Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua.
Melihat fenomeno tersebut banyak ahli yang melakukan risat untuk mengobati
penyakit yang timbul. Dan sekarang ini sudah banyak cara yang bisa digunakan
untuk mengobati penyakit-penyakit yang menyerang sistem respirasi. Dengan
melihat tingkat keseriusan atau tingkat keparahan dari penyakit yang menyerang
sistem respirasi bisa di tetapkan cara mana yang akan digunakan untuk mengatasi
penyakit tersebut. Salah satu pengobatan atau tindakan yang digunakan adalah
Pneumonectomy yang akan kita bahas pada materi berikut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pneumonectomy ?
2. Bagaimana evaluasi diagnostik, prosedur operatif, dan penatalaksanaan
praoperatif dari Pneumonectomy ?
3. Bagaimana proses keperawatan pasca operatif dari Pneumonectomi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Pneumonectomy.
2. Mengetahui proses keperawatan evaluasi diagnostik, prosedur operatif,
penatalaksanaan praoperatif, dan proses keperawatan pasca operatif.

1 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PNEUMONEKTOMI
Pneumonektomi adalah pembedahan untuk menghapus keseluruhan dari salah
satu paru-paru. Dalam pneumonektomi parsial, satu atau lebih lobus dari paru-paru
dikeluarkan.
Pengkajian dan penatalaksanaan terutama sekali sangat penting pada pasien
yang akan menjalani bedah toraks. Prosedur bedah toraks dilakukan untuk beragam
alasan. Sering kali pasien ini juga mengalami penyakit paru obstruktif dengan
gangguan pernafasn. Persiapan praoperatif dan penatalaksanaan cermat pascaoperatif
sangat penting untuk keberhasilan tujuan pasien karena pasien ini mungkin
mempunyai rentang yang sangat sempit tentang apa yang memungkinkan mereka
untuk berfungsi dan apa yang menyebabkan distress.
Untungnya, paru-paru mempunyai cadangan fungsi yang besar. Makin maju
teknik anestesi, terapi pernapasan, teknik bedah, dan perawatan pascaoperatif telah
memungkinkan untuk dilakukannya bedah toraks yang lebih luas, kadang tindakan
invasif hanya sedikit.
Sasaran perawatan praoperatif adalah untuk memastikan pemulihan fungsi
pasien untuk menentukan apakah pasien dapat bertahan dari pembedahan dan untuk
memastikan kondisi optimal pasien untuk pembedahan.
2.2 EVALUASI DIAGNOSTIK
Sejumlah pemeriksaan dilakukan untuk menentukan status praoperatif pasien
dan untuk mengkaji aset dan keterbatasan fisik. Pengkajian dimulai dengan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik yang merupakan dasar dari evalusi praoperatif.

2 | Page

Penampilan umum pasien, termasuk perilaku dan status mental, akan menandakan
apakah terdapat resiko pembedahan yang signifikan.
Keputusan untuk melakukan reseksi paru adalah didasarkan pada status
kardiovaskular dan cadangan pulmonal pasien. Pemeriksaan fungsi paru (terutama
volume paru dan kapasitas vital) dilakukan untuk menentukan apakah reseksi yang
dimaksudkan akan meninggalakan jaringan paru yang cukup untuk berfungsi. Nilainilai gas darah dikaji untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang kapasitas
fugsi paru. Uji toleransi latihan memberikan nilai prediktif. Uji demikian terutama
penting untuk menentukan apakah pasien yang menjadi calon untuk pneumonektomi
dapat mentoleransi pengangkatan salah satu paru-parunya.
Pemeriksaan

praoperatif

dilakukan

untuk

memberikan

nilai

dasar

pembandingan selama priode pascaoperatif dan untuk menunjukkan abnormalitas


yang tidak diketahui sebelumnya. Pemeriksaan ini mencakup rontgen dada,
elektrokardigrafi (untuk penyakit arteriosklerotik,defek konduksi), pengkajian nutrisi,
penentuan nitrogen urea darah dan serum kreatinin (fungsi ginjal), toleransi giukosa
atau glukosa darah (diabetes), pengkajian kadar protein dan elektrolit serum,
penentuan serum,penentuan volume darah, dan hitung darah lengkap.
2.3 PROSEDUR OPERATIF
Pengangakatan keseluruhan paru (pneumonektomi) dilakukan terutama untuk
kanker ketika lesi tidak dapat di angkat dengan prosedur yang lebih rendah.
Pneumonektomi mungkin juga dilakukan untuk abses paru, bronkiektasis, atau
tuberculosis unilateral luas. Pengangkatan paru kanan lebih berbahaya dibanding
pengankatan paru kiri, karena paru kanan mempunyai jaring-jaring vascular yang
lebih besar dan pengangkatannya menyebabkan masalah fisiologis yang lebih besar.
Insisi toraktomi posterolateral atau anterolateral dibuat, kadang dengan reseksi
iga. Arteri pulmonal dan vena pulmonal diligasi dan diamankan. Bronkus besar
3 | Page

dipisahkan dan paru diangkat. Puntung bronkial dirapatkan, dan biasanya tidak
digunakan drein karena akumulasi cairan dalam hemotoraks yang kosong merupakan
hasil akhir yang diharapkan karena volume cairan yang berakumulasi mencegah
pergeseran mediastinal.
2.4 PENATALAKSANAAN PRAOPERATIF
1. Pengkajian
Auskultasi dada memberikan suatu perkiraan intensitas bunyi napas dalam
region paru-paru yang berbeda. Ketika dada diauskultasi,penting artinya untuk
memperhatikan apakah bunyi napas normal, yang menandakan aliran udara masuk
dan keluar yang bebas dari paru-paru. (Pada pasien dengan emfisema,bunyi nafas
mungkin sangat menurun atau bahkan tidak terdengar saat auskultasi.) Kreleks dan
mengi didapati hipersonan dan penurunan gerakan diafragmatik dikaji. Bunyi nafas
unilateral ronki dapat disebakan oleh oklusi bronki oleh sumbatan mucus. Bukti
adanya tahanan sekresi dievaluasi selama auskultasi dengan meminta psien untuk
batuk. Setiap tanda ronki atau mengi terlihat. Riwayat pasien dan pengkajian
termasuk yang berikut:
a. Tanda dan gejala yang tampak-batuk, pengeluaran sputum(jumlah),
hemoptisis, nyeri dada, dipsnea?
b. Bagaiman riwayat rokok pasien? sudah berapa lama pasien merokok?
berapa banyak yang dihisap terakhir ini? bungkus/hari/tahun?
c. Bagaiman toleransi kardiovaskuler ketika istirahat, mandi, makan,
berjalan?
d. Bagaimana pola pernafasan pasien? seberapa berat aktivitas yang
dilakukan untuk menyebabkan dipsnea?
e. Apakah pasien harus tidur dengan posisi tegak?
f. Bagaimana status fisiologis pasien-sebagai contoh penampilan umum,
kewaspadaan mental, perilaku, status nutrisi?
g. Kondisi medis lainnya yang ada-alergi, gangguan jantung, atau
diabetes?
4 | Page

h. Apakah kesukaan dan ketidaksukaan pribadi paien?


2. Intervensi keperawatan praoperatif
a. Memperbaiki bersihan jalan nafas
Kondisi paru yang mendasari sering berkaitan dengan peningkatan
sekresi pernafasan. praoperatif, jalan nafas dibersihkan dari sekresi untuk
mengurangi kemungkinan atelektasis pascaoperatif atau infeksi. Hal ini
dilakukan melalui humidifikasi, drainase postural, dan perkusi dada setelah
bronkodilator diberikan, jika diresepkan. Volume sputum diperkirakan
jumlahnya pada pasien yang mengeluarkan banyak sekresi. Pengukuran
tersebut dilakukan untuk menentukan apakah dan kapan jumlahnya berkurang.
Antibiotic diberikan sesuai yang diresepkan untuk infeksi, yang mungkin
menyebabkan sekresi yang berlebihan.
b. Pendidikan pasien
Pasien diinformasikan tentang apa yang diperkirakan terjadi pada
periode pascaopertif, kemungkinan terpasangnya selang dada atau selang atau
wadah drainase, pemberian oksigen pascaoperatif yang biasanya dilakukan
untuk memudahkan pernafasan, dan kemungkianan pengguanaan ventilator.
Pentingnya sering mengubah posisi untuk meningkatkan drainase sekresi paru
dijelaskan. intruksi dalam penggunaan spirometri insentif dimulai praoperatif
untuk membiasakan pasien dengan penggunaannya yang tepat. Pernafasan
diafragmatik dan bibir dirapatkan diajarkan dan harus dilakukan pada waktu
ini.
Karena batuk yang dijadwalkan akan sangat penting artinya dalam
periode pascaoperatif untuk meningkatkan bersihan atau pembuangan sekresi,
pasien harus diinstrusikan tentang teknik batuk dan siingatkan bahwa batuk

5 | Page

rutin dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Pasien diajarkan untuk membebat


insisi dengan tangan, bantal, atau handuk yang digulung.
Teknik batuk. pasien diajarkan teknik batuk sebagai berikut:
1) Duduk tegak dengan lutut fleksi dan tubuh agak dibungkuk
kedepan.
2) Bebat area insisi dengan tekanan tangan yang kuat atau sangga
dengan tangan atau selimut yang digulung ketika batuk (perawat
dapat memperagakan terlebih dahulu hari ini dengan menggunakan
tangan pasien ).
3) Lakukan tiga kali nafas dalam yang diikuti dengan inspirasi dalam
(menghirup dengan lambat dan menyeluruh melalui hidung)
4) Kontraksikan (kearah dalam ) otot-otot abdomen dan batuk yang
kuat dua kali, dengan mulut terbuka dan lidah keluar.
5) Jika tidak dapat duduk, berbaring kesalah satu sisi dengan pinggul
dan lutut fleksi.
Teknik ekshalasi kuat (teknik huffing ). huffing adalah ekspulsi
udara melalui glottis yang terbuka dan dapat bermanfaat bagi pasien dengan
frekuensi aliran ekspirasi yang menurun atau bagi pasien dengan nyeri hebat
yang menolak untuk batuk. Jenis ekshalasi kuat ini merangsang ekspansi
pulmonal dan membantu dalam inflasi alveolar. instruksi pasien mencakup:
1) Lakukan nafas dalma diafragmatik dan hembuskan kuat terhadap
telapak tangan anda, hembuskan dengan kuat dengan cara yang
cepat dan terpisah atau huff.
2) Lakukan huff kecil dan beralih ke huff yang kuat selama ekshalasi.

2.5 MENGHILANGKAN ANSIETAS (GANGGUAN CEMAS)


Makin banyak, pasien masuk rumah sakit hanya satu atau dua hari sebelum
atau bahkan pada hari operasi, yang tidak memberikan waktu banyak bagi perawat
6 | Page

atau berbicara pada pasien. Untuk mengguanakan waktu secara efektif sebelum
pembedahan, perawat mendengarkan pasien untuk mengevaluasi perasaan pasien
tentang penyakitnya dan tujuan pengobatan. Perawat juga menentukan motivasi
pasien untuk kembali kefungsi normal atau dasar. Pasien dapat menunjukkan reaksi
yang signifikan : ketakutan akan hemoragi karena sputum yang bersemu darah,
ketakutan akan rasa tidak nyaman batuk kronis dan nyeri dada, ketakutan akan
ketergantungan pada ventilator, atau ketakutan akan kematian karena dipsnea dan
tumor.
Perawat membantu pasien untuk mengatasi ketakutan-ketakutan ini dan untuk
megatasi stress terhadap pembedahan. hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki
semua impresi yang salah, dengan mendukung keputusan pasien untuk menjalani
pembedahan, dengan meyakinkan pasien bahwa insisi akan tertahan, dan dengan
menjawab pertanyaan secara jujur tentang nyeri dan rasa tidak nyaman dan
pengobatannya.

penatalaksanaan

dan

pengendalian

nyeri

dimulai

sebelum

pembedahan ketika pasien diinformasikan bahwa banyak masalah pascaoperatif dapat


diatasi dengan mengikuti rutinitas tertentu yang berhubungan dengan nafas dalam,
batuk, mengubah posisi, dan bergerak. jika digunakan analgesic dikontrol pasien
(PCA) atau analgesia epidural pascaoperatif, pasien juga diintruksikan tentang
modalitas pengobatan ini.

2.6 PENATALAKSANAAN PASCAOPERATIF


1. ventilasi mekanis
Tergantung pada sifat dari operasi, kondisi yang mendasari pasien, berjalan
intraoperatif dan kedalaman anesthesia, pasien dapat membutuhkan ventilasi mekanis
pascaoperatif. dokter bertanggung jawab terhadap penentuan pengetesan ventilator
7 | Page

dan mode, juga menentukan motode keseluruhan dan jarak penyapihan. Namun
dokter, perawat, dan ahli terapi pernafasan bekerja sama erat untuk mengakaji
toleransi pasien dan kemajuan penyapihan (kebiasaan). Sangat penting artinya
dimana setiap disiplin mempunyai pemahaman tentang cakupan dan fungsi setiap
anggota tim dalam hubungannya dengan penyapihan pasien untuk memelihara
kekuatan pasien, penggunaan sumber-sumber secara efesien, dan memaksimalkan
keberhasilan tujuan.
2. Drainase Dada
Intervensi penting untuk memperbaiki pertukaran gas dan pernafasan pada
periode pascaopertif adalah pinatalaksanaan yang sesuai dari drainase dada. setelah
bedah torak, selang dada dan sistem drainase tertutup digunakan untuk
mengembangkan kembali paru yang sakit dan untuk membuang kelebihan
udara,cairan, dan darah.
Prinsip-Prinsip Dasar. Mekanime pernapasan normal bekerja atas prinsip
tekanan negatif, yaitu: tekan dalam rongga dada adalah lebih rendah dari tekanan
atmosfir, sehingga menyebabkan udara untuk bergerak kedalam paru-paru selama
inspirasi. Bilamana dada dibuka, untuk alasan apa saja, terjadi kehilangan tekanan
negative, yang dapat mengakibatkan kolaps paru. Penumpukan udara, cairan, atau
substansi lain dalam dada dapat menggangu fungsi kardiopulmonal dan bahkan
menyebabkan paru kolaps. Substansi patologis yang terkumpul dalam spasium pleura
termasuk fibrin, atau bekuan darah; cairan (cairan serosa, darah, pus kilus, dan gasgas udara dari paru, trakeobronkial, atau esofagus)
Insisi bedah dinding dada hampir selalu menyebabkan pneumotoraks atau
pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada antara paru-paru dan
toraks sampai tingkat tertentu. Udara dan cairan terkumpul dalam sapasium
intrapleural, sehingga membatasi ekspansi paru dan mengurangi pertukaran gas.
Penting artinya untuk menjaga agar spesium pleural dievakuasi pada pascaoperatif
8 | Page

dan untuk mempertahankan tekanan negative di dalam ruang potensial ini.


Karenanya, selama atau segera setelah bedah toraks, kateter dada diletakkan secara
strategis dalam rongga pleura, dijahitkan ke kulit, dan dihubungkan ke aparatus
drainase untuk membuang udara residual dan mengalirkan cairan dari pleural atau
spasium mediastinal. tekanan ini mengakibatkan reekspansi jaringan paru yang
tersisa.
Sistem komersial.Sistem drainase dada harus mampu untuk mengeluarkan apa
saja yang terkumpul dalam spesium pleural sehingga spesium pleural normal dan
fungsi kardiopulmonal normal dapat dipulihkan dan dipertahankan. Sistem drainase
yang tersedia secara komersial (mis, pleur-Evac, Argyle, Atrium) adalah metode yang
paling umum saat ini yang digunakan untuk memberikan drainase water-seal. sistem
ini menggunakan prinsip yang sama dengan sistem water-seal tiga botol. selang dada
atau kateter disambungkan kesistem drainase, dengan menggunakan katub satu arah.
air dalam bilik kedua bekerja dalam seal dan memungkinkan udara dan cairan untuk
mengalir dari dada kedalam bilik pertama, tetapi udara tidak dapat memasuk kembali
selang dada. drainase menumpuk didalam bilik pertama dan udara keluar melalui dan
dari bilik kedua. ketinggian air berfluktuasi sejalan dengan gerakan pernafasan
pasien; air tersebut bergerak keatas ketika pasien menghirup nafas dan bergerak
kebawah ketika psien menghembuskan nafas. pengisapan mungkin ditambahkan ke
bilik kedua untuk menciptakan tekanan negative untuk meningkatkan drainase cairan
dan pembuangan udara. penambahan pengisapan menimbulkan gelembung konstan
pada bilik ketiga; jika gelombang konstan terjadi pada tidak adanya penghisap, maka
mungkin terjadi kebocoran udara dari paru-paru atau kebocoran dalam sistem.
Sistem yang ada dipasaran adalah lebih aman karena sistem ini sel-contained,
tidak dapat terpisah, dan sekali pakai, tidak mempunyai hubungan (kecuali ke katater
dada) yang mungkin atas terlepas. Asuahan keperawatannya lebih mudah untuk
diberikan,dan kemudian sistem mendorong ambulasi yang lebih mudah dan lebih dini
bagi pasien.
9 | Page

2.7 PROSES KEPERAWATAN PASCA OPERATIF


1. pengkajian pascaoperatif
Karakter dan kedalam pernafasan dan warna kulit pasien berfungsi sebagai
criteria dalam mengevaluasi apakah paru-paru telah berekspansi secara adekuat.
Frekuensi dan irama jantung dipantau dengan mengauskultasi dan elektrokardiografi,
karena episode disritmia mayor sering terjadi setelah bedah toraks dan jantung.
Disritmia dapat terjadi kapan saja, tetapi seringkali tampak antara hari pascaoperatif
kedua dan keenam. Frekuensi kejadian distritmia meningkat pada pasien dengan usia
diatas 50 tahun dan dengan mereka yang menjalani pneumonektomi atau bedah
esofagus.
Jalur arterial dipertahankan untuk memudahkan seringnya pemantauan nilainilai gas darah, elektrolit serum, hemoglobin dan hematrokrit. Tekanan vena setral
dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini gangguan volume cairan.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian , diagnose keperawatan utama pascaoperatif
pasien dapat mencakup:
a. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan paru dan
pembedahan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
kerusakan paru, anestesia, dan nyeri
c. Nyeri yang berhubungan dengan insisi, selang drainase, dan prosedur
pembedahan
d. Kerusakan mobilitas fisik ekstremitas atas yang berhubungan dengan
bedah toraks
10 | P a g e

e. Ketidakseimbangan volume cairan yang berhubungan dengan prosedur


pembedahan
f. Perubahan status nutrisi yang berhubungan dengan dipsnea dan anoreksia
g. Kurang pengetahentang prosedur perawatan dirumah
Adapun Masalah kolaboratif yang berpotensial adalah :
a. Gawat napas
b. Disritmia
c. Atelektasis, pneumotoraks, dan fistula bronkopleural
d. Kehilangan darah; hemoragi
e. Edema pulmonal
3. Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama untuk pasien dapat mencakup perbaikan pertukaran gas dan
pernapasan, perbaikan bersihan jalan napas, peredaan nyeri dan rasa tidak nyaman,
peningkatan mobilitas lengan dan bahu, pemeliharaan volume cairan dan status
nutrisi yang adekuat, pemahaman prosedur perawatan diri dan tidak adanya
komplikasi.
Memperbaiki bersihan jalan nafas sekresi yang tertahan dapat mengancam
bagi pasien torakotomi pascaoperatif. Terauma pada percabangan trakeobronkial
selama pembedahan, tidak terdapatnya ventilasi paru, dan hilangnya reflek batuk
semua mengakibatkan akumulasi sekresi yang berhubungan. Jika sekresi tertahan,
akan terjadi obstruksi jalan nafas, yang menyebabkan udara tertahan dalam alveoli
distol terhadap obstruksi sehingga terserap dan bagian paru yang terkena menjadi
kolaps, atelektasis, pneumonia, dan gagal nafas dapat terjadi. Terdapat beberapa
11 | P a g e

teknik untuk mempertahankan jalan nafas pasien. Pertama, sekresi diisap dari pohon
trakeobronkial sebelum selang endotrakeal dilepaskan (ini dimulai diruang
pemulihan). Sekresi terus dibuang dengan pengisapan sampai pasien dapat
membatukkan sekresi secara efektf. pengisapan nasotrakeal, meski merupakan
ketrampilan yng sulit untuk dipelajari, dapat berguna untuk menstimulasi batuk dalam
dan mengaspirasi sekresi yang tidak mampu dibatukkan oleh pasien. Namun
demikian tindakan ini hanya digunakan bila semua metode untuk mengeluarkan
sekresi tidak membuahkan hasil.
Teknik batuk adalah tindakan lain yang digunakan dalam mempertahankan
jalan nafas yang paten. pasien diberikan dorongan untuk batuk secara efektif, karena
batuk yang tidak efektif mengakibatkan kelelahan dan retensi sekresi. untuk dapat
efektif, batuk harus dengan puncak rendah, dalam, dan terkontrol. karena sulitnya
batuk dengan posisis terlentang pasien dibantu untuk posisi duduk ditepi tempat tidur,
dengan tungkai terletak diatas kursi. Batuk dilakukan sedikitnya setiap jam. Selama
24 jam pertama dan bila diperlukan setelahnya. Jika terdapat krekels yang dapat
terdengar, sebaiknya menggunakan perkusi dada dengan batuk rutin sampai paru-paru
bersih. Terapi aerosol sangat membantu dalam melembabkan dan memobilisasi
sekresi srhingga sekresi dapat dengan mudah dibersihkan dengan membatukkannnya.
Untuk mengurangi nyesi insisi selama batuk, perawat menyangga insisi dengan kuat
diatas bagian yang dioperasi dan pada dada yang berlawanan. Setelah membantu
pasien untuk batuk, perawat harus mendengarkan kedua paru, kearah anterior dan
posterior untuk menentukan apakah terdapat perubahan dalam bunyi nafas, karena
penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan kolapsnya atau hipoventilasi alveoli.
Fisioterapi dada adalah teknik untuk mempertahankan jalan nafas yang paten.
sikap pasien diidentifikasi sebagai beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi
pulmonal pasceoperatif, maka fisioterapi dada dimulai dengan segera. Teknik
drainase postural, fibrasi, dan perkusi membantu untuk melepaskan dan memobilisasi
sekresi sehingga dapat membatukkan atau diisap.
12 | P a g e

Menghilangkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Nyeri setelah torakotomi


mungkin berat, tergantung pada jenis insisi dan reaksi pasien terhadap nyeri dan
kemampuan untuk mengatasinya. Inspirasi dalam sangat nyeri setelah torakotomi.
Nyeri dapat mengarah pada komplikasi pascaoperatif jika terjadi penurunan
kemampuan pasien untuk nafas dan batuk dalam, dan jika lebih lanjut membatasi
ekskursi dada sehingga ventilasi yang adaptif menurun
Segera setelah prosedur pembedahan dan sebelum insisi ditutup, ahli bedah
mungkin melakukan block saraf dengan anestetik kerja jangka panjang, yang dapat
mengurangi nyeri pascaoperatif. Narkotik epidural atau intravena dalam dosis kecil
diberikan sesuai yang ditentukan dan dititer terhadap peredaan nyeri sementara
memungkinkan pasien untuk bekerja sama dalam nafas dalam, batuk, dan usaha
mobilisasi. Bagaimanapun penting artinya untuk menghindari menekan sistem
pernafasan dengan anelgesik yang berlebih, karena pasien seharusnya tidak selalu
somnolen sehingga tidak dapat batuk. Karena pentingnya untuk memaksimalkan rasa
nyaman pasien tanpa menekan dorongan pernafasan, penggunaan anelgesik yang
dikontrol pasien(PCA) menjadi meningkat. Analgesic yang dikontrol pasien melalui
control vena atau kateter epidural memungkinkan pasien untuk mengontrol
frekueunsi dan dosis total anelgesik opioid. bats pada pompa PCA yang telah diset
sebelumnya mencegah takar lajak.dengan instruksi yang tepat, metode ini akan
ditoleansi dengan baik dan memungkinkan mobilisasi lebih didni dan kerjasama
dengan regimen pengobatan.
Meningkatkan mobilitas dan latihan bahu. Ketika pasien telah siap melakukan
aktivitas, pasien didorong dan dibantu untuk turun dari tempat tidur. Seringkali ini
terjadi pada malam hari dari hari lembedahan. Meski pada awalnya akan
menimbulkan nyeri, makin dini pasien bergerak, makin cepat nyeri akan menghilang.
Selain turun dari tempat tidur, pasien memulai latihan lengan dan bahu untuk
memulihkan gerakan dan mencegah kekakuan yang amat nyeri pada lengan dan bahu
yanga mat sakit.
13 | P a g e

Mempertahankan volume cairan dan nutisi. Selama prosedur pembedahan


atau segera setelahnya, pasien dapat menerima tranfusi darah yang diikuti dengan
unfus ntravena continue. kecepatan pemberian tranfusi harus dititer(sesuai yang
diharuskan) didasarkan pada kajian perawat tentang toleransi pasien, terutama ketika
terdapat bukti keterbatasan cadangan kardiopulmonal dan ketika jarring vaskuler
telah sangat berkurang, seperti pada pneumonektomi. Pengkajian tambahan termasuk
memantau masukan dan haluaran, tanda-tanda vital dan distensi vena jugularis.
Diet, suatu hal yang lazim bagi pasien yang

pasien yang menjalani

torakotomi mengalami status praperatif yang buruk karean dipsnea, pembentukan


sputum, dan nafsu makan yang buruk. Karenanya menjadi sangat penting bahwa
nutrisi pasien harus didukung secepat mungkin setelah operasi. Diet cair diberikan
setelah adanya tanda bising usus. Pasien ditingkatkan ke diet sempurna secepat
mungkin. makanan dalam jumlah kecil, sering, dan seimbang lebih ditoleransi dan
penting untuk pemulihan dan pemeliharaan fungsi paru.
Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawat dirumah. Karena otot girdle
bahu yang ditranseksi selama torakotomi, lengan dan bahu harus dimobilisasi dengan
rentang gerak penuh bahu. hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan latihan yang
diperlukan untuk memperbaiki fungsi dan mendorong pasien untuk melanjutkannya
saat dipulangkan. Pasien diajarkan untuk merenggangkan tangan(renggang dan raih)
dan kemudian meraih belakang kepala, dan untuk melakukan latihan ini lima kali
sehari. Percepatan pemulihan fungsi otot ini dipengaruhi oleh insisi, nyeri dan
pembebatan, dan mengurangi nyeri serta rasa tidak nyaman jangka panjang dan
terjadinya adhesi. Semua sendi harus direnggangkan dan difleksi. Pasien diberikan
dorongan untuk mengambil posisi tegak fungsional untuk memulihkan postur normal.
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial. Komplikasi setelah
bedah torak adalah kemungkinan yang selalu timbul dan harus diidentifikasi dan
ditangani secra dini. Selain itu, pasien dipantau pada interval teratur terhadap tanda
14 | P a g e

dan gejala gawat nafas atau terjadinya gagal nafas, disritmia, dan terjadinya
fistulabronkopleural, hemoragi dan sock , atelektesis dan infeksi paru. Gawat nafas
diatasi

dengan

mengidentifikasi

dan

menghilangkan

penyebabnya

sambil

memberikan oksigen suplemen; jika pasien mengalami gagal nafas, intubasi dan
ventilasi mekanis akan diperlukan yang akhirnya diperlukan penyapihan.
Disritmia sering berhubungan dengan efek hipoksia atau prosedur bedah, dan
diatasi dengan medikasi anti-disritmia dan terapi suportif.
Infeksi paru atau efusipascaoperatif, yang sering didahului atelektasis dapat
terjadi beberapa hari kedalam perjalanan pascaoperatif
Fistula bronkopleural (BPF) adalah serius meski merupakan komplikasi yang
jarang yang menghambat kembalinya tekanan intratoraks negative dan reekspansi
paru. Bergantung pada keparahannya, BPF diatasi dengan drainase dada
tertutup,ventilasi mekanis,dan kemungkinan talk plurodesis.
Hemoragi dan syok ditangani dengan mengatasi penyebab yang mendasari,
baik denganoperasi kembali, atau dengan pembrian produk darah atau cairan.
Edema paru akibat kelebihan infuse cairan itravena adalah yang bahaya yang
signifikan. Gejala dini adalah dipsnea, krekels, bunyi gelembung dalam dada,
takikardia, dan sputup berwarna merah muda dan berbusa. Kondisi ini merupakan
keadaan kedaduratan dan dilaporkan dengan segera.
4. Intervensi keperawatan
Memperbaiki pertukaran gas dan pernapasan. pertukaran gas ditentukan dengan
mengevaluasi oksigenasi dan ventilasi. Pada priode pascaoperatif segera, evalusi ini
dicapai

dengan

mengukur

tanda-tanda

vital

(takana

darah,

nadi,

dan

pernapasan)setidaknya setiap 15 menit selama 1 sampai 2 jam, kemudian kurang


sering sejalan dengan stabilnya kondisi pasien.
15 | P a g e

Gas darah areti (GDA) diambil dini pada periode pascaoperatif untuk menetapkan
nilai dasar untuk mengkaji keadekuat oksigenasi dan ventilasi serta kemungkinan
retensi CO2. Frekuensi GDA pascaoperatif tergantung pada apakah pasien mendapat
ventilasi secara mekanis atau menunjukkan tanda-tanda gawat napas, karena hasil
GDA menentukan terapi yang sesuai, juga merupakan praktik yang umum untuk
memasang jalur artireal pada pasien untuk mendapatka darah guna pemeriksaan GDA
dan untuk memantau tekanan darah dengan ketat. pemantauan hemodinamik mungkin
digunakn untuk mengkaji kestabilan hemodinamik pasien.
Teknik penapasan, seperti pernapasan diafragmatk dan bibir dirapatkan, yang
diajarkan selama praoperatif harus dipraktikkan setiap 2 jam untuk mengembangkan
alveoli dan mencegah atelektasis. Teknik lainnya untuk meningkatkan ventilasi
adalah terapi inspirasi maksimal tertahan (SMI) atau spirometri insentif. Teknik SMI
mengoptimalkan inflasi paru, memperbaiki mekanisme batuk, dan memberikan
pengkajian ini tentang perubahan pulmonal akut.
Perubahan posisi juga memperbaiki pernafasan. jika pasien terorientasi dan
tekanan darah stabil, bagian kepala tempat tidur dinaikkan 30 samapai 40 derajat
selama periode pascaoperatif dini. Hal ini memudahkan ventilasi, meningkatkan
drainase dada dari selang dada yang lebih rendah, dan membantu naiknya udara
residu pada bagian atas ruang pleural,dimana udara tersebut dapat dibuang melaui
selang dada atas. Ahli bedah dikonsultasikan tentang memposisikan pasien
individual. Pasien dengan patologi paru unilateral mungkin tidak dapat berbalik
dengan baik kesisi yang dioperasi karena nyeri, suhunya membatasi ventilasi dari sisi
yang dioperasi. Namun, perubahan posisi pasien dengan paru yang sehat (tidak
dioperasi memungkinkan keadekuatan ventilasi dan perfusi yang lebih kuat, dan
karenanya dapat meningkatkan oksigenasi. Posisi paien diubah dari horizontal
menjadi semi tegak, karena tetap dalam satu posisi cenderung untuk meningkatkan
retensi sekresi pada bagian paru yang tergantung. Setelah pneumonektomi, sisi yang

16 | P a g e

dioperasi harus tergantung sehingga cairan dalam ruang pleura tetap dibawah
ketinggian punting bronchial, dan sisi yang tidak dioperasi dapat mengembang penuh.
Prosedur untuk mengubah posisi pasien adalah sebagai berikut:
a. Instruksikan pasien untuk membengkokkan lutut dan menggunakan kaki
untuk mendorong.
b. Minta pasien untuk menggeser pinggul dan bahu kesisi yang berlawanan
dan tempat tidur ketika mendorong dengan kaki.
c. Bawa lengan pasien siatas dada, arahkan dalam arah yang menuju kemana
pasien akan dibalik dan minta pasien meraih sisi tempat tidur dengan
tangan.
d. Balik pasien dalam gerakan log roll untuk mencegah terkilir pada
pinggang dan kemungkinan menarik insisi, yang dapat menimbulkan
nyeri hebat.
5. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Menunjukkan perbaikan pertukatran gas yang dicerminkan dalam gas-gas
darah artei, latihan pernafasan, dan penggunaan spirometri insentif.
b. Memperbaiki bersihan jalan nafas seperti yang di buktikan oleh batuk
dalam,terkontrol dan bunyi nafas bersih atau berkurang adnya bunyi nafas
tambahan.
c. Mengalami penurunan nyeri dan rasa tidak nyaman dengan membebat
insisi selama batuk dan meningkatakan tingkat aktifitas.
d. Memperbaiki mobilitas bahu dan lengan, memperagakan latihan lengan
dan bahu untuk menghilanglan kekakuan.

17 | P a g e

e. Mempertahankan masukkan cairan yang adekuat dan mempertahankan


nutrisi untuk penyembuhan.
f. Menunujukkan pnurunan ansietas dengan menggunakan keterampilan
koping yang sesui dan menunjkukakan pemahaman dasar tentang teknolgi
yang digunkan dalam keperawatan.
g. Mematuhi program terapeutik dan perawatan rumah.
h. Bebas dari komplikasi seperti yang dibuktikan oleh tanda vital dan suhu
tubuh normal, perbaikan DDA, bunyi paru bersih, dan fungsi nafas
adekuat.

18 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonektomi adalah pembedahan untuk menghapus keseluruhan dari salah
satu paru-paru. Dalam pneumonektomi parsial, satu atau lebih lobus dari paru-paru
dikeluarkan. Keputusan untuk melakukan reseksi paru adalah didasarkan pada status
kardiovaskular dan cadangan pulmonal pasien. Pengangakatan keseluruhan paru
(pneumonektomi) dilakukan terutama untuk kanker ketika lesi tidak dapat di angkat
dengan prosedur yang lebih rendah. Pneumonektomi mungkin juga dilakukan untuk
abses paru, bronkiektasis, atau tuberculosis unilateral luas.
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial. Komplikasi setelah
bedah torak adalah kemungkinan yang selalu timbul dan harus diidentifikasi dan
ditangani secra dini. Maka dari itu, pasien dipantau pada interval teratur terhadap
tanda dan gejala gawat nafas atau terjadinya gagal nafas, disritmia, dan terjadinya
fistulabronkopleural, hemoragi dan sock , atelektesis dan infeksi paru.

19 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

20 | P a g e

Vous aimerez peut-être aussi