Vous êtes sur la page 1sur 19

ABORTUS IMMINENS

KONSEP DASAR
A.

Pengetian
Menurut Benson, Ralph (2009), Abortus imminens terjadi pada umur

kurang dari 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau kontraksi uteri, tanpa
dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi (product of conception,
POC). Selain itu , hasil pemeriksaan ultrasonograf, diperlihatkan adanya janin
dengan ditandai seperti adanya denyut jantung atau gerakan pada janin.
Pada abortus imminens, hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam
bahaya tetapi kehamilan terus berlanjut. Abortus iminens dapat ditandai dengan
adanya perdarahan pervagina, nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri
pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak. (Varney, 2010).

B.

Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
a.

Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma


X

b.

Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna

c.

Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan


temabakau dan alkohol

2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi


menahun
3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus. (Rachadian, Dani, dkk. (2011).

C.

Gambaran Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. pemeriksaan ginekologi :
a.

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak


jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

b.

Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri


terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

c.

Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,


teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak
nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri. (Warburton dan Fraser, 1964, Wilsod dkk, 2009)

D.

Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus. Komplikasi :
1. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
2. pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah. Varney, Helen, dkk. (2011).

E. Pathway
Perdarahan
Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar


sempurna

Merasa kehilangan

Hasil konsepsi keluar tidak


sempurna

Cemas
Perdarahan
Stress

Nyeri

Intoleransi aktifitas

Gangguan rasa
nyaman, nyeri

Defisit volume cairan

Gangguan istirahat dan tidur

F.

Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion (Hanifa, 2009)
Data laboratorium
1. Tes urine,untuk mengetahui kandungan protein dalam urine
2. hemoglobin dan hematokrit, bertujuan untuk menggambarkan
perbandingan persentase antara sel darah merah dan sel darah putih
dan trombosit terhadap volume seluruh darah.
hematokrit

berarti

konsentrasi

darah

semakin

Kenaikan
kental

dan

diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari pembulu darah


sehingga berlanjut pada kondisi syok hipovolumikatau gangguan
dehidrasi. Penurunan hematokrit terjadi pada pasien dengan
kehilangan darah akut, anemia dan kondisi lainnya.
3. menghitung trombosit, untuk mengetahui tingkat terjadinya
perdarahan
4. kultur darah dan urine, untuk mendeteksi adanya kuman atau
bakteri yang ada dalam darah atau urin

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis

Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan
mati, pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan


preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

Anti pendarahan : Adona, Transamin


Vitamin B komplek
Hormonal : Progesteron
Penguat plasenta : Gestanom, Dhupaston
Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin (Rustam Mochtar,2011)
2. Penatalaksanaan Keperawatan

Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang


mekanik berkurang

Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas

Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik


untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat. (Manuaba, 2009)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
A. Data subyektif
1. Biodata
Biodata

klien

berisi

tentang

Nama,Umur,

Suku,

Agama,

Pendidikan,Pekerjaan, Status perkawinan, Lamanya Perkawinan, Lamanya


Menikah, Alamat, No. Medical record, Tanggal masuk RS, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
a. Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, sering
terdapat

pula

rasa

mules,

kecurigaan

tersebut

diperkuat

dengan

ditentukannya kehamilan muda.


b. Dengan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut: sakit perut,
dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi, pemeriksaan hasil tes hamil
masih positif atau sudah negatif.
c. Abortus imminens
Terdapat keterlambatan datang bulan.
Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules).

3. Riwayat kesehatan yang lalu


o Insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, DM dan defisiensi
progesterone.
o Kelainan hormonal, gangguan nutrisi menyebabkan keguguran kehamilan.
o Anomali congenital (hipoplasi uterus, uterus bikornis dll), kelainan letak
dari uterus seperti retroflexi uterus fixota, dapat menyebabkan abortus.

4. Riwayat kesehatan sekarang

Jika herpes genitalis terjadi dalam kehamilan 20 minggu maka angka


abortus akan meningkat.

Penyakit ibu yang mendadak seperti pneumone, tifus abdominalis,


pielonepritis, malaria dll dapat menyebabkan abortus, toxin, bakteri,
virus atau plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracunan, laparatomi, peritonitis umum dan penyakit menahun
seperti

brusellosis,

monomikleosis,

toxoplasmosis

juga

dapat

menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan yang
pasti translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot
yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak,
sehingga terjadi abortus.

Penyakit bapak: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia,


decompensasi cordis, malnutrisi, nefititis, keracunan (alcohol, nikotin,
Pb dll), sinar rontgen, avitaminosis dapat menyebabkan abortus.
(Rustam Mochtar, 2009)

6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
o Abortus terjadi pada usia kehamilan < 22 minggu.
o Terjadi perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan muda.
o Perdarahan masif/hebat pada kehamilan muda. (Saifudin, 2011)
b. Riwayat KB

Kontrasepsi pada waktu lampau pernah berkaitan dengan peningkatan


insiden abortus, namun kaitan tersebut sekarang sudah tidak ditemukan lagi.
Hal tersebut benar untuk kontrasepsi oral dan obat spermissid yang
digunakan dalam krem dan jeli kontrasepsi. Kendai demikian alkon dalam
rahim (IUD) berkaitan dengan kenaikan insiden septic setelah kegagalan
kontrasepsi.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bila seseorang pernah mengalami abortus maka cenderung mengalami
abortus lagi pada kehamilan selanjutnya. (Rustam Mochtar, 2009)
d. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil <5 bulan, mengalami mual, muntah.
Pagi hari terutama trimester I, tetapi menghilang setelah trimester II
7. Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
o

Pada saat ini hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatkan kemungkinan
abortus.

Malnutrisi, avitaminosis A, C, E, gangguan metabolisme (DM)


cenderung menimbulkan abortus incomplete.

b. Aktifitas
o Trauma, misalnya: kecelakaan dapat menimbulkan abortus.
o Sering dijumpai pada wanita yang bekerja berat karena ovum terlepas
sebagian sehingga menimbulkan kontraksi yang berakibat perdarahan.
c. Riwayat ketergantungan
Tembakau diidentifikasikan sebagai zat yang berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus, alcohol pernah terlibat dalam peningkatan insiden abortus.

d. Psikososial dan spiritual


Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus berkontraksi
umpamanya terkejut sangat ketakutan. Dalam suatu tinjauan mengenai
faktor kepribadian yang berkaitan dengan dengan abortus tuppes dan weil
(2009) menemukan adanya 2 tipe wanita yang pada dasarnya belum matang
dan wanita bebas yang frustasi. (Williams, 2010)
8. Hubungan seksual
Coitus sebaiknya dihentikan pada mereka yang sering mengalami
keguguran. (Manuaba, 2009)
B. Data obyektif
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik sampai syok
2. Tanda vital

Tensi : Tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg.


Sistolik bisa mengalami penurunan kurang dari 90 mmHg.

Nadi : Normal 60-100/menit


Bisa mengalami peningkatan lebih dari 112/menit.
Pernafasan : normal 20-24/menit

Suhu : Normal 36-37C


Bila suhu lebih dari normal mungkin adanya infeksi.

Pemeriksaan umum
1. Kepala

Muka : Normal, tidak sembab, ada cloasma gravidarum.


Tidak pucat sampai pucat.

Mata : Konjungtiva palpebra normal berwarna merah muda, bila pucat


mungkin anemia.

2. Thorax/buah dada

Mama dan papilla membesar tampak tegak dan tampak lebih hitam karena
agak hiperpigmentasi.

Pada missed abortion mama agak membesar.

3. Abdomen

Membesar sesuai umur kehamilan/lebih kecil dari usia gestasi

Nyeri perut bawah/sedikit/tanpa nyeri.

4. Genetalia
Pengeluaran perdarahan pervaginam
Perdarahan bercak sampai sedang
Perdarahan sedang sampai masif
Perdarahan lanjut
Secret vagina
Pemeriksaan khusus
1. Palpasi
TFU sesuai dengan usia gestasi
TFU lebih kecil dari usia gestasi/tidak teraba
Uterus teraba lemas
2. VT

Servik uteri masih tertutup

Servik uteri terbuka dan dapat teraba ketuban. Dan hasil konsepsi dalam
cavum uteri atau pada kanalis servikalis

Besarnya rahim telah mengecil

Konsistensinya lunak

B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
C. Intervensi Keperawatan
DX I

: Nyeri berhubungan dengan kontraksi uteri


Intervensi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun dsekripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi
nyeri
c. Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
R : Membantu ekspansi paru dan memeksimalkan ventilasi
d. Berikan posisi yang nyaman, misalnya dengan menggunakan bantal
hangat
R : Membantu relaksasi dan mengurangi nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetika

R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan


pemberian

analgetika

oral

maupun

sistemik

dalam

spectrum

luas/spesifik

DX II : Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan


Intervensi :
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan
output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a.

Kaji kondisi status hemodinamika


R : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi

b.

Ukur pengeluaran harian


R : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c.

Berikan sejumlah cairan pengganti harian


R : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

d.

Evaluasi status hemodinamika


R : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

DX III : Cemas berhubungan dengan pengeluaran konsepsi


Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi

klien dan keluarga terhadap

penyakit
R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien


R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan

support

yang

mungkin

berguna

bagi

klien

dan

meningkatkan kesadaran diri klien


d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga;
untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

DX IV : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan


sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien
lebih buruk
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
R : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
R : Mengistiratkan klilen secara optimal

d.

Bantu

klien

untuk

melakukan

tindakan

sesuai

dengan

kemampuan/kondisi klien
R : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat
mutlak sangat diperlukan
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R : Menilai kondisi umum klien

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk, 2009,Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ke 3. Jakarta,
EGC
Mubarak, Wahit I. chayatin, Ns. Nurul. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Pernoll, Martin L. Benson, Ralph C. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Edisi 9. Penerjemah Susiani Wijaya. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Volume I. Jakarta: EGC.

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Abortus Imminens

Mengetahui :
Pembimbing Lahan (CI)

Mengetahui :
Pembimbing Institusi (CT)

NIP :

NIP :

Mengetahui :
Mahasiswa

SUHARYONO
NIM : P07120112104

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ABORTUS IMMINENS

DI SUSUN OLEH
NAMA

SUHARYONO

NIM

P07120112104

TINGKAT

III-A

SEMESTER

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN

AMBON
2014

Vous aimerez peut-être aussi