Vous êtes sur la page 1sur 31

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
a) Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson
2005).
b) Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit
paru, 1994, 111).
c) Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga
pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya
(John Gibson, MD, 1995, Waspadji Sarwono (1999, 786).
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura
visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat suatu rongga yang
berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer,
sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami
peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan
paru tertekan atau kolaps.
2. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis.
a) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), sindroma vena
cava superior, tumor.
b) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi,
penyakit kolagen.
c) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
d) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
1

penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada


penyakit-penyakit dibawah ini :kegagalan jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus sistemic, tumor dan
tuberkolosis.
3. Tanda dan gejala
a) Batuk
b) Dispnea
c) Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d) Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
f) Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g) Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
h) Fremitus fokal dan raba berkurang.
i) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.
4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan
dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi
karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial
kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan
pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa
transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena
pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan
kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga
dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan
transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun
pada dasar paru akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan
akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening. Jika
efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan
2

oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi
dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila
efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan
karena trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah
cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang
nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal
nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan Partial
Oksigen (Pa O2) 60 mmHg atau tekanan Partial Karbondioksida Arteri (Pa Co2)
50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.

6. Pathway
Penghambatan

gg. Jantung

Drainase limfatik

tekanan

infeksi peradangan

koloid plasma

payah

pd permukaan

Dr rongga pleura

jantung

rongga pleura kongenestif


Tekanan

transudasi

Kapiler paru &

cairan

Tekanan perifer

berlebih

membran kapiler

vena

pecah

pulmonalis

Protein plasma

pengeluaran

&cairan mengalir

cairan dari

Ke rongga sec. Cepat

pembuluh

EFUSI PLEURA

penimbunan
transudat dalam
rongga pleura

timbunan penumpukan

penumpukan

cairan

cairan dlm

cairan dlm

rongga paru

rongga paru

iritasi
ekspansi

Paru

paru

Paru

cairan
kehilangan

fungsi silia sal.


pernafasan

intratorak

status kes.

kurang
Terpajan
info

dipsnea

terangsang Pola Nafas

dipsnea

imunitas

Tak Efektif

anoreksia
Kerusakan

Nyeri akut

penumpukan perubahan

cairan
ekspansi

ekspansi
saraf

penumpukan

intake kurang

pertukaran gas
perubahan
nutrisi : kurang
dari keb.tubuh

kurang
pengetahuan

risti infeksi

7. Pemeriksaan fisik
a)

Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,

iga mendatar,ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.


Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari
posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya
dispneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >
250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tergantung jumlah cairannya. Bila cairannya
tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa
garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk.
Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan
dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian
paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis
kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i e artinya
bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e
sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty
Abdol, 1994,79).
b)

Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS

5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung
frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur
tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus
cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
c)

Sistem Pencernaan
5

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di
inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 535 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan
abdomen, adakah massa (tumor, feses), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi
abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan
suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).
d)

Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping juga diperlukan

pemeriksaan GCS. Adakah komposmentis atau somnolen atau koma. refleks


patologis, dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi
sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
e)

Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua

ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemeriksaan


capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
f)

Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit hygiene, warna, ada tidaknya lesi pada

kulit, pada pasien dengan effusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan
kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian teksture kulit (halus-lunak-kasar) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

8. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium
a) Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan
kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
6

cc, frenicocostalis

tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk

memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
b) CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta
cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.
c) Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.
d) Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui
biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel
ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan
tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).

a. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
1)

Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat

Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl

<3

>3

Kadar protein dalam effusi

< 0,5

> 0,5

Kadar LDH dalam effusi (1-U)

< 200

> 200

Kadar LDH dalam effusi

< 0,6

> 0,6

Berat jenis cairan effusi

< 1,016

> 1,016

Rivalta

Negatif

Positif

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam serum

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan


pleura :
-

Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit


infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis


adenocarcinoma (Soeparman, 1990, 787).

2)

Analisa cairan pleura


-

Transudat

: jernih, kekuningan

Eksudat

: kuning, kuning-kehijauan

Hilothorax

: putih seperti susu

Empiema

: kental dan keruh

Empiema anaerob

: berbau busuk

Mesotelioma

: sangat kental dan berdarah

3) Perhitungan sel dan sitologi


Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil

: pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Banyak Limfosit

: tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur


Eritrosit

: mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan

tampak kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila


erytrosit > 100000 (mm3 ) menunjukkan infark paru, trauma dada dan
keganasan.
Misotel banyak

: Jika

terdapat

mesotel

kecurigaan

TB

bisa

disingkirkan.
Sitologi

: Hanya 50 - 60 %

kasus- kasus keganasan dapat

ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan
pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff
Hood, 1995 : 147,148)
4) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo
cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur
cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai
20 % (Soeparman, 1998: 788).
8

9. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu
dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara
sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, bleomicin, corynecbaterium parvum dll.
a) Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b) Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
c) Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d) Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
e) Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan
efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
f)

Antibiotika jika terdapat empiema.

g)

Operatif.
9. Komplikasi
a) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
b) Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan


oleh penekanan akibat efusi pleura.
c) Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian atau semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien
b) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat kerumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura
didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada,nyeri pleuritik akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
c)

Riwayat penyakit sekarang


Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.

10

d)

Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,

pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e)

Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB
paru dan lain sebagainya
f) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mukus yang kental, kelemahan,
upaya batuk buruk dan edema tracheal / faringeal.
c. Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d akumulasi cairan dalam ruang pleura.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
e. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen untuk aktivitas hidup sehari-hari.
f. Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan
untuk bernafas).
g. Kurang pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit
dan pengobatan.
h. Risiko gangguan perfusi serebral b.d hipoksia serebral akibat penurunan suplai
oksigen ke otak.
i. Risiko infeksi b.d penurunan imunitas.

11

3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas b.d munurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan
Setelah diberika asuhan

Intervensi
Identifikasi faktor

keperawatan selama 3x24

penyebab.

Rasional
Dengan identifikasikan
penyebab, kita dapat

jam diharapkan klien

menentukan jenis efusi

mampu mempertahankan

pleura sehingga dapat

fungsi paru secara normal

Kaji kualitas, frekuensi

dengan KH :
-

mengambil tindakan
yang tepat.

dan kedalaman
irama,

pernafasan, serta

Dengan mengkaji

frekuensi dan

melaporkan setiap

kualitas, frekuensi,dan

kedalaman nafas

perubahan yang terjadi.

kedalaman pernafasan

berada dalam batas


normal,
-

kita dapat mengetahui


Baringkan klien dengan

pada

sejauh mana perubahan


kondisi klien.

posisi nyaman,dalam

pemeriksaan rontgen

posisi duduk, dengan

thorax tidak

kepala tempat tidur

dapat memperluas

ditemukan adanya

ditinggikan 60-90o, atau

daerah dada sehingga

akumulasi cairan dan

miringkan kearah sisi

ekspansi paru bisa

bunyi nafas terdengar

yang sakit.

maksimal. Miring ke

jelas.

Penurunan diafragma

arah sisi yang sakit


dapat menghindari efek
penekanan gravitasi
cairan sehingga

Observasi tanda-tanda

ekspansi paru bisa

vital (nadi dan

maksimal.

pernafasan).

Peningkatan frekuensi
nafas dan takikardi

Lakukan auskultasi

merupakan indikasi

suara nafas tiap 2-4

adanya penurunan

jam.

fungsi paru.

12

Auskultasi dapat
menentukan kelainan

Bantu dan ajarkan klien

suara nafas pada bagian

untuk batuk dan nafas

paru.

dalam yang efektif.

Menekan daerah yang


nyeri ketika batuk atau

Kolaborasi dengan tim

nafas dalam.

medis lain untuk

Penekanan otot-otot

memberikan O2 dan

dada serta abdomen

obat-obatan serta foto

membuat batuk lebih

thoraks.

efektif.

Penurunan O2 dapat
menurunkan beban
pernafasan dan
mencegah terjadinya
sianosis akibat

Kolaborasi untuk

hipoksia.dengan foto

tindakan

thoraks, dapat

thorakosentesis.

dimonotori kemajuan
dari berkurangnya
cairan dan kembalinya
kembang paru.

Tindakan
thorakosentesis atau
fungsi pleura bertujuan
untuk menghilangkan
sesak nafas yang
disebabkan oleh
akumulasi cairan dalam
rongga pleura

13

Dx.2 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mukus yang kental,
kelemahan, upaya batuk buruk,dan edema trachea/faringeal.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Kaji fungsi pernapasan

Rasional
Penurunan bunyi nafas

keperawatan selama 3x24

(bunyi

menunjukan

jam diharapkan bersihan

nafas,kecepatan,irama,

atelektasis,ronkhi,

jalan nafas kembali efektif

kedalaman,dan

menunjukan akumulasi

dengan KH:

penggunaan otot bantu

sekret dan

nafas).

ketidakefektifan

klien
mampu melakukan

pengeluaran sekresi

batuk efektif,

yang selanjutnya dapat

perna

menimbulkan

fasan klien normal

penggunaan otot bantu

(16-20x/menit) tanpa
ada penggunaan otot

Kaji kemampuan

nafas dan peningkatan

mengeluarkan sekret,

kerja pernapasan.

bantu nafas.

catat karakter dan

Bunyi

Pengeluaran akan sulit

volume sputum.

bila sekret sangat

Berikan posisi

kental(efek infeksi dan

pergerakan nafas

semifowler atau fowler

hidrasi yang tidak

normal.

tinggi dan bantu klien

adekuat).

nafas normal dan

nafas dalam dan batuk

efektif.

Posisi fowler
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
bernafas. Ventilasi
maksimal membuka

Pertahankan intake cairan

area atelektasis dan

sedikitnya 2500 ml/hari

meningkatkan gerakan

kecuali tidak

sekret ke dalam jalan

diindikasikan.

nafas besar untuk


dikeluarkan.

Bersihkan sekret dari


mulut dan trachea,bila
perlu lakukan

14

Hidrasi yang tidak


adekuat membantu

pengisapan

mengencerkan sekret
dan mengefektifkan
pembersihan jalan
nafas.

Mencegah obstruksi
dan aspirasi.

Kolaborasi pemberian obat

Pengisapan diperlukan

sesuai indikasi : Obat

bila klien tidak mampu

antibiotik.

mengeluarkan sekret.
Eliminasi lender
dengan suction
sebaiknya dilakukan
dalam jangka waktu

Agen mukolitik

kurang dari 10 menit


dengan pengawasan
efek samping suction.

Bronkodilator : jenis
aminofili via intravena.

Pengobatan antibiotik
yang ideal adalah
dengan adanya dasar
dari test uji resistensi
kuman terhadap jenis

Kortikosteroid

antibiotik sehingga
lebih mudah mengobati
pneumonia.

Agen mukolitik
menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
paru untuk
memudahkan
pembersihan.

Bronkodilator
meningkatkan diameter

15

lumen percabangan
trakheobronkhial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap aliran
udara.

Kortikosteroid berguna
pada hipoksemia
dengan keterlibatan
luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam
kehidupan.

Dx.3 Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d akumulasi cairan dalam ruang pleura.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Tentukan karakteristik

Rasional
Nyeri dada biasanya ada

keperawatan selama 3x24

nyeri,misalnya

dalam beberapa derajat,

jam diharapkan Nyeri hilang

tajam,konstan,ditusuk.

juga dapat timbul

atau terkontrol dengan KH:

Selidiki perubahan

komplikasi.

- Menyatakaan nyeri

karakter/lokasi/intensitas

hilang atau terkontrol.


- Skala nyeri 0-3

nyeri.

Pantau tanda vital

- Menunjukkan

Perubahan frekuensi
jantung atau TD

rileks,istirahat atau tidur

menunjukan bahwa pasien

dan peningkatan

mengalami nyeri,

aktivitas dengan tepat.

khususnya bila alasan lain


untuk perubahan tanda
vital telah terlihat.

Berikan tindakan

Tindakan non-analgetik

nyaman, mis ; pijatan

diberikan dengan sentuhan

punggung, perubahan posisi,

lembut dapat

musik tenang atau

menghilangkan

16

perbincangan,relaksasi

ketidaknyamanan dan

/latihan nafas.

memperbesar efek terapi


analgetik.

Anjurkan dan bantu

Alat untuk mengontrol


ketidaknyamanan dada

pasien dalam teknik menekan

sementara meningkatkan

dada selama episode batuk.

keefektifan upaya batuk.

Obat ini dapat digunakan


untuk menekan batuk non-

Berikan analgesik dan

produktif/proksimal atau

antitusif sesuai indikasi.

menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan /istirahat
umum.

Dx.4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan

Intervensi
Kaji kebiasaan diet,

Rasional
Pasien distress

keperawatan selama 3x24

masukan saat ini. Catat

pernapasan akut

jam diharapkan

derajat kesulitan

sering anoreksia

menunjukan peningkatan

makan. Evaluasi berat

karena dispenia,

berat badan menuju tujuan

badan dan ukuran

produksi sputum, dan

yang tepat, dengan KH :

tubuh.

obat.

Auskultasi bunyi usus. Penurunan/hipoaktif

menunjukan perilaku

bising usus

atau perubahan

menunjukan

pola hidup untuk

penurunan motilitas

menungkatkan

gaster dan

atau

konstipasiyang

mempertahankan

berhubungan dengan

berat yang tepat.

pemasukan

Berikan perawatan oral


17

cairan,pilihan

sering, buang secret,

makanan buruk, dan

berikan wadah khusus

penurunan aktivitas.

untuk sekali pakai dan

tisu.

Rasa tidak enak, baud


an penampila adalah
pencegah utama
terhadap nafsu makan

Dorong periode istirahat

dan dapat membuat

semalam 1 jam sebelum

mual dan muntah

dan sesudah makan.

dengan peningkatan

Berikan makan porsi

kesulitan nafas.

kecil tapi sering.

Membantu
menurunkan
kelemahan selama

Timbang berat badan

waktu makan dan

sesuai indikasi

memberikan
kesempatan untuk
meningkatkan
masukan kalori total.

Berguna untuk
menentukan
kebutuhan kalori
menyusun tujuan
berat badan dan
evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.

Dx.5 : Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen untuk aktivitas hidup sehari-hari
Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Evaluasi

Rasional
Menetapkan

keperawatan selama 3x 24

respon pasien terhadap

kemampuan/kebutuh

jam

aktivitas. Catat laporan

an pasien dan

diharapkan

18

melaporkan

atau

menunjukan

peningkatan

toleransi, dengan KH :
-

peningkatan

memudahkan pilihan

kelemahan, dan

intervensi.

perubahan tanda vital

melaporkan

selama dan setelah

/menunjukan

aktivitas.

peningkatan

Pasien
mungkin nyaman

Bantu pasien

dengan kepala tinggi,

toleransi terhadap

memilih posisi

tidur dikursi atau

aktivitas yang

nyaman untuk

menunduk kedepan

dapat diukur

beristirahat dan tidur.

meja atau bantal.

dengan tidak
adanya kelemahan

Tirah baring

berlebihan dan

dipertahankan

tanda vital dalam

selama fase akut

rentang normal.

Jelaskan

untuk menurunkan

pentingnya istirahat

kebutuhan metabolic,

dalam rencana

menghemat energi

pengobatan dan

untuk untuk

perlunya

penyembuhan.

keseimbangan

Pembatasan aktivitas

aktivitas dan istirahat.

ditentukan dengan
respon individual
pasien terhadap
aktivitas dan
perbaikan kegagalan
pernapasan.

Meminimalk
an kelelahan dan

Bantu aktivitas

membantu

perawatan diri yang

keseimbangan suplai

diperlukan. Berikan

dan kebutuhan

kemajuan peningkatan

oksigen.

aktivitas selama fase


penyembuhan.

19

Dx 6: Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan


untuk bernafas)
Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Catat

Rasional
Pemahaman bahwa

keperawatan selama 3x24

derajat ansietas dan

perasaan normal

jam

takut. Informasikan

dapat membantu

melaporkan takut/ansietas

pasien atau keluarga

pasien

hilang

menurun

bahwa perasaannya

meningkatkan

sampai tingkat yang dapat

normal dan dorong

beberapa perasaan

ditangani.

mengekspresikan

control emosi.

Dengan KH :

perasaan.

diharapkan
atau

penampilan rileks dan

Jelaskan

Menghilangkan

proses penyakit dan

ansietas karena

istirahat / tidur

prosedur dalam tingkat

ketidaktahuan dan

dengan tepat.

kemampuan pasien

menurunkan takut

untuk memahami dan

tentang keamanan

menangani informasi.

pribadi.

Tinggal

Membantu dalam

dengan pasien atau

menurunkan

membuat perjanjian

ansietas yang

dengan seseorang

berhubungan

untuk menunggu

dengan penolakan

selama serangan akut.

adanya dispnea
berat/perasaan mau

Bantu pasien untuk


mengidentifikasikan

pingsan.

Memberikan

perilaku membantu, mis:

pasien tindakan

posisi yang nyaman,

mengontrol untuk

fokus bernafas, teknik

menurunkan

relaksasi.

ansietas dan
tegangan otot.

Dukung pasien atau


keluarga dalam menerima

20

realita situasi, khususnya

Mekanisme koping

rencana untuk periode

dan partisipasi

penyembuhan yang

dalam program

lama.Libatkan pasien

pengobatan

dalam perencanaan dan

mungkin

partisipasi dalam

meningkatkan

perawatan.

belajar pasien
untuk menerima
hasil yang
diharapkan dari
penyakit dan
meningkatkan
beberapa rasa
kontrol.

Dx.7 : Kurang pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat mengenai proses
penyakit dan pengobatan.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Jelaskan

Rasional
Menurunka

keperawatan selama 3x24

penjelasan proses

n ansietas dan dapat

jam diharapkan

penyakit individu.

menimbulkan

menyatakan pemahaman

Dorong pasien /orang

perbaikan partisipasi

kondisi/proses penyakit

terdekat untuk

pada rencana

dan tindakan. Dengan KH :

menanyakan pertanyaan.

pengobatan.

mengide
ntifikasikan hubungan

Diskusikan

Pasien
sering mendapat

tanda/gejala yang ada

obat, efek samping dan

obat banyak yang

dari proses penyakit

reaksi yang tidak

sekaligus

dan menghubungan

diinginkan.

mempunyai efek

dengan faktor

samping hamper

penyebab.

sama dan potensial


interaksi obat.

Tekankan
21

Menurunka

pentingnya perawatan

n pertumbuhan

oral/kebersihan gigi.

bakteri dalam mulut,


dimana dapat
menimbulkan infeksi

saluran nafas atas.

Kaji efek
bahaya merokok dan

Penghentian

nasehatkan

merokok dapat

menghentikan merokok

memperlambat

pada pasien atau

kemajuan PPoM.

keluarga.

Berikan

Memampuk

informasi tentang

an pasien untuk

pembatasan aktivitas

membuat

dan aktivitas pilihan

pilihan/keputusan

dengan periode istirahat

informasi untuk

untuk mencegah

menurunkan

kelemahan: cara

dispnea,

menghemat energi

memaksimalkan

selama aktivitas (mis,

tingkat aktivitas,

menarik dan

melakukan aktivitas

mendorong,duduk dan

yang diinginkan dan

berdiri sementara

mencegah

melakukan

komplikasi.

tugas),menggunakan
nafas bibir, posisi
berbaring dan
kemungkinan perlu
oksigen tambahan.
Dx. 8 : Risiko gangguan perfusi serebral b.d hipoksia serebral akibat penurunan suplai
oksigen ke otak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24

Intervensi
Tentukan factorfaktor yang

22

Rasional
Penurunan
tanda /gejala

jam diharapkan dapat

berhubungan dengan

neurologis atau

mempertahankan tingkat

keadaan tertentu atau

kegagalan dalam

kesadaran biasa

yang menyebabkan

pemulihannya setelah

/perbaikan,kognitif dan

koma/penurunan

serangan awal

fungsi

perfusi jaringan otak

mungkin menunjukan

motorik/sensorik.Dengan

dan potensial

bahwa pasien perlu

KH :

peningkatan TIK.

dipindahkan

Mende
monstrasikan tanda

keperawatan intensif

vital stabil.
-

Tidak

Pantau/catat

untuk memantau

status neurologist

tekanan TIK dan

secara teratur dan

pembedahan.

ada tanda-tanda

bandingkan dengan

peningkatan TIK

nilai standar.

Mengkaji adanya
kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan
TIK dan bermanfaat

dalam menentukan

Evaluasi
kemampuan membuka

lokasi,perluasan dan

mata seperti spontan

perkembangan

(sadar penuh),

kerusakan SSP.

membuka hanya jika

diberi rangsang nyeri

Menentukan
tingkat kesadaran.

atau tetap tertutup


(koma).

Frekuensi

Peubahan pada

jantung, catat adanya

ritme(paling sering

bradikardi,takikardia,

bradikardia)dan

atau bentuk disritmia

disritmia dapat timbul

lainnya.

yang mencerminkan
adanya depresi atau

Pantau
pernapasan meliputi

23

trauma pada batang


otak.

pola dan iramanya.

Nafas yang tidak


teratur dapat
menunjukan lokasi
adanya gangguan
serebral/peningkatan
TIK dan memerluka
intervensi lebih lanjut
termasuk
kemungkinan
dukungan nafas
buatan.

Dx. 9 : Risiko infeksi b.d penurunan imunitas


Tujuan
Setelah diberikan asuhan

Intervensi
Kaji

Rasional
Aktivitas

keperawatan selama 2x24

pentingnya latihan

ini meningkatkan

jam diharapkan klien

nafas, batuk

mobilitas dan

menyatakan pemahaman

efektif,perubahan

pengeluaran sekret

penyebab/faktor risiko

posisi sering dan

untuk menurunkan

individu, dengan KH :

masukan cairan

risiko terjadinya

adekuat.

infeksi paru.

Mengidentifikasikan
intervensi untuk

Tunjukan

mencegah/menurunkan

dan bantu pasien

risiko infeksi.

tentang pembuangan

tisu dan sputum.

Menunjukan teknik

Tekankan cuci tangan

perubahan pola hidup

yang benar dan

untuk meningkatkan

penggunaan sarung

lingkungan yang aman.

tangan bila

Mencegah
penyebaran pathogen
melalui cairan.

Menurunk

memegang/membuan

an

g tisu,wadah sputum.

konsumsi/kebutuhan

Dorong
keseimbangan antara
24

keseimbangan
oksigen dan

aktivitas dan istirahat.

memperbaiki
pertahanan pasien
terhadap infeksi,
meningkatkan

penyembuhan.

Diskusikan
kebutuhan masukan

nutrisi adekuat.

Malnutrisi
dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan

menurunkan tahanan

Kaji tanda-

terhadap infeksi.

tanda infeksi

Untuk
mengetahui apakah
pasien mengalami

infeksi dan

Pantau

menentukan

TTV

tindakan
keperawatan
selanjutnya.

Tanda
vital merupakan
acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien,
perubahan suhu
tinggi merupakan
salah satu tanda
infeksi.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai intervensi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
25

a) Dx.1 :
-

Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam


rentang normal dan paru jelas atau bersih,

Berpartisipasi dalam aktivitas atau perilaku meningkatkan fungsi paru

b) Dx.2 :
-

Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas.


-

Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misalnya


batuk efektif dan mengeluarkan secret

c) Dx.3 :
-

Pasien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

Skala nyeri 1-3

d) Dx.4 :
-

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Menunjukan berat badan normal

e) Dx.5 :
-

Menunjukan peningkatan toleransi aktifitas (termasuk aktivitas sehari2)


dimana TTV dalam rentang normal

f) Dx.6 :
-

Melaporkan cemas berkurang atau hilang.

Klien menerima penyakit yang dialami.

g) Dx.7 :
-

Mengetahui dan mampu menyebutkan kembali tindakan yang harus


dilakukan untuk meningkatkan keadan umum.

h) Dx.8 :
-Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau perbaikan , kognisi dan fungsi
motorik atau sensorik
i) Dx 9 :
-

Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.

26

DAFTAR PUSTAKA
Doenges,E.Marilynn,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan

Keperawatan

Klien

Dengan

Gangguan

Sistem

Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika


Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta:EGC
Http://Rofiqahmad.wordpress.com/2008/12/22/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-efusipleura/
Http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-efusi-pleura.html
Http://akhtyo.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-efusi-pleura.html
Http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/
27

28

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Efusi Pleura tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna adanya, hal ini karena
keterbatasan kemampuan yang kami miliki dan melalui kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Sistem Respirasi yang telah membimbing kami baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dosen mata kuliah Sistem Respirasi serta
pembaca tulisan ini yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini dan kami harapkan
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Maret 2010


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengatar ..........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................2
Bab II Pembahasan ..................................................................................................................3
I. Konsep Dasar Penyakit ...............................................................................................3
2.1 Pengertian............................................................................................................3
2.2 Etiologi................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................................5
2.5 Pemeriksaan Fisik................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................................10
2.8 Komplikasi..........................................................................................................11
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..........................................................................12
1. Pengkajian...........................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
3. Perencanaan Keperawatan...................................................................................14
4. Evaluasi...............................................................................................................30
Bab III Penutup........................................................................................................................32
3.1 Simpulan ................................................................................................................32
3.2 Saran.......................................................................................................................32
Daftar Pustaka .........................................................................................................................33

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN EFUSI PLEURA

OLEH A3.D :
KELOMPOK 4
Luh Karina Candra Dinata

09.321.0540

Made Agus Subawa Wisnawa

09.321.0541

Ayu Mas Adi Sanjiwani

09.321.0542

Ni Kadek Adiari

09.321.0543

Ni Ketut Ayu Sutrisna Dewi M.P

09.321.0544

Ni Komang Ayu Trisna Dewi


Ni Komang Suwandewi

09.321.0545
09.321.0546

Ni Luh Gde Agustini

09.321.0547

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2010

Vous aimerez peut-être aussi