Vous êtes sur la page 1sur 13

Askep pada pasien DERMATITIS

ATOPIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit dapat dengan
mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan hidup,. Kulit pun menyokong
penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai
peranan yang sangat penting.
Dibutuhkan kulit yang sehat dan terawat untuk menambah rasa percaya diri. Itu
membuat banyak orang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan kulit sehat,mulus,dan
indah. Namun, berbagai keluhan seputar kulit semakin sering dijumpai dalam praktik
keperawatan, mulai dari kelainan pigmentasi, kulit berjerawat hingga penyakit kulit yang
disebut
dengan
dermatitis
atopik.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda
poliformik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Atopik berasal dari kata atopi yaitu istilah
yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan
dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopic.
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang berhubungan dengan atopi.
2.

Tujuan
Tujuan umum
Untuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan pada penyakit Dermatitis atopik.
Tujuan khusus

Agar perawat dapat mempelajari dan memahami berbagai penyakit pada manusia, seperti
penyakit dermatitis atopik.

Agar perawat dapat membuat asuhan keperawatan pada jenis penyakit seperti dermatitis
atopic.

BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT DERMATITIS ATOPIK
1.

Definisi
Dermatitis atopik merupakan kelainan hipersensitivitas segera (immediate
hypersensitivity) tipe 1 (Keperawatan Medical-Bedah Volume 3, 2001:1775).
Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan karena faktor
alergen dengan ditandai adanya erupsi pada kulit makulo papuler dengan kemerahan, gatal,
lesi, kulit kering, dan adanya eksudasi (Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,2006: hal.137).
Dermatitis atopik adalah dermatosis dengan gambaran klinis seperti eczema, dengan
perasaan gatal yang sangat mengganggu penderita dan disertai stigmata atopi pada penderita
sendiri atau dalam keluarganya (Ilmu Kesehatan Anak 1, 1985:hal. 234)
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik
dan dermatitis atopik. (Suria Djuanda dan Sri Adi Sularsito, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin edisi 3,2002)
Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain yang
digunakan, misalnya : ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata,
prurigo besnier. Tetapi, hingga sekarang yang banyak diterima ialah dermatitis atopik.

2.

Etiologi
Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.
Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam serum.
Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis atopik.
Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik (makanan, inhalan, dan alergen
lain, kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan bahan iritasi).

3.

Patofisiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh
kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.
Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma
bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik dalam keluarganya.
Keadaan atopi ini diturunkan, mungkin tidak di ekspresikan oleh gen tunggal, tetapi oleh
banyak gen (polygenic). Pada penderita dermatitis atopik, ditemukan peningkatan jumlah IgE
di dalam serum. Antigen akan ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel
T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2 akan memproduksi Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B
untuk tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE menempel di sel
mast, lalu melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin dianggap sebagai zat
penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis
dan menekan produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan menyebabkan

pruritus (rasa gatal) pada penderita. Sel mast akan meningkat pada lesi dermatitis atopik
kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat
menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema,
mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis
atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat juga akan
menurun pada 80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik
(CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD4+)
meningkat sehingga berakibat meningkatnya kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi
virus, bakteri dan jamur, lalu menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (tipe 1)
Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada
dermatitis atopik. Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit, yaitu ambang gatal yang
rendah. Eksaserbasi pruritus timbul disebabkan oleh berbagai macam faktor pencetus yang
akan memperburuk dermatitis atopik, antara lain :
Makanan, inhalan berbagai alergen lain (seperti debu, kapuk, bulu binatang, serbuk sari,
karpet, boneka berbulu). Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap alergen
tsb dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1
Kelembaban rendah sehingga menyebabkan kulit menjadi kering karena ada penurunan
kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air.
Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit,
menjadi lebih gatal.
Keringat berlebih, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi
atau rendah, sinar matahari.
Penggunaan bahan iritan, seperti wol, sabun, deterjen, dll akan memicu terjadinya pruritus
pada kulit.
Faktor psikologik juga berpengaruh pada dermatitis atopik. Factor psikologik ini juga
merupakan factor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik. Misalnya saja
seseorang yang stress emosional, dapat menimbulkan respons gatal sehingga menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder. Karena stress, tubuh penderita akan terpajan oleh alergen yang
sama. Kemudian timbul sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1, sehingga terjadi
peningkatan IgE dalam jumlah yang lebih besar. Maka dari itulah akan timbul infeksi
sekunder yang dapat memperburuk dermatitis atopik.

4.

Manifestasi Klinis
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa
berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi
pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.

Bentuk infantil (2 bulan-2 tahun).


Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi, dahi) dan scalp,
tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan dan tungkai). Bila anak mulai
merangkak, lesi ditemukan di lutut. Lesi beruoa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat
gatal; karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, dan eksudasi atau krusta, tidak jarang
mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu

sehingga anak gelisah, susah tidur dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia
18 bulan, mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar
penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi bentuk anak.

Bentuk anak (3-11 tahun)


Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri. Lesi kering, likenifikasi,
batas tidak tegas; karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta. Tempat
prediliksi di lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan, dan kaki; jarang mengenai
muka. Tangan mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula
terkena; kadang juga pada paha belakang dan bokong. Sering ditemukan lipatan Dennie
Morgan, yaitu lipatan kulit di bawah kelopak mata bawah.

Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun)


Tempat prediliksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku,
lipat lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus; kelainan kulit
berupa likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk remaja
dan dewasa berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30 tahun.
Sebagian kecil dapat terus berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat,
misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, scalp.
Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat.
Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi bila berkeringat.\

5.

Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai
rangsangan. Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan
dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang
menyebabkan kambuhnya penyakit ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau
kedinginan, stress, endokrin (contoh: kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu,
penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari atau menyingkirkan faktor-faktor
tersebut.
Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan
terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit tidak semakin kering.
Kulit diolesi dengan krim emolien, maksudnya membuat kulit tidak kaku dan tidak terlalu
kering. Pakaian jangan yang terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah
katun karena selain tidak merangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan
menambah rasa gatal, oleh karena itu pakaian jangan ketat; ventilasi yang baik akan
mengurangi keringat.
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi dengan
air yang suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah
rasa gatal.
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah dan bulu binatang karena dapat
menyebabkan rasa gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh.
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan atau menambah rasa gatal.
Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu,

telur, dan kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia, kemungkinan mendapat alergi


tersebut semakin berkurang.
Stress emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oleh karena itu hendaknya
dihindari atau dikurangi.
Imunitas selular penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah mengalami
infeksi oleh virus, bakteri dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau
herpes simpleks, akan menimbulkan gejala akut berupa timbulnya banyak vesikel dan pustule
yang akan menyebar, disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian; disebut
erupsi variseloformis atopik Kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh
berdekatan dengan pendekatan varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks.
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak
mudah terjadi infeksi sekunder.
6.

7.

Komplikasi
Pada anak penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian
hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi
virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan
herpes).
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya
terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes
simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada
daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke
daerah kulit normal.
Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah
koloni Staphylococcus aureus.
Pemeriksaan Diagnostik
Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons ,
yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna
merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit.
Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna
kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut
dermatografisme putih.
Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada
orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat
kepucatan selama 1 jam.
Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral,
tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.

Selain itu, HANIFIN dan LOBITZ (1977) menentukan kriteria diagnosis dermatitis
atopik secara rinci sebagai berikut :
Harus terdapat :
Pruritus

Morfologi dan distribusi yang khas: likenifikasi fleksural pada orang dewasa, gambaran
dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi.
Kecenderungan menjadi kronis atau kambuh.
Ditambah 2 atau lebih tanda lain :
Adanya penyakit atopic (asma bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopik) pada penderita
atau anggota keluarganya.
Tes kulit tipe cepat yang reaktif
Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergic
Katarak subkapsular anterior.
Ditambah 4 atau lebih butir berikut ini :
Xerosis/ iktiosis/ hiperlinear Palmaris
Pitiriasis alba
Keratosis pilaris
Kepucatan fasial/ warna gelap infra orbital
Tanda dennie morgan
Peningkatan kadar IgE
Keratokunosus
Kecenderungan mendapatkan dermatitis nonspesifik di tangan
Kecenderungan infeksi kulit yang berulang
BAB IV

TINJAUAN KASUS
1.

PENGKAJIAN DATA KLIEN

A. Biodata pasien:
Nama
Umur
Suku/bangsa
Jenis kelamin
Agama
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Suku bangsa
Alamat
Tanggal masuk RS
Tanggal pengkajian
Dx Medis

: Tn. Y
: 22 Th
: Bengkulu/ Indonesia
: Laki-laki
: Islam
: Belum Nikah
: SMA
: Mahasiswa
: Bengkulu / Indonesia
: Jl. Hibrida Raya No. 1
: 30 Oktober 2012
: 1 Nopember 2012
: Dermatitis atopik

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:


Nama
: Ny S
Umur
: 49 Tahun
Jenis kelamin
: Wanita
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga

Alamat
: Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien
: Ibu Klien
keluarga pasien, status, klien, perawat dan catatan perawat
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-gatal yang hebat
pada bagian kulit..
Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya gatal
gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.

2) Riwayat kesehatan sekarang :


Faktor pencetus
pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan gatal gatal yang diderita klien.
Sifat keluhan
Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan biasanya akan
mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjol.
Lokalisasi dan sifatnya
Pasien mengatakan gatal pada daerah kulitnya dapat menyebar.
Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan gatal gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat yang dapat
mengganggu aktivitas klien.
Lamanya keluhan
Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak 3 minggu terakhir
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat Gatalgatal yang diderita klien,klien hanya mengoleskan minyak kayu
putih dan Balsem, dan meminun obat yang diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien
mengatakan, Saat klien menggaruk kulitnya pada daerah yang gatal, terkadang meninggalkan
bekas dan mengeluarkan cairan, dan klien tidak menghiraukan dengan gatal-gatlnya, karena
Pasien tidak tahu tentang penyaikt yang klien derita.
Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan cenderung
mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas yang berupa tonjolan kulit ke
luar.
Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis
Dermatitis

: 30 Oktober 2012
: 2 Nopember 2012

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak napas, batuk
berdahak selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama, dan bapaknya juga
pernah menderita sesak napas.

Inspeksi

C) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
Kesadaran
: Composmentis
Klien tampak
: lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
ND : 90 i/menit
RR : 27 i/menit
S
: 36,3 c
3. Kulit
: warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi, krusta dan
likeforasi.
Palpasi
: suhu panas,
4. Kepala/Rambut
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kepala
simetris.
Palpasi
: Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
Fungsi penglihatan
: Baik
Pupil dan reflek cahaya
: Normal
Konjungtiva
: Anemis
Lensa/iris
: Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra
: Tidak ada
6. Telinga
Fungsi pendengaran
: Baik
Kebersihan
: Bersih
Daun telinga
: Simetris Kiri dan kanan
Sekret
: Tidak ada
: Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi
: Bentuk simetris
Fungsi pennciuman
: Baik
Pembengkakan
: Tidak ada pembengkakan
Kebersihan
: Bersih
Pendarahan
: Tidak ada pendarahan
Sekret
: tidak ada
8. Mulut dan Tenggorokan
Membran mukosa
: kering
Kebersihan mulut
: lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi
: lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
Tanda radang
: Tidak ada
Trismus
: Tidak ada trismus

Kesulitan menelan
: Tidak ada
9. Leher
Trakea
: Simetris
Kelenjar limfe
: Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid
: Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher
: Normal
Kaku kuduk
: tidak ada kaku kuduk
10. Thorak dan paru
Inspeksi
: Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
Perkusi
: Resonan pada kedua paru
Palpasi
: Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Vesikuler
11. Abdomen
Inspeksi
: tdak terdapat kelainan
Perkusi
: normal
Palpasi
: tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus 10 X / menit
12. Genetalia
: normal
13. Neurologis
Status mental
: Compos mentis
Motorik
: Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak
ada.
2.Analisa data
DATA

ETIOLOGI

DO:
Kekeringan pada kulit
Kulit klien kemerahan,
terkelupas, dan lecet
DO:
paparan allergen
Kulit klien tampak kering,
berwarna kemerahan,
terkelupas dan lecet.
DO:
Pruritus (rasa gatal)
Klien tampak gatal, dan
sering menggaruk.
1.

MASALAH
KEPERAWATAN
Gangguan integritas kulit
Resiko kerusakan kulit

Perubahan rasa nyaman

Kemungkinan diagnosa keperawatan


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

2.

NCP

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
integritas kulit
berhubungan
dengan
kekeringan
pada kulit

Resiko
kerusakan
kulit
berhubungan
dengan
terpapar

Tujuan

Kriteria hasil

Mengungkap-kan
Klien akan
mempertahankan peningkatan
kulit agar
kenyamanan kulit
mempunyai
Berkurangnya
hidrasi yang baik derajat
dan turunnya
pengelupasan
peradangan.
kulit.
Berkurangnnya
kemerahan.
Berkurangnya
lecet karena
garukan
Penyembuhan
area kulit yang
telah rusak

Klien akan
mempertahankan
integritas kulit.

Menghindari
alergen

Intervensi
Mandi paling
tidak sekali
sehari selama
1520 menit.
Segera oleskan
salep atau krim
yang telah
diresepkan
setelah mandi.
Mandi lebih
sering jika tanda
dan gejala
meningkat.
Gunakan air
hangat jangan
panas

Rasionalisasi
Dengan mandi
air akan
meresap dalam
saturasi kulit.
Pengolesan
krim pelembab
selama 2 4
menit setelah
mandi untuk
mencegah
penguapan air
dari kulit.

air panas
menyebab-kan
vasodilatasi
yang akan
meningkat-kan
pruritus.
Gunakan sabun sabun yang
yang
mengandung
mengandung
pelembab lebih
pelembab atau
sedikit
sabun untuk
kandungan
kulit sensitif.
alkalin dan
Hindari mandi
tidak membuat
busa.
kulit kering,
sabun kering
dapat
meningkat-kan
keluhan.
Oleskan/berika salep atau
n salep atau
krim akan
krim yang telah melembab-kan
diresepkan 2
kulit
atau tiga kali
per hari.
Ajari
klien menghindari
menghindari
alergen akan
atau
menurunkan
menurunkan
respon alergi.
paparan
terhadap

alergen

Perubahan
rasa nyaman
berhubungan
dengan
pruritus

Klien
menunjukkan
berkurangnya
pruritus.

alergen
yang
telah diketahui.
Baca label
makanan kaleng
agar terhindar
dari bahan
makan yang
mengandung
alergen.
Hindari
binatang
jika alergi
peliharaan
terhadap bulu
binatang
sebaiknya
hindari
memelihara
binatang atau
batasi
keberadaan
binatang di
sekitar area
Gunakan
rumah.
penyejuk

ruangan (AC) di AC membantu


menurunkan
rumah atau di
paparan
tempat kerja,
terhadap
bila
beberapa
memungkinalergen yang
kan.
ada di
lingkungan.
Berkurangnya
Jelaskan gejala Dengan
lecet akibat
gatal
mengetahui
garukan.
berhubungan
proses
Klien tidur
dengan
fisiologis dan
penyebanya
psikologis dan
nyenyak tanpa
(misal:
prinsip gatal
terganggu rasa
keringnya kulit) serta
gatal.
dan prinsip
penangannya
Klien
terapinya
akan
mengungkapkan
(misal: hidrasi) meningkat-kan
adanya
peningkatan rasa dan siklus gatal- rasa
garuk-gatalkooperatif.
nyaman
garuk.
Cuci semua
pakaian

sebelum
digunakan
untuk
menghilang-kan
formaldehid dan
bahan kimia
lain serta
hindari
mengguna-kan
pelembut
pakaian buatan
pabrik.
Gunakan
deterjen ringan
dan bilas
pakaian untuk
memastikan
sudah tidak ada
sabun yang
tertinggal.

pruritus sering
disebabkan
oleh dampak
iritan atau
alergen dari
bahan kimia
atau komponen
pelembut
pakaian.

bahan yang
tertinggal
(deterjen) pada
pencucian
pakaian dapat
menyebab-kan
iritasi.

BAB IV
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik
dan dermatitis atopik.
Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma bronchial,
rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah IgE dalam serum,
penurunan Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat,
sehingga berakibat meningkatnya kerawanan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi
terhadap berbagai alergen, kelembaban rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor
psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi
kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa
berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi
pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat
atopik (dalam keluarga maupun sendiri).

2.

Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit


dermatitis atopic dan pencegahannya.
Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting, dan diharapkan
kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan
keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Volume
3.
Mansyoer, arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Jilid 2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika jilid
2.
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-klien.html

Vous aimerez peut-être aussi