Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Yossy Rezky Ramadhana
PO.71.20.0.15.3846
TINGKAT II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh di rumah sakit, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain karena api, juga karena pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari
api banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Alam, 2012).
Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu
perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Sekitar 12
ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan
dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap tahunnya karena luka bakar (Brunner&Suddarth,
2002).
Lebih separuh dari kasus kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit harusnya dapat
dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dan pencegahan kebakaran dan luka bakar
dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan UU tentang pengamanan
kebakaran. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Kaum remaja pria dan wanita dalam usia kerja juga lebih sering
menderita luka bakar daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi.
Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat
listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga
menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
Berdasarkan pada fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk karya tulis yang
membahas tentang luka bakar beserta asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
B. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada penyakit luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan luka bakar.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan dalam
mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan
data studi kepustakaan. Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis ilmiah.
BAB II
KONSEP MEDIS LUKA BAKAR
A. Pengertian
Cidera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas, kimia,
listrik, atu radiasi disebut sebagai luka bakar (Joyce.2014:839)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber energi dari
suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
elektromagnet(Brunner & Suddarth,2002)
kimia spesifik lain yang menyebabkan luka bakar kimia terdiri atas fosfor, unsur
logam tertentu, nitrat, hidrokarbon, dan ter
Waktu kontak adalah unsur penting dalam menentukan keparahan cedera. Permulaan
hidroterapi sangat penting untuk membatasi efek zat kimi. Tanpa memoerhatikan
agen penyebab, irigasi harus dilakukan setelah pasien tiba di unit gawat darurat.
c. Luka bakar akibat listrik
Pengaruh listrik pada tubuh ditentukan oleh tujuh faktor: jenis arus, jumlah arus, alur
arus, durasi kontak, area kontak, resistensi, dan voltase. Manusia sensitif terhadap
arus listrik yang sangat kecil karena sistem saraf manusia terbentuk dengan sangat
baik. Listrik menelusuri alur yang memiliki resistensi paling kecil, oleh karena itu
jaringan, saraf, dan otot mudah mengalami kerusakan sementara tulang tidak. Namun
cedera akibat voltase rendah dianggap oleh voltase sebesar 380 volt atu kurang.
Cidera akibat voltase rendah cenderung terjadi dirumah dan mengenai tangan dan
rongga mulut. Penyebab luka bakar akibat voltase rendah ditangan adalah
bersentuhan dengan kabel penyambung yang lapisan luarnya telah terkelupas, baik
kabel yang sudah dipakai maupun yang digunakan dengan salah. Luka bakar akibat
voltase rendah ditangan biasanya berupa luka bakar kecil yang dalam yang dapat
mengenai pembuluh darah, tendon, dan saraf. Luka bakar ini mengenai sedikit area
ditangan, mesti demikian luka bakar mungkin cukup berat sehingga memerlukan
amputasi jari. Listrik bervoltase rendah dapat juga merusak rongga mulut
menyebabkan jaringan parut yang permanen. Cidera ini paling sering pada anak anak
usia 1-2 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh menarik atu menggigit kabel
stopkontak. Arus voltase rendah biasanya menjalar diarea yang memiliki resistensi
yang paling kecil (saraf, pembuluh darah) sementara arus voltase tinggi menjalar
dialur langsung antara pintu masuk arus listrik dan permukaan. Arus berkontraksi
ditempat masuknya listrik ke dalam tubuh, kemudian menyebar secara sentral dan
akhirnya menyatu sebelum keluar. Kerusakan paling berat pada jaringa terjadi di
tempat kontak yang sering kali disebut sebagai luka masuk dan luka tembus. Luka
masuk akibat voltase tinggi tampak hangus, membentuk cekungan ditengahnya dan
kasar, sementara luka tembus listrik voltase tinggi lebih tinggi cenderung meledak
saat muatan listrik keluar. (Patricia. 2011: 1536)
C. Komplikasi
1) Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa di alami pasien dengan
luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu.
Terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
1. Kedalaman luka bakar
2. Sifat kulit
3. Usia pasien
4. Lamanya waktu penutupan kulit
5. Penenduran kulit
Jaringan parut mengalami pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan
warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal, pembentukan jaringan parut terus
berlangsung dan warna berubah jadi merah, merah tua sampai coklat dan terba keras/
tegang, setelah 12-18 bulan, jaringan parut akan mengalami tahap maturasi dan warna
menjadi coklat muda dan teraba lebih lembut/ lemas.
Pemebentukan hipertrofi jaringan parut ini tidak dapat dicegah tetapi dengan tindakan
konservatif dapat diantisipasi sejak minggu- minggu awal fase penyembuhan luka ( fase
pembentukan kolagen ). Seringkali tindakan pembedahan juga diperlukan untuk
mengatasi jaringanparut terutamajika mempengaruhi fungsi gerak/ sendi, mengakibatkan
imobilitas dan menganggu kenyamanan serta citra tubuh pasien. Pembedahan
yangdilakukan bisa berlangsung berulang kali. ( Christanti,1999:22-24 )
2) Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bkar dan menimbulkan
gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi kontraktur adalah :
1. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini ( awal cedera luka bakar )
2. Ambulasi yang dilakukan 2-3 x/hari sesegera mungkin ( perhstiksn bila ada fraktur)
pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif misalnya: IV Lines, NGT, EKG, dll
perlu disiapkan dan dibantu yang untuk ambulasi pasif.
3. Presure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan, bertujuan menekan
timbulnya hipertrofi scar, dimana penggunaan presure garment ini dapat menghambat
mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
( Christanti,1999:22-24 )
3) Infeksi
Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya infeksi yang
kemudian berakhir dengan sepsis. Infeksi secara klinis dapat didefenisikan sebagai
pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan
tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkat dengan virulensi
resistensi dari pasien. Seringkali kolonisasi disalahartikan sebagai infeksi. Kolonisasi
merupakan pertumbuhan organisme pada luka tetapi tidak menimbulkan respon tertentu
sebagai merah, bengkak dan nyeri dengan jumlah mikroorganisme < 100.000/gram
jaringan. ( Christanti,1999:25-26 )
4) Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase
darurat/ resusitasi perawatan luka bakar ,mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal respirasi yang akut
b. Syok sirkulasi
c. Gagal ginjal akut
d. Sindroma kompartemen
e. Ileus paralitik
f. Ulkus curling
5) Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase
akut perawatan luka bakar dapat mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal jantung konghesif dan edema pulmonal
b. Sepsis
c. Gagal nafas akut
d. Adult respiratory distress syndrome
e. Kerusakan viseral ( luka bakar listrik) (Brunner & Suddarth,2002)
D. Penatalaksanaan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka yaitu:
Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam 3 Fase yaitu
FASE INFLAMASI
Adalah fase yang bertentangan dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka
bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotinin, Mulai timbul epitelisasi.
FASE FIBROLASTIK
Adalah fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini timbul
sebukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan
granulasi yang berwarna kemerahan.
FASE MATURASI
Adalah fase dimana terjadinya proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula
penurunan aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda- tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini
berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
( Christanti,1999:24-25 )
Penanganan Luka
Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien luka bakar
baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom kompartemen
karena adanya luka bakar Circumferencial.
Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit adalah sebagai penyimpanan panas yang terbaik ( Heat restore)
maka, pada pasien yang mengalami luka bakar, tubuh masih tetap menyimpan energi
panas sampai beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Oleh karena itu, tindakan
pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona luka bakar
lebih dalam. Tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel, mencegah
dehidrasi dan membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri. Pendingunan luka
dilakukan sebelum kontak dengan petugas kesehatan, pendinginan luka bisa
menggunakan air mengalir.
Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosis atau
bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat pendinginan
luka, perawatan luka, penggantian balutan, atau pada saat tindakan pembedahan.
Tindakan debridemen ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi luka dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Tindakan Pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan parut merupakan
jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang teragulasi yang dapat bersifat
progresif. Pada luka bakar Circumferential jaringan luka bakar yang terbentuk akan
mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga memerlukan tindakan Eskarotomi.
(Christanti,1999)
Resusitasi cairan
Pemberian cairan sangat diperlukan dalam kasus luka bakar yaitu 4cc/kgBB/
%luas luka bakar dimana setengahnya diberikan 8 jam pertama dan setengahnya
diberikan 8 jam berikutnya. Resusitasi cairan pada 24 jam pertama berupa cairan
kristaloid yaitu RL dengan targat urine output 1cc/kgBB
Pada 24 jam kedua menggunakan cairan koloid/plasma 0,5 ml/kgBB/%luas luka
bakar.
Pada 32 jam bisa diberikan infuse nutrisi misal D5%. Perlu observasi suhu tubuh,
urin output.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
1. Gangguan
Tujuan
Keseimbangan
ekurangan
cairan optimal.
Intervensi
Rasional
Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
volume cairan
berhubungan
dengan
Kriteria hasil :
untuk
Awasi
respon kardiovaskuler.
Tak ada
urine
evaporasi
manifestasi
jenisnya.
ditandai
dehidrasi,
dengan adanya
resolusi edema.
blister.
pengeluaran
dan
penggantian
berat
Penggantian
cairan
dititrasi
untuk
Elektrolit serum
meyakinkan
rata-2
dalam batas
indikasi.
normal
Haluaran urine
dewasa.
Urine
diatas 30
ml/jam
keluarnya
mioglobin.
Peningkatan
permeabilitas
kapiler,
perpindahan
protein,
dan
proses
kehilangan
yang
inflamasi
dan
tampak.
evaporasi mempengaruhi
volume
sirkulasi
dan
pengeluaran urine.
Penggantian
tergantung
badan
cairan
pada
berat
pertama
dan
perubahan selanjutnya
Timbang berat badan setiap
hari.
atau
refleks
Pasang / pertahankan
urine.
kateter urine
Pasang/ pertahankan
Memungkinkan infus
cairan cepat.
Resusitasi
cairan
Berikan penggantian
menggantikan
cairan
kehilangan
IV
dihitung,
yang
elektrolit,
cairan/elektrolit
plasma, albumin.
membantu
dan
mencegah
komplikasi.
Awasi
hasil
pemeriksaan
laboratorium
kehilangan
(Hb,
darah/kerusakan SDM
elektrolit, natrium).
dan
kebutuhan
penggantian
cairan
dan elektrolit.
idikasi :
Mengidentifikasi
Meningkatkan
Diuretika
contohnya Manitol
membersihkan tubulus
(Osmitrol)
Penggantian
karena
Kalium
urine
lanjut
kehilangan
dalam
jumlah
besar
Antasida
Menurunkan
keasaman
gastrik,
sedangkan
inhibitor
histamin menurunkan
produksi
asam
hidroklorida
untuk
menurunkan produksi
asam
hidroklorida
untuk
menurunkan
iritasi gaster.
2. Gangguan
Menunjukan
integritas kulit
regenerasi
kedalaman
luka,
berhubungan
jaringan.
perhatikan
jaringan
dengan
nekrotik
dan
kondisi
Memberi
informasi
dasar
tentang
kebutuhan
penanaman kulit dan
kerusakan
Kriteria hasil :
permukaan
mencapai
petunjuk
kulit.
penyembuhan
sirkulasi
graft.
Menyiapkan
ditandai
sekitar luka.
kemungkinan
control
infeksi.
tentang
pada
menurunkan
area
jaringan
resiko
infeksi/kegagalan
Pertahankan
luka
penutupan
sesuai
kulit.
dengan Kain
indikasi.
nilon/membrane
silicon
mengandung
kolagen
porcine
balutan
repitelisasi.
secara
kulit
indikasi.
Cuci
sisi
dengan
menggunakan
ringan,
dengan
permukaan
sabun
cuci.
bahan
tembus
Dan
pendonor
sehari.
sembuh memerlukan
yang
perawatan
Lakukan
khusus
untuk
program
mempertahankan
kolaborasi:
kelenturan.
siapkan/bantu
prosedur
bedah/balutan biologis.
Graft
dari
kulit
orang
diambil
lain
sendiri
itu
untuk
penutupan
sementara pada luka
bakar
luas
sampai
Pasien
akan
Mandiri
berhubungan
mengalami
dengan respon
tingkat
mungkin
inflamasi
kenyamanan
menyebabkan
nyeri
ditandai
yang
metode
hebat
pada
dengan pasien
diatasi.
mengeluh
kesakitan.
dapat
Suhu
berubah
kecuali
pemajaman
pemajaman
Tinggikan ekstremitas
saraf
luka
bakar
periodik
dan
ujung
secara
Peninggian
diperlukan
menurunkan
pembentukan
untuk
edema,
setelah
menurunkan
ketidaknyamanan
serta
sesuai indikasi
kontraktur sendi.
Berikan
Kolaborasi
resiko
analgesik
sesuai indikasi
ipe
latihan
tergantung
pda
Kolaborasi
Narkotik
harus
diturunkan
sesegera mungkin
sesuai
dan
adanya
perubahan
metode
untuk
menghilangkan
4. Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
kerusakan
jaringan
epidermis.
nyeri
Mengidentifikasi indikasi-
KH:
luka
bakar(area
luka
penyimpangan
bakar,
Penampilan
sisi
donor
Pembentukan
jaringan
lakukan 8 jam
granulasi baik.
Jumlah
konsumsi
dari
makanan
yang
dikonsumsi
setiap Pembersihan
dan
kali makan
pelepasan
jaringan
nekrotik meningkatkan
Bersihkan
bakar
area
tiap
hari
luka
pembentukan
dan
granulasi.
jaringan Antimikroba
lepaskan
nekrotik
(debrimen)
sesuai pesanan.
topical
membantu
mencegah
infeksi.
luka
dan
berikan
yang
menjadi
luka
baik
bakar
dengan
ujung jari.
Berikan
media
untuk
gundul
yang
kultur
pertumbuhan bakteri.
krim
menyeluruh
secara
di
atas
Temuan-temuan
luka.
ini
menandakan infeksi
Beritahu
dokter
ditemukan
purulen
bila
drainase,
atau
bau
Gunakan
tidur
skort
linen,
steril,
steril
tempat
handuk,
untuk
Melindungi
tetanus
dari
infeksi
pasien.
berikan
Resiko
gangguan
diri
citra
berhubungan
Pasien
akan
pesanan.
Mandiri
mengintegrasikan Kaji
perubahan
atau
menyebabkan
dan
perubahan
pada
perubahan
perubahan peran.
mengembangkan
realistis.
traumatic
kehilangan
tubuh
diri
makna Episode
tentang
citra
dengan
citra
sesuai
klien/orang terdekat.
yang
Terima dan akui ekspresi
frustasi,
marah.
sehingga memerlukan
dukungan
dalam
perbaikan
yang
optimal.
perilaku Penerimaan
Perhatikan
menarik
tiba-tiba
diri
dan
perasaan
penggunaan
terhadap
penyangkalan.
terjadi
apa
yang
sebagai
perbaikan
Bersikap
realistis
positif
dan
selama
perawatan/pengobatan Meningkatkan
pada
penyuluhan
kepercayaan
kesehatan.
Memberikan
dalam
dan
mengadakan
harapan
parameter
dan
perilaku
dan
memberikan
kesempatan
untuk
Berikan
penguatan
positif
terhadap
menyusun
dan
tujuan
depsn
realistas.
masa
berdasarkan
rehabilitasi .
Kolaborasi
Rujuk
rencana
mendukung terjadinya
ke
terapi
fisik/konsul
psikiatrik
pelayanan
social
psikolog
kebutuhan
sesuai Membantu
klien
identifikasi
untuk
dalam
cara/alat
meningkatkan
atau mempertahankan
kemandirian,
dapat
klien
memerlukan
maslah
emosi.
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat dilaksanakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Mahasiswa PSKI-B KF-UGM. 2002. Terjemahan Diagnosis Keperawatan. Dalam NANDA
2001-2002. Definisi dan Klasifikasi
Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Moenadjat. 2001. Luka bakar. Edisi kedua. FK-UI, Jakarta.
Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.