Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan dan analisis data
9. Interpretasi hasil analisis
10. Penyususan laporan (Maman Djaliel,1998:43).
6. Masalah Dalam Penelitian
Menurut Creswell dalam Emzir (2007:30-32) menyebutkan ada tiga faktor:
1. Menentukan kesesuaian masalah dan pendekatan
Masalah penelitian adalah suatu isu atau kehidupan yang perlu diteliti. Sebagai contoh
seseorang menentukan suatu gejala sosial yang ada di lingkungan. Dengan kondisi masalah
yang kompleks seseorang haruslah jeli terhadap permasalahan ada sehingga ketika
melakukan penelitian itu dalam menggunakan pendekatan yang sesuai.
2. Pengalaman personal
Indentik dengan pengalaman seseorang apabila terlatih secara teknis dalam penulisan ilmiah,
statistika, dan program statistika komputer maka ia akan terbiasa dengan jurnal-jurnal
kuantitatif sebaiknya ia menggunakan desain kuantitatif sedangkan dengan pendekatan
kualitatif sering berhubungan dengan bentuk sastra dari penulisan, program anlisis teks
komputer dll. Untuk metode gabungan harus terbiasa dengan kedua penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Jadi pengalaman seseorang tersebut sangat penting.
3. Audiens
Dalam penelitian dikenal dengan responden yakni orang yang memberi informasi tentang
dirinya walaupun juga digunakan dalam penelitian kualitatif, sedangkan informan adalah
orang yang dapat member informasi dirinya dan dan orang lain sebab biasanya yang diteliti
para tokoh masyarakat yang banyak tahu kondisi masyarakatnya. Pengalaman audiens sangat
penting sekali dengan adanya penelitian kuantitatif, kualitatif, metode gabungan akan
membentuk keputusan yang dibuat tentang pilihan tersebut.
PERMASALAHAN
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem,
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena
yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab
maupun sebagai akibat. Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di
dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan
bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri.
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu berupa kesenjangan
antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data
Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang rumusan masalah, diantaranya :
1. Menurut Pariata Westra (1981 : 263 ) bahwa Suatu masalah yang terjadi apabila
seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya yang pertama untuk
mencapai tujuan itu hingga berhasil.
2. Menurut Sutrisno Hadi ( 1973 : 3 ) Masalah adalah kejadian yang menimbulkan
pertanyaan kenapa dan kenapa.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan
masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan
membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem,
diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam
kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai
fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan
penelitian menurut tingkat eksplanasi.
Rumusan masalah ini pada hakikatnya adalah deskriptip tentang ruang lingkup masalah,
pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup didalamnya. Dengan demikian
rumusan masalah tersebut sekaligus menunjukkan fokus pengamatan di dalam proses
penelitian nantinya.
A. Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah
tersebut.
2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat
3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan
kepercayaan agama.
Bagian rumusan masalah berisi tentang masalah-masalah yang hendak dipecahkan melalui
penelitian. Tentunya masalah-masalah yang dihasilkan itu tidak lepas dari latar belakang
masalah yang dikemukakan pada bagian pendahuluan
LANDASAN TEORI
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar
dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah inilah yang
akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi pusat perhatian
peneliti ( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37). Menurut Kerlinger (1973:9),
teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk
menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
variabel. Berdasar pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal. Pertama, teori
adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori
merangkan secara sistematis atau fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kerangka/
landasan teori, antara lain:
1. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu (bisa disajikan di
Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).
2. Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai keterkaitan
yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
3. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada. Apabila
menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku
dengan edisi terbaru, jika referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan
terakhir. Dan bagi yang menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun
terbitan tidak berlaku
4. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas penelitian yang akan dilakukan
semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri dari teks book atau sumber lain
misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain
5. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian
6. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah ditulis di
BUKU)
7. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori, model
konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab tersendiri, sedangkan
penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori dan beri keterangan. Model teori
dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun
kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang
sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan
batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Contoh:
Judul : Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perubahan Siklus Menstruasi pada
Siswa SMA Masehi Kudus
RM
Ha
: Ada Hubungan antara tingkat kecemasan perubahan siklus menstruasi pada siswa
SMA Masehi Kudus
minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian
eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk
menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),
ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,
penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai
dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau
kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian
sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka
makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah
sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
N = n/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)
N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
3. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan
jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti
dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat
kesalahan yang dikehendaki.
C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling.
Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen
populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel
dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak
diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas jika
representasi sampel adalah penting dalam rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau
faktor lainnya, dan masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya
yang digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel
random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling
Simple random sampling
Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya :
Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel
ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5%
sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan
jenis kelamin.
Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan
dari 1 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan
nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor
kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri
terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing
berjumlah :
Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x 95
= 11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis)
yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masingmasing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota
populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan
tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang
yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1
: 10 orang
S2
: 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel
Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas
misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di
seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi
terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan
pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified
random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU.
Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak
dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan
sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10
Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya
disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara
acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten
Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel.
Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
2. Non Probabilty Sampel
Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang
yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara
lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive,
Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
Sampling Kuota,
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar
guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10
siswa per sekolah.
Sampling Insidential,
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang
kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik
sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja
yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan
dijadikan sampel.
Sampling Purposive,
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus
sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya
tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang
mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga
renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki
kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.
Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika
populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya total
sampling.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena
jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian
terus membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing.). Misalnya akan
dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah
5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau
responden teruuus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas
permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
C. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel
Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama
ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari
rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x
Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi,
maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin
besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut
besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku
bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 100%. Keyakinan 95% adalah
tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95%
(alpha 0.05) ini adalah setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan
populasi yang sebenarnya.
DATA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data diartikan sebagai kenyataan yang ada yang
berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat; keterangan yang benar; dan
keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan. Dari kata ini lahir
beberapa istilah lain, seperti data analog yang diartikan sebagai komponen data yang
dinyatakan dalam bentuk bersinambung. Demikian pula dengan data dasar pasien yang
diartikan sebagai data yang diperoleh dari klien atau pasien yang dapat dijadikan dasar oleh
tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau pelayanan kesehatan.
Pengertian Analisis Data
Data ialah bahan mentah yang perlu di olah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sementara perolehan
data seyogyanya relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalah
penelitian. Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan
penelitian, karena kekeliruan memilih analisis dan perhitungan akan berakibat fatal pada
kesimpulan, generalisasi atau interpretasi. Jenis data menurut jenisnya ada dua yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah pengumpulan data
sangat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana data yang terkumpul akan
diorganisasikan.
Analisa data berasal dari gabungan dari dua buah kata yaitu analisis dan data. Analisis
merupakan evaluasi dari sebuah situasi dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk
didalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan sudut pandang, sehingga tidak jarang ditemui
permasalah besar dapat dibagi menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat diteliti dan
ditangani lebih mudah, sedangkan data adalah fakta atau bagian dari fakta yang mengandung
arti yang dihubungkan dengan kenyataan, simbol-simbol, gambar-gambar, kata-kata, angkaangka atau huruf-huruf yang menunjukkan suatu ide, obyek, kondisi atau situasi dan lain-lain.
Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia (Suharto dan Iryanto, 1996), analisa yaitu
uraian, kupasan dan data yaitu fakta atau fenomena yang sifatnya mentah belum dianalisis,
seperti angka, nama dan sebagainya. Data merupakan kumpulan dari nilai-nilai yang
mencerminkan karakteristik dari individu-individu dari suatu populasi. Data bisa berupa
angka, huruf, suara maupun gambar. Dari data ini diharapkan akan diperoleh informasi
sebesar-besarnya tentang populasi. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan dan
penguasaan metode analisis sebagai upaya untuk mengeluarkan informasi yang terkandung
dalam data yang dimiliki.
Moleong (2007) dalam http://ardhana12.wordpress.com/ mendefinisikan analisis data
merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.
Dari definisi tersebut diatas, analisa data dapat diartikan sebagai berikut :
a. Membandingkan dua hal atau nilai variabel untuk mengetahui selisihnya atau rasionya,
kemudian diambil kesimpulannya ( X Y) = selisih, X / Y = rasio
b. Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponenkomponen yang lebih kecil, agar dapat :
spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden.
Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.
Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah
Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun
dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci
dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau
memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner
secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan
dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun
hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung
dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi
kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok
karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip
kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab
peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian
kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian
kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika
hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus
diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan
spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh
dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang
tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen
setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara
fisik maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang
dikumpulkan selama study.
HIPOTESIS
Pengertian Hipotesis
Telah dikatakan sebelumnya, bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu
yang pada tingkat tertentu yang dapat dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Hal ini bertitik
tolak dari pertanyaan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian, dimana pertanyaanpertanyaan tersebut disusun dengan menggunakan jawaban sementara yang kemudian
dibuktikan melalui penelitian empiris. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan bagian dari
langkah-langkah penelitian. Biasanya hipotesis ini diajukan setelah merumuskan masalah.
Hal ini dapat dikatakan cukup rasional sebab hipotesis pada hakikatnya adalah jawaban
sementara atau dugaan jawaban dari masalah. Dengan kata lain, jawaban tersebut belum
merupakan jawaban yang pasti atau jawaban yang benar, oleh sebab itu diperlukan dengan
pembuktian atau diuji kebenarannya.
Hipotesis berasal dari kata hypo = sebelum atau bawah dan thesis = pernyataan atau
pendapat. Dapat diartikan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu
diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris. Hipotesis juga berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau
kadar kebenarannya masih belum meyakinkan. Dan kebenaran tersebut perlu diuji atau
dibuktikan. Dalam hal pembuktian atau pengujian ini dilakukan melalui bukti-bukti secara
empiris, yaitu melalui data-data atau fakta-fakta di lapangan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa hipotesis membutuhkan dukungan berupa data atau fakta yang empiris, hal ini
dilakukan karena sifat dari hipotesis ini sementara. Hipotesis dinyatakan ditolak atau
diterima. Selain itu hipotesis harus dibuat dalam setiap penelitian yang bersifat analitis.
Untuk penelitian yang bersifat deskriptif, dimaksudkan untuk mendeskripsikan masalah yang
diteliti, hipotesis tidak perlu dibuat, sebab tidak pada tempatnya.
Dalam melakukan penelitian, langkah hipotesis ini banyak memberikan manfaat, baik dalam
hal proses dan langkah penelitian maupun dalam memberikan penjelasan suatu gejala yang
diteliti. Telah dikatakan bahwa hipotesis memberikan manfaat dalam hal proses dan langkah
penelitian terutama dalam menentukan proses pengumpulan data seperti metode penelitian,
instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data, dan teknik analisis data.
Sedangkan manfaat hipotesis dalam hal penjelasan gejala yang diteliti dapat dilihat dari
pernyataan hubungan variabel-variabel penelitian. selain kedua manfaat di atas, terdapat juga
manfaat lain dari hipotesis, yaitu memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian,
yakni menarik pernyataan-pernyatan hipotesis yang telah diuji kebenarannya. Dengan
demikian akan mempermudah peneliti untuk menangkap makna kesimpulan penelitian.
Menurut Ary Donald, bahwa fungsi hipotesis ada empat, antara lain :
1. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan
dalam suatu bidang.
2. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung dapat diuji
dalam penelitian.
3. Member arah pada penelitian.
4. Member kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.
Ada beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan hipotesis, dan fungsifungsi di atas dapat berjalan secara efektif, apabila faktor-faktor tersebut diperhatikan dan
dilakukan secara benar. Faktor-faktor tersebut, terdiri dari :
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Artinya bahwa kalimat itu bersifat positif dan
tidak normatif. Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat
hipotesis.
2. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang
operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
Hipotesis terbagi dalam tiga macam, yaitu :
1. Hipotesis Deskriptif yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan
dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik peluang,
hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran (estimatif). Contohnya:
Tindakan Kepala Sekolah dalam penegakan disiplin di SMP Negeri 16 Kota Sukabumi
paling tinggi 40% dari nilai ideal.
2. Hipotesis komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang
bersifat membedakan. Misalnya: Ada perbedaan siswa yang mempunyai cita-cita (program)
dengan siswa yang hanya sekedar sekolah dalam rangka Mendisiplinkan diri pada SMP
Negeri di Kota Sukabumi, bahwa siswa yang mempunyai cita-cita (program) lebih baik
daripada siswa yang hanya sekedar sekolah.
3. Hipotesis asosiatif yaitu dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang
bersifat hubungan. Misalnya: Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dan berpikir logis dengan kemampuan menulis eksposisi di Kota Sukabumi.
Dari sifat hubungan ini hipotesis penelitian terbagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Hipotesis hubungan simetris, ialah hipotesis yang menyatakan hubungan yang bersifat
kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tetapi tidak menunjukkan sebab akibat.
2. Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal) ialah hipotesis yang menyatakan hubungan
bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih.
3. Hipotesis hubungan interaktif ialah hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat saling mempengaruhi.
Hipotesis sebagai jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan penelitian, tidak
asal dalam menduga-duga. Jawaban sementara tersebut harus mendekati kebenaran, artinya
harus menggunakan logika berpikir rasional atau berpikir deduktif, bisa pula dari hasil
berpikir empiris atau berpikir induktif. Penelitian terhadap hipotesis yang diangkat dari
pengamatan empiris sering menunjukkan kebenaran sehingga pemecahan masalahnya
mendekati kebenaran. Namun hipotesis yang diangkat dari hasil pengamatan ini hasilnya
kurang memiliki daya penjelas dan terbatas sehingga generalisasinya kurang dapat
diandalkan, sekalipun kegunaannya mempunyai nilai praktis.
B. Menyusun Hipotesis
Hipotesis dapat disusun melalui dua pendekatan, yang pertama secara deduktif dan yang
kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori
yang terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua
konsep. Proposisi ini merupakan postulat-postulat yang dari padanya disusun hipotesis.
Penyusunan hipotesis secara induktif bertolak dari pengamatan empiris.
Pada model Wallace tentang proses penelitian ilmiah dalam Bab II Penelitian Sebagai Proses
Ilmiah telah dijelaskan penjabaran hipotesis dari teori dengan metode deduksi logis. Teori
terdiri atas seperangkat proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan di antara dua
konsep. Misalnya, teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-Z, dan X-Z. dari ketiga
proposisi itu dipilih proposisi yang diminari dan relevan dengan peristiwa pengamatan,
misalnya proposisi X-Y. bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesis secara deduksi.
Konsep-konsep yang terdapat dalam proposisi diturunkan dalam pengamatan menjadi
variabel-variabel.
Dan telah dikatakan sebelumnya bahwa hipotesis dapat juga disusun secara induktif. Dari
pengalaman kita di masa lampau, kita mengetahui bahwa kecelakaan-kecelakaan kendaraan
bermotor di jalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang menjalankan kendaraannya
dengan kecepatan tinggi. Bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis: Ada
hubungan positif antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.
Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Debold B. Van Dallen mengemukakan
postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat berdasarkan
asumsi proses psikologis. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam
adalah :
1. Postulat Jenis (Natural Kinds)
Dalam postulat ini menunjukkan bahwa adanya kemiripan antara obyek-obyek individual
tertentu yang memungkinkan mereka untuk dikempokkan ke dalam satu kelas tertentu.
2. Postulat Keajekan (Constancy)
Di ala mini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang-ulang dengan pola
yang sama.
3. Postulat Determinisme
Suatu kejadian tidak secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Misalnya, seperti gunung
meletus bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan akibat dari suatu proses geologis yang
bekerja di dalam bumi. Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa
terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu
hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.
C. Kerangka Hipotesis
Variabel secara sederhana dapat diartikan cirri dari individu, objek , gejala, peristiwa yang
dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa
konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua
kategori utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat atau variabel independen dan
variabel dependen.
Jumlah variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan bentuk hubungan di antara variabelvariabel itu sangat menentukan alat uji hipotesis. Hipotesis yang hanya terdiri atas satu
variabel akan diuji dengan univariate analysis. Dan ada juga yang mencakup dua variabel,
yang akan diuji melalui bivariate analysis. Salah satu variabel pada hipotesis dengan bivariate
analysis itu berfungsi sebagai variabel yang dijelaskan atau variabel tidak bebas, dan yang
satunya berfungsi sebagai vaiabel yang menerangkan atau variabel bebas. Satu variabel dapat
dijelaskan oleh seperangkat variabel bebas secara bivariate. Bisa dikatakan bahwa variabel
terikat menjadi tolok ukur atau indicator keberhasilan variabel bebas. Misalnya: Motivasi
dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila akan dilihat intensitasnya dalam hal
produktifitas.
D. Model Relasi
Hubungan variabel dengan variabel dalam hipotesis mempunyai model yang berbeda-beda.
Pengertian hubungan di sini tidak sama dengan pengertian hubungan dalam pembicaraan
sehari-hari. Hubungan di sini diartikan sebagai relasi, yaitu himpunan dengan elemen yang
terdiri dari pasangan urut. Himpunan yang demikian dibentuk dari dua himpunan yang
berbeda. Hubungan variabel-variabel pada hipotesis dapat digolongkan dalam 3 model, yaitu:
1. Model Kontingensi;
2. Model Asosiatif;
3. Model Fungsional
Ketiga model ini akan berkembang lagi menjadi 10 jika dihubungkan dengan skala
pengukuran sebagai berikut:
Skala Pengukuran Variabel Model
Kontingensi Asosiatif Fungsional
Nominal V
Ordinal V V
Interval V V V
Ratio V V V
1. Model Kontingensi
Hubungan dengan model kontingensi dinyatakan dalam bentuk table silang. Misalnya
hubungan di antara variabel agama dan variabel partai politik pada pemilu 1997. Yang
kita inginkan ialah mengetahui hubungan antara agama dan politik pada 500 orang pemilih
pada tahun 1997 di daerah tertentu. variabel partai politik dengan tiga kategori (PPP,
GOLKAR, dan PDI) adalah variabel nominal. Dan variabel agama dengan lima kategori
(Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha) disebut juga kategori nominal. Dengan
menyilangkan kedua variabel, maka didapat 3x5 =15 kontingen dalam hubungan itu. Isi
masing-masing kontingen dapat juga dibuat dalam bentuk persentase atau proporsi. Model
kontingensi ini mempunyai bentuk umum: b x k (baris x kolom). Table 3x2 misalnya adalah
table yang terdiri atas 3 baris dan 2 kolom.
2. Model Asosiatif
Model ini terdapat di antara dua variabel yang sama-sama ordinal, atau sama-sama interval,
atau sama-sama ratio, atau juga salah satu dari ordinal atau interval. Variabel-variabel ini
mempunyai pola monoton linier. Artinya, perubahan dari variabel yang bersangkutan
bergerak naik terus tanpa turun kembali, atau sebaliknya turun terus tanpa naik kembali.
Hubungan kedua variabel tersebut disebut dengan hubungan kovariasional, artinya berubah
bersama. jika variabel x berubah menjadi makin naik, maka variabel y juga berubah makin
naik atau makin turun. Jika kedua variabel berubah ke arah yang sama, maka hubungan itu
disebut hubungan positif. Tetapi, jika kedua variabel itu berubah pada arah yang berlawanan,
maka hubungan itu disebut hubungan negatif.
Hubungan asosiatif atau koveriasional atau hubungan kolerasi bukanlah hubungan sebab
akibat, tetapi hanya menunjukkan bahwa keduanya sama-sama berubah.
3. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah antara suatu variabel yang berfungsi di dalam variabel lain.
Misalnya hubungan antara obat dan penyakit. Obat disebut dengan fungsional jika ia bisa
menyembuhkan penyakit. Berbeda dengan hubungan asosiatif di mana kedua variabel
berdampingan satu dengan yang lain, pada hubungan fungsional variabel yang satu
(independent) berfungsi di dalam variabel yang lain (dependent), sehingga variabel
dependent itu mengalami perubahan.
Hubungan fungsional adalah hubungan korelasional, tetapi hubungna korelasional belum
tentu hubungan fungsional. Jika hubungan kolerasi itu cukup tinggi (erat), maka dapat diduga
bahwa ada hubungan fungsional di antara kedua variabel.
E. Hipotesis Nol
Pembuktian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data yang relevan dengan variabelvariabel yang bersangkutan. Pada saat menggunakan pengujian statistik, maka harus
menggunakan dua macam hipotesis yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nihil atau nol.
Hipotesis nihil atau nol dengan simbol (Ho) inilah sebenarnya yang diuji secara statistic dan
merupakan pernyataan tentang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti, (Ho)
sementara waktu dipertahankan benar-benar hingga pengujian statistik mendapatkan bukti
yang menentang atau mendukungnya. Apabila dari pengujian statistic diperoleh keputusan
yang mendukung atau setuju dengan (Ho) maka dapat dikatakan bahwa (Ho) diterima.
Sebaliknya, jika diperoleh keputusan yang membelot atau bertentangan dengan keputusan
(Ho), maka dapat diambil tindakan bahwa (Ho) ditolak.
F. Jenis Pengujian Hipotesis
Jenis pengujian hipotesis yang dikenal dengan peneliti ada dua yaitu hipotesis direksional
(hipotesis langsung) dan hipotesis non direksional (hipotesis tidak langsung). Hal ini dapat
terlihat dalam uraian sebagai berikut:
1. Hipotesis Direksional adalah rumusna hipotesis yang arahnya sudah jelas atau disebut juga
hipotesis langsung. Sedangkan pengujian hipotesis direksional terdiri dari dua yaitu uji pihak
kiri dan uji pihak kanan.
2. Hipotesis Non Direksional (hipotesis tidak langsung) adalah hipotesis yang tidak
menunjukkan arah tertentu.
Dalam merumuskan hipotesis hendaklah mempertimbangkan hal-hal sebagai baerikut:
1. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
2. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
3. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
4. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data
menguji kebenaran hipotesis itu
Apabila kita memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka kita akan
mengetahui apakah hipotesis itu baik atau tidak. Kita akan mengtahui hipotesis tersebut baik
apabila mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu gejala. Kekuatan menjelaskan
suatu gejala mengandung pengertian bahwa hipotesis tersebut variable-variabelnya
menyatakan hubungan rasional sehingga mampu memberikan penjelasan terhadap
pemecahan masalah penelitian.
2. Variable dalam hipotesis dinyatakan dalam kondisi tertentu.
3. Hipotesis harus dapat diuji. Dapat tidaknya suatu hipotesis dilakukan dengan pengujian,
tergantung pada variabelnya.
4. Hipotesis tidak bertentangan dengan toeri yang sudah mapan.terlepas dari apakah teori
yang sudah diuji kebenarannya cocok atau tiak dengan kondisi tertentu di lapangan, hipotesis
harus tetap berpegang kepada teori yang telah mapan atau yang kebenarannya telah diterima
secara universal.
Dalam penelitian bagaimanapun baiknya hipotesis, bisa saja tidak terbukti kebenarannya.
Artinya data yang diverifikasi secara empiris tidak menunjukkan bukti-bukti yang kuat untuk
menerima hipotesis penelitian.