang dihibahkan,
disumbangkan atau diwariskan tersebut dikurangkan dari jumlah awal Golongan Bangunan,
sedangkan jumlah sebesar harga sisa bukunya tidak boleh dikurangkan sebagai biaya.
Pasal 5 : Apabila terjadi penarikan harta Golongan Bangunan dari pemakaian, baik karena
sebab biasa maupun karena sebab luar biasa, maka untuk memperoleh dasar penyusutan,
harga perolehan dikurangkan dari jumlah awal Golongan Bangunan, sedangkan jumlah
sebesar harga sisa bukunya dibebankan sebagai biaya pada tahun terjadinya penarikan harta
tersebut, dan jumlah sebesar nilai atau harga jual atau penggantian asuransinya merupakan
penghasilan.
WP yang berhak melakukan penyusutan :
1. Pihak yang menggunakan asset tersebut dalam kegiatan usaha
2. Pemiilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner
Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan:
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari 1 periode akuntansi
2. Memiliki masa manfaat yang terbatas. Masa manfaat dapat berupa periode suatu asset
diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit berupa yang
diharapkan diperoleh dari asset oleh perusahaan. Masa manfaat asset harus ditelaah ulang
secara periodic dan bila harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya,
maka beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus
3.
disesuaikan.
Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan
jasa, atau disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Dasar Penyusutan
1. Harga perolehan
Harga perolehan meliputi harga pokok barang yang diperoleh beserta biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut.
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing masing cara
perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang
harga perolehan :
1. Pembelian Tunai, Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat
dalam buku buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
2. Pembelian secara gabungan, Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan
3. Perolehan Melalui Pertukaran
Ditukar dengan Surat surat Berharga, Aktiva tetap yang diperoleh dengan
cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku
sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah
dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
a. Harga beli
b. Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi pembelian
d. Bea balik nama
e. Pajak Pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian
c). Mesin dan alat alat
Yang merupakan harga perolehan meisn dan alat alat adalah
a. Harga beli
b. Pajak pajak yang menjadi beban pembeli
c. Biaya angkut
d. Asuransi selama dalam perjalanan
e. Biaya pemasangan
f. Biaya biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Harga pengganti
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan, karena untuk kepentingan
pencatatan menggunakan harga perolehan
Harga revaluasi
Metode Revaluasian ( PSAK Revisi 2007 )
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Untuk metode revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada tanggal
revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara
bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasian. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara
memberi indek untuk menentukan biaya pengganti yang disusutkan (depreciated
replacement cost).
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
sering digunakan untuk bangunan
Revaluasi yang dilakukan pada sekelompok aset dengan kegunaan yang serupa dilaksanakan
secara bersamaan. Perlakuan ini bertujuan untuk menghindari perlakuan revaluasi secara
selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda.
Namun revaluasi dalam kelompok aset dapat dilakukan secara bergantian (rolling) sepanjang
keseluruhan revaluasi dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi
dimutakhirkan.
PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN
Sebagaimana telah doatur dalam pasal 9 ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilanyang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan melalui penyusutan. Hal
ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan abtara
pengeluaran dan penerimaan ( matching cost againsts revenue ). Mulai tahun 1995 ketentuan
fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan secara individual per aset, tidak lagi
secara gabungan ( berdasarkan golongan ) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk
alat-alat kecil yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara golongan.
SAAT MULAINYA PENYUSUTAN
Undang-undang Pajak Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal harus dilakukan sebulan
penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut :
a) Harta / aset yang masih dalam proses pengerjaan
Untuk harta / aset dalam proses pengerjaan , penyusutan dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya penyusutan atas aset dimulai pada tahun
perolehan tetapi untuk harta /aset yang pengerjaannya memerlukan waktu lebuh dari satu
tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesaunya harta/ aset yang bersangkutan.
b) Harta / aset dalam usaha sewa guna usaha
Penyusutan terhadap harta dalam sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak
opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
c) Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengiuti
prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta / aset
tersebut menghasilkan.
PENGELOMPOKAN HARTA BERWUJUD
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang memenuhi
a)
b)
syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan :
Harta berwujud kelompok bukan bangunan
Harta berwujud kelompok bangunan
Masa manfaat
4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 Tahun
Masa manfaat
Bangunan Permanen
20 tahun
10 tahun
menurun maka, pada tahun terakhir masa manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan
disusutka seluruhnya. Aset tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode
garis lurus. Sebagai akibat dari adanya dua metode penyusutan ini, timbul perbedaan
presentase penyusutan fiskal.
Metode
Tarif Penyusutan
Garis
Lurus
25,00 %
12,50 %
6,25 %
5,00 %
b.
c.
Dipercepat (accelerated)
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun atau saldo menurun ganda
Memperpendek umur (shorted life)
Dengan umur yang menjadi pendek maka unsur pembagi yang digunakan untuk menentukan
nilai aktiva menjadi lebih kecil, sehingga penyusutan menjadi lebih besar.
Bebas (arbitary deduction)
Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dikelompokkan dengan kriteria
berikut
a.
1.
Berdasarkan waktu
Metode Garis lurus (straight line method)
Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan.
Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena paling mudah
diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan
untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang
diproduksi. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagi berikut:
Tarif Penyusutan =
Namun dalam akuntansi finansial nilai buku tidak diakui maka:
Tarif Penyusutan =
2.
3.
Metode saldo menuru dan saldo menurun ganda (declining/double declining balance
method)
Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang
menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang merupakan
perkalian dari metode garis lurus. Prosentase penyusutan metode ini selalu tetap dan
diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain,
dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam
mengitung nilai yang dapat disusutkan sehingga saat dikonversi ke akuntansi finansial tidak
memerlukan perubahan dalam perhitungannya (sama-sama tidak mengakui nilai sisa) .
b.
1.
Berdasarkan penggunaan
Metode jam jasa (service hour method)
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada
proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan jumlah
jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode
ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel daripada beban tetap seperti dalam
metode penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method) sesuai dengan jam kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa tiap periode akuntansi. Kelemahan dari
metode ini adalah ketika kapasitas produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena
adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat
perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode
jasa jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban penyusutan
yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan
2.
c.
1.
2.
3.
Namun, Direktur Keuangan PT PRPP Jateng Titah Listiorini mengakui, sisa kerugian
perusahaan sebesar Rp 11 miliar dapat ditutupi tahun ini setelah PRPP memperoleh
kompensasi biaya ganti rugi lahan untuk pembangunan jalan ke bandara Ahmad Yani sebesar
Rp 14 miliar. "Jika ganti rugi sudah kami terima, kerugian tersebut bisa bisa langsung
ditutup," ucap Titah.
PRPP yang semula bernama Pekan Raya Promosi dan Pembangunan ketika berdiri pada
tahun 1973 berubah nama menjadi Pusat Rekreasi Promosi dan Pembangunan pada tahun
1993 seiring pergantian menjadi perseroan terbatas. Setiap tahunnya, terdapat 93 acara
pernikahan dan 7 pameran besar di kawasan seluas 41,3 hektar ini termasuk Jateng Fair dan
Pameran Teknologi Tepat Guna.
Untuk tahun ini, PRPP mendapat kontribusi pendapatan dari penyelanggaraan Jateng Fair
sebesar Rp 6,5 miliar. Kendati demikian, penyelenggaraan pameran lainnya banyak yang
dibatalkan karena mempertimbangkan pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden.
ANALISIS KASUS
PUSAT REKREASI DAN PROMOSI PEMBANGUNAN JAWA TENGAH (PRPP)
Temuan :
1. Saat berbentuk yayasan tidak terdapat biaya penyusutan
2. Saat menjadi perusahaan, biaya penyusutan tersebut muncul dan membengkak
3. Penyusutan Rp. 1,5 Milyar per tahun
4. Pendapatan PRPP Rp 8 Milyar per tahun, dialokasikan untuk menutupi biaya operasional dan
pembayaran pajak, namun hal ini tidak bisa menutupi kerugian
5. Banyak aset yang sudah hilang, menjadi fasilitas umum, atau dijual, tetap masih dihitung
sebagai kerugian
6. Akumulasi kerugian Rp 13 Milyar ( penyusutan + utang pajak )
7. Utang pajak yang bisa ditutup Rp. 2 Milyar yang berasal dari pendapatan
8. Sisa kerugian sebesar Rp 11 Milyar bisa ditutup jika memperoleh kompensasi pembangunan
jalan ke bandara Ahmad Yani ( Rp 11 Milyar )
Analisis :
1. Tidak adanya biaya penyusutan saat masih berbentuk yayasan bisa diakibatkan oleh salah
satu dari dua hal berikut ini :
a) Ketidaktahuan yayasan akan prosedur akuntansi
b) Terdapat kesengajaan yayasan untuk tidak menampilkan biaya penyusutan untuk
memperbesar laba yayasan
2. Aset yang hilang, berubah menjadi fasilitas umum atau dijual tetapi masih dihitung sebagai
kerugian oleh perusahaan, hal ini merupakan suatu usaha untuk meringankan pajak terutang
dengan cara mengurangi pendapatan dengan depresiasi dalam jumlah besar.
Posted by anggi atma bagus satria at 09:26
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: pengelompokan harta, penyusutan
No comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Share It
Blog Archive
2012 (13)
o February (13)
Manajemen Persediaan
Manajemen Piutang
About Me