Vous êtes sur la page 1sur 25

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

D DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT & TIDUR


DI RUANG Ayub 1 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

NAMA MAHASISWA :
Tri Cantika Tasti
G3A016076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

B.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan asuhan keperawatan tentang astritis ini adalah agar kita sebagai mahasiswa
mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam memecahkan apa permaslahan yang timbul an
bagaimana cara mengatasi masalah yang ada dalam kasus HEG Gastritis. Dengan demikian,
mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga
dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh
diet yang sembrono ( Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ;
Hinchliff, 1999 : 182 ).

B. Etiologi
Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada
sebagian besar kasus, gastritis erosif menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat.
Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosif misalnya trauma yang luas,
operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar
yang luas, trauma kepala, dan septikimia.Gastritis akut sering disebut gastritis akut
stress. Penyebab lain adalah pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin
yang tanpa pelindung selaput enteric, alkohol, rokok, stres berat, trauma pembedahan
susunan saraf pusat, radiasi pada lambung, infeksi compylobacter, obat
kemoterapeutik anti tumor (Robbins, 1995: 242; Suyono, 2001 : 127).

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari gastritis akut adalah sindrom dyspepsia berupa
nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

Sedangkan pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya
sebagian kecil mengalami nyeri ulu hati
D. Diagnosa medis
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan.
2. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan mukosa lambung yang
teriritasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan nutrient yang tidak adekuat

E. Kebutuhan dasar

1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa
pun yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi
protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan
pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
c.
d.
e.
f.

juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;


Mengetahui apa yang terjadi;
Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.
(Perry & Potter, 2006)

2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur
memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk
periode keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra
atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan

mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan


sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.
Perubahan tersebut, antara lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;
b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;
d. Relaksasi otot-otot rangka;
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
f.
A. SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum
tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara
teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang
memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur
dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM)
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
b.
c.

yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T


ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi

tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008)
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem
pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang Kajian Stres

Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang


Anak Rs Baptis Kediri, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak
saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila
masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan
kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak
mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit
Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan
akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula
yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan tidur REM
(Asmadi, 2008)
C. ASUHAN KEPERAWATAN

PADA

PASIEN

DENGAN

GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR


1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami
gangguan tidur

7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan
mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata,
bicara lambat, sikap loyo
e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
(Doengoes, 2002)
2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
d. Kesiapan meningkatkan tidur
(NANDA, 2013)
3. Intervensi dan rasional
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan

1) Tujuan
Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia
teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60100 x/ menit irama reguler, wajah tidak pucat
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab insomnia
R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan,
cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur
R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian
yang penting untuk memperoleh ketenangan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur
dapat teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur
R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena kondisi lingkungan, kecemasan, pengalaman mimpi buruk
b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat
menenangkan pikiran
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola
tidur teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
3) Intervensi dan Rasional
a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur
R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan
pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur

R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat


menenangkan pikiran
d. Kesiapan meningkatkan tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat dipertahankan
secara adekuat
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji pola tidur pasien
R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui
kualitas tidur pasien
b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang adekuat
R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur
(Doengoes, 2002)

BAB III
KASUS KELOLAAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN
a. BIODATA
1. Identitas pasien
Nama
: Ny. D
Umur
: 29 Tahun
Jenis kelamin
: Peremuan
Agama
: Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal masuk :20 September 2016 jam 21.01
Diagnosa medis : HEG Gastritis
2. Penanggung jawab
Nama
: Tn. C
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta

Hub. dg Pasien : Suami


b. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh Sulit tidur .
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Alasan dirawat di rumah sakit / perjalanan penyakit
Pasien mengeluh demam, menggigil dan mual pada saat berada di ruang
tunggu poly
Pasien mengatakan sebelum datang ke poly pasien habis memakan makanan
ringan dan pedas yang mengandung banyak bumbu-bumbu pengawet pada
lalu pasien berobat ke poly dan dianjurkan oleh dokter untuk di rawat inap.
b. Timbulnya keluhan
Keluhan dirasakan secara tiba-tiba
c. Upaya yang dilakukan
Keluarga berupaya membawa pasien ke rumah sakit.
3. Riwayat perawatan dahulu dan sekarang
Pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit, biasanya sebulum sakit ini hanya
diperiksakan di pusat pelayanan kesehatan terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama.
c. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum dirawat : Pasien jika sakit memeriksakan di pelayanan kesehatan dekat
dengan rumah.
Selama dirawat

: Pasien saat ini dirawat di ruang ayub 2, untuk pemeliharaan

kesehatannya selalu terkontrol oleh perawat dan dokter yang merawatnya.


2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum dirawat : Pasien makan sehari-hari rutin 2x dalam 1 hari, tapi semenjak
hamil pasien hanya makan 5-6 sendok..
Selama dirawat : Pasien makanmakanan dari rumah sakit berbentuk bubur dan
pasien menghabiskan satu porsi yang diberikan oleh rumah sakit.
3. Pola eliminasi
Sebelum dirawat :Untuk BAB pasien rutin dalam satu hari BAB sebanyak 1 kali.
Pola BAK : Dalam 1 hari BAK 5 kali
Selama dirawat : Untuk BAB pasien mengatakan baru 1 kali selama dirawat di
rumah sakit.
Pola BAK : Dalam 1 hari BAK 4-5 kali
4. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit
: Pasien beraktifitas sebagai pegawai kantoran, pasien tidak
pernah berolahraga.
Selama dirawat : Pasien hanya jalan dan dibantu oleh keluarga jika akan pergi
ke kamar mandi, pasien banyak berbaring dan duduk di tempat tidur karena badan
masih terasa lemah.

5. Pola istirahat dan tidur


Sebelum dirawat : Pasien sebelum dirawat tidak ada masalah dengan tidurnya.
Setelah sakit
: Pasien hari pertama dirawat bisa memulai tidur pada jam 12
malam, dan sering terbangun karena merasakan tidak terbiasa tidur dirumah sakit,
sehingga waktu pagi hari pasien masih merasakan mengantuk, dan menguap
sesekali, hari kedua dirawat pasien engatakan tidur masih belum nyenyak karena
tidak nyaman.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Sebelum dan selama sakit pasien memiliki orientasi tempat, waktu, orang dengan
baik.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien ramah dengan tetangga bangsal atau pasien lain.
8. Pola reproduksi dan seksual
Pasien sedang hamil 2 bulan anak pertama dan 1 suami
9. Persepsi diri dan konsep diri
Pasien menerima keadaan sekarang, pasien berusaha untuk sembuh.
10. Pola mekanisme koping
Pasien beruhasa untuk menjaga kesehatannya dan berusaha untuk tenang
11. Pola nilai kepercayaan/keyakinan
Pasien sebelum sakit beribadah dengan rutin sebagai seorang muslim namun
selama sakit pasien hanya bisa menjalankan ibadah dengan berzikir.
d. PENGKAJIAN FISIK
1. Keaadan umum
pasien sadar, keadaan umum cukup
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran : Compos metis dengan GCS: 15
3. Tandatanda vital
a. Suhu tubuh : 36 C
b. Tekanan darah : 115/70 mmHg
c. Respirasi
: 20 x/menit
d. Nadi
: 70 x/menit
4. Pengukuran antopometri
a. BB
: 62 kg
b. TB
: 165 cm

E: 4

M: 6

V: 5

5. Kepala
Tidak ada luka ,bentuk mesocapheal.
a. Rambut
Panjang, hitam beruban, bersih.
b. Mata
Penglihatan pasien memakai alat bantu melihat berupa kaca mata pasien
mengatakan rabun jauh , konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterik, reaksi
terhadap cahaya, tidak ada sekret, mata terlihat sayu.
c. Hidung

Tidak ada sekret, bersih, bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada napas
cuping hidung.
d. Telinga
Telinga bersih, tidak ada sekret, bentuk simetris, tidak memakai alat bantu
dengar.
e. Mulut
Mulut besih, tidak ada sariawan, mukosa lembab, warna merah muda, tidak
bau mulut.
6. Dada dan thorak
a. Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
7. Abdomen
Inspeksi
Aukultasi
Palpasi
Perkusi

: Simetris
: Sonor
: Vocal vremitus normal
: Vesikuler
: Ictus cordis tak tampak
: Ictus cordis tidak teraba
: Pekak
: Terdengar BJ I dan BJ II
: Simertis
: Bising usus ada 5-30 x/menit
: Timpani
: Tidak ada masa, tidak ada nyeri pada 4 kuadran.

8. Genital
Tidak terpasang DC, tidak ada luka, bersih
9. Ekstremitas
Kuku bersih CPR<2 detik,tidak ada edema, pasien terpasang infus pada tangan
kanan.
10. Kulit
Sawo matang, bersih,tidak ada luka, tidak ada edema, turgor baik.
e. DATA PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 September 2015
Hematologi

Hasil

Satuan

Nilai normal

Hemoglobin

12.3

g/dL

11.7-15.5

Hematokrit

36.40

35-47

Jumlah Lekosit

8200

/uL

3.6-11.0

Jumlah Trombosit

265

ml

150-400

Laju Endap Darah (LED)

S.Typhi O

1/160

Negatif

S.Typhi H

1/80

Negatif

S.Paratyphi A

1/60

Negatif

S.Paratyphi B

Negatif

Negatif

S.Paratyphi C

Negatif

Negatif

2. Therapy
a. Obat oral
Dexamethasone
Antasid syrp
Calcium (kale)
b. Obat injeksi
Injeksi Ondancetron
Infus R/L
Infus Futrolit
Infus D5

2x4 mg/ 24 jam


3x1 sendok takar / 24 jam
1tab/24jam
3x4 mg/ 12 jam
20 tpm
20tpm
20tpm

f. PENGELOMPOKAN DATA
TGL

DATA

TT

DS :
Pasien mengeluh tidak bisa tidak tidur dan rasa mual sedikit berkurang.
DO :
Pasien terlihat lemas, Pasien sering terbangun tampak tidak nyaman
dengan tidurnya, mata terlihat sayu, terlihat sedikit kehitaman pada
daerah kelopak mata.
TD : 115/70 mmHg, HR : 70 x/menit, RR : 20 x/menit
g. ANALISIS DATA
DATA

ETIOLOGI

DS :
Faktor lingkungan
Pasien
mengatakan
tidurnya tidak nyenyak
karena tidak nyaman.
DO :
Pasien sering terbangun,
mata terlihat sayu, kelopak
mata
terlihat
agak
kehitaman.
DS :

masukan

nutrient

MASALAH
Gangguan pola istirahat
dan tidur

yang Ketidakseimbangan nutrisi

Pasien mengeluh perut tidak adekuat


sedikit mual dan tidak
nafsu makan
DO :
Pasien tampak lemas, TD :
115/70 mmHg, HR : 70
x/menit

kurang dari kebutuhan


tubuh

h. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan rasa nyeri yang
dirasakan saat tidur
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak adekuat
G. PERENCANAAN
No. TGL

TUJUAN & KH

Tujuan :
Setelah

INTERVENSI
a. Kaji

dilakukan

tindakan keperawatan
selama

3x24

jam

a. Gangguan pola

penyebab

tidur

terganggunya

disebabkan

pola tidur

oleh

banyak

faktor

seperti

gangguan pola tidur


teratasi
KH :
Pasien

RASIONAL

dapat

lingkungan,
cemas
tidur

cukup

atau

obat-obatan

dimalam dan siang


hari (6-8 jam )/hari

b. Kondisikan

b. Lingkungan

lingkungan

yang

yang nyaman

dapat

untuk tidur

meningkatkan
kualitas
pasien

nyaman

tidur

c. Anjurkan

c. rileks

dapat

pasien untuk

mengendurkan

rileks

otot-otot

saat

yang

akan memulai

tegang sehingga

tidur

dapat

dan

berikan

menenangkan

pendidikan

pikiran

kesehatan
mengenai
manfaat tidur
d. kolaborasi

d. membantu

dalam

dalam mengatsi

pemberian

masalah pasien

obat

Tujuan :
Setelah
dialakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam rasa
mual pasien berkurang

KH :

Klien
mengungkapkan
rasa mual

a. Pantau tandatanda
vital,
intensitas/skala
nyeri

a. Mengenal dan
memudahkan
dalam
melakukan
tindakan
keperawatan.

berkurang atau
hilang.

Tanda-tanda
vital normal.

Klien tampak
rileks.

b. Atur
posisi
pasien
senyaman
mungkin

b. posisi
yang
tepat
mengurangi
penekanan dan
mencegah
ketegangan otot
serta
mengurangi
nyeri.

Lakukan

b. Dapat tercipta
hubungan baik antara
klien dan petugas

b.
Pendekatan

pada

Klien
c. Tanyakan tentang

c. Dapat meningkatkan

pilihan makanan yangg nafsu makan klien\


sesuai
d. Tanyakan tentang
riwayat

alergi

makanan

d. Dapat

mengidentifikasi
gangguan pola makan
e. Berikan penjelasan pada klien
tentang kondisi klien
e. Klien dan keluarga
dapat mengetahui
keadaan pasien dan
dapat mengerti
g. Kolaborasi dengan bagaimana
tim medis atau ahli tindakannya
gizi

f. Memberikan gizi
atau diet yang tepat
pada klien dan
mempercepat proses
penyembuhan

H. TINDAKAN KEPERAWATAN
NO.
DX

WAKTU

TINDAKAN

RESPON PASIEN

22/09/16
07.00

Operan jaga
S : Pasien mengeluh tidur jam
Observasi
keadaan 12
malam
dan
sering
umum pasien
terbangun.
O : pasien tampak mengantuk,
mata sayu

09.00

Kaji
penyebab S : pasien mengatakan tidak
terganggunya
pola terbiasa tidur di rumah sakit.
O : pasien kooperatif
tidur

TT

10.00

menganjurkan pasien
untuk rileks saat akan
memulai tidur dan
memberikan
pendidikan kesehatan
mengenai
manfaat
tidur

S : pasien mengatakan
mengerti tentang apa yang
dijelaskan perawat
O : pasien malakukan anjuran
yang disarankan

10.30

Kolaborasi pemberian S :
O : Obat masuk melalui IV
injeksi :
Injeksi Ondancetron
3x1 amp

23/09/16
07.00

Operan jaga
Obs. Keadaan umum S : pasien mengatakan sudah
pasien
bisa tidur tetapi belum
nyenyak
O : pasien tampak lebih
bersemangat

08.30

menanyakan tentang S : pasien mengatakan suka


pilihan makanan yang makanan yang pedas
O : Pasien tampak makan
sesuai
bubur yang di berikan oleh
rumah sakit

09.00

memberikan penjelasan S : Pasien mengatakan


tentang kondisi klien
mengerti apa yang dijelaskan
perawat.
O : pasien dan keluaga
tampak mendengerkan saran
perawat.

10.00

Kondisikan lingkungan S :
yang nyaman untuk O : pasien tampak sedang
tidur
yang
paling tidur
disukai pasien

H. CATATAN PERKEMBANAN
No.
1.

WAKTU/
TGL

EVALUASI

29/09/15

S : Pasien mengeluh belum bisa tidur nyenyak


tertidur jam 12 malam
O : Mata tampak sayu, ada kehitama di bagian

TT

kelopak, sering menguap


A : Gangguan pola tidur teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Pantau keadaan umum klien
Tirah baring
Tempatkan yang paling disukai pasien
2.

29/09/15

S : Pasien mengeluh sedikit mual


O : TD : 115/70 mmHg, HR : 70 x/menit, RR :
20 x/menit
A : mual teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
Lanjut therapy injeksi & oral

3.

30/09/15

S : Pasien mengatakan sekarang sudah dapat


tertidur walau sering terbangun
O : Mata tak sayu lagi, tidak ada kehitaman di
bagian kelopak
A : Gangguan pola tidur teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Pantau keadaan umum klien
Tirah baring
Tempatkan yang paling disukai pasien

4.

S : Pasien mengeluh pusing berpuatar putar


O : TD : 120/70 mmHg, HR : 72 x/menit, RR :
20 x/menit
A : mual teratasi sebagian
P : lanjut intervensi
Lanjut therapy injeksi & oral

BAB IV
PEMBAHASAN
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan rasa nyeri yang
dirasakan saat tidur.
Pengertian :
Gangguan pola tidur adalah Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang
mengganggu fungsi.
Batasan karakteristik :
a. Afek tampak berubah
b. Pasien melaporkan kesulitan tidur
c. Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
d. Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya
e. Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada hari
berikutnya
Faktor yang berhubungan
a. Ketidak nyamanan fisik
b. Ketakutan
c. Pola aktivitas
d. Cemas (ansietas)
e. Depresi
f. Stress
g. Medikasi
Intervensi
a. Kaji penyebab terganggunya pola tidur
b. Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
c. Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan
pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur
Kesenjangan
Kesenjang antara teori dan kasus yang ada dilapangan (pada kasusu kelolaan)
menurut saya tidak terlalu berbeda karena kita melakukan perawatan kepada
pasien yang ada di bangsal juga mengacu atau berpedoman dengan teori yang
telah ada.
Misalnya saja untuk melakukan posisi yang nyaman sebisa mungkin kita mengjaji
bgmna posisi pasien dalam tidur biar nyaman
Pemberian edukasi tentang bagaimana supaya dapat rilek nyaman.

b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.

Pengertian :
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Bataan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif misal gelisah, merintih, menangis dll
Faktor yang berhubungan
Agen penyebab cedera ( misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
Intervensi
a. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri

b. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.


c. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
d. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Kesenjangan
Dari diagnosa nyeri akut antara terori dan kasus yang ada pada kelolaan dari semua
pengkajian dan cara penanganan sudah sama sesuai teori.

Misalnya mengkaji bagaimana nyerinya, datangnya nyeri, frekwensinya, rasa nyerinya


bagaimana, serta pengatasan dari teknik relaksasi napas dalam, pengalihan nyeri, dan
pemberian analgetik

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap
diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal
yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo
yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala
itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt
yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang berputar dapat diatasi dengan
mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak
mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan
sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama
kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien
tetap merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.
B.

SARAN

Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya
setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara
bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya
sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan
terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak
kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan

DATAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner &


Suddarth.Jakarta : EGC
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi