Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi
dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila
efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan
karena trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya.
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah
cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang
nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal
nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan Partial
Oksigen (Pa O2) 60 mmHg atau tekanan Partial Karbondioksida Arteri (Pa Co2)
50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.
6. Pathway
Penghambatan
gg. Jantung
Drainase limfatik
tekanan
infeksi peradangan
koloid plasma
payah
pd permukaan
Dr rongga pleura
jantung
transudasi
cairan
Tekanan perifer
berlebih
membran kapiler
vena
pecah
pulmonalis
Protein plasma
pengeluaran
&cairan mengalir
cairan dari
pembuluh
EFUSI PLEURA
penimbunan
transudat dalam
rongga pleura
timbunan penumpukan
penumpukan
cairan
cairan dlm
cairan dlm
rongga paru
rongga paru
iritasi
ekspansi
Paru
paru
Paru
cairan
kehilangan
intratorak
status kes.
kurang
Terpajan
info
dipsnea
dipsnea
imunitas
Tak Efektif
anoreksia
Kerusakan
Nyeri akut
penumpukan perubahan
cairan
ekspansi
ekspansi
saraf
penumpukan
intake kurang
pertukaran gas
perubahan
nutrisi : kurang
dari keb.tubuh
kurang
pengetahuan
risti infeksi
7. Pemeriksaan fisik
a)
Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,
Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS
5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung
frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur
tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus
cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
c)
Sistem Pencernaan
5
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di
inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 535 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan
abdomen, adakah massa (tumor, feses), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi
abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan
suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).
d)
Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping juga diperlukan
Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua
Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit hygiene, warna, ada tidaknya lesi pada
kulit, pada pasien dengan effusi biasanya akan tampak sianosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan
kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian teksture kulit (halus-lunak-kasar) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.
8. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium
a) Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan
kostofrenikus. Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
6
cc, frenicocostalis
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
b) CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta
cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.
c) Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.
d) Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui
biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel
ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan
tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
1)
Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat
Eksudat
<3
>3
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Rivalta
Negatif
Positif
2)
Transudat
: jernih, kekuningan
Eksudat
: kuning, kuning-kehijauan
Hilothorax
Empiema
Empiema anaerob
: berbau busuk
Mesotelioma
Banyak Limfosit
: Jika
terdapat
mesotel
kecurigaan
TB
bisa
disingkirkan.
Sitologi
: Hanya 50 - 60 %
ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan
pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff
Hood, 1995 : 147,148)
4) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo
cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur
cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai
20 % (Soeparman, 1998: 788).
8
9. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu
dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara
sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, bleomicin, corynecbaterium parvum dll.
a) Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b) Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
c) Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d) Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
e) Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan
efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
f)
g)
Operatif.
9. Komplikasi
a) Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
b) Atalektasis
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
10
d)
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e)
11
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Ketidakefektifan pola nafas b.d munurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan
Setelah diberika asuhan
Intervensi
Identifikasi faktor
penyebab.
Rasional
Dengan identifikasikan
penyebab, kita dapat
mampu mempertahankan
dengan KH :
-
mengambil tindakan
yang tepat.
dan kedalaman
irama,
pernafasan, serta
Dengan mengkaji
frekuensi dan
melaporkan setiap
kualitas, frekuensi,dan
kedalaman nafas
kedalaman pernafasan
pada
posisi nyaman,dalam
pemeriksaan rontgen
thorax tidak
dapat memperluas
ditemukan adanya
yang sakit.
maksimal. Miring ke
jelas.
Penurunan diafragma
Observasi tanda-tanda
maksimal.
pernafasan).
Peningkatan frekuensi
nafas dan takikardi
Lakukan auskultasi
merupakan indikasi
adanya penurunan
jam.
fungsi paru.
12
Auskultasi dapat
menentukan kelainan
paru.
nafas dalam.
Penekanan otot-otot
memberikan O2 dan
thoraks.
efektif.
Penurunan O2 dapat
menurunkan beban
pernafasan dan
mencegah terjadinya
sianosis akibat
Kolaborasi untuk
hipoksia.dengan foto
tindakan
thoraks, dapat
thorakosentesis.
dimonotori kemajuan
dari berkurangnya
cairan dan kembalinya
kembang paru.
Tindakan
thorakosentesis atau
fungsi pleura bertujuan
untuk menghilangkan
sesak nafas yang
disebabkan oleh
akumulasi cairan dalam
rongga pleura
13
Dx.2 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mukus yang kental,
kelemahan, upaya batuk buruk,dan edema trachea/faringeal.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
Intervensi
Kaji fungsi pernapasan
Rasional
Penurunan bunyi nafas
(bunyi
menunjukan
nafas,kecepatan,irama,
atelektasis,ronkhi,
kedalaman,dan
menunjukan akumulasi
dengan KH:
sekret dan
nafas).
ketidakefektifan
klien
mampu melakukan
pengeluaran sekresi
batuk efektif,
perna
menimbulkan
(16-20x/menit) tanpa
ada penggunaan otot
Kaji kemampuan
mengeluarkan sekret,
kerja pernapasan.
bantu nafas.
Bunyi
volume sputum.
Berikan posisi
pergerakan nafas
normal.
adekuat).
efektif.
Posisi fowler
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
bernafas. Ventilasi
maksimal membuka
meningkatkan gerakan
kecuali tidak
diindikasikan.
14
pengisapan
mengencerkan sekret
dan mengefektifkan
pembersihan jalan
nafas.
Mencegah obstruksi
dan aspirasi.
Pengisapan diperlukan
antibiotik.
mengeluarkan sekret.
Eliminasi lender
dengan suction
sebaiknya dilakukan
dalam jangka waktu
Agen mukolitik
Bronkodilator : jenis
aminofili via intravena.
Pengobatan antibiotik
yang ideal adalah
dengan adanya dasar
dari test uji resistensi
kuman terhadap jenis
Kortikosteroid
antibiotik sehingga
lebih mudah mengobati
pneumonia.
Agen mukolitik
menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
paru untuk
memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator
meningkatkan diameter
15
lumen percabangan
trakheobronkhial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap aliran
udara.
Kortikosteroid berguna
pada hipoksemia
dengan keterlibatan
luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam
kehidupan.
Dx.3 Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d akumulasi cairan dalam ruang pleura.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
Intervensi
Tentukan karakteristik
Rasional
Nyeri dada biasanya ada
nyeri,misalnya
tajam,konstan,ditusuk.
Selidiki perubahan
komplikasi.
- Menyatakaan nyeri
karakter/lokasi/intensitas
nyeri.
- Menunjukkan
Perubahan frekuensi
jantung atau TD
dan peningkatan
mengalami nyeri,
Berikan tindakan
Tindakan non-analgetik
lembut dapat
menghilangkan
16
perbincangan,relaksasi
ketidaknyamanan dan
/latihan nafas.
sementara meningkatkan
produktif/proksimal atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan /istirahat
umum.
Dx.4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan
Intervensi
Kaji kebiasaan diet,
Rasional
Pasien distress
pernapasan akut
jam diharapkan
derajat kesulitan
sering anoreksia
menunjukan peningkatan
karena dispenia,
tubuh.
obat.
menunjukan perilaku
bising usus
atau perubahan
menunjukan
penurunan motilitas
menungkatkan
gaster dan
atau
konstipasiyang
mempertahankan
berhubungan dengan
pemasukan
cairan,pilihan
penurunan aktivitas.
tisu.
dengan peningkatan
kesulitan nafas.
Membantu
menurunkan
kelemahan selama
sesuai indikasi
memberikan
kesempatan untuk
meningkatkan
masukan kalori total.
Berguna untuk
menentukan
kebutuhan kalori
menyusun tujuan
berat badan dan
evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
Dx.5 : Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen untuk aktivitas hidup sehari-hari
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
Intervensi
Evaluasi
Rasional
Menetapkan
keperawatan selama 3x 24
kemampuan/kebutuh
jam
an pasien dan
diharapkan
18
melaporkan
atau
menunjukan
peningkatan
toleransi, dengan KH :
-
peningkatan
memudahkan pilihan
kelemahan, dan
intervensi.
melaporkan
/menunjukan
aktivitas.
peningkatan
Pasien
mungkin nyaman
Bantu pasien
toleransi terhadap
memilih posisi
aktivitas yang
nyaman untuk
menunduk kedepan
dapat diukur
dengan tidak
adanya kelemahan
Tirah baring
berlebihan dan
dipertahankan
rentang normal.
Jelaskan
untuk menurunkan
pentingnya istirahat
kebutuhan metabolic,
dalam rencana
menghemat energi
pengobatan dan
untuk untuk
perlunya
penyembuhan.
keseimbangan
Pembatasan aktivitas
ditentukan dengan
respon individual
pasien terhadap
aktivitas dan
perbaikan kegagalan
pernapasan.
Meminimalk
an kelelahan dan
Bantu aktivitas
membantu
keseimbangan suplai
diperlukan. Berikan
dan kebutuhan
kemajuan peningkatan
oksigen.
19
Intervensi
Catat
Rasional
Pemahaman bahwa
perasaan normal
jam
takut. Informasikan
dapat membantu
melaporkan takut/ansietas
pasien
hilang
menurun
bahwa perasaannya
meningkatkan
beberapa perasaan
ditangani.
mengekspresikan
control emosi.
Dengan KH :
perasaan.
diharapkan
atau
Jelaskan
Menghilangkan
ansietas karena
istirahat / tidur
ketidaktahuan dan
dengan tepat.
kemampuan pasien
menurunkan takut
tentang keamanan
menangani informasi.
pribadi.
Tinggal
Membantu dalam
menurunkan
membuat perjanjian
ansietas yang
dengan seseorang
berhubungan
untuk menunggu
dengan penolakan
adanya dispnea
berat/perasaan mau
pingsan.
Memberikan
pasien tindakan
mengontrol untuk
menurunkan
relaksasi.
ansietas dan
tegangan otot.
20
Mekanisme koping
dan partisipasi
penyembuhan yang
dalam program
lama.Libatkan pasien
pengobatan
mungkin
partisipasi dalam
meningkatkan
perawatan.
belajar pasien
untuk menerima
hasil yang
diharapkan dari
penyakit dan
meningkatkan
beberapa rasa
kontrol.
Dx.7 : Kurang pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat mengenai proses
penyakit dan pengobatan.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
Intervensi
Jelaskan
Rasional
Menurunka
penjelasan proses
jam diharapkan
penyakit individu.
menimbulkan
menyatakan pemahaman
perbaikan partisipasi
kondisi/proses penyakit
terdekat untuk
pada rencana
menanyakan pertanyaan.
pengobatan.
mengide
ntifikasikan hubungan
Diskusikan
Pasien
sering mendapat
sekaligus
dan menghubungan
diinginkan.
mempunyai efek
dengan faktor
samping hamper
penyebab.
Tekankan
21
Menurunka
pentingnya perawatan
n pertumbuhan
oral/kebersihan gigi.
Kaji efek
bahaya merokok dan
Penghentian
nasehatkan
merokok dapat
menghentikan merokok
memperlambat
kemajuan PPoM.
keluarga.
Berikan
Memampuk
informasi tentang
an pasien untuk
pembatasan aktivitas
membuat
pilihan/keputusan
informasi untuk
untuk mencegah
menurunkan
kelemahan: cara
dispnea,
menghemat energi
memaksimalkan
tingkat aktivitas,
menarik dan
melakukan aktivitas
mendorong,duduk dan
berdiri sementara
mencegah
melakukan
komplikasi.
tugas),menggunakan
nafas bibir, posisi
berbaring dan
kemungkinan perlu
oksigen tambahan.
Dx. 8 : Risiko gangguan perfusi serebral b.d hipoksia serebral akibat penurunan suplai
oksigen ke otak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24
Intervensi
Tentukan factorfaktor yang
22
Rasional
Penurunan
tanda /gejala
berhubungan dengan
neurologis atau
mempertahankan tingkat
kegagalan dalam
kesadaran biasa
yang menyebabkan
pemulihannya setelah
/perbaikan,kognitif dan
koma/penurunan
serangan awal
fungsi
mungkin menunjukan
motorik/sensorik.Dengan
dan potensial
KH :
peningkatan TIK.
dipindahkan
Mende
monstrasikan tanda
keperawatan intensif
vital stabil.
-
Tidak
Pantau/catat
untuk memantau
status neurologist
pembedahan.
ada tanda-tanda
bandingkan dengan
peningkatan TIK
nilai standar.
Mengkaji adanya
kecenderungan pada
tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan
TIK dan bermanfaat
dalam menentukan
Evaluasi
kemampuan membuka
lokasi,perluasan dan
perkembangan
(sadar penuh),
kerusakan SSP.
Menentukan
tingkat kesadaran.
Frekuensi
Peubahan pada
ritme(paling sering
bradikardi,takikardia,
bradikardia)dan
lainnya.
yang mencerminkan
adanya depresi atau
Pantau
pernapasan meliputi
23
Intervensi
Kaji
Rasional
Aktivitas
pentingnya latihan
ini meningkatkan
nafas, batuk
mobilitas dan
menyatakan pemahaman
efektif,perubahan
pengeluaran sekret
penyebab/faktor risiko
untuk menurunkan
individu, dengan KH :
masukan cairan
risiko terjadinya
adekuat.
infeksi paru.
Mengidentifikasikan
intervensi untuk
Tunjukan
mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
tentang pembuangan
Menunjukan teknik
untuk meningkatkan
penggunaan sarung
tangan bila
Mencegah
penyebaran pathogen
melalui cairan.
Menurunk
memegang/membuan
an
g tisu,wadah sputum.
konsumsi/kebutuhan
Dorong
keseimbangan antara
24
keseimbangan
oksigen dan
memperbaiki
pertahanan pasien
terhadap infeksi,
meningkatkan
penyembuhan.
Diskusikan
kebutuhan masukan
nutrisi adekuat.
Malnutrisi
dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan
menurunkan tahanan
Kaji tanda-
terhadap infeksi.
tanda infeksi
Untuk
mengetahui apakah
pasien mengalami
infeksi dan
Pantau
menentukan
TTV
tindakan
keperawatan
selanjutnya.
Tanda
vital merupakan
acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien,
perubahan suhu
tinggi merupakan
salah satu tanda
infeksi.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai intervensi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
25
a) Dx.1 :
-
b) Dx.2 :
-
c) Dx.3 :
-
d) Dx.4 :
-
e) Dx.5 :
-
f) Dx.6 :
-
g) Dx.7 :
-
h) Dx.8 :
-Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau perbaikan , kognisi dan fungsi
motorik atau sensorik
i) Dx 9 :
-
26
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,E.Marilynn,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan
Sistem
28
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Efusi Pleura tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna adanya, hal ini karena
keterbatasan kemampuan yang kami miliki dan melalui kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Sistem Respirasi yang telah membimbing kami baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dosen mata kuliah Sistem Respirasi serta
pembaca tulisan ini yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini dan kami harapkan
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengatar ..........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................2
Bab II Pembahasan ..................................................................................................................3
I. Konsep Dasar Penyakit ...............................................................................................3
2.1 Pengertian............................................................................................................3
2.2 Etiologi................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................................5
2.5 Pemeriksaan Fisik................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................................10
2.8 Komplikasi..........................................................................................................11
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..........................................................................12
1. Pengkajian...........................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
3. Perencanaan Keperawatan...................................................................................14
4. Evaluasi...............................................................................................................30
Bab III Penutup........................................................................................................................32
3.1 Simpulan ................................................................................................................32
3.2 Saran.......................................................................................................................32
Daftar Pustaka .........................................................................................................................33
OLEH A3.D :
KELOMPOK 4
Luh Karina Candra Dinata
09.321.0540
09.321.0541
09.321.0542
Ni Kadek Adiari
09.321.0543
09.321.0544
09.321.0545
09.321.0546
09.321.0547