Vous êtes sur la page 1sur 8

Nama : Muhammad Fajar As-Sidiq

NIM

: 04011181320080

Kelas : PDU B 2013


ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana fisiologi dari kulit kepala?
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu skin, connective
tissue, aponeurosis, loose connective tissue dan pericranium.
Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :

fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

kimiawi

: iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

panas

: radiasi, sengatan sinar UV

infeksi luar

: bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

Melanosit lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit).

Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum, perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur.

Proses keratinisasi, sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.

Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui
sebagai Vernix Caseosa.
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih
banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

Badan Ruffini di dermis dan subkutis, peka rangsangan panas

Badan Krause di dermis, peka rangsangan dingin

Badan Taktik Meissner di papila dermis, peka rangsangan rabaan

Badan Merkel Ranvier di epidermis, peka rangsangan rabaan

Badan Paccini di epidemis, peka rangsangan tekanan

Fungsi Pengaturan Suhu (termoregulasi)


Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih
edematosa (banyak mengandung air dan Na)
Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes)

Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari
dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Fungsi Pembentukan Vitamin D


Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi
kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih
tetap diperlukan

2. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala bersisik?


Dermatofita merupakan golongan jamur

keratinofilik

dan

memiliki

kemampuan untuk melisiskan keratin pada kulit serta batang rambut. Kemampuan
keratinolitik pada dermatofita dibutuhkan oleh jamur karena keratin merupakan
sumber makanan utama bagi dermatofita. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
keratin pada kulit kepala (stratum korneum) dan batang rambut. Berkurangnya keratin
pada kulit kepala akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan proliferasi sel sel
basal pada lapisan basalis epidermis. Proliferasi sel basal yang meningkat akan
meningkatkan kecepatan proses keratinisasi. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
skuama / scaling / pengelupasan akibat peningkatan proses keratinisasi. Adapun
warna abu abu mungkin disebabkan oleh pigmen pada keratin yang telah terdeskuamasi (terkelupas).
3. Apa etiologi dan mekanisme rambut rontok?
Jamur golongan dermatofita sebagai agen patogen akan menempel pada kulit
kepala dan rambut melalui berbagai hipotesis perantaraan (udara, kontak langsung,
kontak sekunder). Dermatofita pada awalnya akan mulai berkembang dengan
menumbuhkan hifanya pada bagian mukosa kulit kepala dan atau batang rambut. Hal
ini kemungkinan akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi sementara dari
berupa penonjolan (papul) eritema pada lokasi lesi primer atau pertama.

Dalam perjalanan penyakitnya, dermatofita dapat bertahan dari respon


inflamasi dan menyebar ke kulit kepala dan batang rambut lainnya. Pertumbuhan hifa
hanya terbatas pada bagian atas folikel rambut dikarenakan pertumbuhan hifa
dermatofita mengikuti waktu pertumbuhan keratin rambut. Hifa selanjutnya akan
memproduksi sebagian spora pada bagian luar batang rambut dan lebih sedikit untuk
bagian dalamnya. Hal ini akan menyebabkan bagian atas batang rambut menjadi lebih
rapuh dan rontok.
Invasi jamur pada batang kepala memiliki pola pola tertentu yakni ektotrik,
endotrik dan favus. Pada pola ektotrik, sebagian besar arthroconidia jamur hanya akan
tumbuh dan berkembang pada bagian luar dari rambut serta menjulurkan hifanya ke
bagian lebih dalam dari batang rambut. Hifa jamur kemudian akan berhenti
memanjang pada batas daerah kulit yang mengalami keratinisasi dan disebut sebagai
adamsons fringe. Bagian rambut yang berada diatas adamsons fringe ini sangat
rapuh dan mudah patah.

Pola invasi ektotrik sebagian besar akan memberikan

gambaran grey patches ringworm dan gambaran ini sesuai dengan status
dermatologicus pasien.

4. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala terasa gatal?


Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri
(nosiseptor). Ujung saraf bebasnya bisa mencapai bagian bawah epidermis. Ujung
saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A bermielin yang
merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak bermielin. Serabut saraf C terdiri dari
80%

mekanosensitif

yang

merupakan

polimodal

nosiseptor

dan

20%

mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan serabut saraf yang merespon


terhadap semua jenis stimulus mekanik dan kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif
tidak merespon terhadap stimulus mekanik, namun memberi respon terhadap stimulus
kimiawi. Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu reseptor
yang menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine.
Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak
terangsang. Saat terjadi infeksi jamur, jamur mengeluarkan semacam sekret seperti
suatu enzim yang menjadi prses inflamasi dan merangsang pruriseptor. Saat
pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul
hasrat untuk menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang

sehingga pruritoseptor akan berhenti terangsang. Hal ini memberikan penjelasan


mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa gatal akan
menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor berhenti
terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali terangsang sehingga gatal
akan timbul kembali. Stimulus pada serabut saraf C melalui ganglion dorsal dan
menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan masuk ke jalur
spinotalamikus lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri
sensori.
5. Apa diagnosis banding pada kasus?
Dermatitis seborhoik
Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema
dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus,
tidak setempat. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di kepala, leher dan daerahdaerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah
kepala, alis mata, bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien
penyakit syaraf atau immunodefisiensi.
Dermatitis atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut,
bila ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai
lesi dermatitis atopik di daerah lain.
Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya,dan rambutrambut tidak
patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya menyeluruh
dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis
terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis
anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis
psoriasis.
Alopesia areata

Rambut bagian pinggir. Kelainan mula-mula mudah dicabut dari folikel.


Tetapi pada rambut yang patah tersebut tidak tampak pangkal yang patah. Selain itu,
pada alopesia areata tidak terdapat skuama.
6. Bagaimana epidemiologi pada kasus?
Insiden tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada
anak -anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T.
tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat
dengan berkurangnya higiene sanitasi individu,

padatnya penduduk,

dan status

ekonomi rendah.
7. Bagaimana prognosis pada kasus?
Bonam
LEARNING ISSUE
Fisiologi Kulit Kepala
Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :

fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

kimiawi

: iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

panas

: radiasi, sengatan sinar UV

infeksi luar

: bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

Melanosit lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit).

Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum, perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur.

Proses keratinisasi, sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.

Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui
sebagai Vernix Caseosa.
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih
banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

Badan Ruffini di dermis dan subkutis, peka rangsangan panas

Badan Krause di dermis, peka rangsangan dingin

Badan Taktik Meissner di papila dermis, peka rangsangan rabaan

Badan Merkel Ranvier di epidermis, peka rangsangan rabaan

Badan Paccini di epidemis, peka rangsangan tekanan

Fungsi Pengaturan Suhu (termoregulasi)


Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler

dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih
edematosa (banyak mengandung air dan Na)
Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes)
Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin
menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari
dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Fungsi Pembentukan Vitamin D


Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi
kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih
tetap diperlukan

DAFTAR PUSTAKA
Al Dayel, Maha and Bukhari, Iqbal. Tinea Capitis. 2004. The Gulf Journal of Dermatology
and Venerology. Retrieved from gulfdermajournal.com
Suyoso, Sunaryo. Tinea Kapitis pada Bayi dan Anak. FK UNAIR. Retrieved from
http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php/promosi-kesehatan/majalahs/doc_download/78-tinea-kapitis-pada-bayi-a-anak

Vous aimerez peut-être aussi