Tubuh manusia sebagaimana makhluk hidup yang lain tersusun atas
berbagai sistem organ, puluhan organ, ribhuan jaringan, dan jutaan molekul. Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan dan matriks molekul padat. Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme, sebagai pembentuk sel, plasma, darah, komponen tubuh lainnya, serta sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler.1 Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan lain-lainnya. Pertahanan volume cairan tubuh bertujuan agar relatif konstan dan komposisinya tetap stabil, penting untuk homeostasis.2,3 Cairan tubuh meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan sinovial pada persendian, cairan serebrospinal pada otak dan medula spinalis, cairan dalam bola mata (aqueous humor dan vitreous humor), cairan pleura, dan berbagai cairan yang terkandung dalam organ dan jaringan.1 Terapi cairan dibutuhkan, kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit dapat dipenuhi. Selain itu dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.2 Sampai saat ini terapi cairan dan elektrolit masih merupakan topik yang menarik untuk dibicarakan. Oleh karena dalam tulisan ini akan dibahas mengenai terapi cairan.