Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PEMBAHASAN
1.1 PERENCANAAN
Standar Audit 300 tentang Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan
Keuangan mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan
keuangan. Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara
keseluruhan untuk perikatan audit dan pengembangan rencana audit. Adapun manfaat
perencanaan (SA 300-Para.2), yaitu :
Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial secara tepat waktu.
Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan dengan baik,
sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan dengan tingkat kemampuan dan
kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang diantisipasi, dan penugasan
pekerjaan yang tepat kepada mereka.
Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan dan penelaahan atas
pekerjaan mereka.
Memebantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
Terdapat dua risiko yang berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan dan biaya
pengauditan, yaitu risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren. Ada delapan
tahapan dalam proses perencanaan audit, diantaranya penerimaan klien dari pembuatan
rencana audit awal, memperoleh pemahaman tentanhg bisnis dan bidang usaha klien,
menilai risiko bisnis klien, melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, menetapkan
materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren, memahami
pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian, mengumpulkan informasi untuk
menilai risiko kecurangan, dan menyusun atrategi audit keseluruhan dan program
audit.

1.2 PENERIMAAN

KLIEN

DAN

PEMBUATAN

RENCANA

AUDIT

PENDAHULUAN
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat halnyang kesemuanya harus
dilakukan pada tahap awal audit, yaitu :
1. Audior memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien yang
lama.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
3. Untuk mengindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
4. Auditor menilai strategi audit secara menyeluruh, termasuk penugasan staf dan
keahlian yang dibutuhkan dalam audit yang bersangkutan.
Penerimaan Klien Baru dan Melanjutkan Klien Lama
Meskipun memdapatkan atau mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah,
namun kantor akuntan hendaknya berhati hati dalam memutuskan mana yang kaan
diterima. Apabila dinyatakan dengan risiko audit yang dapat diterima, auditor
kemungkinan tidak akan menerima klien baru atau melanjutkan klien yang sudah ada,
seandainya risiko audit bisa diterimanya berada dibawah tingkat risiko audit yang bisa
diterima kantor akuntan yang bersangkutan. (SA220-Para.12dan13)
Menginvestigasi Klien Baru
Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan biasanya melakukan
investigasi atas calon klien dan perusahaannya untuk menentukan akseptabilitasnya.
Kantor akuntan juga harus menentukan apakah memiliki kompetensi untuk mengaudit
calon klien, seperti misalnya pengetahuan tentang bidang usaha klien, dan apakah
kantor akuntan memenuhi semua persyaratan independensi.
Klien Lama Berkelanjutan
Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan klien dan
ketentuan etika yang relevan, termasuk independensi, terjadi sepanjang perikatan audit,
seiring dengan perubahan kondisi. KAP biasanya melakukan evaluasi terhadap klien
berkelanjutan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan audit

pada klien lama tertentu. Penyelidikan atas klien baru dan penilaian kembali terhadap
klien lama merupakan bagian penting dalam memutuskan risiko audit yang dapat
diterima.
Mengidentifikasi Klien Minta Diaudit
Ada dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima, yaitu calon
pemakai laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Sepanjang
pelaksanaan penugasan, auditor dapat memperoleh tambahan informasi tentang
mengapa klien memerlukan audit dan kemungkinan penggunaan laporan keuangan
auditan. Informasi itulah yang akan mempengaruhi keputusan auditor tentang risiko
bisa diterima.
Mendapatkan Kesepahaman Dengan Klien
SA 210 Para. 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan
perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
entitas. Peran manajemen dalam menyetujui ketentuan perikatan audit tergantung pada
struktur tata kelola klien dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Informasi
yang terdapat dalam surat perjanjian sangat penting untuk pembuatan perencanaan
audit, terutama karena ketentuan dalam perjanjian akan mempengaruhi saat kapan
pengujian pengujian dilakukan dan total waktu yang tersedia untuk pelaksanaan audit
dan jasa lainnya.
Menilai Strategi Audit Menyeluruh
Setelah diperoleh pemahaman tentang alasan klien minta diaudit, auditor harus
menetapkan strategi sudit pendahuluan. Strategi tersebut harus mempertimbangkan
sifat bidang usaha klien, termasuk jugamempertimbangkan area area yang
mempunyai risiko terjadinya kesalahan penyajian signifikan.

Memilih Staf Audit


Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan
penugasan sesuai dengan standar auditing dan melaksanakan audit dengan efisien.
Dalam penugasan audit yang cukup besar biasanya dubutuhkan satu atau dua orang

partner staf dengan berbagai jenjang pengalaman kerja. Namun, pada audit yang kecil
mungkin hanya dibutuhkan satu atau dua anggota staf. Salah satu pertimbangan dalam
penentuan staf adalah perlu adanya kontinuitas dari tahun ke tahun.
Menentukan Kebutuhan Untuk Menggunakan Pekerjaan Pakar Auditor
Apabila suatu penugasan membutuhkan staf yang memiliki pengetahuan khusus,
terbuka kemungkinan bagi auditor untuk menggunakan pakar yang disebut pakar
auditor (auditors expert). Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai tentang
bisnis klien untuk memastikan apakah dibutuhkan pakar atau tidak. Auditor harus
mengevaluasi kualifikasi professional pakar, serta harus mempertimbangkan hubungan
pakar dengan klien. Penggunaan pakar tidak mempengaruhi tanggungjawab auditor
dan laporan auditor juga tidak perlu menjelaskan penggunaan pakar, kecuali apabila
laporan pakar berpengaruh pada pendapat auditor untuk tidak memberi pendapat wajar
tanpa pengecualian.
1.3 MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN
Pemahaman yang mendalam tentang bisnis dan bidang usaha serta jalannya
operasi perusahaan klien merupakan hal yang sangat penting untuk melaksanakan audit
yang memadai. (SA315Par.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya.sifat bisnis dan bidang usaha klien
mempengaruhi risiko bisnis klien dam risiko terjadinya kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan. Terdapat sistem stratejik untuk memahami bisnis klien, yaitu
bidang usaha dan lingkungan eksternal, operasi dan proses bisnis, manajemen dan tata
kelola bisnis, serta pengukuran dan kinerja.
Bidang Usaha Dan Lingkungan Eksternal Klien
Terdapat tiga alasan mengapa auditor perlu mendapatkan pemahaman yang baik
tentang bidang usaha dan lingkungan eksternal klien, yaitu :
1) Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha klien akan mempengaruhi tentang
tingkat risiko bisnis klien dan tingkat risiko audit yang bisa diterima, bahkan bisa
mempengaruhi pertimbangan untuk menerima atau menolak klien.

2) Banyak risiko inheren lazim dijumpai pada semua klien yang bergerak dalam
bidang usaha tertentu. Pengenalan atas risiko risiko tersebut akan membantu
auditor dalam menilai relevansinya terhadap klien.
3) Banyak bidang usaha yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik dan harus
difahami auditor untuk menilai apakah laporan keuangan klien sudah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum.
Operasi Bisnis Dan Proses
Auditor harus memahami berbagai faktor seperti misalnya sumber sumber utama
pendapatan, pelanggan dan pemasok utama, sumber pendanaan, dan informasi tentang
ada tidaknya hubungan istimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian mana yang
memiliki risiko bisnis tinggi.
Mengunjungi Fasilitas Dan Tempat Operasi Klien
Mengunjungi fasilitas dan tempat klien beroprasi sangat berguna untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pengoprasian bisnis klien. Dengan
melihat langsung fasilitas fisik, auditor dapat menilai pengalaman fisik atas aset dan
menginterpretasikan data akuntansi yang berkaitan dengan aset. Dengan pengalaman
melihat langsung, auditor menjadi lebih mampu untuk menilai risiko inheren.
Mengidentifikasi Hubungan Dengan Pihak Berelasi
Transaksi dengan pihak pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak
berelasi sangat penting bagi auditor karena standar audit mengharuskan hal tersebut
diungkapkan dalam laporan keuangan, apabila jumlahnya material. Pihak berelasi
didefinisikan sebagai suatu perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau
pihak lain yang mempunyai kesepakatan dengan klien, dimana salah satu pihak bisa
mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi perusahaan lain. Transaksi dengan
pihak berelasi merupakan setiap transaksi yang dilakukan antara klien dengan pihak
yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi. Karena semua transaksi dengan
pihak berelasi yang material harus diungkapkan, maka semua pihak yang berelasi
dengan klien harus diidentifikasi dan dicantumkan dalam kertas kerja permanen auditor
sejak awal audit.
Manajemen Dan Tata Kelola

Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasinya, termasuk aktivitas dewan


komisaris dan komite auditnya. Dalam memahami sistem tata kelola yang dilakukan
klien, auditor harus memahami bagaimana dewan komisaris dan komite audit
melaksanakan pengawasan, termasuk didalamnya perumusan kode etik perusahaan
serta pengevaluasian notulen rapat rapat.
Kode Etik
Perusahaan sering kali mengkomunikasikan nilai dan standar etis melalui
pembuatan pernyataan kebijakan dan kode etik atau aturan perilaku etis. Perusahaan
yang tidak memiliki kode etik harus mengungkapkan hal itu dan menjelaskan
alasannya. Auditor harus memahami kode etik yang berlaku pada perusahaan dan
memeriksa setiap perubahan atau penghapusan aturan dalam kode etik yang
mempunyai dampak terhadap sistem tata kelola dan integritas, serta nilai etis
manajemen senior.
Notulen Rapat
Notulen rapat adalah cacatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan
komisarin dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan
ringkasan berbagai topik yang dibahas dalam rapat dan keputusan yang diambil oleh
dewan komisaris dan pemegang saham. Otorisasi biasanya dijumpai dalam notulen
rapat adalah kompensasi bagi para pejabat perusahaan, kontrak kontrak dan
persetujuan baru, pembeli properti, pengambilan pinjaman, dan pembayaran dividen.
Tujuan Strategi Klien
Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan reliabilitas
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, kesesuaian dengan undang
undang dan peraturan peraturan.

Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator indikator kinerja kunci
yang digunakan manajemen untuk mengukur progres dalam upaya mencapai tujuan.

Pengukuran kinerja meliputi analisi rasio dan melakukan pembandingan dengan para
kompetitor. Sebagai bagian dari pemahaman tentang bisnis klien, auditor harus
melakukan analisis rasio atau meriview perhitungan rasio rasio kinerja kunci yang
telah dibuat klien.
1.4 MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN
Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha klien
untuk menilai risiko bisnis klien, yaitu risiko kegagalan klien dalam mencapai
tujuannya. (SA315Par.15) menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu
pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk mengidentifikasi risiko
bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, mengestimasi signifikansi
risiko, menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dan memutuskan tindakan
untuk menangani risiko tersebut. Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis
bagi manajemen untuk menentukan bagaimana risiko dikelola. Ketepatan atas
kesesuaian proses penilaian risiko entitas dengan kondisinya ditentukan oleh
perimbangan auditor. Pada umumnya auditor menaruh perhatian besar terhadap risiko
terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh
risiko bisnis klien. Manajemen adalah sumber utama untuk mengidentifikasi risiko
bisnis klien. Dalam perusahaan publik, manajemen berkewajiban untuk menilai secara
cermat risiko bisnis klien yang relevan dan mempengaruhi pelaporan keuangan.
1.5

MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN


Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendapat pemahaman
yang lebih baik tentang bisnis klien dan menilai risiko bisnis. Bagian bagian utama
dalam perencanaan :

Penerimaan Klien Baru dan Melanjutkan


Klien Lama

Menerima Klien dan


Membuat Perencanaan Awal
Memahami
Menilai Risiko
Bisnis
Bisnis
dan Bidang
Klien
Usaha Klien

Mengidentifikasi Alasan Klien Minta


Diaudit
Mendapatkan Kesepahaman dengan Klien
Mendapatkan
Mendapatkan
MengevaluasiPemahaman
Pemahaman
Pengendalian
tentang
Bidang
Manajemen
Operasi,
Usaha
Menilai
Menilai
Penugasan
Risko
Risiko
Salah
Staf
Bisnis
Saji
Audit
Material
Klien
yang
Strategi
Klien
Mempengaruhi
dan
danLingkungan
Sistem
Kinerja
Risiko
Eksternal
Bisnis
Klien

Melakukan Prosedur Analitis


Pendahuluan

Auditor membandingkan saldo-saldo tahun


kini sebelum diaudit dengan tahum
sebelumnya. Auditor juga menghitung rasio
rasio kunci dan membandingkannya dengan
tahun lalu dan ratarata industri. Semua
perbedaan signifikan diidentifikasi untuk
ditindaklanjuti.

1.6 PROSEDUR ANALITIS


Prosedur analitis didefinisikan dalam standar auditing (SA 520.4) sebagai :
Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis
hubungan antara data keungan dan data non keuangan. Prosedur analitis juga
mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan
teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda
dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan. Prosedur analitis bisa
dilaksanakan pada setiap waktu sepanjang audit berlangsung berikut ini :
1. Prosedur analitis diperlukan pada tahap perencanaan audit dalam rangka prosedur
penilaian risiko. Sebagaimana disebutkan dalam standar auditing (SA 315.5),
auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko kesalahan penyajian material.

Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat


mengidentifikasi aspek aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan
dapat membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar
menyediakan suatu basis untuk perancangan dan pengimplementasian respons
terhadap risiko yang dinilai.
2. Prosedur analitis sering juga dilakukan selama tahap pengujian audit berlangsung
sebagai suatu prosedur analitis substantif untuk mendukung saldo akun (SA 520.5).
Pengujian ini sering dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lain. Prosedur
analitis mencakup pertimbangan informasi keuangan entitas sebagai informasi
komparatif periode lalu, hasil entitas yang diantisipasi dan informasi industri
sejenis. Berbagai metode dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitis.
Metode metode tersebut berkisar dari melakukan perbandingan sederhana hingga
melakukan analisis yang kompleks dengan menggunakan teknik statistic yang
mutahir.
3. Prosedur analitis juga diperlukan dalam tahap penyelesaian audit. Standar auditing (
SA 520.6) menyatakan bahwa auditor harus merancanf dan melaksanakan prosedur
analitis mendekati akhir audit yang membantu auditor ketika membentuk
kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten
dengan pemahaman auditor atas entitas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
prosedur analitis yang dirancang dan dilaksanakan pada tahap akhir audit ini
dimaksudkan untuk menguatkan kesimpulan yang dapat dibuat selama audit laporan
keuangan individual komponen atau unsur unsur laporan keungan.
Berikut ini melukiskan tujuan prosedur analitis pada ketika tahapan audit :
TUJUAN

SAAT
(Diharuskan) Tahap Tahap
Perencanaan

Pengujian (Diharuskan) Tahap

Substantif

Penyelesaian

Memahami bisnis dan bidang Tujuan utama


usaha klien
Menilai kelangsungan usaha
Menunjukkan

Tujuan sekunder

kemungkinan Tujuan utama

Tujuan sekunder
Tujuan sekunder

Tujuan utama

kesalahan penyajian
Mengurangi pengujian detil

Tujuan sekunder

Tujuan utama

1.7 LIMA TIPE PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat tergantung pada
bagaimana auditor mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti apa suatu
saldo akun atau rasio, apapun tipe prosedur analitis yang digunakan. Dalam prosedur
analitis, auditor membandingkan data klien dengan :
1. Data industri
Adapun manfaat dari pembandingan dengan data industri yaitu membantu dalam
memahami bisnis klien dan sebagai petunjuk kemungkinan adanya kesalahan
keuangan. Tetapi, adapun kelemahan dari penggunaan rasio industri dalam
pengauditan adalah perbedaan antara informasi keuangan klien dengan perusahaan
perusahaan sejenis yang membentuk data rata rata dari total industri. Data industri
merupakan rata - rata secara kasar, oleh karena itu pembandingan bisa menjadi tidak
bermakna. Seringkali bidang usaha klien tidak sama dengan standar industri. Selain
itu, perusahaan yang berbeda bisa menerapkan metode akuntansi yang berbeda pula
dan hal tersebut akan berpengaruh pada komparabilitas data.
2. Data serupa dari periode sebelumnya
Membandingkan data klien dengan data serupa dari tahun sebelumnya, adanya
berbagai macam prosedur analitis memungkinkan auditor untuk membandingkan data
klien dengan data serupa dari satu atau dua tahun sebelumnya. Berikut ini adalah
beberapa contoh :
a. Bandingkan saldo tahun ini dengan saldo tahun lalu
b. Membandingkan detil dari saldo total dengan detil yang sama dari tahun lalu
c. Membandingkan rasio rasio dan hubungan dalam presentase dengan tahun
sebelumnya
Rasio atau Perbandingan
Kemungkinan Salahsaji
Perputaran bahan baku untuk perusahaan
Salahsaji persediaan atau harga pokok penjualan
manufaktur
Komisi penjualan dibagi dengan penjualan

atau keuangan persediaan bahan baku


Salahsaji komisi penjualan

bersih
Retur dan potongan penjualan dibagi
dengan penjualan kotor

Salah klasifikasi retur dan potongan penjualan


atau ada retur dan potongan tidak dicatat tahun ini

melainkan ditunda ke tahun berikutnya


Kerugian piutang dibagi dengan penjualan Salahsaji dalam cadangan kerugian piutang
bersih
Masing-masing jenis beban manufaktur Salahsaji
sebagai

persentase

dari

total

signifikan

dari

beban

manufaktur

beban individual

manufaktur

3. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien


Membandingkan data klien dengan harapan yang dibuat klien, pada dasarnya
perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil keuangannya.
Karena anggaran mencerminkan ekspektasi atau harapan klien untuk periode tertentu,
auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antara anggaran dengan
hasil sesungguhnya karena hal itu bisa mengandung kesalahan penyajian potensial.
Tidak

adanya

perbedaan

menunjukkan

bahwa

kesalahan

penyajian

kecil

kemungkinan terjadi.
4. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor, pembandingan lain yang lazim
dilakukan antara data klien dengan hasil yang diharapkan terjadi ketika auditor
menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo sesungguhnya.
Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu estimasi tentang berapa
besar saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut dengan saldo saldo
akun neraca atau akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi berdasarkan
data non keuangan atau trend masa lalu.
5. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non keuangan
Membandingkan data klien dengan taksiran hasil dengan menggunakan data non
keuangan, misalkan anda sedang mengaudit sebuah hotel. Anda bisa membuat
ekspektasi untuk total pendapatan penjualan kamar dengan mengalikan jumlah kamar,
rata rata tariff harian untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata rata (average

occupancy rate). Selanjutnya anda bisa membandingkan hasil estimasi anda dengan
total pendapatan menuut pembukuan klien sebagai penguji kewajaran pendapatan.
Masalah terbesar dalam penggunaan data non keuangan adalah ketelitian data.
1.8 RASIO RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN
Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa pemakaian rasio rasio
keuangan pada tahap perencanaan dan tahap review akhir dari suatu audit laporan
keuangan. Cara ini bermanfaat untuk memahami kejadian kejadian mutahir dan
status keuangan perusahaan dan untuk melihat laporan dari perspektif pemakai laporan
keuangan. Sekarang marilah kita perhatikan sejumlah rasio keuangan yang lazim
digunakan :
1. Kemampuan Membayar Kewajiban Jangka Pendek
Rasio kas

Kas + Surat Berharga


Kewajiban Lancar

Rasio cepat

Kas + Surat Berharga + Piutang Usaha Bersih


Kewajiban Lancar

Rasio Lancar

Aset Lancar
Kewajiban Lancar

2. Rasio rasio Aktivitas Likuiditas


Perputaran Piutang Usaha =

Penjualan Bersih
Rata rata Piutang Bruto

Hari pengumpulan piutang =

365 Hari
Perputaran Piutang

Perputaran persediaan

Harga Pokok Penjualan


Rata rata Persediaan

Hari Penjualan Persediaan =

365 Hari
Perputaran Persediaan

3. Kemampuan Untuk Memenuhi Kewajiban Jangka Panjang


Kewajiban Berbanding Ekuitas

Total Kewajiban
Total Ekuitas

Laba Operasi Berbanding Beban Bunga =

Laba Operasi
Beban Bunga

4. Rasio rasio Profitabilitas


Laba per Lembar Saham =

Laba Bersih
Rata rata Saham Biasa Beredar

Persentase Laba Kotor

Penjualan
Penjualan Bersih

Marjin Laba

Laba Operasi
Penjualan Bersih

Laba Berbanding Aset

Laba Sebelum Pajak


Total Aset Rata-rata

Vous aimerez peut-être aussi