Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK SGD 5
Ni Putu Intan Parama Asti
1302105007
1302105011
1302105013
1302105024
1302105032
1302105034
1302105040
1302105051
1302105071
1302105084
Learning Task
KASUS II (SGD 5-8)
Seorang pria (28 tahun) dirawat di RSJ karena pernah memukul keluarganya saat di rumah.
Pasien mengatakan mendengarkan suara-suara yang menyuruh untuk memukul orang lain. Afek
datar, pembicaraan lambat dan terkadang ada sirkumtansial.
1.
2.
3.
4.
Masalah keperawatan :
a. Halusinasi Pendengaran
Data-data pada kasus yang mendukung :
Subjektif :
- Pasien mengatakan mendengarkan suara-suara yang menyuruh untuk memukul
orang lain.
Objektif :
-
Pohon Masalah :
Resiko mencederai diri dan orang lain
(Akibat)
(Core Problem)
(Penyebab)
Aspek
Perilaku
Pasien
kehilangan
dan
akibat
sendiri.
mengikuti
isi
halusinasinya.
Kegiatan
fisik
mendengar suara,
yang
melihat,
mencium, dan/atau
merasa
secara
serta
ditemukan
sesuatu
lingkungan.
bermusuhan.
gejala
secara
diatas Frekuensi
trus-
realitas
halusinasi jarang.
pengrusakan
Penilaian
munculnya
mengecap,
Ketiga
munculnya
halusinasi sering.
halusinasi.
Penilaian realitas terganggu, Mulai
pasien
Skala RUFA)
Perilaku sesuai.
tertawa Frekuensi
fisik,
21-30
Mengatakan
PK secara verbal.
(Skor:
tidak
bisa
nyata
tidak nyata.
dan
yang Frekuensi
Terkadang
munculnya
halusinasi jarang.
mengalami
gangguan berpikir.
Perasaan
Panik.
Cemas berat.
Cemas sedang.
sesuai
berlebihan
atau
dengan kenyataan.
berkurang, mudah
tersinggung.
Pada Kasus :
Dimana pada kasus disebutkan bahwa pria yang berumur 28 tahun yang pernah memukul
keluarganya saat di rumah dan mengatakan mendengarkan suara-suara yang menyuruh untuk
memukul orang lain. Dari uraian tersebut masuk ke kategori RUFA skor 1-10 yang masuk ruang
intensif I
Tindakan pertama dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan halusinasi adalah:
1. Membina hubungan saling percaya, sebagai berikut:
Awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam sesuai dengan konteks agama
pasien.
Berkenalan dengan pasien. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat
termasuk peran, jam dinas, ruangan, dan senang dipanggil dengan apa. Selanjutnya
perawat menanyakan nama pasien serta senang dipanggil dengan apa.
Buat kontrak asuhan. Jelaskan kepada pasien tujuan kita merawat pasien, aktivitas apa
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut, kapan aktivitas akan
dilaksanakan, dan berapa lama akan dilaksanakan aktivitas tersebut.
Bersikap empati yang ditunjukkan dengan mendengarkan keluhan pasien dengan penuh
perhatian, tidak membantah dan tidak menyokong halusinasi pasien, dan segera
menolong pasien jika pasien membutuhkan bantuan perawat.
Jenis Halusinasi
Halusinasi dengar
Data Subjektif
Data Objektif
Mendengarkan suara menyuruh Mengarahkan
melakukan
sesuatu
yang
berbahaya.
Mendengar suara atau bunyi.
telinga
atau
tertawa
sendiri.
bercakap-cakap.
diri
yang
atau
Stage I : Comforting
pemikiran
Pasien
pada
timbulnya
beranggapan
bahwa
tidak
mampu
lagi
mengontrol
kesepian
bila
halusinasinya
gangguan Psychoyic.
Pengalaman sensorinya terganggu, pasien
mulai merasa terancam dengan datangnya
suara-suara terutama bila pasien tidak dapat
menuruti ancaman atau perintah yang pasien
dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal 4 jam atau
seharian bila pasien tidak mendapatkan
komunikasi terapeutik. Dalam tahap ini dapat
terjadi gangguan psikotik berat.
Selain itu terdapat faktor penyebab terjadinya halusinasi yang perlu diketahui yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.
Faktor predisposisi:
a. Faktor perkembangan
Hambatan
perkembangan
akan
mengganggu
hubungan
interpersonal
yang
dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau kesepian,
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta dapat
ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan
limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia.
Faktor presipitasi:
Respons pasien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah,
bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta
tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Kliat (2008), memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seseorang individu sebagai makhluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat
dari lima dimensi yaitu:
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk
tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut pasien berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil sluruh perhatian pasien dan tidak jarang
akan mengontrol semua perilaku pasien.
4. Dimensi spiritual
Secara spiritual pasien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama
sirkadiannya terganggu, karena pasien sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat
terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
mengalami halusinasi pendengaran. Oleh karena itu Perawat A berencana akan memberikan
intervensi kepada Bapak M untuk mengatasi halusinasinya. Berdasarkan tingkat halusinasinya
pasien berada pada fase intensif I dimana perawat A telah menilai status kondisi pasien sudah
mau menerima pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat. Selanjutnya perawat A akan
memberikan strategi pelaksanaan halusinasi kepada bapak M untuk pertama kalinya.
(Hari kamis pun tiba dan perawat B akan melakukan pengkajian kepada Bapak M)
DIALOG
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat A
Bapak M
: Mades Buk
b. Evaluasi Validasi
Perawat A
:Bagaimana perasaan bapak hari ini? Ada keluhan yang bapak rasakan hari
ini?
Bapak M
c. Kontrak
Perawat A : Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana bapak mau
membicarakannya? disini atau di tempat lain? Berapa lama bapak mau
bercakap-cakap dengan saya? Bagaimana kalau 30 menit
Bapak M : Iya Buk, disini saja
2. Fase Kerja
Perawat A : Apa yang Bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?
Bapak M
: kacau Buk
Bapak M
: Saya turuti kata-kata itu Buk, saya pukul orang yang ada di sekitar saya,
kemudian saya ikuti kata-katanya karena dia menyuruh saya untuk memukul
dan kalau tidak saya turuti dia akan membunuh saya, makanya saya harus
ikuti dia ibuk, saya pukul orang yang ada di sekitar saya buk (Pembicaraan
Bapak M besrsifat sirkumtansial yaitu berbicara berputar-putar tetapi sampai
pada tujuan)
Perawat A : Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
Bapak M
Perawat A : Pak Mades , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara minum obat
dengan teratur. Ketiga bercakap-cakap dengan orang lain, , dan yang ke
empat melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Bapak M : Iya buk
Perawat A : Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulangulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Bapak peragakan!
Bapak M : pergi saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu
Perawat A : Nah begitu, bagus! Coba lagi!
Bapak M : pergi saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu
3.
Fase Terminasi
a. Evaluasi tindakan
Perawat A : Ya bagus Pak, Bapak Mades sudah pintar dan sudah bisa menghardik
Bapak M : (bapak Mades hanya menjawab dengan senyuman)
b. Evaluasi subyektif
Perawat A : Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau suarasuara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ya !
Bapak M : ya Buk akan saya lakukan rasanya senang aja kalau melakukan itu, saya bisa
terik dan menolak suara saya senang
c.
Kontrak
Perawat A : bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya, kita taruh di buku jadwal kegiatan
bapak. Mau jam berapa saja latihannya?
Bapak M
Perawat M : Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Pak? Bagaimana kalau jam
dua?
Bapak M
: Iya Buk,
Perawat M : Berapa lama kita akan berlatih? bagaimana kalau 20 menit? Dimana
tempatnya
Bapak M
Perawat A
Bapak M
DAFTAR PUSTAKA
CMHN (2006). Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Direktorat
Kesehatan Jiwa Dep-Kes RI
Kliat, B.A., dkk. 2008. Modul Perawatan Intensif Psikiatri. Jakarta: EGC
Videbeck. 2004. Psychiatric Mental Health. Philadelpia:Lippincott Wiliams & Wilkins
Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC,Jakarta, Hal 3, 362,348