Vous êtes sur la page 1sur 25

Vol. 1 No.

1 - Mei 2016
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PROFITABILITAS PENGUSAHA EMPING DI KECAMATAN TUK
KABUPATEN CIREBON
Asep Sonjaya, SE., M.Si.
STIE Yasmi Cirebon
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat laba (profit) yang
diperoleh pengusaha emping di Kecamatan Tuk Kabupaten Cirebon. Fenomena
seperti ini akan mengakibatkan kurang berkembangnya usaha tersebut, sehingga
perlu adanya penyelesaian yang dapat menanggulangi masalah tersebut yaitu
dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba (profit)
baik dilihat dari segi biaya maupun dari segi pemasarannya, salahsatunya yaitu
bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk, promosi dan volume penjualan,
yang penulis wujudkan dalam skripsi ini dengan judul Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Tingkat Laba Pengusaha Emping Di Kecamatan Tuk
Kabupaten Cirebon
Pada penelitian ini terdapat 7 variabel yaitu bahan baku, modal, upah,
diferensiasi produk, promosi, volume penjualan dan laba. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif analitik. Metode ini menekankan pada studi
untuk memperoleh informasi mengenai status atau gejala pada saat penelitian
dilakukan, juga tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena,
lebih jauh menerangkan hubungan mengenai suatu masalah yang ingin
dipecahkan.
Populasi pengusaha emping di Kecamatan Tuk Kabupaten Cirebon adalah
23 pengusaha dan yang menjadi sampel penelitian adalah 23 pengusaha atau
semua populasi yang ada, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan bahan baku, modal,
upah, diferensiasi produk dan promosi berpengaruh signifikan terhadap volume
penjualan dengan F hitung > F tabel sebesar 1329.519>2.08 dengan Adjusted R
Square sebesar 99.7%.
Secara parsial, faktor bahan baku berpengaruh signifikan terhadap volume
penjualan yang ditunjukan oleh t hitung > t tabel sebesar 37.656>2.110. Modal
berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan dengan t thitung>t tabel
sebesar 59.427>2.110. Upah berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan
dengan t hitung > t tabel sebesar 10.333>2.110. Promosi berpengaruh signifikan
terhadap volume penjualan dengan t hitung > t tabel sebesar 3.384>2.110 dan
volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba (Profit), hal ini ditunjukan
oleh t hitung > t tabel sebesar 3.101>2.080 dengan R Square 31.4%.
Dari hasil penelitian tersebut maka diperlukan penggunaan bahan baku,
modal, dan promosi yang optimal serta penggunaan biaya produksi yang efisien
guna dapat meningkatkan kinerja produksi untuk mencapai tingkat keuntungan
yang diharapkan.

STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

PENDAHULUAN
Dampak dari krisis yang terjadi telah membawa pengaruh negatif terhadap
perkembangan industri kecil dan menengah di Indonesia. Sementara itu Indonesia
dihadapkan pada kemampuan industri-industri besar untuk dapat terus bertahan,
tetapi pada kenyataannya yang terjadi di Indonesia industri-industri besar tidak
mampu lagi untuk bertahan dan terpaksa harus mundur dari kegiatan usahanya. Di
masa krisis ini industri kecil diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pendapatan nasional.
Menurut Tulus Tambunan pengamat dari LP3E Kadin Indonesia,
keberadaan industri-industri kecil dapat memberikan kontribusi cukup besar
terhadap kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. (Majalah pengusaha
2002 : 12)
Dewasa ini peranan dan partisipasi usaha kecil dalam pembangunan
ekonomi Indonesia tidak bisa diabaikan. Keberadaannya merupakan suatu
kenyataan penting di Indonesia dilihat dari satuan-satuan usahanya. Dalam era
pembangunan dewasa ini industri kecil mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menciptakan lapangan kerja, pemeliharaan dan pembentukan modal sektor
swasta, penyebaran keterampilan dan kesadaran industri serta pengembangan
kewiraswastaan.
Fenomena di atas menggambarkan bahwa industri kecil dapat menyerap
tenaga kerja yang cukup banyak dan mampu memberikan pendapatan yang cukup
bagi golongan ekonomi lemah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

o
1.

Tabel 1. Peran UKM dalam Perekonomian Indonesia


Usaha
Usaha
Usaha
Peran
Kecil
Menengah
Besar
Penyerapan tenaga kerja
89.4%
10.1%
0.5%

2.

Pembentukan PDB

3. Kontribusi total Ekspor


Sumber : Biro Pusat Statistik

40%

16.3%

43.3%

2.94%

11.76%

85.3%

Seperti kita ketahui industri kecil dalam melaksanakan kegiatan usahanya


banyak membutuhkan tenaga kerja. Hal ini pulalah yang menjadikan industri kecil
penting dalam pembangunan. Industri kecil telah memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam pembangunan, yaitu dalam membantu sumber pendapatan
masyarakat maupun pendapatan negara, walaupun jumlahnya relatif kecil. Akan
tetapi karena jumlahnya yang banyak, industri kecil merupakan kekuatan ekonomi
yang sangat penting bila dilihat dari segi perluasan kesempatan berusaha dan
peningkatan pendapatan. Oleh karena itu perlu dibina dan dikembangkan terutama
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


di daerah-daerah, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nathan Keyfits
sebagai berikut :
Meskipun perindustrian harus diupayakan dalam segala lapangan, pokok
usaha harus diletakan dalam pembangunan industri kecil dan menengah di
daerah karena justru disitulah titik berat kegiatan ekonomi rakyat,
perindustrian macam inilah yang akan memberikan tambahan pendapatan
para petani. (Edwan Redwan, 2004 ; 3)
Permasalahan pokok yang menghambat perkembangan industri kecil
adalah kekurangan bahan baku, pemasaran hasil produksi, lokasi dan fasilitas
produksi. Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh pengusaha kecil lajimnya
dalam jumlah yang sedikit, sehinggga kedudukan pengusaha kecil untuk berperan
dalam penentuan harga yang wajar dari bahan mentah itu kurang menguntungkan.
Adapun kesulitan dalam bidang pemasaran agaknya bersumber dari tingkat
persaingan yang tajam, desain dan kualitas produk yang baik, dan ketiadaan aspek
penunjang (pelayanan purna jual).
Sementara masalah yang menyangkut lokasi dan fasilitas produksi lebih
pada penggunaan alat-alat produksi dengan teknologi sederhana dengan kapasitas
produksi yang rendah, tingkat efisiensi yang rendah serta ketidakmampuan
mengakomodasi perubahan selera konsumen, sesungguhnya peningkatan
kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah merupakan jawaban
ketidakselarasan dan berbagai kesenjangan dalam struktur perekonomian
Indonesia.
Kendala-kendala tersebut juga dihadapi oleh industri emping yang ada di
Kabupaten Cirebon, masalah pokok yang dijumpai pada survey pendahuluan
bahwa keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan dengan harga jual
emping yang berbeda. Kendala lain yang juga berpengaruh yaitu industri kecil
tidak mampu mengatasi persoalan biaya produksi yang tidak efisien. Sehingga hal
tersebut dapat mempengaruhi perkembangannya, hal tersebut ditandai dengan
menurunnya laba yang diperoleh. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Laba Usaha Rata-Rata Yang Diperoleh Pengusaha Emping
2001
2002
2003
Laba
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Rp. 2.000.000 5.000.000
6
26.1
8
34.8
11
47.8
Rp. 5.000.001 8.000.000
5
21.7
6
26.1
6
26.1
Rp. 8.000.001 11.000.000
4
17.4
4
17.4
2
8.7
Rp.11.000.001 14.000.000
5
21.7
3
13.0
2
8.7
> Rp.14.000.001
3
13.1
2
8.7
2
8.7
Jumlah
23
100
23
100
23
100
Sumber : Deperindag & Survey pendahuluan, data diolah kembali
Dari data di atas terlihat adanya penurunan jumlah laba yang diperoleh,
terbukti dengan semakin meningkatnya persentase jumlah pengusaha yang
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


berpendapatan kecil. Laba yang diperoleh para pengusaha dapat dikelompokan
dalam lima skala yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. Persentase Laba Berdasarkan Skala Usaha
TAHUN
SKALA
2001
2002
2003
(%)
(%)
(%)
Sangat Rendah
26.1
34.8
47.8
Rendah
21.7
26.1
26.1
Sedang
17.4
17.4
8.7
Tinggi
21.7
13.0
8.7
Sangat Tinggi
13.1
8.7
8.7
Jumlah
100
100
100
Setiap pengusaha akan berupaya untuk mencapai suatu pendapatan yang
maksimal dari hasil usaha yang mereka lakukan. Laba merupakan jumlah seluruh
pendapatan yang diterima dikurangi dengan biaya. Berdasarkan isu yang
berkembang bahwa laba yang diperoleh pengusaha industri emping belakangan ini
mengalami penurunan, masalah ini sangat penting untuk diteliti karena
menyangkut banyak pihak yang terlibat seperti pengusaha itu sendiri, para pekerja
dan masyarakat disekitarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
LABA (Profit)
Dalam versi yang paling tradisional, tujuan suatu perusahaan adalah
maksimisasi laba dimana pemilik suatu perusahaan dianggap selalu berusaha
untuk memaksimumkan laba jangka pendek perusahaannya.
Dalam analisis perusahaan persaingan sempurna, kita akan
mengasumsikan bahwa perusahaan kompetiif bertujuan memaksimumkan laba,
yaitu penerimaan total dikurangi oleh biaya total.
Maksimisasi laba mengharuskan perusahaan untuk mengelola operasi
intern secara efisien (mencegah pemborosan, mendorong semangat para
pekerja, memilih proses produksi yang efisien dan sebagainya) dan
mengambil keputusan jitu di dalam pasar (membeli jumlah input yang
tepat pada biaya terendah dan memilih tingkat output optimal). ( Paul A
Samuelson 1996 : 166)
Menurut teori ekonomi keuntungan atau laba mempunyai arti yang sedikit
berbeda dengan pengertian keuntungan dari segi pembukuan. Ditinjau dari sudut
pandangan perusahaan/ pembukuan perusahaan, keuntungan adalah perbedaan
nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan. Dalam teori ekonomi definisi itu dipandang terlalu luas karena tidak
memertimbangkan ongkos tersembunyi, yaitu ongkos produksi yang tidak dibayar
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari ongkos produksi. (Sadano
Soekirno, 2000: 387)
Dalam hal ini, Lincoln Arsyad mengemukakan beberapa teori alternative
yang menjelaskan beberapa perusahaan menerima laba ekonomis.
1)

Teori Laba Ekonomis Friksional


Pasar sering mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium) karena
perubahan permintaan akan produk atau biaya yang tidak terduga. Dengan
kata lain, goncangan-goncangan yang terjadi dalam perekonomian
menyebabkan keadaan ketidakseimbangan pasar yang pada akhirnya
menyebabkan perusahaan hanya menerima laba normal saja.
2)
Teori Laba Ekonomis Monopolis
Teori laba monopoli ini merupakan perluasan teori friksional. Teori ini
menyatakan bahwa beberapa perusahaan karena factor-faktor seperti skala
ekonomis, kebutuhan-kebutuhan modal, atau hak paten-bisa bertindak sebagai
monoplis yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan laba diatas
normal untuk jangka panjang.
3)
Teori Laba Ekonomis Inovatif
Pada teori ini, laba diatas normal merupakan kompensasi dari inovasi
yang berhasil. Misalnya, perusahaan alat fotocopy Xerox, yang menerima
tingkat kembalian yang sangat tinggi karena kesuksesannya mengembangkan
dan memasarkan suatu alat fotokopi yang superior. Penerimaan laba super
normal ini akan terus terjadi sampai perusahaan-perusahaan lain memasuki
bidang tersebut untuk bersaing dengan Xerox dan membuat laba yang tinggi
tersebut turun sampai titik normal.
4)
Teori Laba Ekonomis kompensasi
Teori ini menyatakan bahwa tingkat penerimaan diatas normal
merupakan suatu imbalan bagi perusahaan yang berhasil memenuhi keinginan
konsumen, mempertahankan cara kerja yang efisien, dan seterusnya.
Misalnya, jika perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada industri yang
mempunyai tingkat efisiensi rata-rata menerima tingkat penerimaan normal,
maka adalah wajar jika perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada tingkat
efisiensi yang lebih tinggi akan menerima tingkat kembalian diatas normal.
(Lincoln Arsyad 1996:25)

VOLUME PENJUALAN
Penjualan merupakan suatu aktivitas pemindahan hak milik dari penjual
kepada pembeli. Menurut Komaruddin ( 1986 : 213) penjualan adalah suatu
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


persetujuan yang menetapkan bahwa penjual memindahkan hak miliknya kepada
pembeli untuk sejumlah uang yang disebut harga.
Volume penjualan menurut Kamus Istilah Ekonomi : Volume penjualan
adalah jumlah penjualan yang berhasil dicapai atau yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. (Wins Anorga 1993).
Total penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan
outputnya. Dari pengertian itu volume penjualan merupakan kata lain dari volume
penjualan.
BAHAN BAKU
Bahan baku adalah merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan,
tanpa adanya bahan baku maka prosesing perusahaan akan mengalami kemacetan.
Oleh karena itu masalah bahan baku ini akan selalu ada selama perusahaan
tersebut beroperasi. Ketiadaan bahan baku akan berakibat terhentinya proses
produksi, tetapi kebanyakan bahan baku juga akan merugikan perusahaan. (Agus
Ahyari, 1979 : 14)
Bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar dalam rangka membuat
suatu produk. Biasanya sumber bahan baku diperoleh dari alam secara langsung.
Bahan baku disini ditekankan pada bahan baku yang secara fisik langsung
berhubungan dengan produksi. Tidak tersedianya bahan baku bagi industri, akan
berarti terhentinya proses produksi dari industri tersebut. Dengan kata lain bahan
baku merupakan suatu keharusan dalam setiap proses produksi yang akan
menentukan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.
Pengertian lain yang dikemukakan bahwa Bahan baku meliputi semua
bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan
yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan pabrik tersebut. (Sofjan Assauri 1998 : 171)
Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya bahan-bahan mentah fisik yang digunakan
langsung dalam pekerjaan serta bahan baku lain yang digunakan dalam kegiatan
jasa.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel perunit konstan (tetap) dengan
adanya perubahan volume kegiatan . (Mulyadi 1999 :490)
Pendapat lain mengemukakan bahwa biaya variabel (variable cost/ VC)
merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat output
termasuk biaya bahan baku, gaji dan bahan bakar dan termasuk pula semua biaya
yang tidak tetap. (Samuelson & Nordhous, 1996 :142)
MODAL
Di dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu factor penting
disamping factor lainnya, sehingga suatu usaha bias tidak berjalan apabila tidak
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


tersedia modal sebagaimana yang dikemukakan oleh E B Sladen bahwa suatu
usaha akan segera dapat dimulai apabila tersedia modal. (R. Prawiraamidjaya,
1984: 24).
Pengertian modal sampai saat ini belum ada kesamaan arti, banyak
pendapat-pendapat yang mengemukakan pengertian modal yang kadang-kadang
bertentangan satu dengan lainnya.
Menurut F Rahardi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama
dengan factor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan dapat
menghasilkan barang-barang baru. (F Rahardi, 1993 : 46)
Sumber-sumber permodalan
Ada dua sumber permodalan, yaitu ;
1.
Permodalan sendiri = kekayaan sendiri = sumber intern
sumber ini berasal dari para pemilik perusahaan atau bersumber dari dalam
perusahaan.
2.
Permodalan Asing = kekayaan Asing = sumber ekstern
Sumber ini berasal dari pihak luar perusahaan, yaitu berupa pinjaman jangka
panjang dan pinjaman jangka pendek. Pinjaman jangka pendek yaitu :
pinjaman yang jangka waktunya kurang dari sama dengan 1 tahun,
sedangkan pinjangan jangka panjang adalah pinjaman yang jangka
waktunya lebih dari 1 tahun.
Ciri dari kekayaan asing adalah tidak terikat secara permanent/ hanya
terikat sementara yang sewaktu-waktu akan dikembalikan lagi kepada yang
meminjamkan. (Buchari Alma, 1992 :180)
Modal merupakan faktor penting berjalannya suatu usaha, hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto bahwa :
Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu
perusahaan sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus
menerus diperlukan bagi kelancaran usaha, dengan modal yang cukup
akan dapat dproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal
maka produksi akan meningkat lebih besar lagi. (Bambang Riyanto
1985 : 61)

UPAH
Dalam suatu proses produksi diperlukan biaya yang disebut dengan biaya
produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya
dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dibagi
dalam 3 (tiga) elemen : (1) Biaya bahan baku (2) Biaya tenaga kerja (3) biaya
7
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


overhead pabrik. Biaya tenaga kerja adalah upah karyawan yang secara fisik
berhubungan langsung dengan produk yang dibuat. Oleh karena itu biaya tenaga
kerja merupakan nilai (harga jasa karyawan yang secara langsung melekat pada
produk (Mulyadi 1999 :343).
Firdaus A Dunia mendefinisikan biaya tenaga kerja (upah) adalah sebagai
berikut :
Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga
kerja manusia tersebut. Biaya ini terdiri dari dua elemen utama, yaitu biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga
kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat juga diidentifikasikan
dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk
menyelesaikan produk-produk dari perusahaan. Biaya tenaga kerja tidak
langsung adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung
terlibat dalam proses produksi. ( Firdaus A Dunia 1994 : 250)
DIFERENSIASI PRODUK
Diferensiasi adalah tindakan merancang satu set perbedaan yang berarti
membedakan penawaran perusahaan dari perusahaan pesaing. (Kotler 1997:251)
Menurut Chamberlin diferensiasi acapkali disebut sebagai variasi produksi
(Variation Of Production). Setiap perusahaan harus mengambil keputusan perihal
apa yang baginya menjadi produk optimal, setiap perusahaan harus memutuskan
kualitas ideal bagi produknya. ( Miller 1993 : 478)
Menurut Kottler Differentiation is the act of designing a set of meaningful
differences to distingwish the companys offering from competition offerings.
(Kotler 2000 : 287) Sedangkan Porter mengemukakan bahwa :
Di dalam diferensiasi perusahaan menjadi unik dalam industrinya
disepanjang beberapa dimensi yang secara umum dihargai oleh pembeli,
perusahaan menyeleksi satu atau lebih atribut yang dipandang penting oleh
banyak pembeli dalam suatu industri dan secara unik menempatkan diri
untuk memenuhi kebutuhan itu. (Porter 1994 : 14)
Sadono Soekirno dalam bukunya Pengantar Mikroekonomi menjelaskan
bahwa :
Diferensiasi produk yaitu menciptakan barang sejenis tetapi berbeda
coraknya dengan produksi firma-firma lainnya. Setiap firma dalam pasar
persaingan monopolistic akan berusaha memproduksikan barang yang
mempunyai sifat khusus, dan yang dapat dengan jelas dibedakan dari
produksi firma-firma lainnya. Maka di dalam pasar akan terdapat berbagai
barang yang dihasilkan sesuatu industri yang mempunyai corak, mutu
desain, mode dan merek yang berbeda. Terdapatnya barang yang beraneka
ragam coraknya di pasar persaingan monopolistis menimbulkan keuntungan
8
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


kepada firma maupun kepada konsumen. (Sadono Soekirno 2000 : 302303)
Biaya Diferensiasi Produk
Konsep biaya jika kita lihat menurut pandangan aliran amerika bahwa
biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan uang bertujuan untuk
memperoleh objektif tertentu. (Buchari Alma 1985 : 163) Sedangkan diferensiasi
produk riil adalah variasi karakteristik fisik seperti perbedaan bahan baku yang
digunakan untuk membuat suatu produk. (Porter 1994 : 114)
Titik awal diferensiasi adalah versi dasar atau kerangka produk.
Perusahaan dapat menciptakan versi tambahan dengan menambahkan
keistimewaan ekstra. Perusahaan juga harus berfikir dalam hal paket
keistimewaan. Perusahaan harus memutuskan apakah akan menawarkan
keistimewaan khusus untuk pelanggan dengan biaya lebih tinggi atau standarisasi
dengan biaya lebih murah. Seperti yang dikatakan oleh Porter bahwa
diferensiasi biasanya membutuhkan biaya tinggi, perusahaan harus
melaksanakan sejumlah aktivitas nilai secara lebih baik daripada para pesaingnya.
Biaya diferensiasi mencerminkan factor penentu bagi aktivitas nilai yang menjadi
landasan terwujudnya keunikan (Porter 1994: 126)
Jadi, biaya diferensiasi adalah biaya yang dikeluarkan sebagai penentu
keunikan produk suatu perusahaan untuk membedakan produk dari perusahaan
lainnya.
PROMOSI
Kegiatan promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk bila konsumen
belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi
mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Promosi adalah iklan yang merangsang diferensiasi produk dan membuat
keberadaan produk lebih dikenal. (Miller, 1993 : 505)
Promosi merupakan salah satu dari banyak metode persaingan non harga
yang dipergunakan, Philip Kotler mengartikan pemasaran adalah serangkaian
kegiatan manusia yang ditujukan untuk memperlancar serta menyempurnakan
pertukaran. Jadi, pemasaran yang dilakukan dengan gencar dan tepat pada
akhirnya akan meningkatkan laba yang akan diperoleh.

Biaya Promosi
Biaya promosi merupakan salah satu bagian dari biaya pemasaran.
Pemasaran yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang pembeli. ( Mulyadi, 1993 : 14)
9
STIE Yasmi Cirebon

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


Kegiatan promosi terutama biaya promosi sangat berperan dalam
menumbuhkan/merubah penjualan melalui pembiayaan metode-metode promosi
yang dilakukan.
Hubungan biaya advertising dengan volume penjualan dijelaskan pula oleh
Alex Nitisemito sebagai berikut :
Untuk melaksanakan promosi dan sales promotion maka diperlukan
modal yang kadang-kadang tidak sedikit. Hal ini berarti sebelum
melaksanakan promosi harus mempertimbangkan modal yang disediakan.
Dengan adanya kegiatan promosi, volume penjualan dapat ditingkatkan.
(Alex Nitisemito 1981 : 131-132)
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel-variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable)
yaitu bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk, promosi, variabel terikat
(dependent variable) yaitu laba, serta variabel antara yaitu volume penjualan.
Populasi
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. (Suharsimi A, 1998 : 115) Pengertian senada tentang populasi
yang dikemukakansebagai berikut :
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya.
(Nana Sudjana 1989: 6)
Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri
emping yang berjumlah 23 perusahaan yang ada di Kecamatan Tuk Kabupaten
Cirebon.
Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Prosedur Penelitian mengemukakan
bahwa Apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. (Suharsimi A, 1998:120)
Jadi, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian populasi terhadap seluruh
pengusaha industri emping yang berjumlah 23 perusahaan.

Teknik Analisa Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi parsial dan regresi
linier berganda (Multiple Linier Regression Method). Pengolahan data akan
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 11 supaya
STIE Yasmi Cirebon

10

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


memperoleh hasil yang tepat. Dan untuk mendukung analisis kuantitatif ini akan
digunakan teori statistika dan ekonometrika.
Berdasarkan kerangka pemikiran pada BAB I, maka model persamaan
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Z = f ( X1, X 2 , X 3, X 4 , X 5 )
Y = f ( Z)
Hubungan tersebut dapat dijabarkan ke dalam bentuk model fungsi regresi
sebagai berikut :
Z = a + B1 X 1 + B2 X 2 + B3 X 3 + B4 X 4 + B5 X 5 + e

Y = a + BZ ...................................................................Gujarati (1995 : 91)


Keterangan : a

= konstanta

B1,2,3,4,5 = Koefisien regresi


X1

= Bahan baku

X2

= Modal

X3

= Upah

X4

= Diferensiasi produk

X5

= Promosi

= Volume penjualan

= Laba

Dalam penelitian ini akan dikemukakan beberapa pengujian data yang


akan dilakukan, yaitu : Uji Normalitas, Uji R2, Uji Stationeritas,
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Koefisien Regresi secara parsial (Uji t)
Untuk menguji hipotesis secara parsial dapat menggunakan rumus uji t yaitu :
( n - 2)
Uji t = r
Sudjana (2001 : 355)
(1 - r 2 )
Kriteria :
Untuk menerima atau menolak hipotesis adalah menerima H 0, jika thitung<ttabel
dan menolak H0 jika thitung>ttabel

2. Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)


Rumus uji F, yaitu :
STIE Yasmi Cirebon

11

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

Uji F =

JK Re g / k
JK Re g /( n k 1)

Sudjana (2001 : 380)

Kriteria :
Untuk menerima atau menolak hipotesis. Menerima H0 jika Fhitung<Ftabel.
Dan menolak H0 jika Fhitung>Ftabel.s

HASIL
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang ditujukan untuk mengetahui sifat
distribusi data penelitian. Uji ini berfungsi untuk menguji normal tidaknya sampel
penelitian, yaitu menguji sebaran data yang dianalisis. Menurut uji Kolmogorov
Smirnov kriteria pengujian :
a. Data berdistribusi normal jika signifikansinya lebih dari 0.05 dan teknik
analisa yang digunakan adalah teknik analisa parametrik.
b. Data berdistribusi normal jika signifikansinya kurang dari 0.05, dan teknik
analisis yang digunakan adalah teknik analisa non parametrik.
Pada penelitian ini dilihat dari segi nilai fisik uji normalitas data dilakukan
dengan one sample Kolmogorov Smirnov test dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4 Hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov
Variabel
Signifikansi Alpha
Kesimpulan
Bahan Baku
0.297
0.05
Distribusi data normal
Modal
0.370
0.05
Distribusi data normal
Upah
0.087
0.05
Distribusi data normal
Diferensiasi Produk
0.212
0.05
Distribusi data normal
Promosi
0.105
0.05
Distribusi data normal
Volume Penjualan
0.463
0.05
Distribusi data normal
Laba
0.942
0.05
Distribusi data normal
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pengujian Hipotesis
STIE Yasmi Cirebon

12

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

Analisis Regresi Parsial (Uji t)


1. Analisis regresi bahan baku terhadap volume penjualan
Tabel 5 Hasil uji signifikansi
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Bahan baku

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
466793,7 660829,2
1291,145
34,288

Standardized
Coefficients
Beta
,993

t
,706
37,656

Sig.
,488
,000

a. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari table di atas koefisien X1 diperoleh nilai t hitung = 37.656 dengan


signifikansi 0.000 untuk alpha = 0.05 dan df = n-k-1 =17 diperoleh nilai t table =
2,110 karena t hitung > t table, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya hipotesis
yang menyatakan bahwa bahan baku berpengaruh signifikan terhadap volume
penjualan adalah diterima atau signifikan.
2. Analisis regresi modal terhadap volume penjualan
Tabel 6 Hasil uji signifikansi
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Modal

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
515228,8 418541,1
1047,746
17,631

Standardized
Coefficients
Beta
,997

t
1,231
59,427

Sig.
,232
,000

a. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel di atas koefisien X2diperoleh nilai t hitung = 59.427 dengan


signifikansi 0.000 untuk alpha = 0.05 dan df = n-k-1 =17 diperoleh nilai t table =
2,110 karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya hipotesis
yang menyatakan bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap volume
penjualan adalah diterima atau signifikan.

3. Analisis regresi upah terhadap volume penjualan


STIE Yasmi Cirebon

13

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

Tabel 7 Hasil uji signifikansi


Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Upah

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
5280026
1965303
4608,368
446,005

Standardized
Coefficients
Beta
,914

t
2,687
10,333

Sig.
,014
,000

a. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel di atas koefisien X3 diperoleh nilai t hitung sebesar 10.333, df = nk-1 =17 diperoleh nilai t tabel = 2,110 karena t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak
dan Ha diterima, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa upah berpengaruh
signifikan terhadap volume penjualan adalah diterima atau signifikan.
Analisis regresi diferensiasi produk terhadap volume penjualan
Tabel 8 Hasil uji signifikansi
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Dif.Produk

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
4131557
8226334
6,4E+09
2,9E+09

Standardized
Coefficients
Beta
,441

t
,502
2,249

Sig.
,621
,035

a. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari table di atas koefisien X4 diperoleh nilai t hitung sebesar 2.249, df = n-k1 =17 diperoleh nilai t tabel = 2,110 karena t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak dan
Ha diterima, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa diferensiasi produk
berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan adalah diterima atau
signifikan.

5. Analisis regresi promosi terhadap volume penjualan


STIE Yasmi Cirebon

14

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

Tabel 9 Hasil uji signifikansi


Coefficientsa

Model
1

(Constant)
promosi

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1,6E+07
2907343
115703,8 34188,605

Standardized
Coefficients
Beta
,594

t
5,384
3,384

Sig.
,000
,003

a. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Dari table di atas koefisien X5diperoleh nilai t hitung sebesar 3.384, df = n-k1 =17 diperoleh nilai t tabel = 2,110 karena t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak dan
Ha diterima, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa promosi berpengaruh
signifikan terhadap volume penjualan adalah diterima atau signifikan.
6. Analisis regresi volume penjualan terhadap laba
Tabel 10 Hasil uji regresi Z terhadap Y
Model Summary

Model
1

R
.561a

R Square
.314

Adjusted
R Square
.282

Std. Error of
the Estimate
717178.4008

a. Predictors: (Constant), PENJUALA

Tabel 11 Hasil uji signifikansi


Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Vol.Penjualan

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
558426,3
290415,8
,036
,011

Standardized
Coefficients
Beta
,560

t
1,923
3,101

Sig.
,068
,005

a. Dependent Variable: Laba

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari tabel diatas maka diperoleh persamaan sebagai berikut :


Y = 5558426.3 + 0.036 Z + ei
(290415.8) (0.011)
t = (1.923)
(3.101)

STIE Yasmi Cirebon

15

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


Dari table di atas koefisien Z diperoleh nilai t hitung = 3.101, diperoleh nilai
t table = 2,110 karena t hitung < t tabel, maka Ha dterima dan H0, karena Ha > H0
artinya hipotesis yang menyatakan bahwa volume penjualan berpengaruh
signifikan terhadap laba adalah diterima dan signifikan.
Analisis Regresi berganda (Uji F)
Analisis regresi variabel bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan
promosi terhadap Volume penjualan
Tabel 12 Hasil uji regresi X terhadap Z
Model Summaryb

Model
1

R
,999a

Adjusted
R Square
,997

R Square
,997

Std. Error of
the Estimate
766390,966

DurbinWatson
1,798

a. Predictors: (Constant), promosi, Bahan baku, Dif.Produk, Upah, Modal


b. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Tabel 13 Hasil uji signifikansi


Coefficientsa

Model
1

(Constant)
Bahan baku
Modal
Upah
Dif Produk
Promosi

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1098330
618632,7
,140
,937
,910
,931
-,061
,911
-121,390
119,168
15,014
3,717

Standardized
Coefficients
Beta
,108
,866
-,012
-,017
,077

t
1,775
,150
,977
-,067
-1,019
4,039

Sig.
,094
,883
,342
,947
,323
,001

a. Dependent Variable: Vol Penjualan

Sumber : Hasil pengolahan data


Dari tabel di atas diperoleh model persamaan sebagai berikut :
Z = 1098330 + 0.14 X1 + 0.91 X2 - 0.061 X3 - 121.39 X4 + 15.01 X5
(618632.7) (0.937) (0.931) (0.911)
(119.168)
(3.717)
t = (1.775)
(0.15)
(0.977)
(-0.067)
(-1.019)
(4.039)
2
2
R = 0.999
R = 0.997
R Adj = 0.997
Keterangan : X1 = Bahan baku
X2 = Modal
X3 = Upah
X4 = Diferensiasi produk
X5 = Promosi
Z = Volume Penjualan

STIE Yasmi Cirebon

16

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


Dari model persamaan regresi di atas, semua variable bebas dimasukan
dan diuji, maka diperoleh Adjusted R Square sebesar 0.997. Hal ini menunjukan
bahwa variabel bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan promosi
merupakan variasi variabel yang dapat menjelaskan variabel terikat yaitu volume
penjualan sebesar 99.7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Selanjutnya dilakukan uji stasioneritas yang terdiri dari uji
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedatisitaas pada analisis regresi di
atas. Hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Uji Multikolinearitas
Diperoleh nilai tolerance berada jauh dari angka 1 untuk variabel bahan baku,
modal, upah, diferensiasi produk dan promosi atau nilai VIF berada di atas 10,
maka pada model ini terjadi gejala multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) = 1.798 untuk alpha = 0.05. hal ini
berarti model regresi di atas tidak terdapat autokorelasi.
c. Uji Heteroskedatis
Uji ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Karena data tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui tingkat keberartian hubungan antar variabel tersebut
dapat dilihat dari uji F.

STIE Yasmi Cirebon

17

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


Tabel 4.26 Uji F
ANOVAb

Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
3,90E+15
9,99E+12
3,91E+15

df
5
17
22

Mean Square
7,809E+14
5,874E+11

F
1329,519

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), promosi, Bahan baku, Dif.Produk, Upah, Modal


b. Dependent Variable: Vol.Penjualan

Sumber : Pengolahan data


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung diperoleh sebesar
1329.519 dengan F tabel = 2.81 (F hitung > F tabel) menunjukan hipotesis yang
menyatakan bahwa bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan promosi
berpengaruh nyata terhadap volume penjualan atau H 0 ditolak dan Ha diterima,
artinya secara bersama-sama antara bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk
dan promosi berpengaruh nyata terhadap volume penjualan dan signifikan.
Pembahasan
Setelah melakukan semua tahapan pengujian maka langkah selanjutnya
adalah menterjemahkan dan menganalisis. Secara mendalam temuan empiris yang
didapatkan dalam penelitian ini. Pembahasan secara komprehensif berkaitan
dengan variabel-variabel bebas serta pengaruhnya terhadap variabel terikat akan
digeneralisir berdasarkan hasil pengujian dan informasi yang nyata.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengujian dan analisis
yang dilakukan terhadap data ini adalah regresi berganda dan regresi parsial.
Secara keseluruhan dipandang dari sudut statistic, hasil penaksiran terhadap
persamaan dalam penelitian ini, membuktikan bahwa semua variabel penelitian
signifikan terhadap variabel terikat setelah dilakukan uji t.
1. Pengaruh bahan baku terhadap volume penjualan
Hasil pengujian secara empiris menunjukan adanya pengaruh antara bahan
baku terhadap volume penjualan. Koefisien pengaruh (estimator) bahan baku
terhadap volume penjualan adalah 0.14, artinya bahwa apabila faktor lain
dianggap konstan maka setiap kenaikan bahan baku sebesar Rp 1 akan
meningkatkan volume penjualan sebesar Rp 0.14. Hal ini menunjukan bahwa
kenaikan bahan baku maka akan meningkatkan volume penjualan.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh E Kusmana fachrudin bahwa
bahan baku dalam suatu industri merupakan bahan dasar yang digunakan dalam
proses produksi, keberadaan bahan baku ini akan sangat mempengaruhi
kelangsungan produksi. Karena bahan baku merupakan salah satu unsur yang

STIE Yasmi Cirebon

18

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


paling aktif dalam aktifitas produksi yang merupakan mata rantai dalam proses
produksi. (Kusmana 1985 : 97)
Perubahan suatu output sebagai akibat perubahan-perubahan input.
Berdasarkan pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan
output sebagai akibat perubahan input. Jika input seperti bahan baku ditambah
lebih banyak maka akan menghasilkan output yang lebih banyak pula sehingga
dapat meningkatkan laba pengusaha. Dengan bertambahnya bahan baku agar
output yang dihasilkan lebih banyak maka biaya bahan baku yang dikeluarkan
akan meningkat pula dan pada akhirnya akan tertutupi oleh peningkatan volume
penjualan.
2. Pengaruh modal terhadap volume penjualan
Modal kerja merupakan hal yang paling mendasar yang cukup besar
pengaruhnya dalam kegiatan produksi. Modal kerja adalah modal yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha sehari-hari, dan modal kerja ini
juga merupakan inti pokok berjalannya kegiatan produksi, karena bila tidak
tersedia modal kerja maka kegiatan itu tidak dapat berjalan dan dalam
melaksanakan usaha, faktor modal kerja merupakan bagian dari aspek pendukung
yang mempunyai kedudukan dan arti yang sangat penting. Hal ini dapat
dimengerti mengingat bahwa setiap perkembangan usaha yang dicapai banyak
tergantung kepada jumlah modal kerja yang dikeluarkan. Modal kerja merupakan
sarana yang harus ada dalam mendirikan suatu usaha, semakin besar modal kerja
yang dgunakan diharapkan semakin besar jumlah produk yang dihasilkan
sehingga volume penjualan meningkat dan secara otomatis akan meningkatkan
laba.
Dari hasil pengujian data, memperlihatkan bahwa modal yang digunakan
menimbulkan efek positif terhadap volume penjualan dan laba, Koefisien
pengaruh modal terhadap volume penjualan sebesar 0.19 dimana setiap
penambahan modal Rp 1 maka volume penjualan akan naik sebesar Rp 0.19.
penjelasan di atas menunjukan bahwa kenaikan modal akan menaikan volume
penjualan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bambang Riyanto, yaitu bahwa
modal kerja sangat berpengaruh terhadap jalannya operasi suatu perusahaan
sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi
kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan dapat dihasilkan produksi yang
optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produksi akan meningkat
lebih besar lagi. (Bambang R 1985 :61)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal sangat
berpengaruh terhadap kelancaran usaha. Dengan adanya penambahan modal maka
jumlah produksi akan meningkat yang pada akhirnya perusahaan bisa memenuhi
kebutuhan permintaan masyarakat.

STIE Yasmi Cirebon

19

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

3. Pengaruh upah terhadap volume penjualan


Hasil pengujian secara empiris menunjukan bahwa antara upah mempunyai
pengaruh negatif terhadap volume penjualan adalah sebesar (-0.061) artinya
bahwa apabila ada kenaikan upah sebesar Rp 1 akan menurunkan volume
penjualan sebesar Rp 0.061, apabila faktor lain dianggap konstan. Hal ini
menunjukan bahwa kenaikan upah akan menurunkan volume penjualan.
Seperti yang dikatakan oleh Buchari Alma bahwa biaya tenaga kerja (upah)
adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja sebagai
imbalan atas jasa atau usaha yang diberikan tenaga kerja kepada perusahaan.
(Buchari Alma 1998 : 187)
Hal senada juga diungkapkan bahwa Biaya tenaga kerja adalah upah
karyawan yang secara fisik berhubungan langsung dengan produk yang dibuat
oleh kaena itu biaya tenaga kerja merupakan nilai (harga jasa karyawan yang
secara langsung melekat pada produk). (Mulyadi 1999 : 343)
Upah atau gaji merupakan faktor biaya bagi perusahaan, oleh karena itu para
pengusaha berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan menekan
biaya berupa upah dan gaji seminimal mungkin. Walaupun dalam pemberian upah
ini pengusaha tidak dibenarkan memberi upah serendah-rendahnya karena
menyangkut segi kehidupan masyarakat.
Jadi, untuk dapat meningkatkan volume penjualan maka sekiranya tidak usah
menurunkan besarnya upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetapi penguasaha
harus bisa menyeleksi tingkat ketermpilan tenaga kerja agar dapat meningkatkan
produktivitasnya.
4. Pengaruh Diferensiasi Produk terhadap Volume penjualan
Hasil pengujian menunjukan bahwa antara diferensiasi produk mempunyai
pengaruh negatif terhadap volume penjualan. Koefisien pengaruhnya sebesar (121.39) artinya apabila faktor lain dianggap tetap maka kenaikan diferensiasi
produk sebesar 1 akan menurunkan volume penjualan sebesar Rp 121.39. Hal ini
menunjukan bahwa diferensiasi produk mempunyai pengaruh negatif terhadap
volume penjualan.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Porter bahwa perusahaan
melakukan diferensiasi terhadap para pesaingnya bilamana berhasil menampilkan
keunikan yang dinilai penting oleh pembeli, selain sekedar harga rensdah. (Porter
1994 : 117)
Dari pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa diferensiasi produk
pengusaha satu dengan yang lainnya berusaha membedakan barang yang
ditawarkannya, sehingga memiliki keunggulan tersendiri. Tetapi perusahaan
seringkali memandang diferensiasi dari segi produk fisik atau praktek pemasaran
saja, bukannya sebagai hal yang biasa diciptakan dimana saja dalam rantai
nilai

STIE Yasmi Cirebon

20

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

yang ada. Perusahaan meraih sukses dengan menciptakan keunikan lewat


sejumlah aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas operasi dapat
memperngaruhi bentuk keunikan seperti penampilan produk, kesesuaian dengan
spesifikasi dan daya tahan yang berbeda.
Jadi jelaslah bahwa kenaikan biaya diferensiasi akan meningkatkan biaya
produksi sehingga dengan sendirinya akan mengurangi volume penjualan,
perusahaan jangan hanya berusaha menampilkan keunikan suatu produk saja
tetapi juga harus mempertimbangkan biaya produksinya, sehingga harga yang
ditawarkan tidak meningkat dengan adanya diferensiasi, yang pada akhirnya akan
menurunkan volume penjualan.
5. Pengaruh Promosi terhadap volume penjualan
Hasil pengujian secara empiris menunjukan adanya pengaruh antara promosi
terhadap volume penjualan dan laba. Koefisien pengaruh (estimator) promosi
terhadap volume penjualan adalah 15.014. Apabila faktor lain dianggap konstan
maka kenaikan promosi (biaya promosi) sebesar Rp 1 akan meningkatkan volume
penjualan sebesar Rp 15.014. Jadi promosi menunjukan pengaruh yang positif
terhadap volume penjualan.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kotler bahwa iklan / promosi
tampaknya mampu meningkatkan kepercayaan terhadap hal-hal utama dari sebuah
merk atau dengan kata lain meningkatkan hak pilih utama dari merk. (Kotler
1994 : 296)
Promosi yang dilakukan dengan gencar dan tepat pada akhirnya akan
meningkatkan laba akan diperoleh perusahaan. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa promosi sangat penting dilakukan oleh pengusaha emping
untuk dapat meningkatkan laba.
6. Pengaruh bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan promosi terhadap
volume penjualan
Hasil pengujian secara empiris menunjukan bahwa bahan baku, modal,
upah, diferensiasi produk dan promosi secara bersama-sama (simultan)
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap volume penjualan. Semua
variabel bebas di atas merupakan variasi variable yang dapat menjelaskan variabel
terikat yaitu volume penjualan sebesar 99.7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain.
Uji F menunjukan bahwa F hitung sebesar 1329.519 dengan F tabel = 2.81.
Karena nilai F hitung > F tabel dengan signifikansi 0.00 maka hipotesis yang
menyatakan bahwa bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan promosi
berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan, atau Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya secara bersama-sama bahan baku, modal, upah, diferensiasi
produk dan promosi berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan.

STIE Yasmi Cirebon

21

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

7. Pengaruh Volume penjualan terhadap laba


Hasil pengujian secara empiris menunjukan adanya pengaruh antara volume
penjualan terhadap laba. Koefisien pengaruh (estimator) volume penjualan
terhadap laba adalah 0.036. Apabila faktor lain dianggap konstan, maka kenaikan
Rp 1 volume penjualan akan meningkatkan laba sebesar Rp 0.036. Artinya
volume penjualan mempunyai pengaruh terhadap laba.
Sedangkan besarnya pengaruh volume penjualan terhadap laba yaitu sebesar
31.4%, dilihat dari angka tersebut berarti pengaruhnya sedang.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Alex Nitisemito bahwa
Betapapun baiknya kegiatan usaha-usaha lain dalam perusahaan tetapi kalau
sampai perusahaan tersebut tidak mampu menjual barang atau jasa yang
dihasilkan, maka lonceng kematian akan segera berbunyi. Sebaliknya apabila
perusahaan mampu meningkatkan omzet penjualan maka perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk memperbesar atau meningkatkan laba. (Alex Nitisemito 2000
: 2)
Volume penjualan merupakan sisi penerimaan, sedangkan laba adalah selisih
antara penerimaan dengan biaya. Maka apabila penerimaannya besar dengan
biaya yang efisien atau tidak melebihi biaya maka perusahaan akan memperoleh
laba.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian
akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan tentang faktor faktor yang
mempengaruhi tingkat laba pengusaha emping di Kecamatan Tuk Kabupaten
Cirebon, yaitu :
1. Bahan baku mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume penjualan.
Artinya dengan adanya peningkatan bahan baku maka akan meningkatkan
volume penjualan.
2. Modal mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Artinya
dengan adanya peningkatan modal maka akan meningkatkan volume
penjualan.
3. Upah mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Artinya
dengan adanya peningkatan upah maka akan menurunkan volume penjualan.
4. Diferensiasi produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume
penjualan. Artinya dengan adanya peningkatan diferensiasi produk maka akan
menurunkan volume penjualan.

STIE Yasmi Cirebon

22

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

5. Promosi mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume penjualan. Artinya


dengan adanya peningkatan promosi maka akan meningkatkan volume
penjualan.
6. Bahan baku, modal, upah, diferensiasi produk dan promosi secara simultan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume penjualan pengusaha
emping di Kecamatan Tuk Kabupaten Cirebon
7. Volume penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat laba.
Artinya dengan adanya peningkatan volume penjualan maka akan
meningkatkan laba (Profit) pengusaha emping di Kecamatan Tuk Kabupaten
Cirebon

SARAN
Adapun saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut :
1.
Bahan baku dan modal mempunyai pengaruh
signifikan terhadap laba, maka perlu ditingkatkan penggunaannya secara tepat
agar dapat meningkatkan laba (profit) pengusaha emping di Kecamatan Tuk
Kabupaten Cirebon.
2.
Para pengusaha sebaiknya mempertimbangkan
kembali besarnya upah yang diberikan agar para pekerja mempunyai
produktivitas tinggi.
3.
Dalam melakukan inovasi, hendaknya para
pengusaha emping mempertimbangkan biaya biaya tambahan sehingga
tidak mengurangi minat konsumen untuk membeli karena adanya
peningkatan harga.
4.
Promosi yang dilakukan harus lebih gencar dan
tepat sasaran, untuk memperluas jangkauan pemasaran
5.
Pemerintah hendaknya lebih berpihak kepada usaha
kecil dan menengah (UKM) dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
dapat mempermudah industri kecil untuk lebih berkembang.
6.
Dalam menganalisis bahan baku, modal, upah
hendaknya berpengaruh terhadap produksi dan diferensiasi produk dan
promosi hendaknya berpengaruh terhadap volume penjualan. Semua variable
hendaknya tidak dihitung dalam biaya.
7.
Penulis menganalisis bahan baku, modal, upah,
diferensiasi produksi dan promosi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
dalam menganalisis variable lain yang mempengaruhi tingkat laba pengusaha
emping di Kecamatan Tuk Kabupaten Cirebon.

STIE Yasmi Cirebon

23

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Ahyari, Agus (1979). Manajemen Produksi. Yogyakarta : BPFE UGM
Assaury, Sofyan (1980). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : LPFE UI
Alma, Buchari (1985). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung :
Alfa Beta
-------------------(1992). Pengantar Bisnis. Bandung : Alfa Beta
Azhary Saleh, Irsan (1993). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan.
Jakarta : LP3ES
Boediono (1992). Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE UGM
Dunia A, Firdaus (1994). Akuntansi Biaya Buku I. Jakarta : Lembaga Penerbit
FEUI
Gasperz, Vincent (2001). Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Gujarati, Damodar (1995). Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Kotler Philip (1994). Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi
dan Pengendalian. Jakarta : Erlangga.
------------------ (1997). Manajemen Pemasaran Jakarta : Prenhalindo
Komarudin (1986). Manajemen Pemasaran Kualitas Terpadu. Bandung : CV
Rajawali
Kusnadi dkk (1999). Akuntansi Biaya Buku I. Bandung : FE UNJANI
Mulyadi (1993). Akuntansi Biaya, BPFE UGM
----------- (1999). Akuntansi Biaya, BPFE UGM
Nasution, M (2000). Strategi Pengembangan SDM Dalam Koperasi Untuk
Menghadapi Globalisasi Tahun 2000. Makalah dalam lokakarya
DEKOPIN, Bandung
Porter, Michael E (1994). Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara
Prawirosentono, Suryadi (2002). Pengantar Bisnis Modern. Studi Kasus
Indonesia dan Analisis Kuantitatif. Jakarta : Bumu Aksara
Rahardja, P & Manurung M (2002). Teori Ekonomi Mokro Suatu Pengantar.
Jakarta : FEUI
Rahardi, F (1993) Agribisnis Tanaman Hias. Penerbit Swadaya.
STIE Yasmi Cirebon

24

Vol. 1 No. 1 - Mei 2016


Riyanto, Bambang (1993). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Yayasan badan Penerbit Gadjah Mada.
Nitisemito, Alex S (1991). Marketing. Jakarta : Ghalia Indonesia
Tjiptono, Fandy (1998). Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi.
Stanton et all (1991). Fundamentals Of marketing. New York : Mc Graw hill inc.
Sugiono (2001). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sudjana (1993). Statistika. Jakarta : Tarsito
Swasta, Bashu & Sukotjo Ibnu (1998). Pengantar Bisnis modern. Pengantar
Ekonomi Perusahaan modern. Yogyakarta : Liberty
Nia Kusmayati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kinerja Industri Kerajinan
Bambu Di Tasikmalaya. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan
Edwan Redwan (2004) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan usaha
Kerajinan anyaman bambu di desa Karayunan Kecamatan Cigasong
kabupaten Majalengka. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan
Dewi Mulyani (2001). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri
Tepung Tapioka Di Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Skripsi
Upi. Tidak diterbitkan
Dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Cirebon
Jurnal pembangunan wilayah dan masyarakat Vol.01 No.01 Agustus 2001
Majalah Gemari Edisi 25/Tahun IV/2003
Majalah Pengusaha 2002
Bisnis Indonesia 08 Januari 2004

STIE Yasmi Cirebon

25

Vous aimerez peut-être aussi