Vous êtes sur la page 1sur 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN KATARAK


A. Konsep Teori Lansia
1. Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1.

Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2.

Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahu

3.

Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun

4.

Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah


banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap
kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu
diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan
latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana
sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini
tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.
Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan
dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
1. Teori Proses Menua
a. Teori teori biologi

1). Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)


Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2). Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak)
3). Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4). Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
5). Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6). Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
7). Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8). Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1). Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara


langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia
2). Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
3). Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni :kehilangan peran ,hambatan kontak sosial ,berkurangnya kontak
komitmen.
2. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
a. Permasalahan umum
1). Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2). Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3). Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4). Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
5). Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
b. Permasalahan khusus :
1). Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial.
2). Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3). Rendahnya produktifitas kerja lansia.

4). Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.


5). Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
7). Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia
5. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
6. Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)

Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b)

Kesehatan umum

c)

Tingkat pendidikan

d)

Keturunan (hereditas)

e)

Lingkungan

f)

Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g)

Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h)

Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman


dan famili.

i)

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran


diri, perubahan konsep dir.

3). Perubahan spiritual


Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970)
7. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia

B. Konsep Hipertensi
1. Batasan Hipertensi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada
orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan
diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut American Heart Association, rata-rata
dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdiknakes
Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar
dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :
a. Hipertensi

esensial

(hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.


b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak 10
%.
2. Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya

hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :


a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur, jenis
kelamin dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan tekanan darah wanita.Juga
statistik di Amerika menunjukan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir
dua kali lipat dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Kebiasaan Hidup.
Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
1)

Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa atau
penduduk dengan konsumsi garam rendah jarang menderita hipertensi. Dari
dunia kedokteran juga telah dibuktikan

bahwa ,pembatasan garam

dan

pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah
lebih lanjut.
2)

Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada


hubungan antara kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme bagaimana
kegemukan

menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti

penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.


3)

Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa seperti
rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah

dapat

mmerangsang kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon adrenalin dan memacu


jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat , sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stres berlangsung

cukup lama , tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga tinbul kelainan organis atau perubahan


patologis (Dr. Hans Selye: General Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
1)

Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah


sebagai berikut : merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah ; minum alkohol, minum obat-obat,misal;
ephedrin, Prednison, epinefrin.

3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada
peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila
hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan
struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi
tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot
jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat
dengan adanya sklerosis koroner.
4. Usaha Pencegahan Hipertensi.
Pencegahan lebih baik dari

pada pengobatan, demikian juga terhadap

hipertensi.pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan
disiplin dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa; nrimo)

dalam mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Di samping berusaha untuk
memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di ri untuk ikhlas menerima kegagalan
atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus
ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood pressure), antara lain dengan cara
sebagai berikut :
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Menghindari kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olahraga teratur
e. Makan banyak sayur segar
f. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
g. Latihan relaksasi atau meditasi
h. Berusaha membina hidup yang positif.
5. Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
penatalaksanaan yaitu : Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis
6. Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi
hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi
tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja,
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
bertambah kuat (Barry,1987).
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
7. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

( Joint

National Commite On Detection, Evaluation and Treatment of high Blood Pressure, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat Betha , Antagonis kalsium, atau
penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Bila

tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan
sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat
pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang
dari 140/90 mm Hg dengan efek samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama 1
tahun.
8. Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan
tahanan perifer menyebabkan gangguan
mendorong plasma dan lipoprotein

paada endothelium

pembuluh darah

ke dalam intima dan lapisan sub intima

dari

pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis. Peningkatan


tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot polos , yang membentuk jaringan parut intima
dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan penyempitan lumen. (Underjillet
all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
a. Krisis Hipertensi
b. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit
jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada
penderita hipertensi.
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting
untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan
tekanan darah.
d. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis
mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat
dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
e. Nefrosklerosis karena hipertensi.
f.

Retinopati hipertenssi.

C. Kosep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian klien dengan hipertensi
a.Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
b.Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.


Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
c.Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
d.Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
e.Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
g.Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
h.Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
2. Pemeriksaan Diagnostik
-

Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar


katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa

- Foto dada
- CT Scan
- EKG
3. Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
4. Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi,
sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher,
tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal:
membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder
terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali
sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan
sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan
jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur
pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan
abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan
kontraktur permanen.
4) Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi
perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan
peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau
persepsi.
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:

1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.


R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau
jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan pemasangan alat bantu ini
5. Pelaksanaan
a.Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b.Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
- Batasi aktivitas.

TINJAUAN KASUS
A.

PENGKAJIAN
1) Data biografi klien
a) Nama

: Tn. S

b) Tempat dan tanggal lahir

: - / umur 67 tahun

c) Pendidikan terakhir

: SD tidak tamat

a)

Agama

: Islam

b)

Satus perkawinan

: Duda

c)

TB/BB

: 155 cm / 37 kg

d)

Penampilan umum

e)

Ciri ciri tubuh

f)

Alamat

g)

Orang yang dekat dihubungi: Tn. Asnat

h)

Hubungan dengan klien

: Cucu.

i)

Alamat

: Ponorogo.

: Bersih dan rapi, badan kurus.


: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih
: Karang Patian Pulung - Ponorogo.

2) Riwayat keluarga

Keterangan:
= laki - laki

= Tn. S

= perempuan

= Perempuan meninggal

3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
4) Riwayat lingkungan hidup
Sekarang klien tinggal di Wisma Kunthi bersama lansia yang lain orang. Jumlah kamar 6
buah dengan kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak
ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur

bersih.

Pertukaran udara an cahaya matahari baik. Tingkat kenyamanan dan privacy terjamin.
4) Riwayat rekreasi
Klien senang nonton TV .

5) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah kesehatan.
Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan kebutuhan lansia serta
kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia mengalami masalah kesehatan yang
serius panti melakuykan rujukan ke puskesmas maupun rumah sakit.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu dan mendapat pembinaan mental dan
rohani setiap minggu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang klien
mngeluh Pusing, Kalau beraktivitas cepat merasa lelah, penglihatan kabur, kadang
kadang terasa lemah diseluruh tubuh .
8) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Psikologis kien meliputi:

Persepsi klien terhadap penyakit: klien memandang penyakitnya


hanya biasa.

Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara


positif dan mau menerima kehadiran orang lain.

Emosi klien stabil

Kemampuan adaptasi klien baik.

Mekanisme pertahanan diri: klien mengatakan senang tinggal di


panti.

9) Tinjauan sistem
a)

Keadaan umum: klien tampak bersih.

b)

Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)

c)

Skala koma glasgow: E=4, V=5, M=6, total15

d)

Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90 mmHg.

e)

Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus normal.

f)

Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.

g)

Sistem kardiovaskuler:
-

Inspeksi: pergerakan dada simetris.

Perkusi: terdapat suara pekak.

Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.

Sistem pernafasan:

Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot bantu

pernafasan.

h)

Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.

Auskultasi: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)


Sistem integumen

Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus
(-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit normal.
i)

Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari,
Ngompol (-)

j)

Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan menggenggam
kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.

k)

Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid.

l)

Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-),
riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.

m)

Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti
dengan frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan hanya porsi. Kebiasaan minum
kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien mengatakan bab tiap hari sekali dengan
konsistensi lembek.

n)

Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 2 orang anak putra dan putri.

o)

Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-). Interpretasi
klien terhadap lawan bicara cukup baik.

10) Status kognitif/afektif/sosial


a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan kesalahan 6, karena
klien sekolah SD tidak tamat.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang tidak
mengerti.

3.1.2 Analisa Data


No
1.

Data

Etiologi

Masalah

DS:
Klien

Ketidakseimbangan

Intoleran aktivitas

mengeluh cepat merasa lelah kalau suplai dan kebutuhan


bekerja, Jantung berdebar debar, O2.
sering berkeringat.
DO:
Teka

2.

nan darah 170 / 90 mmHg, Nadi 80


Defisit

kali/menit,.

pandang, motorik atau cedera

DS:
Klien

lapang Resiko tinggi terhadap

persepsi.

mengatakan sering merasa pusing


dan penglihatan kabur.
DO:
Teka

nan darah 170 / 90 mmHg, Nadi 80


kali/menit,.
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
akan oksigen
2) Resiko tinggi cedera sehubungan dengan penurunan lapangan pandang .

3.3 Perencanaan
No
1.

Diagnosa
Intoleransi

Tujuan
Tujuan/ kriteria:

Aktivitas

- Berpartisipasi dalam

sehubungan

aktifitas

dengan ketidak

diinginkan/

seimbangan

diperlukan.

antara

Intervensi

yang

respon

terhadap

1.

nadi

- Melaporkan

dan kebutuhan

peningkatan

akan oksigen

toleransi

selama/

aktivitas yang cocok


dan seberapa jauh klien

sesudah

dapat melakukannya.

istirahat.
dalam
aktifitas

yang dapat diukur.


- Menunjukkan
penurunan

- Perhatikan

nyeri

dada,

tanda-tanda

perubahan yang terjadi

- Instruksikan tentang tehnik


menggunakan

kursi

3.

tinggi

- Mengidentifikasi

4.

faktor

yang

melakukan

sehubungan

meningkatkan resiko

perawatan

dengan

terhadap cedera.

bertahap

penurunan

- Memperagakan

lapangan

tindakan

keamanan

pandang

untuk

mencegah

Membantu penyesuaian
terhadap

perubahan aktivitas

dorongan

cedera

terjadinya

tubuh

- Melakukan aktifitas dengan


- Beri

Mencegah
kelelahan

saat

perlahan-lahan.
Resiko

Untuk
mengidentifikasikan

mandi, sisir rambut.

intoleransi fisiologi

2.

dyspnea, pusing.
menghemat tenaga, misal:

dalam

Untuk
mengidentifikasikan

aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah,

suplai

2.

- Kaji

Rasional

untuk

5.

Aktivitas

mandiri

aktifitas/

membantu

dalam

diri

secara

perubahan

kebutuhan

jika

dapat

hidup

ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan

menurunkan cedera.

kebutuhan.

cedera.
1) Lakukan

tindakan

mengurangi

untuk
bahaya

2) Bila penurunan sensitifitas


menjadi

ajarkan

2) Kerusakan

sensori

pasca

dapat

CVA

mempengaruhi
persepsi

lingkungan.
taktil

1) Membantu

klien

terhadap suhu.

masalah

3) Penggunaan lat bantu

untuk

yang tidak tepat atau

klien

melakukan:

tidak

- Kaji suhu air mandi dan

meyebabkan

bantalan

pemanas

sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap
hari

terhadap

cedera

yang tak terdeteksi.


- Pertahankan kaki tetap
hangat dan kering serta
kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
3) Lakukan tindakan untuk
mengurangi resiko yang

pas

dapat

regangan atau jatuh.


4) Klein dengan masalah
mobilitas,
memerlukan
[emasangan
bantu ini dan

alat

berkenaan

dengan

pengunaan alat bantu.


4) Anjurkan klien dan keluarga
untuk

memaksimalkan

keamanan di rumah.

3.4 Implementasi
Waktu/tgl
5 03 --2002

Implementasi

Evaluasi

12.00

Memb

erikan HE tentang:

Kli
en kooperatif.

Penye

bab terjadinya kelelahan pada

Kli
en tampak serius memperhatikan.

pasien dan alasan timbulnya


keluhan yang seperti, penglihatan
kabur dan cara cara untuk
6 03 2002

mengatasinya agar tidak timbul

07.30

cedera.

Mene

en berpartisipasi dalam kegiatan

mani pasien saat klien mengikuti


senam.

senam dari awal sampai akhir.

08.00-10.30

Kli

Meng

Na
di 80 Kali / menit

ukur Nadi pasien setelah melakukan


senam .

Meng

Ti
dak mengeluh lelah

kaji keluhan pasien setelah melakukan

11.00

senam.

Melak
ukan

7 03 2002

pemeriksaan

melibatkan

08.00

klien

fisik,

dalam

Kli
en mengikuti kegiatan rekreasi dan

dan

klien banyak tertawa

kegiatan

rekreasi.

Kli
en mengatakan mengikuti saran

Memo
tivasi klien untuk

beristirahat bila

yang diberikan mahasiswa

merasa lelah.

Kli
en kooperatif.

Menje

laskan pada pasien tentang pentingya

Kli
en tampak serius memperhatikan

istirahat.
11.00

Melibatkan

klien

untuk

mengikuti

en

kegiatan senam.

Kli
berpartisipasi

mengikuti

kegiatan senam tanpa keluhan

Mendampingi klien makan siang dan

lelah

memotivasi untuk meningkatkan porsi


makan .

Menjelaskan pada pasien cara cara


untuk menghidari terjadinya cedera

Menganjurkan pada pasien untuk

Kli
en kooperatif.

melaporkan pada petugas kesehatan

Kli

panti bila timbul keluhan .

en tampak serius memperhatikan

Meminta Petugas kesehatan Panti


agar dapat mengontrol tekanan darah

klien.

Kli

Mengevaluasi tekanan darah, nadi dan

en mengatakan akan mengikuti

Pernapasan.

saran yang diberikan.

Melakukan terminasi dan evaluasi.

Te
nsi 170/80 mmHg, Nadi 70
Kali/menit, RR 18 kali/menit.

3.5 Evaluasi
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Intoleransi

Aktivitas

sehubungan

dengan ketidak seimbangan antara


suplai dan kebutuhan akan oksigen

Evaluasi
Tanggal: 7 Maret 2002-03-14
S: Klien mengatakan mengatakan tidak mengeluh lelah. Merasa
agak kuat .
O: nadi 70 Kali/menit, RR 18 Kali/menit, bebas melakukan
aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian.

2.

P: Rencana dapt diteruskan.


S: Klien mengatakan tidak merasa pusing dan penglihatannya
tidak kabur.
Resiko tinggi cedera sehubungan
dengan
pandang

penurunan

lapangan

O: Klien bebas berjalan dan berkomunikasi dengan teman


temannya
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana diteruskan.

Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat
Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi