Vous êtes sur la page 1sur 22

Bab I

Pendahuluan
1

Latar Belakang
Dengan seiringnya perkembangan dan penyebaran mikrooganisme, mikroorganisme
tersebut baik dapat bersifat pathogen atau apatogen tetaplah berbahaya bagi kesehatan
manusia, mikroorganisme tersebut misalnya bakteri, virus, jamur dan protozoa yang
menyebabkan manusia dapat berisiko terinfeksi.Dalam perkembangan mikroorganisme
dapat ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung penyebaran lewat udara,
dan vector serta peralatan yang terkontaminasi . peningkatan usia, nutrisi yang buruk,
stress , kondisi keturunan, penyakit kronik dan tinakan atau kondisi yang membahayakan
respon imum dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Dalam mencegah dan
mengendalikan penularan infeksi mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting,
selain itu dalam tubuh terdapat flora normal yang dapat membantu menahan dan
melepaskan susbtansi antibakteri dan menghamabat pertumbuhan bakteri pathogen.
Penulis tertarik mengangkat dan membahas materi pengendalian infeksi ini agar klien
yang berisko terkena infeksi dapat melaksanan control infeksi baik dirumah atau
ditempat perawatan, agar dapat mencegah dan mengurangi risiko infeksi.

Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.

Bagaimana cara pengendalian infeksi ?


Bagaimana proses terjadinya infeksi ?
Bagaimana pertahanan tubuh terhadap infeksi
Bagaimana proses keperawatan dalam pengendalian infeksi ?

Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui cara pengendalian infeksi
b. Untuk mengetahui proses terjadinya infeksi
c. Untuk mengetahui pertahanan tubuh terhadap infeksi
d. Untuk mengatahui proses dalam keperawatan untuk pengendalian infeksi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Infeksi


Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Kesehatan yang baik bergantung sebagaian pada
lingkungan yang aman. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi
karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan
terhadap jumlah dan dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasive. Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat
dapat menghindarklan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
1. Sifat Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen yang mampu menyebabkan sakit.Jika
mikroorganisme gagal yang mentyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Suatu penyakit akan timbul jika pathogen
berkembangbiak pada jaringan normal. Jika penyaklit infeksi dapat ditularkan maka
disebut penyakit menular atau contagious.
A. Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi karena adanya suatu siklus.
Adapun elemen elemen berikut yaitu :
a. Agens Infeksius
Mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan protozoa. Organisme
transien normalnya ada dan dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak mudah
dihilangkan hanya dengan mencuci tangan dengan sabun, tetapi dapat hanya
dengan produk yang mengandung bahan antimikroba. Bagi mikroorganisme
adanya factor factor yang mendukung suatu penyakit yaitu :
1. Organisme dalam jumlah yang cukup
2. Virulensi atau kemampuan menyebabkan sakit
3. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
4. Pejamu yang rentan
b. Reservoar
Resevoar adalah tempat agen dapat bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
dapat berkembang biak contohnya adalah Pseudomas bertahan hidup dan
berkembangbiak dalam resevoar nebulizer yang digunakan dalam perawatan
gangguan pernafasan.Selain diperlukan reservoir, perlunya juga carrier atau
penular dimana manusia dan binatang sering tidak menunjukkan gejala
penyakit tetapi terdapat pathogen dalam tubuh mereka. Untunk berkembang
dengan cepat organism memrlukan lingkungan yang sesuai yaitu makanan,
oksigen, Bakteri aneorob, Air, Suhu, Ph, dan Cahaya.
2

c. Portal Keluar
Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat seperti kulit dan
membrane mukosa dimana nanti akan membentuk drainase purulen yang
merupakan portal keluar yang potensial. Selain itu Traktus Respiratorius
contohnya pathogen seperti Mycobacterium tuberculosis yang ada pada traktus
respiratorius dapat dilepaskan dari tubuh ketika tubuh yang terinfeksi itu
bersin, batuk, bicara atau bahkan bernafas. Dan yang termasuk portal keluar
yang lain yaitu traktus urinarius pada kencing, traktus gastrointestinal pada
mulut, traktus reproduktif yang membawa adalah cairan semen oleh pria dan
cairan vagina oleh wanita, dan darah dalam kasus hepatitis B atau C.
d. Cara penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari resevoar ke pejamu.
Misalnya melalui kontak langsung, tidak langsung, droplet, udara, peralatan
seperti alat alat yang terkontaminasi, makanan, dan melalui vector yaitu secara
eksternal atau internal. Semua anggota personel rumah sakit harus mengikuti
praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi dengan cara mengendalikan.
e. Portal Masuk
Organisme dapat masuk dengan melewati rute yang sama saat keluar. Faktor
factor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen
masuk ke dalam tubuh.
f. Hospes Rentan
Seseorang yang memiliki daya tahan tubuh lebih kuat akan lebih susah untuk
terjangkitnya

infeksi.

Pertahanan

alami

seseorang

melawan

infeksi

mempengaruhi resistensi dimana resistensi seseorang terhadap agens infeksius


dapat ditingkatkan dengan vaksin

2.2 Proses Infeksi


Dengan memahami rantai infeksi, perawat dapat melakukan intervensi untuk
mencegahnya perkembangan infeksi. Proses Infeksi berdasarkan tahap yaitu :
1. Proses inkubasi
Interval antara masuknya pathogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
2. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik sampai gejala spesifik
3. Tahap sakit
Interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi
4. Pemulihan
Interval masa penyembuhan yang tergantung terhadap munculnya gejala akut infeksi.

2.3 Pertahanan Terhadap Infeksi


3

Tubuh memiliki perahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal
di dalm san luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa pathogen. Proses peradangan
adalah rekasi dari dalam tubuhn yang merupakan protektif selular dan vaskuylar yang
menetralisasi pathogen dan memperbaiki sel tubuh. Flora normal, system pertahanan tubuh,
dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme
dengan mengabaikan paparan sebelumnya.
a. Flora Normal
Flora normal biasanya tidak menyebabkan penyakit melainkan membantu dalam
memelihara kesehatan.Contohnya flora normal pada usus besar yang tidak menyebabkan
sakit
b. Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan yang unik terhadap mikrorganisme
yang terdapat pada kulit, mulut, saluran pernafasan, saluran urinarius, saluran
gastrointestinal dan vagina.
c. Inflamasi
Respons selular tubuh terhadap cedera atau infeksi disebut inflamasi. Inflamasi juga
disebut reaksi protektif vascular dengan menghantarkan cairan, produk darah, dan nutrient
ke jaringan interstisial ke daerah cedera. Tandanya yaitu adanya bengkak, kemerahan, panas,
nyeri dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi.Respons inflames termasuk hal
hal berikut :
1. Respons vascular dan selular
2. Eksudat inflamasi
3. Perbaikan jaringan
Respons Imun
Saat mikroorganisme penginvasi memasuki tubuh, mikrorganisme tersebut diserang
pertama kali oleh monosit.Materi asing yang tertinggal menyebabkan rentetan respons yang
mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya bebeda dengan
reaksi pertama.Dalam respons imun normal antigen dinetralisasi. Setelah antigen masuk ke
dalam tubuh antigen tersebut akan bergerak ke darah atau limfe dan memulai tahap imunitas
selular. Imunitas selular ada dua kelas limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B.Imunitas
humoral, stimulasi sel B memicu respons imuns humoral menyebabkan sintetis
immunoglobulin. Antibody merupakan molekul protein paling besar yang memiliki kelas
antibody immunoglobulin yang diidentifikasikan dengan huruf M,G,A,E,D.Imunitas natural
dihasilkan setelah terkena penyakit tertentu. Imunitas pasif biasanya berdurasi pendek dan
merupakan jenis yang dapat dipeoleh secara transplasenta. Komplemen adalah senyawa

protein yang ditemukan dalam serum darah.Interferon mengganggu kemampuan virus


bermultifikasi dan melindungi sel tubuh dari infeksi simultan virus lain.
Infeksi Nonsokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat
pasien menjalani proses asuhan keperawatan Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008)
adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72
jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah
sakit. Infeksi iatrogenic adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh prosedur
diagnostic atau terapeutik. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap
individu yang bukan merupakan flora normal. Infeksi endogen dapat terjadi bila flora normal
tumbuh secara berlebihan.
d. Konsep Asepsis
Usaha perawat untuk meminimalkan serangan dan penyebaran infeksi didasrkan pada
teknik aseptic. Asepsis berarti tidak adanya pathogen penyebab sakit. Dua teknik aseptic
yaitu asepsis bedah yaitu tekni steril, termasuk prosedur yang dugunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada suatu daerah dan asepsi medis yaitu teknik bersih termasuk prosedur
yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme misalnya mencuci tangan.

PROSES KEPERAWATAN DALAM PENGENDAALIAN INFEKSI


1.

Pengkajian
Perawat mengkaji mekanisme pertahanan, kerentanan, dan pengetahuan klien

mengenai infeksi. Tinjauan yang menyeluruh mengenai kondisi klinis klien dapat
mendeteksi tanda dan gejala infeksi. Faktor risiko terhadap infeksi:
Pertahanan primer tidak adekuat

Kulit atau mukosa rusak


Jaringan trauma
Penurunan kerja siliar
Obstruksi aliran urine
Gangguan peristalsis
Perubahan pada pH sekresi
Penurunan mobilitas
Pertahanan sekunder tidak adekuat

Penurunan kadar Hb
5

Supresi sel darah putih


Supresi respon inflasi
Hitung sel darah putih
A. Status Mekanisme Pertahanan
Tinjauan ulang dari temuan pengkajian fisik dan kondisi medis klien menggunakan
keadaan mekanisme pertahanan normal melawan infeksi.
Kerentanan Klien
Banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi.
a. Usia.
Bayi memiliki pertahanan yang lemah terhadap infeksi. Lahir dengan hanya memiliki
antibodi dari ibu. Dewasa awal telah menyaring pertahanan terhadap infeksi.Virus
merupakan penyebab penyakit infeksi. Pertaahanan infeksi dapat berubah sesuai usia
(Smith dan Rusnak, 1991).
b. Status nutrisi.
Jika diet yang buruk dan penyakit yang melemahkan mengakibatkan asupan protein
tidak adekuat, kecepatan pemecahan protein melebihi sintesis jaringan. Pengurangan
asupan protein dan nutrient lain seperti karbohidrat dan lemak menurunkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan menghambat penyembuhan luka.
c. Stres.
Tubuh berespon terhadap stress emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika
stres terus berlangsung atau menjadi lebih berat, kadar kortison yang tinggi
mengakibatkan penurunan daya tahan terhadap infeksi.
1. Hereditas. Kondisi hereditas mengganggu respon individu terhadap infeksi.
2. Proses penyakit. Klien yang sakit pada sistem imun berisiko terutama terhadap
infeksi.
3. Terapi medis. Banyak obat dan terapi medis mempengaruhi imunitas terhadap infeksi.
Perawat mengkaji riwayat klien untuk menentukan apakah klien di rumah memakai
obat yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
B. Penampilan Klinis
Tanda dan gejala infeksi dapat berupa lokal atau sistemik. Infeksi lokal paling sering
pada area luka di kulit atau membran mukosa. Untuk mengkaji area infeksi lokal, peerawat
menginspeksi area adanya kemerahan dan bengkak yang disebabkan oleh inflamasi. Perawat
menanyakan klien tentang adanya nyeri atau nyeri teekan disekitar tempat itu. Infeksi
sistemik mengakibatkan lebih banyak gejala utama daripada infeksi lokal. Biasanya
menyebabkan demam, keletihan dan ketidakmampuan. Infeksi sistemik terjadi setelah
pengobatan terhadap infeksi lokal gagal.
6

C. Data Laboratorium
Tinjauan ulang tentang hasil tes dapat menunjukkan infeksi. Faktor lain selain infeksi
dapat mempengarruhi nilai tes misalnya, trauma dan stress. Tes laboratorium untuk
memeriksa infeksi.
Nilai Lab.

Nilai Normal

Petunjuk Infeksi

Jumlah SDP

5000-10000/ mm3

Peningkatan infeksi akut,


penurunan infeksi virus
tertentu atau infeksi umum

Laju endap darah

Lebih dari 15mm/jam untuk


pria dan 20 mm/jam untuk
wanita

Meningkat pada
proses inflamasi

adanya

Kadar zat besi

60-90g/dl

Menurun
kronik

infeksi

Kultur urine dan darah

Normal
steril,
pertumbuhan
mikroorganisme

Kultur luka, sputum dan


tenggorok

Kemungkinan flora normal

Terdapat pada pertumbuhan


mikroorganisme infeksius

Neutrofil

55%-70%

Meningkat pada infeksi


supuratif akut, menurun
pada infeksi bakteri umum

Limfosit

20% - 40%

Meningkat pada infeksi


bakteri dan virus, menurun
pada sepsis.

Monosit

2% - 8%

Meningkat pada infeksi


protozoa, reketsia, dan
tuberculosis

Eosofil

1% - 4%

Meningkat
parasitic

Basofil

1,5% - 1%

Normal selama infeksi

tanpa

pada

Terdapat pada pertumbuhan


mikroorganisme infeksius

Jumlah Diferensial

D. Klien Infeksi

pada

infeksi

Klien yang menderita infeksi dapat memiliki masalah kesehatan yang bervariasi.
Perawat mengkaji bagaimana infeksi mempengaruhi kebutuhan klien dan keluarga,
kebutuhan tersebut meliputi, kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.

2. Diagnosa Keperawatan
Pemilihan diagnose keperawatan yang tepat tergantung pada analisis data secara tepat.
Diagnosa harus mengandung factor etiologi yang sesuai sehingga perawat dapat menetapkan
rencana yang tepat.
Contoh diagnosa keperawatan Nanda untuk infeksi.

Risiko Infeksi yang berhubungan dengan:


Gangguan imunitas
Kerusakan jaringan
Malnutrisi
Risiko cedera yang berhubungan dengan:
Gangguan imunitas
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan:
Gangguan sirkulasi
Paparan terhadap iritasi
Gangguan membrane mukosa oral yang berhubungan dengan:
Iritasi traumatic dari selang nasogastrik
Higiene oral yang tidak efektif
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan:
Kebiasaan diet buruk
Gangguan fungsi gastrointestinal
Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan:
Gesekan
Imbilisasi fisik
Paparan terhadap iritasi kulit
Isolasi sosial yang berhubungan dengan:
Kesalahan konsep tentang penyakit yang ditularkan secara seksual.
Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan:
Ketidaksukaan klien terhadap luka terbuka
Persepsi diri berkenaan dengan penyakit yang ditularkan melelui hubungan
Seksual
8

3. Perencanaan
Rencana keperawata klien berdasarkan pada setiap dialog keperawatan dan
factor yang berhubungan. Intervensi diselesaikan dalam kolaborasi dengan klien,
keluarga, dan orang lain dalam tim perawat kesehatan. Perawat mengarahkan
perawatan dalam lingkungan perawatan akut dan dapat melibatkan ahli gizi atau
terapis untuk membantu pengajaran prosedur yang perlu diikuti setelah pulang.
Tujuan perawatan dapat termasuk:
1. Pencegahan paparan terhadap organism infeksius
2. Memantau atau menurunkan penyebaran infeksi
3. Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
4. Klien dan keluarga belajar tentang teknik control infeksi.
Pembentukan rencana keperawatan termasuk praktik pencegahan infeksi.
Contoh rencana askep untuk risiko terhadap infeksi.

Klien

Tujuan

Hasil yang

tetap

Diharapkan
bebas Daerah
tusukan Ganti

dari
nosokomial

Intervensi

Rasional

kateter Penggantian

infeksi jarum intravena tidak intravena setiap 42-72 kateter


terinfeksi.

jam;

balut

vena

tempaat perifer setiap 48-

tusukan

dengan 72

balutan steril

jam

mengurangi
septicemia

Klien

tetap

nosokomial
tidak Bila balutan lembab Kelembapan atau

demam selama rawat dan


inap

ada

terakumulasi

darah darah

yang

pada tampak

pada

balutan, ganti balutan balutan

IV

dan bersihkan tempat merupakan factor


tusukan
antiseptic.

dengan risiko

untuk

terjadi

infeksi

berkaitan dengan

Urine

klien

tetap
9

Lakukan

adanya

kateter

(Maki,

Ringer,

1987)
Membersih

jernih

tanpa

hygiene

kan

pertumbuhan bakteri

perineal

periuretra

selama rawat inap

dengan

secara

menggunakan

teratur

sabun dan air

dan

setiap hari
Fiksasi kateter
urine

untuk

menguran
gi
manipulas

mencegah

pergerakan

dapat

naik-turun

menurunk

dalam uretra
Pertahankan
supaya
sambungan
antara kateter
dan

kantong

uretra

an
migrasi
bakteri
naik

ke

uretra.
Lepaskan

drainase

sambunga

tertutup

dari

sistem
dapat
memungk
inkan
masuknya
mikroorga
nisme dan
kolonisasi
kandung
kemih
(Classen
et al,

4. Implementasi
10

Tujuan utama perawat adalah mencegah penyebaran infeksi dan memberi tindakan
untuk merawat infeksi.

A. Pencegahan Penyakit
Perawat dapat mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi dengan meminimalkan
jumlah dan jenis organism yang ditularkan ke daerah yang berpotensi mengalami infeksi.
Penggunaan dengan tepat alat-alat steril, berier pelindung, dan mencuci tangan dengan tepat
merupakan contoh metode perawat mengontrol penyebaran mikroorganisme.

B.

Tindakan Perawatan Akut


Pengobatan terhadap infeksius termasuk memusnahkan organism infeksius dan

menguatkan pertahanan klien. Bila proses penyakit atau organisme penyebab sudah
teridentifikasi, dokter dapat lebih efektif meresepkan pengobatan terhadap situasi. Infeksi
sistemik memerlukan tindakan untuk mencegah komplikasi demam, dengan mempertahankan
asupan cairan. Infeksi lokal membutuhkan tindakan membuang debris untuk meningkatkan
penyembuhan.

C.

Asepsis Medis
Selama perawatan rutin setiap hari perawat menggunakan teknik aseptic dasar untuk

memutuskan rantai infeksi.


1.
Kontrol atau Eliminasi Agen Infeksius
a. Pembersihan
Pembersihan adalah membuang semua material asing seperti kotoran dan materi
organic dari suatu objek (Rutala, 1990). Langkah berikut menjamin bahwa suatu objek
disebut bersih:
a. Cusi objjek yang terkontaminasi dengan air dingi yang mengalir untuk
membuang materi organic.
b. Setelah pembilasan, cuci objek dengan sabun dan air hangat.
c. Gunakan sikat untuk membuang kotoran atau materi pada lekukan.
d. Bilas objek di air hangat
e. Keringkan objek dan persiapkan untuk desinfeksi dan sterilisasi.
f. Sikat, sarung tangan dan bak tempat objek dibersihkan.
b. Desinfeksi dan Sterilisasi.
Desinfeksi menggambarkan proses memusnahkan banyak atau semua objek mati
(Rutala, 1995). Biasanya dilakukan dengan desinfektan kimia. Sterilisasi adalah
penghancuran seluruh mikroorganisme, termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas ETO
dan kimia merupakan agen sterilisasi. Pemilihan metode desinfeksi atau sterilisasi dilakukan
setelah mempertimbangkan factor:
11

a)
b)
c)
d)
e)
f)

Konsentrasi larutan dan durasi kontak.


Jenis dan jumlah pathogen
Area permukaan yang akan dikerjakan
Suhu lingkungan
Adanya sabun.
Adanya materi organic.
2. Kontrol atau Eliminasi Reservoar
Untuk mengontrol atau menghancurkan reservoir infeksi, perawat membersihkan
cairan tubuh, drainase atau larutan yang merupakan tempat mikroorganisme. Perawat
membuang dengan hati-hati alat yang terkontaminasi material infeksius.
3. Kontrol Terhadap Pertal Keluar
Perawat mengikuti praktik pencegahan dan control untuk meminimalkan atau
mencegah

organism

infeksius

meninggalkan

tubuh.

Cara

mengontrol

keluarnya

mikroorganisme adala perawat harus menghindari berbicara langsung di atas luka bedah atau
area balutan steril, perawat yang demam namun tetap bekerja harus memakai masker,
penanganan hati-hati terhadap eksudat.
4. Pengendalian Penularan
Pengendalian afektif terhadap infeksi mengharuskan perawat untuk tetap waspada
tentang jenis penularan dan cara untuk mengontrolnya. Untuk mencegah penularan
mikroorganisme melalui kontak tidak langsung, peralatan dan bahan kotor harus dijaga
supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat.
Mencuci tangan. Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan
penularan infeksi adalah mencuci tangan. Tujuannya untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurrangi jumlah mikroba total saat itu.
a)
b)
c)
d)
e)

Larson (1995) merekomendasikan bahwa perawat mencuci tangan dalam situasi seperti:
Jika tampak kotor
Sebelum dan setelah kontak dengan klien
Setelah kontak dengan sumber mikroorganisme
Sebelum melakukan prosedur invasif
Setelah melepaskan sarung tangan.

5. Kontrol Terhadap Portal Masuk


Banyak tindakan yang mengontrol keluarnya mikroorganisme mengontrol keluarnya
patogen. Kontrol terhadap portal masuk yaitu klien tidak boleh berada diatas selang atau
objek yang dapat menyebabkan kulit luka; setelah memberi suntikan perawat harus dengan
hati-hati membuang jarum yang tidak ditutup pada kotak tahan tusukan; teknik
membersihkan luka untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka.
6. Perlindungan Terhadap Pejamu yang Rentan
12

Resistensi klien terhadap infeksi membaik jika perawat melindungi pertahanan


normal tubuh terhadap infeksi. Melindungi mekanisme pertahanan normal dengan:
a. Mandi secara teratur membersihkan mikroorganisme sementara dari permukaan kulit.
Lubrikasi membantu menjaga agar kulit tetap terhidrasi dan utuh.
b. Higiene oral yang teratur membersihkan protein dalam saliva yang menarik
mikroorganisme. Flossing membersihkan plak yang dapat menyebabkan infeksi
kuman.
c. Menjaga

asupan cairan adekuatmeningkatkan pembentukan urine normal dan

dihasilkan aliran keluar urine untuk membasuh kandungan kemih dan saluran uretral
terhadap mikroorganisme.
d. Pada klien yang tergantung secara fisik atau imobilisasi, perawat mendorong batuk
dan napas dalam secara rutin untuk menjaga jalan napas bagian bawah bersih dari
mucus.
e. Perawat mendorong imunisasi yang tepat bagi klien anak-anak atau orang dewasa
yang terpapar pada mikroorganisme infeksus tertentu.
Mempertahankan proses penyembuhan dengan:
a. Perawat meningkatkan asupan cairan yang adekuat dan diet seimbang yang
mengandung protein esensial, vitamin, karbohidrat dan lemak. Perawat juga
melakukan tindakan untuk meningkatkan nafsu makan klien.
b. Perawat meningkatkan kenyamanan klien dan tidur untu menyimpan energy dan
menggantinya setiap hari.
c. Perawat membantu klien mempelajari teknik untuk menurunkan stress.
7. Perlindungan Bagi Pekerja
Perlindungan barier harus sudah tersedia bagi pekerja yang memasuki kamar
isolasi.
a. Gown.
Alasan utama mengenakan gown adalah untuk mencegah pakaian menjadi
kotor selama kontak dengan klien. Gown melindungi pelayan kesehatan dan
pengunjung dari bahan dan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
b. Masker.
Masker harus dikenakan bila diperkirakan adapercikan atau semprotan dari
darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu digunakan untuk menghindari perawat
menghirup mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularaan
pathogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
c. Sarung tangan.

13

Sarung tangan untuk mencegah penularan pathogen melalui cara kontak


langsung maaupun tidak langsung. CDC (Williams, 1983) menyebutkan alasan
mengenakan sarung tangan:
a. Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organism infeksius yang
menginfeksi klien.
b. Mengurangi kemungkinan pekerjaan akan memindahkan flora endogem
mereka sendiri ke klien.
c. Mengurangi kemungkinan pekerjaan menjadi tempat kolonisasi sementara
mikroorganisme.
d. Kacamata pelindung.
Bila ikut serta dalam proses invasive dapat menimbulkan adanya droplet atau
percikan atau semprotan dari darah atau cairaan tubuh lainnya, perawat harus
mengenakan kacamata pelindung, masker atau pelindung wajah (Garner, 1996).
8. Peranan Profesi Pengendali Infeksi
Tugas dari profesi pengendalian infeksi meliputi:
1. Memberi pendidikan mengenai pencegahan dan pengendaliaan infeksi kepada staf.
2. Membuat dan meninjau ulang kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian
infeksi.
3. Merekomendasikan prosedur isolasi yang tepat
4. Menyaring catatan klien terhadap infeksi yang didapat dari komunitas.
5. Konsultasi dengan pekerja departemen kesehatan mengenai rekomendasi untuk
mencegah dan mengendalikan penyebaran infeksi di antara personel.
6. Kumpulkan statistik mengenai epidemiologi infeksi nosokomial.
7. Beri tahu departemen kesehatan masyarakat tentang inseden penyakit menular
8. Rundingkan dengan semua departemen di rumah sakit untuk menyelidiki kejadian
atau kelompok infeksi yang tidak lazim terjadi.
9. Identifikasi masalah control-infeksi pada peralatan.
10. Pantau organism yang tahan-antibiotik dalam institusi.
9. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Petugas Rumah Sakit
Pekerja pelayanan kesehatan selalu berisiko terpapar terhadap mikroorganisme infeksius.
1.
2.
3.
4.
5.

Elemen dari panduan OSHA termasuk berikut:


Rencana control-paparan
Pemenuhan tindaakan pencegahan standar
Housekeeping
Risiko tinggi terpapar.
Pelatihan
10. Pendidikan Klien
Klien harus belajar melakukan ppraktik control-infeksi di rumah. Perawat
mengajarkan klien tentang infeksi dan teknik untuk mencegah atau mengontrol
penyebarannya. Topik yang didiskusikan perawat dalam sesi pembelajaran :
14

1. Kerentanan klien terhadap infeksi


2. Rantai infeksi dengan referensi yang spesifik dalam hal penyebarannya.

4. Asepsis Bedah
Asepsis bedah atau teknik steril mengharuskan perawat untuk menggunakan tindakan
pencegahan berbeda dari asepsis medis. Asepsis bedah mengharuskan tindakanan adanya
mikroorganisme, termasuk pathogen dan spora, dari suatu objek. Perawat yang bekerja
dengan lingkungan yang steril atau degan peralatan yang steril harus mengerti bahwa
kegagalan sekecil apapun dalam teknik ini mengakibatakan terkontaminasi. Perawat juga
melakukan asepsis bedah untuk menjaga suoaya mikroorganisme tidak ada dalam suatu area.
Meskipun sering dilakukan diruang operasi, area lab, dan area diagnoostik utama, perawat
juga menggunakan teknik asptik bedah tetap dilakukan, contoh, pemasangan kateter intravena
atau urine, dan memasang kembali balutan steril. Dan perawat harus mengikuti aturan
langkah mempertahankan steril, termasuk memakai masker, kacamata pelindung, sarung
tangnan dan gown, sedangkan yang mengganti balutan dikamar klien, perawat hanya
mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
a. Persiapan klien
Perawat menjelaskan bagaimana prosedur akan dilakukan dan apa yag didapat klien
untuk menghindari kontaminasi alat-alat steril, termasuk hal-hal bertikut ini. :
1. Hindari untuk menggerakkan secara tiba-tiba bagian tubuh yang tertutup kain steril
2. Jangan menyentuh persediaan, kain, atau sarung tangan dan gown perawat yang steril
3. Hindari batuk, bersin, atau bicara pada area steril.
Perawat mengkaji kebutuhan eliminasi klien terpenuhi, jka klien nyeri, perawat mencoba
member analgesic tidak lebih dari satu setengah jan sebelum prosedur steril.dan membantu
klien mengambil posisi senyaman mungkin. Kondisi klien mengakibatkan terkontaminasi
area steril, perawat dapat member masker agar tidak mengganggu prosedur steril.
b. Prinsip asepsis bedah
Pada saat prosedur aseptic secara bedah, perawat mengikuti prinsip tertentu untuk
memastikan keapsisannya. Kegagalan melakukan prinsip tersebut, membuat klien berisiko
terkena infeksi. Prinsip berikut ini penting :
1. Objek yang steril tetap steril kecuali bila disentuh oleh benda lain yang tidak steril
prinsip ini memandu perawat dalam menempatkan objek steril dan bagaimana cara
menggunakan objek tersebut.
a. Steril menyentuh steril adalah tetap steril
b. Steril menyentuh yang bersih menjadi terkontaminasi
15

c. Steril menyentuh terkontaminasi menjadi terkontaminasi


d. Steril yang diragukan dianggap terkontaminasi
2. Hanya objek steril yang dapat diletakan di area steril, semua peralatan disterilisasi
dengan benar sebelum digunakan
3. Objek atau area steril diluar lapang pengelihatan atau objek dipegang dibawah
pinggang individu adalah terkontaminasi.
4. Objek atau area steril menjadi terkontaminasi karena paparan yang lama
diudaramikroorganisme dapat berpindah dengan droplet melali udara , tidak boleh
bersin, berbicara, tertawa, diatas area steril atau saat menggunakan peralatan steril.
5. Pada saat permukaan steril bersentuhan dengan permukaan yang basah ,
terkontaminasi, objek, atau area steril menjadi terkontaminasi.
6. Cairan mengalir sesuai dengan arah gravitasi. Objek steril menjadi terkontaminasi jika
gravitasi menyebabkan cairan terkontaminasi mengalir diatas permukaan objek steril.
7. Bagian tepi dari area atau wadah steril dinyatakan terkontaminasi seringkali perawat
meletakakan objek steril diaats handuk atau kain steril , karena bagian tepi kain
menyentuh permukaan yang tidak steril , sperti meja atau linen tempat tidur batas 2.5
cm sekeliling kain dinyatakan terkontaminasi.
c. Melakukan Prosedur steril
Seluruh peralatan yang dibutuhkan harus dipasang sebelum prosedur, jadi perawat
dapat menghindari meninggalkan area steril tanpa pengawasan . beberapa persediaan
tambahanan harus tersedia bila objek terkontaminasi tidak sengaja. Sebelum prosedur steril ,
setiap langkah harus dijelaskan sehingga klien dapat kooperatif secra penuh, jika objek
terkontaminasi, perawat harus membunganya.
1. Mengenakan dan membuka kap, masker dan kacamata
untuk prosedur steril dalam divisi umum leperawatan perawat megenakan masker
bedah dan kacamata steril tanpa kap. Kacamata dikenakan sebagai bagian standar jika
ada risiko percikan cairan tubuh atau darah ke mata perawat, untuk prosedur brdah
steril diruang perasi, pertama mengenakan kap bersih yang menutupi rambut dan
kemudian masker dan kacamata pelindung, masker terpasang pas sekitar wwwajah
dan hidung untuk mencegah kontaminasi dari nuclei droplet.
2. Membuka Kemasan Steril
peralatan steril seperti spuit , kasa balutan, atau kateter dikemas dalam wadah plastic
atau kertas yang tahan lama terhadap mikroorganisme selama wadah kering dan utuh.
Sebelum membuka suatu alat steril perawat mencuci tangan dengan seksma.
Persediaan steril tidak boleh dibuka ditempat terbats dimana objek kotor dapat jatuh
diatasi atau mengotorinya.
3. Membuka peralatan steril pada permukaan datar
16

perawatan steril yang dikemas dapat dikontaminasi isinya. Jika persediaan steril tidak
dig aperawat dapat mmenutup kemasan sterunakan sgereil, dan hanya menyentuh
bagian luar permukaan
4. Membuka peralatan steril sambil memegangnya
perawat membuka peralatan steril denan tangan sehingga alat dapat dipegang oleh
individu lain dengan sarung tangan steril dan memindahkan ke area steril
5. Mempersiapakna area steril
pada saat melaksanakan prosdur steril, perawat memerlukan area kerja steril yang
member ruang utntuk penanganan dan meletakkan

alat-alat steril. Area steril

merupakan area yang bebas mikroorganisme dan dipersiapkan untuk tempat alat alat
steril. Perawat dapat memlih memakai sarung tangan steril pada saat mempersiapkan
alat-alat diatas area tersebut.
6. Menuangkan larutan steril
botol tempat larutan steril bagian dalamya steril dan bagian laurnya terkontaminasi.
Btotol tersbut harus dipegang dengan labelnya terletak dalam telapak tangan untuk
mencegah kemungkinan larutan membasahi label. Perawat menuangkan sejumlah
kecil larutan atau menggunkan tutup botolnya. botol harus dipegang ditepi luar area
steril.
7. Scrub bedah
Klien yang akan menjalani prosedur brdah operatif meningkatkan risikonya terhadap
infeksi. Perawat yang bekerja diruang operasi melakukan scrub tangan bedah untuk
mengurani dan menakan pertumbuhan mikroorganisme kulit bila sarung tangan robek
( AORN,1994) selama pencucian tangan bedah, perawat melakukan scrub dari ujung
tangan kesiku dengan sabun atau deterjen antimicrobial sebulum siap operasi. Pada
saat melakukan scrub gosokan yang lembut lebih efektif untuk membuang
mikroorganisme, menyikat secra berlebihanan dapat membuang epidermis bagian luar
dengan demikian membuat lapiasan kulit yang lebih terpapar terhadap flora bacterial
(Meeker dan Rothrock,1995)
8. Memakai sarung tangan steril
Memakai sarung tangan steril adalah barier tambhanan perpindahan bakteri, 2 metode
sarung tangan yaitu, metode sarung tangan tertutup, dilakukan setelah mengenakan
gown steril, sarung tangn harus cukup kencang agar daoat mengambil obek dengan
mudah Dan sarung tangan terbuka.
9. Mengenakan gown steril
Perawat harus mengenakan gown steril didalam ruangan operasi dan ruang
pengiriman sehingga objek steril dapat ditangan secara aman dengan risiko
terkontaminasi lebih sedidkit. Gown steril berfungsi sebagai barier untuk mengurangi
perpindahan mikroorganisme dari permukaan kulit ke udaraan mencegah kontaminasi
17

luka. Misalnya pada prosedur invasive menggunkan gown steril. Hanya bagian
tertentu area gown yang steril bagian keaarah anterior pinggang ke tepi tidak termasuk
bagian kearah permukaan anterior dari kain dinyatakan steril.

5. Evaluasi
Keberhasilan perawat melakukan praktik teknik infeksi control-infeksi diukur
dari apakah tujuan untuk mengurangi atau mencegah infeksi.tercapai. perbandingan
respon klien seperti tidak adanya demam atau perkembangan drainase luka, dengan
hasil akhir yang diterapkan menentukan hasil akhir intervensi. Penentuan intervensi
perlu atau tidak untuk direvisi perawat mengkaji secara bena mengenai penyembuhan
luka dan pemeriksaan sitem tubuh. Perawat memantau klien dengan tepat , terutama
bagi yang berisiko, akan adanya tanda dan gejala infeksi. klien yang berisko harus
mengerti tindakan yang diperlukan untuk mengurangi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme , perawat memberikan kesemaptan diskusi mengenai tindakan
control infeksi, atau mendemosntrasikan

prosedur prosedur akan menunjukan

kemampuan untuk mengikuti terapi.


Perawat mendokumentasikan respon klien terhadap kontrrol infeksi. Deskripsi
yang jelas dari setiap tanda dan gejala dari infeksi sistemik atau local perlumenjadi
dasar bagi peraat untuk evaluasi perbandingan, keefektifan setiap intervensi dalam
mengurangi risiko infeksi harus dilaporkan.
Contoh Evalusi terhadap Intervensi untuk Risiko Infeksi
Tujuan
Klien tetap bebas dari

Tindakan evaluative
Inspeksi daerah tusukan

Hasil yang diharapkan


Daerah tusukan intravena

infrksi nasokomial

intravena terhadap adanya

tidak akan terinfeksi

bengkak, drainase purulen.


Palpasi daerah tersebut
terhdp adanya nyeri tekan,

Klien akan tetap tidak

Klien akan mempraktikkan

Ukur suhu tubuh klien.


Tinjau ulang hasil lab,

demam selama perawatan


Jumlah SDP tetap normal.

teknik control infeksi

minta klien untuk

Klien akan mengidentifikasi

dirumah

menggambar tindakan

contoh control infeksi ( mis,

control infeksi dasar yang

mencuci tangan sebelum

digunakan dirumah.

menyimpakan makan dirmh

18

Contoh kasus dalam pengendalian infeksi


Definisi: Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Mengkaji Factor Risiko
1. Penyakit kronis
a. Diabetes mellitus
b. Obesitas
2. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen
3. Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
a. Gangguan peristaltis
b. Kerusakan integritas kulit (pemasaangan kateter intravena, prosedur invasive)
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja siliaris
e.
Merokok
f.
Stasis cairan tubuh
g. Trauma jaringan (mis., trauma, destruksi jaringan)
4. Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
a.
Penurunan hemoglobin
b. Imunosuptesi (mis., imunitas didapat tidak adekuat; agens farmaseutikal
termasuk imunosupresan, steroid, antibody monoclonal, imunomodulator)
c.
Leucopenia
d. Supersi respon inflamasi
5. Vaksinasi tidak adekuat
6. Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
a. Wabah
b. Malnutrisi
Contoh:
No

Diagnose

Hasil NOC dan Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Resiko infeksi

NOC:

NIC:

berhubungan

- Status imun

Pengendalian infeksi

dengan kerusakan

- Penyembuhan luka

- Cuci tangan setiap sebelum

intergitas kulit

dan sesudah melakukan


Kriteria Evaluasi:

tindakan keperawtan.

- klien bebas dari tanda

Rasional: mencegah terjadi

dan gejala infeksi

infeksi nosokomial.

- leukosit dalam batas

- Instruksikan pada

normal

pengunjung untuk mencuci


19

- Memperlihatkan higene

tangan sebelum dan sesudah

personal yang adekuat

berkunjung pada pasien.


Rasional: mencegah infeksi.
- Tingkatkan intake nutirsi.
Rasional: Nutrisi yang baik
dapat meningkatkan imun
- Berikan antibiotic bila
perlu. Rasional: untuk
mencegah terjadi infeksi.
Perlindungan terhadap
infeksi
- Observasi tanda dan gejala
infeksi. Rasional:
mengidentifikasi dini infeksi
dan mencegah infeksi
berlanjut.
- Monitor nilai leukosit.
Rasional: nilai leukosit
merupakan indicator
adanya infeeksi.
- Berikan perawatan pada
area luka. Rasional:
membantu penyembuhan
luka dan mencegah
terjadinya infeksi.
- Ajarkan klien dan keluarga
cara menghindar infeksi.
Rasional: agar klien dan
keluarga dapat secara
mandiri meenghindari
infeksi tanpa bantua perwat

20

Bab III
Penutup
3.1 Simpulan
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). infeksi memuat elemen yaitu agen infeksius ,
reservoar adalah tempat agen dapat bertahan hidup tetapi dapat atau tidak dapat berkembang
biak, Portal Keluar dimana mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat seperti
kulit dan membrane mukosa dimana nanti akan membentuk drainase purulen yang
merupakan portal keluar yang potensial dan Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari
resevoar ke pejamu. Misalnya melalui kontak langsung, tidak langsung, droplet, udara,
peralatan seperti alat alat yang terkontaminasi, makanan, ,Pertahanan tubuh terhadap infeksi
dapat meliputi flora normal yang membantu memelihara kesehatan, Respons selular tubuh
terhadap cedera atau infeksi disebut inflamasi.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat
pasien menjalani proses asuhan keperawatan Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008)
adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama
72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk
rumah sakit. Usaha perawat untuk meminimalkan serangan dan penyebaran infeksi
didasrkan pada teknik aseptic.
Perawat mengkaji mekanisme pertahanan, kerentanan, dan pengetahuan klien
mengenai infeksi. Diagnosa harus mengandung factor etiologi yang sesuai sehingga perawat
dapat menetapkan rencana yang tepat. Rencana keperawata klien berdasarkan pada setiap
dialog keperawatan dan factor yang berhubungan. Intervensi diselesaikan dalam kolaborasi
dengan klien, keluarga pada implementasi Tujuan utama perawat adalah mencegah
penyebaran infeksi dan memberi tindakan untuk merawat infeksi. Pada tahap evaluasi
keberhasilan perawat melakukan praktik teknik infeksi control-infeksi diukur dari apakah
tujuan untuk mengurangi atau mencegah infeksi.tercapai

21

3.2Saran
Diharapakan setelah memahami materi ini perawat dapat berperan dalam mencegah
dan mengendalikan infeksi

Daftar Pustaka
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1 Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Anonym. http://www.e-bookspdf.org/download/asuhan-keperawatan-pencegahaninfeksi-nosokomial.html diakses melalui internet pada 22 Maret 2014
Anonym. http://id.scribd.com/doc/22301196/materi-keperawatan-tentangPengontrolan-Infeksi diakses melalui internet pada 22 Maret 2014
Anonym.http://www.gobookee.org/ebook/bab-2-tinjauan-pustaka-1-infeksinosokomial-1-1-pengertian-gf8pw2/ diakses melalui internet pada 22 Maret 2014

22

Vous aimerez peut-être aussi