Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NAMA MAHASISWA :
Tri Cantika Tasti
G3A016076
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan asuhan keperawatan tentang astritis ini adalah agar kita sebagai mahasiswa
mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam memecahkan apa permaslahan yang timbul an
bagaimana cara mengatasi masalah yang ada dalam kasus HEG Gastritis. Dengan demikian,
mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga
dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh
diet yang sembrono ( Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ;
Hinchliff, 1999 : 182 ).
B. Etiologi
Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada
sebagian besar kasus, gastritis erosif menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat.
Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosif misalnya trauma yang luas,
operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar
yang luas, trauma kepala, dan septikimia.Gastritis akut sering disebut gastritis akut
stress. Penyebab lain adalah pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin
yang tanpa pelindung selaput enteric, alkohol, rokok, stres berat, trauma pembedahan
susunan saraf pusat, radiasi pada lambung, infeksi compylobacter, obat
kemoterapeutik anti tumor (Robbins, 1995: 242; Suyono, 2001 : 127).
C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari gastritis akut adalah sindrom dyspepsia berupa
nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Sedangkan pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya
sebagian kecil mengalami nyeri ulu hati
D. Diagnosa medis
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan.
2. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan mukosa lambung yang
teriritasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan nutrient yang tidak adekuat
E. Kebutuhan dasar
1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa
pun yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi
protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan
pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
c.
d.
e.
f.
2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur
memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk
periode keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra
atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
b.
c.
tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008)
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem
pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang Kajian Stres
PADA
PASIEN
DENGAN
GANGGUAN
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan
mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata,
bicara lambat, sikap loyo
e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
(Doengoes, 2002)
2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
d. Kesiapan meningkatkan tidur
(NANDA, 2013)
3. Intervensi dan rasional
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
1) Tujuan
Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia
teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60100 x/ menit irama reguler, wajah tidak pucat
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab insomnia
R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan,
cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur
R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian
yang penting untuk memperoleh ketenangan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi
buruk, dimensia, nyeri saat tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur
dapat teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur
R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena kondisi lingkungan, kecemasan, pengalaman mimpi buruk
b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat
menenangkan pikiran
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola
tidur teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
3) Intervensi dan Rasional
a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur
R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan
pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur
BAB III
KASUS KELOLAAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN
a. BIODATA
1. Identitas pasien
Nama
: Ny. D
Umur
: 29 Tahun
Jenis kelamin
: Peremuan
Agama
: Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal masuk :20 September 2016 jam 21.01
Diagnosa medis : HEG Gastritis
2. Penanggung jawab
Nama
: Tn. C
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
E: 4
M: 6
V: 5
5. Kepala
Tidak ada luka ,bentuk mesocapheal.
a. Rambut
Panjang, hitam beruban, bersih.
b. Mata
Penglihatan pasien memakai alat bantu melihat berupa kaca mata pasien
mengatakan rabun jauh , konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterik, reaksi
terhadap cahaya, tidak ada sekret, mata terlihat sayu.
c. Hidung
Tidak ada sekret, bersih, bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada napas
cuping hidung.
d. Telinga
Telinga bersih, tidak ada sekret, bentuk simetris, tidak memakai alat bantu
dengar.
e. Mulut
Mulut besih, tidak ada sariawan, mukosa lembab, warna merah muda, tidak
bau mulut.
6. Dada dan thorak
a. Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
7. Abdomen
Inspeksi
Aukultasi
Palpasi
Perkusi
: Simetris
: Sonor
: Vocal vremitus normal
: Vesikuler
: Ictus cordis tak tampak
: Ictus cordis tidak teraba
: Pekak
: Terdengar BJ I dan BJ II
: Simertis
: Bising usus ada 5-30 x/menit
: Timpani
: Tidak ada masa, tidak ada nyeri pada 4 kuadran.
8. Genital
Tidak terpasang DC, tidak ada luka, bersih
9. Ekstremitas
Kuku bersih CPR<2 detik,tidak ada edema, pasien terpasang infus pada tangan
kanan.
10. Kulit
Sawo matang, bersih,tidak ada luka, tidak ada edema, turgor baik.
e. DATA PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 September 2015
Hematologi
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
12.3
g/dL
11.7-15.5
Hematokrit
36.40
35-47
Jumlah Lekosit
8200
/uL
3.6-11.0
Jumlah Trombosit
265
ml
150-400
S.Typhi O
1/160
Negatif
S.Typhi H
1/80
Negatif
S.Paratyphi A
1/60
Negatif
S.Paratyphi B
Negatif
Negatif
S.Paratyphi C
Negatif
Negatif
2. Therapy
a. Obat oral
Dexamethasone
Antasid syrp
Calcium (kale)
b. Obat injeksi
Injeksi Ondancetron
Infus R/L
Infus Futrolit
Infus D5
f. PENGELOMPOKAN DATA
TGL
DATA
TT
DS :
Pasien mengeluh tidak bisa tidak tidur dan rasa mual sedikit berkurang.
DO :
Pasien terlihat lemas, Pasien sering terbangun tampak tidak nyaman
dengan tidurnya, mata terlihat sayu, terlihat sedikit kehitaman pada
daerah kelopak mata.
TD : 115/70 mmHg, HR : 70 x/menit, RR : 20 x/menit
g. ANALISIS DATA
DATA
ETIOLOGI
DS :
Faktor lingkungan
Pasien
mengatakan
tidurnya tidak nyenyak
karena tidak nyaman.
DO :
Pasien sering terbangun,
mata terlihat sayu, kelopak
mata
terlihat
agak
kehitaman.
DS :
masukan
nutrient
MASALAH
Gangguan pola istirahat
dan tidur
h. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan rasa nyeri yang
dirasakan saat tidur
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak adekuat
G. PERENCANAAN
No. TGL
TUJUAN & KH
Tujuan :
Setelah
INTERVENSI
a. Kaji
dilakukan
tindakan keperawatan
selama
3x24
jam
a. Gangguan pola
penyebab
tidur
terganggunya
disebabkan
pola tidur
oleh
banyak
faktor
seperti
RASIONAL
dapat
lingkungan,
cemas
tidur
cukup
atau
obat-obatan
b. Kondisikan
b. Lingkungan
lingkungan
yang
yang nyaman
dapat
untuk tidur
meningkatkan
kualitas
pasien
nyaman
tidur
c. Anjurkan
c. rileks
dapat
pasien untuk
mengendurkan
rileks
otot-otot
saat
yang
akan memulai
tegang sehingga
tidur
dapat
dan
berikan
menenangkan
pendidikan
pikiran
kesehatan
mengenai
manfaat tidur
d. kolaborasi
d. membantu
dalam
dalam mengatsi
pemberian
masalah pasien
obat
Tujuan :
Setelah
dialakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam rasa
mual pasien berkurang
KH :
Klien
mengungkapkan
rasa mual
a. Pantau tandatanda
vital,
intensitas/skala
nyeri
a. Mengenal dan
memudahkan
dalam
melakukan
tindakan
keperawatan.
berkurang atau
hilang.
Tanda-tanda
vital normal.
Klien tampak
rileks.
b. Atur
posisi
pasien
senyaman
mungkin
b. posisi
yang
tepat
mengurangi
penekanan dan
mencegah
ketegangan otot
serta
mengurangi
nyeri.
Lakukan
b. Dapat tercipta
hubungan baik antara
klien dan petugas
b.
Pendekatan
pada
Klien
c. Tanyakan tentang
c. Dapat meningkatkan
alergi
makanan
d. Dapat
mengidentifikasi
gangguan pola makan
e. Berikan penjelasan pada klien
tentang kondisi klien
e. Klien dan keluarga
dapat mengetahui
keadaan pasien dan
dapat mengerti
g. Kolaborasi dengan bagaimana
tim medis atau ahli tindakannya
gizi
f. Memberikan gizi
atau diet yang tepat
pada klien dan
mempercepat proses
penyembuhan
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
NO.
DX
WAKTU
TINDAKAN
RESPON PASIEN
22/09/16
07.00
Operan jaga
S : Pasien mengeluh tidur jam
Observasi
keadaan 12
malam
dan
sering
umum pasien
terbangun.
O : pasien tampak mengantuk,
mata sayu
09.00
Kaji
penyebab S : pasien mengatakan tidak
terganggunya
pola terbiasa tidur di rumah sakit.
O : pasien kooperatif
tidur
TT
10.00
menganjurkan pasien
untuk rileks saat akan
memulai tidur dan
memberikan
pendidikan kesehatan
mengenai
manfaat
tidur
S : pasien mengatakan
mengerti tentang apa yang
dijelaskan perawat
O : pasien malakukan anjuran
yang disarankan
10.30
Kolaborasi pemberian S :
O : Obat masuk melalui IV
injeksi :
Injeksi Ondancetron
3x1 amp
23/09/16
07.00
Operan jaga
Obs. Keadaan umum S : pasien mengatakan sudah
pasien
bisa tidur tetapi belum
nyenyak
O : pasien tampak lebih
bersemangat
08.30
09.00
10.00
Kondisikan lingkungan S :
yang nyaman untuk O : pasien tampak sedang
tidur
yang
paling tidur
disukai pasien
H. CATATAN PERKEMBANAN
No.
1.
WAKTU/
TGL
EVALUASI
29/09/15
TT
29/09/15
3.
30/09/15
4.
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan dan rasa nyeri yang
dirasakan saat tidur.
Pengertian :
Gangguan pola tidur adalah Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang
mengganggu fungsi.
Batasan karakteristik :
a. Afek tampak berubah
b. Pasien melaporkan kesulitan tidur
c. Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
d. Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya
e. Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada hari
berikutnya
Faktor yang berhubungan
a. Ketidak nyamanan fisik
b. Ketakutan
c. Pola aktivitas
d. Cemas (ansietas)
e. Depresi
f. Stress
g. Medikasi
Intervensi
a. Kaji penyebab terganggunya pola tidur
b. Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
c. Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan
pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur
Kesenjangan
Kesenjang antara teori dan kasus yang ada dilapangan (pada kasusu kelolaan)
menurut saya tidak terlalu berbeda karena kita melakukan perawatan kepada
pasien yang ada di bangsal juga mengacu atau berpedoman dengan teori yang
telah ada.
Misalnya saja untuk melakukan posisi yang nyaman sebisa mungkin kita mengjaji
bgmna posisi pasien dalam tidur biar nyaman
Pemberian edukasi tentang bagaimana supaya dapat rilek nyaman.
Pengertian :
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Bataan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif misal gelisah, merintih, menangis dll
Faktor yang berhubungan
Agen penyebab cedera ( misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
Intervensi
a. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Kesenjangan
Dari diagnosa nyeri akut antara terori dan kasus yang ada pada kelolaan dari semua
pengkajian dan cara penanganan sudah sama sesuai teori.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap
diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal
yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo
yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala
itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt
yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang berputar dapat diatasi dengan
mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak
mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan
sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama
kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien
tetap merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.
B.
SARAN
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya
setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara
bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya
sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan
terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak
kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan
DATAR PUSTAKA