Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISISUN OLEH
:
NAMA
: UBAIDATUL INDAH FATMAWATI
KELAS
: 2 KIMIA ANALIS 2
NO.Absen : 35
NIS
: 8670
Untuk analisa abu yang larut dan tidak larut didalam air, serta abu
yang tidak larut dalam asam.
Tanpa menggunakan reagen sehingga biaya lebih murah dan tidak
menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Kekurangan :
Membutuhkan waktu yang lebih lama
Tanpa penambahan reagensia
Memerlukan suhu yang relative tinggi
Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu yang
tinggi.
3. Alat dan Bahan :
Alat:
- neraca analitik
- Cawan porselin
- Kawat kasa
- kaki tiga
- Lampu spirtus
- Krus tang
- Tanur
- Eksikator
Bahan :
- Sampel
4. Prosedur :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Cara kerja
Tujuan
Memanaskan botol timbang dalam Menguapkan air dan menghilangkan
oven pada suhu 105o C selama 1 jam zat pengotor didalamnya
Mendinginkan dalam eksikator
Untuk mendinginkan botol timbang
selama jam
Menimbang dan mencatat hasilnya Untuk mengetahui berat botol
kosong
Mengulangi smpai bobot konstan
Untuk mendapatkan berat botol
konstan
Menimbang dengan seksama 2-3 g Memperoleh bobot sampel sebelum
sampel ke dalam sebuah cawan
diabukan
porselin yg telah diketahui bobotnya.
Untuk sampel cairan, uapkan terlebih
dahulu diatas penangas air sampai
kering
Mengarangkan diatas nyala
Untuk menguapkan zat organic yang
pembakar
ada
Lalu diabukan dalam tanur listrik
Untuk menghasilkan abu yang bebas
8.
9.
10.
11.
12.
5. Perhitungan
% Abu = W2 W1
W
X 100%
W1
21,8352 gram
W2
22,2896 gram
% Abu
21,6 gram
Perhitungan :
% Abu = W2 W1
w
X 100%
= 22,2896 21,8352
2,1037
= 0,4544
2,1037
= 21,6000
= 21,6 gram
7. Pembahasan
X 100%
X 100%
Pada praktikum kali ini yaitu analisa kadar abu total dengan
tujuan untuk menentukan kadar abu total dalam sebuah sampel
bahan. Pada praktikum yang kelompok saya lakukan, menggunakan
sampel yaitu susu milo. Dengan menggunakan metode SNI 01
2891 1992, cara uji makanan dan minuman dimana prinsip dari
metode ini adalah pada proses pengabuan zat zat organic diuraikan
menjadi air dan Co2, tetapi untuk bahan anorganik tidak.
Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan
organic. Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam
bahan dan cara pengabuan yang digunakan. Kandungan abu dalam
suatu bahn menunjukkan kadar mineral suatu bahan tersebut.
Proses pengabuan dapat dilakukan dengan dua macam cara.
Yaitu dengan proses pengabuan kering ( langsung) dan proses
pengabuan basah ( tidak langsung ). Akan tetapi, pada praktikum yang
kelompok kami gunakan adalah dengan proses pengabuan dengan
metode kering (langsung). Cara ini dilakukan dengan mengoksidasikan
semua zat organic pada suhu tinggi yaitu berkisar antara 500 600o C
dan kemudian dilanjutkan dengan menimbang zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran selesai.
Pada saat kelompok saya melakukan analisa kadar abu total
pada sampel susu milo ini, lama pengabuannya tidak berkisar antara 2
8 jam. Namun hingga beberapa hari. Hal ini terjadi mungkin karena
sampel yang kami gunakan tersebut mengandung beberapa zat zat
yang tidak mudah teruraikan pada saat proses pengabuan. Dan kadar
abu total yang kami dapatkan adalah sebesar 21,6000 %. Hal ini
sangat tidak sesuai dengan batas maksimal total abu menurut SNI 01
2891 1992 yang telah ditetapkan. Menurut SNI 01 2891 -1998
batas maksimal total abu pada sampel susu adalah sebesar 8 %.
Dikatakan maksimal karena kadar abu totalnya dari bahan
menunjukkan untuk kadar mineral,kemurnian dari bahan sampel susu
milo, dan kebersihan dari bahan yang digunakan (susu milo). Karena
batas maksimalnya sebesar 8%, berarti sampel yang kami gunakan
tersebut sangat jauh melampaui batas maksimal. Ini terjadi karena
pada saat melakukan praktikum, ada beberapa kesalahan yang tak
kami sengaja sehingga hal yang tidak kami sengaja tersebut dapat
mempengaruhi hasil akhir pada penentuan kadar abu total.
Pertama, Kesalahan yang kami lakukan adalah pada saat
mengarangkan sampel diatas nyala api, seharusnya tidak boleh diaduk
menggunakan spatula atau apapun itu. Karena kami belum begitu
paham, maka saat mengarangkan sampel diatas nyala api, sampel
tersebut kami aduk menggunakan spatula dan akibatnya ada beberapa
sampel yang menempel pada spatula tersebut sehingga mengurangi
berat dari sampel yang seharusnya.
Kesalahan yang kedua yaitu terletak pada saat mengambil
sampel yang sedang diabukan dan akn dimasukkan ke dalam oven.
Kesalahan yang terjadi yaitu : saat mengambil cawan dari dalam tanur
dengan suhu yang relative tinggi, saat itu disamping tanur tersedia
sarung tangan yang srkiranya tebal dan dapat menahan panas dari
cawan porselin yang baru saja dikeluarkan dari tanut tersebut. Namun
ternyata tidak. sarung tangan tersebut tidak dapat menahan panas
dari cawan yang baru saja dikeluarkan dari tanur akibatnya kain dari
sarung tangan tersebut menempel pada cawan porselin sehingga kain
sarung tangan yang menempel pada cawan itu ikut tertimbang
beratnya hingga mempengaruhi berat akhir dari penentuan kadar abu
total.
Kesalahan yang lain dipengaruhi oleh kebersihan dari alat yang
digunakan misalnya saat mencuci alat kurang bersih dan factor
kontaminan kontaminan yang lainnya.
8. Kesimpulan :
Batas maksimal kadar abu pada sampel susu menurut SNI 01
2891 1992 adalah sebanyak 8%.
Dari hasil praktikum didapatkan kadar abu total dari sampel
susu adalah sebesar 21,6000 %.
Beerdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kadar abu
total susu yang di dapat yaitu 21,6000 % dan ini berarti
melebihi batas maksimal dari SNI 01-2891 -1992 dengan
batas maksimalnya 8 %.
9. Daftar Pustaka :
Desypurnama.blogspot.com. 05/2012/03/kadar_abu.html?
m=1
Mengetahui,
Desember 2014
Guru Pengampu
temanggung, 09
praktikan