Vous êtes sur la page 1sur 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. R DENGAN STATUS OBSTETRI P3003 DENGAN POST OP SC + MOW ATAS


INDIKASI KALA 1 MEMANJANG DI RUANG DAHLIA
RSUD DR. SOEBANDI JEMBER

Oleh : M. UsmanEfendi (0811011032)

PRODI S 1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2013

PERSETUJUAN

Ujian Asuhan keperawatan Klien Ny. R telah dilaksanakan pada tanggal 20-22 Desember
2013 di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soebandi Jember.

Jember, Februari 2013


Penguji I

(Aulia Dharma S SST.)

Penguji II

(Ns. Awatiful Azza S.Kep, M.Kep, Sp. Mat)

Penguji III

(Diyan Indriyani S.Kp, M.Kep, Sp.Mat)

Lembar Konsultasi

TGL

Materi Yang Dikonsultasikan dan Uraian

Nama & TTD

Pembimbing

Pembimbing

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)

B. Etiologi
1. Indikasi SC, Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001)

2. Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio


adalah :
a. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup
dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.

b. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
c. Plasenta previa sentralis dan lateralis
d. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
e. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak
lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia
karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
f. Partus lama
g. Partus tidak maju.
h. Pre-eklamsia dan hipertensi
i. Distosia serviks

C. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan
dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
D. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
b. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
c. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

2. Sectio caesarea ekstraperitonealis


Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
3. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
4. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
5. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan : Mengeluarkan janin lebih memanjang, Tidak menyebabkan komplikasi
kandung kemih tertarik, Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan
luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada
akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat
selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan
baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.

6.

Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah.Penutupan luka dengan reperitonialisasi
yang baik. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum. Perdarahan kurang. Dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan : Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

E. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

F. Prognosis
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah yang
cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu.
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000.
Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan atau
gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara
dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4
- 7% (Mochtar, 1998)
G. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
I.

Penatalaksanaan Medis Post SC


1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar

c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY R DENGAN STATUS OBSTETRI P3000, POST SC + MOW ATAS
INDIKASI KALA 1 MEMANJANG H2

Rumah Sakit

: RSUD Dr. Soebandi

Ruangan

: Dahlia (Nifas/RG)

Tgl/Jam MRS

: 18-02-2013 / 22.00 WIB

No. Register

: 40-45-75

Dx. Medis

: P3000, Post SC + MOW atas Indikasi Kala 1 Memanjang H2

Tgl/Jam Pengkajian

: 20 Februari 2013,Jam 09.00 WIB

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
: Ny. R
Umur
: 27 th
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Madura/Indonesia
Bahasa
: Madura/Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Penghasilan
:Alamat
: Curah Nangka

Nama Suami : Tn. A


Umur
: 30 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Bahasa
: Madura/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan Perkebunan
Penghasilan : 1,5jt
Alamat
: Curah Nangka

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri tekan pada abdomen
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan merasakan mules kemudian klien memeriksakan diri ke puskesmas,
dipuskesmas klien mendapat penanganan oleh bidan jaga, pukul 10.00 wib, tgl 18
pembukaan lengkap, namun setelah dipimpin sampai pukul 22.00 WIB belum masuk ke
kala 2, kemudian klien dirujuk ke RSUD dr. Soebandi, setelah dilakukan pemeriksaan
akhirnya klien mendapatkan penanganan SC,
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan tidak memiliki sakit Hipertensi, DM maupun Astma, selama hamil
klien jugatidak pernah mengalami Hipertensi gestasional maupun DM gestasional.
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit Hipertensi, DM
maupun Astma.
F. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Klien tidk pernah memiliki gangguan mental, klien mampu berkomunikasi dengan baik
dengan perawat. Hubungan klien juga harmonis dengan suami.
G. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit memeriksakan diri ke bidan dan dokter
Klien mengatakan sangat gembira akan kehamilan sekarang meskipun tidak
direncanakan.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Keterangan

Sebelum sakit

Saat sakit

Frekuensi

3x/hr

3 x/hr

Jenis

Nasi dan lauk pauk, susu

Nasi dan lauk pauk

Porsi

1 porsi habis

1 porsi habis

Total Konsumsi

1500-2000kkal

1500-2000kkal

Keluhan

Keterangan

Sebelum sakit

Saat sakit

Frekuensi

7-8x/hr

4-6x/hr

Warna

Kuning jernih

Kuning jernih

Bau

Amoniak

Amoniak

Jumlah

1000-1200cc

1000cc

Keterangan

Sebelum sakit

Saat sakit

Frekuensi

2x/hr

-/hr

Konsistensi

Lunak

Bau

Khas

Warna

Coklat kekuningan

3. Pola eleminasi

4. Pola aktifitas dan kebersihan diri


Aktivitas
Sebelum Sakit
Mobilitas Rutin
Memasak, mencuci dll
Waktu senggang

Menonton tv

Saat Sakit
Bed rest, mika miki,
duduk, jalan kekamar
mandi
Bed rest

Mandi

Mandiri

Dibantu Sebagian

Berpakaian

Mandiri

Dibantu Sebagian

Berhias

Mandiri

Dibantu Sebagian

Toileting

Mandiri

Dibantu Sebagian

Makan Minum

Mandiri

Mandiri

Tingkat Ketergantungan

Mandiri

Dibantu Sebagian

5. Pola istirahat-tidur
Klien mengatakan sebelum sakit klien biasanya total tidur dalam sehari 6-8 jam, saat
sakit klien lebih banyak beristirahat
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat, mengidentifikasi tes raba dan bau.
7. Pola konsep diri
Klien ingin segera pulang kerumah untuk melakukan aktivitas sehari - hari
8. Pola hubungan-peran
Klien sangat dekat dengan suaminya.
9. Pola fungsi reproduksi dan seksualitas
Klien sudah memiliki tiga orang anak, klien aktif dalam melakukan hubungan intim
dengan suami.
10. Pola mekanisme koping
Ketika klien memiliki masalah dibicarakan dengan suaminya.
H. Riwayat Pengkajian Obstetri, Perinatal dan Intranatal
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Klien mengatakan menggunaka kb hormonal sejak usia anak pertama 3 bulan yakni
5 tahun, klien sering berganti-ganti dari kb suntik ke kb pil.
b. Riwayat menstruasi

Menarche
Lamanya
Siklus
HPHT
Disminore
Fluor albus

: 12 tahun
: 7 hari
: 28 hari
: 27 Mei 2012
: klien pernah mengalami disminore namun jarang
: klien pernah mengalami keputihan 2 kali

c. Riwayat kehamilan terdahulu


1. Kehamilan pertama, klien sering memeriksakan kehamilannya sejak UK 12
minggu, klien tidak mengalami keluhan selama kehamilan pertama, hanya sering
mual pada trismester 1, namun seiring meningkatnya usia kehamilan, UK 9 bulan
kurang 10 hari.
2. Kehamilan kedua, klien sering memeriksakan kehamilannya sejak UK 20 minggu,
klien tidak mengalami keluhan selama kehamilan, namun seiring meningkatnya
usia kehamilan. UK 9 bulan 20 hari
d. Riwayat kehamilan sekarang
Klien mengatakan klien sering memeriksakan kehamilan baik di bidan, posyandu
maupun dokter, klien mengatakan selama kehamilan tidak mengalami keluhan yang
berat hanya pusing dan mual saja, klien menjalani anc sebanyak 10 kali.
e. Riwayat persalinan lalu
Persalinan pertama : klien mengatakan persalinan pertama dilakukan di bina sehat,
ditolong oleh dokter dengan bantuan VE
Persalinan kedua : klien mengatakan persalinan kedua dilakukan di RSD dr. soebandi
dibantu oleh bidan dengan bantuan VE
f. Riwayat persalinan sekarang
Klien mengalami kala 1 memanjang, yakni pukul 10.00 wib klien mengalami
pembukaan lengkap dan sampai pukul 22.00 wib klien belum masuk kala 2, sehingga
klien diacarakan untuk menjalani operasi SC.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum : Baik
Kesadaran
: CM
Tanda-tanda vital
TD
: 120/80mmhg
Suhu : 36,5 C
N
: 80 x/m
RR
: 20 x/menit
TB/BB
: 160cm / 77kg
2. Kepala
a. Rambut
b. Mata
dengan baik
c. Telinga
3. Leher

: hitam, lebat dengan distribusi yang rata


: anemis (-), Ikterus (-), tidak ada sekresi, klien mampu melihat
: sekresi (-), simetris,

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, tidak ada distensi vena jugularis,
4. Thorax (dada)
Keterangan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Paru-paru
Jantung
Simetris, pergerakan dinding Ictus cordis tidak tampak
dada simetris
Fokal fremitus sama, tidak ada Ictus cordis teraba di ICS 5
nyeri tekan
Sonor disemua lapang paru

Pekak disemua lapang jantung,


tidak ada pembesaran pada
jantung
Vesikuler, tidak ada suara nafas S1 S2 tunggal, tidak ada suara
tambahan
nafas tambahan

5. Abdomen
Keterangan
Inspeksi

Hasil
Perut cembung, terdapat luka post op SC melintang

Auskultasi

Bising usus 12x/menit

Palpasi

Terdapat nyeri tekan pada perut

Perkusi

Tympani pada daerah gaster, pekak pada batas hepar dan


limfe

6. Tulang belakang
Tidak ada kelainan tulang belakang baik lordosis, kifosis maupun scoliosis
7. Ekstremitas
Akral hangat, tidak terdapat oedem pada semua ekstremitas
8. Genetalia dan Anus
Rambut pubis terpotong karena klien baru menjalani operasi, perdarahan (-)
9. Pemeriksaan neurologis
GCS 4-5-6
10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Lab. Tgl 18 februari 2013


Hemoglobin 11,7 gr/dl
Lekosit
18,6 x 10/L
Hematokrit
34,0 %
Trombosit
248 x 10 /L

Tgl/Jam
20/02/13
09.00

Pengelompokan Data

ANALISA DATA
Masalah

DS : klien mengatakan Nyeri


merasakan nyeri pada luka
post op, nyeri skala 2
meningkat saat beraktifitas dan
menurun saat klien bed rest.
DO :
- TD : 120/80
- N : 80x/m
- S : 36,5

Kemungkinan
Penyebab
Trauma pembedahan

- RR : 20x/m
- Klien Post Op SC+MOW hari
ke 2
DS:
Resiko tinggi infeksi
DO:
- TD : 120/80
- N : 80x/m
- S : 36,5
- RR : 20x/m
- Klien Post Op SC+MOW hari
ke 2
- Luka bersih, tidak ada tanda
infeksi,

Luka post op

DS : klien menanyakan apa Kurangnya pengetahuan Kurangnya


yang harus dilakukan selama klien
informasi
proses penyembuhan luka
DO :
- Klien Post Op SC+MOW hari
ke 2
- Luka bersih, tidak ada tanda
infeksi,

sumber

DAFTAR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
/
MASALAH
KOLABORATIF
BERDASARKAN URUTAN PRIORITAS
No. Tgl/Jam
Diagnosa Keperawatan & Masalah Kolaboratif
Paraf
1
20-02-13
Nyeri yang berhubungan dengan trauma pembedahan
09.00
2

20-02-13
09.00

Resiko tinggi infeksi yang behubungan dengan luka


post op SC

20-02-13

Kurangnya pengetahuan klien yang berhubungan

09.00

dengan kurangnya sumber informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/Jam Diagnosa
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
Keperawatan
20/02/13 Nyeri
yang Tujuan
:
Klien 1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
5. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
09.00
berhubungan dengan mampu
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
trauma pembedahan.
memanajemen nyeri
setelah
diberikan 2. Berikan klien penjelasan mengenai nyeri 6. Meningkatkan koping klien dalam
intervensi 1x24 jam
yang diderita klien dan penyebabnya.
melakukan guidance mengatasi nyeri.
KH :
3. Ajarkan teknik distraksi nafas dalam.
- Klien
mampu
mendemonstrasikan 4. Kolaborasi pemberian analgetika.
teknik
relaksasi
nafas dalam
- Klien
mampu
mengontrol nyeri
Resiko tinggi infeksi Tujuan : klien tidak 1. Observasi tanda-tanda infeksi
yang
behubungan terjadi
infeksi
dengan luka post op SC selama klien dirawat
di RS
2. Observasi TTV klien

7. Pengurangan persepsi nyeri.


8. Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik.
1. Untuk mengetahui secara cepat bila
terdapat infeksi.
2. Untuk mengetahui status perkembangan
klien

3. Lakukan perawatan luka sesuai dengan 3. Perawatan luka yang benar dan sesuai
protap rumah sakit
prosedur akan mengurangi resiko infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotic

4. Antibiotic dapat meningkatkan kekebalan


tubuh klien terhadap infeksi

Kurangnya
pengetahuan klien yang
berhubungan dengan
kurangnya
sumber
informasi

Tujuan
:
klien 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
1. Untuk mengetahui hal hal apa saja yang
memiliki
belum diketahui oleh klien
pemahaman setelah
diberikan intervensi 2. Berikan informasi mengenai, gizi selama 2. Meningkatkan pemahaman ibu tentang
selama 1x24 jam
fase peyembuhan, petingnya mobilitas.
makanan selama fase penyembuhan dan
pentingnya mobilisasi.
KH :
- Klien
mengerti 3. Berikan informasi mengenai ASI 3. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang
tentang gizi selama
ekslusif dan kondisi kesuburan ibu.
ASI ekslusif dan kondisi ibu.
fase penyembuhan
luka
4. Berikan klien kesempatan untuk 4. Memberi
klien
ruang
untuk
- Klien
mengerti
bertanya.
mengungkapkan
hal
yang
belum
tentang pentingnya
dimengerti.
mobilitas
- Klien
mengerti
tentang pentingnya
ASI bagi bayi
- Klien
mengerti
tentang kondisinya

DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Tgl
Jam
No DX Tindakan
TTD
20/02/13 11.30 1,2,3
1. BHSP
2. Observasi Tanda-tanda vital
3. Melakukan rawat luka
4. Mengobservasi adanya tanda-tanda
infeksi
5. Mengajarkan teknik distraksi nafas
dalam
6. Memberi

kesempatan

klien

untuk

mendemonstrasikannya
7. Menanyakan status pendidikan terakhir.
8. Memberikan informasi tentang gizi
selama fase penyembuhan luka dan
pentingnya mobilitas.
9. Memberikan informasi kepada klien
tentang ASI

esklusif

dan

kondisi

kesuburan ibu.
10. Memberikan klien kesempatan untuk
bertanya

tentang

hal yang

belum

diketahui.

Masalah
Kep/Kolaboratif

TGL/Ja
m

Catatan Perkembangan

Paraf

DX 1

20/02/13 S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri,


12.00
nyeri skala 2 meningkat saat klien beraktivitas.
O:
-

Klien mampu mendemonstrasikan teknik


distraksi nafas dalam
- Nyeri klien masih pada skala 2
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

DX 2

S:
O:
-

Luka post op bersih tidak ada pus


Tidak ada tanda infeksi pada luka post op,
seperti perubahan warna kulit disekitar
luka post op, hipertermi

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
DX 3

S : Klien mengatakan mengerti tentang makanan


yang harus dimakan saat fase penyembuhan, klien
mengatakan mengerti pentingnya mobilitas, ASI
ekslusif dan kondisi kesuburan klien.
O:
-

Klien mampu menyebutkan gizi selama


fase penyembuhan.
Klien mampu menjelaskan pentingnya
mobilitas
Klien mampu menjelaskan pentingnya
ASI ekslusif
Klien memahami kondisi kesuburannya.

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi (Pasien PULANG)

BAB III

PEMBAHASAN

Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa klien berusia 27 tahun dengan status obstetric
P3003. Klien memiliki seorang suami yang berusia 30 tahun. Klien mengatakan sebelum
MRS klien merasakan mules mules, kemudian klien memeriksakan dirinya di puskesmas,
pada jam 10.00 wib klien pembukaan lengkap, namun sampai pukul 22.00 wib tidak ada
kemajuan persalinan, oleh karena itu petugas puskesmas kemudian merujuk klien ke RSUD
Dr. Soebandi Jember. Di RSUD Dr. Soebandi klien mendapatkan penanganan, kemudian
klien dianjurkan untuk SC atas indikasi kala 1 memanjang, dan klien meminta untuk
mensterilkan kandungannya. Anak pertama klien berusia 6 tahun, anak kedua klien berusia 2
tahun dan kelahiran ini merupakan anak ketiga klien.Klien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus maupun penyakit astma. Klien juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit astma, hipertensi maupun
diabetes mellitus.
Klien mengaakan selama kehamilan pertama sampai yang ketiga tidak pernah mengalami
keluhan, kecuali mual dan muntah serta pusing pada trisemester pertama. Riwayat persalinan
yang lalu, yakni anak kedua dan ketiga lahir spontan pervaginam dengan bantuan Vacum
Ekstraksi. Sedangkan persalinan sekarang merupakan operasi SC pertama kali klien. Klien
pertama kali menarche umur 12 tahun dengan lama mens 5-7 hari, siklus haid klien teratur 28
hari.
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny R adalah nyeri akut yang berhubungan dengan
trauma pembedahan, nyeri klien dengan skala 2 meningkat saat beraktifitas, kemudian klien
mendapatkan intervensi keperawatan dan setelah dievaluasi nyeri klien tetap pada skala 2
namun klien sudah mampu memanajemen nyeri yakni dengan teknik distraksi nafas dalam
ketika nyeri meningkat.
Masalah keperawatan yang kedua yakni resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan luka
post operasi. Luka post operasi melintang, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka post operasi
hari ke 2. Klien mendapatkan intervensi berupa rawat luka, setelah dirawat luka dan
dievaluasi tidak ada tanda infesksi, luka post op juga bagus, tidak ada pes.
Masalah keperawatan yang ketiga yakni kurangnya pengeahuan yang berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi. Data yang subyektifnya, klien mengungkaapkan tidak mengerti

tentang makanan apa saja yang menjadi pantangan selama fase penyembuhan.kemudian klien
diberikan intervensi berupa informasi mengenai makanan yng harus dimakan selama fase
penyembuhan, ASI ekslusif, pentingnya mobilitas, dan keadaan kesuburan klien. Setelah
dievaluasi klien mampu menyebutka makanan yang harus dimakan, klien mengerti tentang
pentingnya mobilitas dan ASI ekslusif, serta klien paham dengan kondisi kesuburannya saat
ini.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny R dapat disimpulkan bahwa. Klien
dengan status obstetrik P3003, riwayat persalinan sebelumnya yakni dengan VE saat
melahirkan anak pertama dan kedua. Operasi SC yang dilakukan untuk melahirkan
anak ketiga merupaka operasi SC pertama klien. Klien mampu beradaptasi dengan
baik terhadap kondisinya.

Vous aimerez peut-être aussi