Vous êtes sur la page 1sur 12

Timbang terima pasien dengan petugas pengantar pasien :

Pada tanggal 31 januari 2012, pukul 9.20 di IBS RS Tugurejo Semarang


1. Biodata Pasien
a.

Nama

: Ny. A

b. Umur

: 32 tahun

c.

No. CM

: 27. 63. 07

d. Bangsal

: Boegenvil

e.

Dx. Medis

: CPD

f.

Tindakan Operasi

g. Jenis Anestesi

: SC
: Spinal Anestesi

h. Kamar Operasi/Tgl

: OK 1/31 januari 2012

i.

Ceck list Pre Operatif tentang :

Gelang identitas

: Ada

Informent Consent

: Ada

Pasien Puasa

: 6 8 jam

Premedikasi

: Ondansentron 4mg/2ml (mengurangi mual)

Mandi keramas, Oral hygiene, kuku bersih

Acsesoris (gelang, kalung, gigi palsu, soft lens) : Tidak ada

Make-up (lipstik, kitek kuku, eye shadow)

Penyakit kronis menahun

Catatan Alergi thd : tidak ada

2. Definisi dan Pathways

: Tidak ada

:Tidak ada

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227).
Pathway : Lampiran
3. Pengkajian
a.

Status Fisiologis : Baik

Tingkat Kesadaran : Composmentis

b. Status Psikososial :

Subyektif :
Pasien / keluarga sering bertanya tentang operasi (lamanya operasi, dokternya siapa)

Pasien mengatakan takut menghadapi operasi

Obyektif :

Pasien kelihatan tegang

Kulit teraba dingin

Tremor atau gemetar

TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36 C

Data lain :

Hasil USG dan pelvimetri = CPD (pinggul sempit)

Hb

Gol darah : O

Gula darah sewaktu : 92

: 15.5 g/dl

Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah

A.

Pengkajian

1.

Subyektif : -

2.

Obyektif

Pasien sadar dengan spinal anestesi :

Tidak ada batuk

Posisi pasien

TD

: 115/57 mmHg

RR

: 24 x/menit

Nadi

: 81 x/menit,

Lebar luka

: 15 cm, Horizontal

Lama Pembedahan

: 15 menit

Jumlah pendarahan

: 500 cc

: supinasi, kaki lebih rendah dari kepala

S: 36 C

Data lain : pasien terlihat menangis, gemetar, menggigit bibir.


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama

: Ny. A

No CM

: 27.63.07

Usia

: 32 thn

No
1.

Dx.
Keperawata
n

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan KH

Intervensi

Rasional

Resiko
gangguan
pola nafas
b/d posisi
klien

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 15
menit
diharapkan
resiko gangguan
pola nafas dapat
dihindari dengan
KH :

- Kaji pola nafas


ps. (dalam,
dangkal)

- Untuk
mengetahui
suplai oksigen
sesuai
kebutuhan

- Monitor TTV

- Untuk
mengetahui
adanya tandatanda
kegawatan

DS :DO :
- Tidak ada
batuk
- posisi ps.
Supinasi,
kaki lebih
rendah dari

- Pola nafas
pasien normal
(16-24 x/mnt)
- TTV dalam

- Beri ps. Posisi


kaki lebih rendah
dari kepala

- Agar obat
anestesi tidak
mengalir ke
otak, jantung,

TT

kepala

batas normal

- TD :115/57
mmHg

TD : < 140/90
mmHg

- N : 81
x/mnt

S : 36 37,5 C

- S : 36 C

- Beri terapi O2

paru-paru
- Memenuhi
kebutuhan ps.
akan O2

N : 60-90 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt

- RR : 24
x/mnt
2.

Resiko
defisit
volume
cairan
tubuh b/d
Pendarahan
DS :DO :
- Lebar luka
15 cm,
horizontal
- Jumlah
darah : 500
cc

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 15
menit
diharapkan
intake dan
output cairan
seimbang
dengan KH :
- Output (500cc)
= Intake >
500cc
- TTV dalam
batas normal TD
: 90-140 mmHg,
S : 36-37 C
N : 60-90 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt

Resiko
infeksi b/d
pertahanan
primer tidak
adekuat
(kulit tak
utuh,
trauma
jaringan,
insisi

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 15
menit
diharapkan
resiko infeksi
dapat dicegah
dengan KH :

- Observasi
pendarahan

- Untuk
mengetahui
banyak cairan
yang keluar dan
memberi cairan
masuk
sesuai/seimbang
dengan cairan
yang keluar
- Agar tidak
terjadi defisit
volume cairan

- Monitor intake
dan Output
- Monitor TTV

- Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit (RL,
NaCl)

- Kaji lebar luka,


letak luka

- Lakukan
tindakan steril
(desinfektan,
memakai alat,
baju steril)

- Untuk
mengetahui
tanda
kegawatan
Menyeimbangka
n cairan/darah
yang keluar
dengan cairan
infuse RL dan
NaCl
- Mengetahui
besar/kecilnya
resiko infeksi
- Mencegah
infeksi di daerah
sekitar sayatan

bedah)
DS : DO :
terdapat
luka bedah
lebar 15 cm,
horizontal

- Tidak ada
tanda-tanda
infeksi (rubor,
dolor, colour,
kalor,
fungiolesa)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama

: Ny. A

No CM

: 27.63.07

Usia

: 32 thn

No
Dx
1, 2,
3

Tanggal/jam

Tindakan Keperawatan

Respon Pasien

31 jan 2012

- Mengkaji Pola nafas

S:-

09.30

klien
- Memberi posisi supinasi
(kaki lebih rendah dari
kepala)

09.32

- Memberi obat anestesi


(antara lumbal 3 dan 4)
- Memasang manset
tensimeter di ekstremitas

09.34

atas (sinistra)
- Memasang alat pemantau

O : - TD :115/57 mmHg, RR :24


x/mnt, S : 36 C, N ; 81 x/mnt
- ps. terlihat terbaring dengan
posisi supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
- terpasang O2 dengan nassal
kanul 3 lt/mnt
- jumlah pendarahan ; 500cc
- terpasang infus NaCl 500cc

HR dan saturasi O2 di

- terpasang inf. RL (guyur

ekstremitas atas (dekstra)

200cc)

- Memasang nassal kanul

- Oxytocin 1 A (drip)

O2 3lt/mnt

- Dokter, perawat mencuci


tangan
- Dokter, perawat
mengenakan pakaian
operasi steril
- Melakukan desinfektan
09.36

- Efedrin 1 A (10 mg) +


Aquabides 4 cc (IV)
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)

di daerah abdomen (yang

- Lebar luka 15 cm,horizontal

akan dioperasi dengan

(dijahit)

iodyne)
- Menyiram daerah
desinfektan (yang telah
diberi iodyne ) dengan
09.40

- Bledstop 1 A (Bolus)

NaCl
- Memasang duk streril
(mengelilingi) abdomen
yang akan di sayat
- Menyayat abdomen
sampai 7 lapisan (lebar
luka 15 cm, horizontal)
- Mengeluarkan bayi
- Mensuction darah yang
sebelumnya diguyur NaCl
500 cc
- Memberi cairan elektrolit
NaCl (guyur)
- Mengobservasi
pendarahan
- Memantau TTV

- Memberi cairan elektrolit


RL (guyur 200cc) dan obat
sesuai kolaborasi :
*Oxytocin 1 A (drip)
09.47

*Bledstop 1 A(bolus)
*Efedrin 1 A (10 mg) +
Aquabides 4 cc (IV)
*Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
*Tramadol 3 x 100 mg
(IV)
- penutupan luka dengan
dijahit
- Menutup jahitan luka
dengan kassa steril
sebelumnya diberi iodyne

09.52

EVALUASI
Nama

: Ny. A

No CM

: 67.23.07

Usia

: 32 thn

No Dx

Tanggal/jam EVALUASI (SOAP)

1.

31 jan 2012

S:-

09.55

O :- - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt, S : 36 C, N ;


81 x/mnt
- ps. terlihat terbaring dengan posisi supinasi, kaki
lebih rendah dari kepala
- terpasang O2 dengan nassal kanul 2 lt/mnt
A : Masalah resiko gangguan pola nafas teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi Beri terapi O2, Monitor TTV,
dan posisi supinasi kaki lebih rendah dari kepala

2.

09.55

S:O : - jumlah pendarahan ; 500cc


- terpasang infus NaCl 500cc
- terpasang inf. RL (guyur 200cc)

TT

- Oxytocin 1 A (drip)
- Bledstop 1 A (Bolus)
- Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4 cc (IV)
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
A : Masalah resiko defisit volume cairan teratasi
P : Lanjutkan intervensi Monitor intake dan output,
dan kolaborasi pemberian cairan elektrolit
3.

09.55

S:O : - Lebar luka 15 cm, horizontal (dijahit)


A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi lakukan tindakan steril
(desinfektan dalam mengganti balut)

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan pada ny. A dengan sectio caesarea intra ex CPD (Chepalo Pelvik
Disproportion/panggul sempit) di IBS RSUD Bener Tegal Rejo.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan


pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan
yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis
akan membahas tentang diagnosa yang muncul dan yang tidak muncul.
1)

Resiko gangguan pola nafas b/d posisi klien.

Kami mengambil dan menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama pada intra operatif
di kamar bedah karena, menurut abraham maslow, kebutuhan dasar utama yang harus di
penuhi adalah pola pernafasan. Gangguan pola nafas adalah keadaan vital yang bila tidak
segera di tangani akan sangat beresiko besar bagi pasien.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pasien di dapatkan data obyektif sebagai
berikut yaitu diketahui bahwa dilakukan spinal anestesi pada pasien, dimana yang teranestesi
adalah daerah sekitar abdomen ke ekstremitas bawah. Posisi pasien disini sangat diperlukan
sebab, bila posisi pasien tidak dipertahankan yang terjadi adalah obat anestesi bisa naik ke
atas daerah sekitar jantung, paru-paru dan otak yang akan mengganggu pola nafas pasien.
Bila pola nafas pasien terganggu maka pasien tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup
sesuai kebutuhan, dan saraf-saraf juga tidak mendapat oksigen, keadaan seperti ini bisa
menyebabkan kelumpuhan sistem saraf atau stroke.
Untuk menangani resiko gangguan pola nafas maka implementasi yang kami lakukan adalah
mengkaji pola napas klien, memberi klien posisi yang lebih tinggi dari kaki, memonitor TTV,
dan memberi terapi oksigen.
Dengan implementasi tersebut, hasilnya dapat diketahui masalah berhubungan dengan resiko
gangguan pola nafas pasien teratasi namun tetap melanjutkan intervensi untuk beri terapi
oksigen, jaga posisi pasien (kaki lebih rendah dari kepala), monitor TTV.

2) Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan


Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena selama
proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan mempengaruhi
keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di dalam tubuh berfungsi
sebagai proses metabolik dan mempercepat proses penyembuhan.

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien
sebanyak 500 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit tambahan
melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).
Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang kami
lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor TTV, mengkolaborasi cairan
elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse ringer laktat (guyur 200cc), oxytocin 1 A
(drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk mengatasi pendarahan selama kelahiran, Efedrin 1 A (10
mg) + aquabides 4 cc (IV) sebagai bronkodilator, Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti
inflamasi.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit volume
cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah pendarahan,
monitor TTV.
3)

Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah,
kulit tak utuh, trauma jaringan)

Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan
infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 15 cm,
horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan
implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi, menggunakan
larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka dengan jahitan agar kuman
patogen dan non patogen tidak masuk selama jaringan kulit terbuka, dan menutup jahitan
dengan balut (kassa steril) yang sebelumnya di beri larutan desinfektan (iodyne)
Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko
infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi desinfektan saat
ganti balut).
Dx yang tidak muncul
1.

Nyeri akut

2.

Gangguan eliminasi BAB

5.

Resiko retensi urine

7.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

9.

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Semua itu tidak kami angkat sebagai diagnosa prioritas karena dalam pengkajian data yang
kami lakukan tidak ada batasan-batasan karakteristik yang memperkuat diagnosa tersebut.
Diagnosa tambahan tersebut akan muncul saat pasien berada di ruangan atau pasien dengan
general anestesi. Dan pasien yang kami kelola menggunakan spinal anestesi, jadi diagnosa
yang kami prioritaskan adalah resiko gangguan pola nafas berhubungan dengan posisi klien,
resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pendarahan, dan resiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah, kulit tak utuh, trauma
jaringan).

Vous aimerez peut-être aussi