Vous êtes sur la page 1sur 5

M.

RIZKY RASYADI
04011381320023
PSPD A 2013

ANALISIS MASALAH
Bagaimana cara pembuatan visum et repertum pada kasus?
Ada ketentuan pokok penulisan Visum et repertum. Ketentuan ini
dimaksudkan demi keseragaman bentuk Visum Et Repertum. Visum Et
repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :
a. Projustisia
b. Pendahuluan
c. Pemberitaan
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam
Ringkasan hasil pemeriksaan luar dan dalam
d. Kesimpulan
e. Penutup
Adapun ketentuan pokok penulisan Visum Et Repertum, yaitu:
I. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan, disudut kiri atas dicantumkan kata Pro
Justicia. Menyadari bahwa semua surat baru sah di pengadilan bila dibuat
di atas kertas materai dan hal ini akan menyulitkan bagi dokter bila setiap
visum yang dibuat harus memakai kertas materai. Berpedoman kepada
Peraturan Pos, maka bila dokter menulis Pro Yustitia di bagian atas visum
maka ini sudah dianggap sama dengan kertas materai.
Penulisan kata Pro Yustitia pada bagian atas dari visum lebih diartikan agar
pembuat maupun pemakai visum dari semula menyadari bahwa laporan itu
adalah demi keadilan (Pro Yustitia). Hal ini sering terabaikan oleh pembuat
maupun pemakan tentang arti sebenarnya kata Pro Justicia ini. Bila dokter
sejak semula memahami bahwa laporan yang dibuatnya tersebut adalah
sebagai partisipasinya secara tidak langsung dalam menegakkan hukum dan
keadilan, maka saat mulai memeriksa korban ia telah menyadari bantuan
yang diberikan akan dipakai sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam
menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena biarpun Pro Yustitia hanya

kata-kata biasa, tetapi kalau dokter menyadari arti dan makna yang
terkandung di dalamnya maka kata-kata atau tulisan ini menjadi sangat
penting artinya. Kemudian keterangan mengenai:
Identitas dokter yang memeriksa.
Identitas korban, antara lain: nama, tempat tanggal lahir, pekerjaan,
tempat tinggal.
Identitas pe mohon Visum Et Repertum.
Hari, tanggal, tahun, jam pemeriksaan.
Tempat pemeriksaan.
Keterangan lain seperti kapan, dimana dan sebab korban meninggal,
kapan dan dimana korban dirawat.
II. Pemberitaan.
Dalam pemberitaan menyebutkan hasil pemeriksaan korban secara objektif
sepanjang apa yang dilihat dan ditemukan oleh dokter pada korban seperti
rambut, warna kulit, pakaian atau kain dan sebagainya yang termasuk
identitas korban. Hal ini termasuk hasil pemeriksaan luar. Kemudian
dilanjutkan pemeriksaan dalam yang meliputi bagian tubuh penting seperti
otak, limpa, lambung dan sebagainya. Hal ini penting karena ada
kemungkinan kematian seseorang bukan disebabkan langsung oleh luka
karena penganiayaan atau karena kecelakaan lalu lintas melainkan karena
limpa pecah disebabkan karena telah lama menderita penyakit malaria.
III. Kesimpulan.
Bagian ini menjelaskan pendapat dokter atas dasar hasil pemeriksaannya
sesuai dengan pengetahuan yang sebaik-baiknya. Pada Visum Et Repertum
ada empat hal yang perlu diungkapkan dalam kesimpulan yaitu:
Identitas Jenazah.
Kelainan yang ada pada diri korba baik dari pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam.
Hubungan sebab akibat dan kelainan yang didapati pada saat
pemerisaan.
Sebab dan saat kematian atau kualifikasi luka.
IV. Penutup
Bagian ini mengingatkan pembuat dan pemakai visum bahwa laporan
tersebut dibuat sejujur-jujurnya dan mengingat
sumpah. Untuk
menguatkan pernyataan itu dokter maka sesuai dengan Ordonansi
Staatsblad 1937 No.350, maka pada bagian bawah dicantumkan Sumpah
yang berarti bahwa Visum Et Repertum harus dibuat berdasarkan sumpah,
yakni sumpah dokter. Dengan demikian barulah Visum Et Repertum
mempunyai kekuatan sebagai alat bukti yang dan perlu diakhiri dengan
mengingat sumpah seperti misalnya sebagai berikut:

Demikianlah Visum Et Repertum dibuat dengan sesungguhnya, dengan mengingat


sumpah/janji sewaktu menerima jabatan Tentu saja tanda tangan dan nama terang harus
dicantumkan (Sinaga, 2010

Prosedur permintaan visum ini, sebagai berikut :


1. Permohonan harus dilakukan secara tertulis, oleh pihak-pihak yang
diperkenankan untuk itu. Alasannya karena permohonan visum ini
berdimensi hukum, artinya dokter tidak boleh dengan serta merta
melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang luka, yang terganggu
kesehatannya ataupun ataupun seseorang yang mati karena tindak pidana
atau tersangka sebagai korban tindak pidana.
2. Permohonan ini harus diserahkan oleh penyidik bersamaan dengan
korban, tersangka, dan juga barang bukti kepada dokter ahli kedokteran
kehakiman. Alasannya untuk dapat menyimpulkan hasil pemeriksaannya,
dokter tidak dapat melepaskan diri dari dengan yang lain. Artinya peranan
alat bukti yang lain selain korban mutlak diperlukan.
Pihak-pihak yang berwenang meminta bantuan ahli kedokteran kehakiman
dalam kaitannya dengan persoalan hukum yang hanya dapat dipecahkan
dengan bantuan ilmu kedokteran kehakiman :
1. Hakim pidana, melalui jaksa dan dilaksanakan oleh penyidik;
2. Hakim perdata, meminta langsung kepada ahli kedokteran;
3. Hakim pada Pengadilan Agama;
4. Jaksa penuntut umum;
5. Penyidik
RR: 28x/menit, Tekanan Darah:130/90 mmHg, nadi: 50x/menit,
GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif,
pupil kiri reaktif.
No
1

Pemeriksaan fisik
RR : 28 x/mnt

TD 130/90 mmHg

Normal
16-24

Interpretasi
Takipneu, merupakan

x/menit

dari perfusi otak untuk menjaga

120/80

perfusi otak adekuat.


Hipertensi, kompensasi iskemik otak.

mmHg

Dengan rumus :

kompensasi

CPP = MAP - ICP

Jika tekanan intracranial meningkat


maka MAP juga harus meningkat
agar perfusi otak tetap adekuat.

Peningkatan

MAP

menyebabkan

peningkatan tekanan darah.


TIK (ICP) kompensasi untuk
mempertahankan CPPpeningkatan
3

Nadi 50 x/mnt

GCS E4M6V5

5
6

pupil isokor
reflex cahaya

60-100

MAPhipertensi
Bradikardi, akibat penekanan pada

mmHg

medulla oblongata yang selanjutnya

E4M6V5

merangsang pusat inhibisi jantung.


Normal

Isokor
: Reaktif

Normal, N. III normal


Normal, N. III normal

pupil kanan reaktif,


pupil kiri reaktif

Mengapa pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri? (lucid interval


mekanisme)
(Trauma tumpul berupa pukulan getaran hebat tiba-tiba

Perubahan posisi

mendadak dari otak blokade impuls aferen aspesifik gangguan kesadaran /


pingsan Kompensasi respon kepala karena getaran yang ilang sadar kembali
)TIK makin meningkat hematom makin besar herniasi unkus lesi
supratentorial dan menekan arteri di sekitar batang otak hipoksia, hipoglikemia
suplai darah dan oksigen << penurunan kesadaran kembali .
Bagaimana gejala herniasi pada otak?
Manifestasi Klinis
Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak parah. Misalnya seperti penurunan
kesadaran , dengan Glasgow Coma Skor dari tiga sampai lima, salah satu atau kedua
pupil dapat membesar dan mengecil tetapi gagal dalam merespon terhadap cahaya.
Muntah juga dapat terjadi karena kompresi dari muntah pusat di medula oblongata.
Dapat juga dijumpain :

Henti jantung (tanpa denyut nadi)


Pernafasan Irregular
Nadi Irregular
Hilangnya semua refleks batang otak (berkedip-kedip, tersedak, respon pupil terhadap
cahaya tidak ada)
Respiratory arrest (no breathing)

Vous aimerez peut-être aussi