Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Salah satu kasus yang kami angkat adalah tentang gaya komunikasi
Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering dipanggil
Ahok. Dalam beberapa kesempatan di media massa, Ahok sering menyinggung
kinerja bawahannya secara terang-terangan.
Beberapa pihak menyebutkan bahwa cara komunikasi Gubernur DKI Basuki
Tjahaja Purnama atau Ahok yang selalu menyalahkan memicu kontroversi. Sebab
pola komunikasi Ahok yang dapat dibenarkan para pendukungnya ini, bisa
mendistorsi publik dengan asumsi-asumsi yang belum tentu benar secara hukum.
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi mengatakan komunikasi
politik yang sedang dibangun Ahok, ingin memposisikan dua hal pertama menjadi
bad guy atau good guy.
Gaya bicara tersebut salah satunya berimbas pada mundurnya Walikota
Jakarta Utara, Rustam Effendi. Dikutip dari detiknews.com bahwa saat itu dalam
rapat dengan jajaran Pemprov DKI Jakarta, Ahok menyindir sang Walikota Jakut
terkait akibat masih adanya permukiman liar di kolong Tol Ancol.
Padahal menurut Ahok perintah normalisasi saluran air di kolong Tol Ancol
telah diberikannya sejak tahun lalu. Ahok pun mengatakan Jangan-jangan Wali Kota
Jakarta Utara Rustam Effendi berpihak pada Yusril Ihza Mahendra. Berikut kata-kata
Ahok
yang
dinilai
kurang
pantas
digunakan
pada
forum
tersebut.
Ini Pak Walikota, saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya
suruh usir orang itu, wah ngeyelnya ngeles. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril
ini, kata Ahok dalam rapat penanganan banjir di Balai Kota Jakarta, Jumat
(22/4/2016).
Spontan, sindiran Ahok itu membuat para peserta rapat tertawa. Sementara
Rustam terlihat diam saja. Selain meminta Rustam untuk merelokasi warga di
kolong tol, Ahok juga meminta Pemkot Jakarta Utara untuk segera menggusur
warga yang tinggal di kolong Jembatan Merah.
"Jembatan merah itu kan ada rumah-rumah di Husada, itu juga harus kamu
singkirin. Kalau enggak, nanti pasti banjir," Ahok menegaskan.
Menanggapi tudingan Ahok tersebut, Rustam membantah pihaknya menolak
penertiban kawasan kumuh dan lebih mendukung Yusril. "Enggak gitu, enggak
benar. Kita masih jalan terus ini penertiban," ujar dia. Merasa tersinggung, Rustam
menulis di akun Facebook-nya sebelum akhirnya mundur. Ia menegaskan bahwa
perkataan Ahok soal dia sepihak dengan Yusril Ihza Mahendra dirasanya sebagai
sesuatu yang menyakitkan. Pada Senin sore, Rustam menghadap Ahok dan
memutuskan mundur dengan alasan merasa kinerjanya kurang bagus. Berikut
adalah cuplikan kata-kata dari laman resmi akun facebook Rustam Effendi.
bicara. Untuk itu perlu kesadaran pribadi mengenai jabatan, tempat serta lawan
bicara kita saat melakukan komunikasi agar hal seperti ini tidak terulang lagi
mengingat pihak-pihak yang ada dalam kasus ini adalah orang yang mempunyai
pengaruh besar terhadap publik.