Vous êtes sur la page 1sur 21

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH KMB II


ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

Disusun oleh :
Yossy Rezky Ramadhana
PO.71.20.0.15.3846
TINGKAT II

Prodi D-III Jurusan Keperawatan Poltekkes


Kemenkes Jambi
Tahun 2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh di rumah sakit, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain karena api, juga karena pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari
api banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Alam, 2012).
Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu
perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Sekitar 12
ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan
dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap tahunnya karena luka bakar (Brunner&Suddarth,
2002).
Lebih separuh dari kasus kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit harusnya dapat
dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dan pencegahan kebakaran dan luka bakar
dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan UU tentang pengamanan
kebakaran. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Kaum remaja pria dan wanita dalam usia kerja juga lebih sering
menderita luka bakar daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi.
Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat
listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga
menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
Berdasarkan pada fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk karya tulis yang
membahas tentang luka bakar beserta asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
B. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada penyakit luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan luka bakar.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka bakar.


c. Mampu melakukan intervensi keperawatan dan rasional pada pasien dengan Luka luka
bakar untuk mengurangi dan menghilangkan masalah klien.
d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan luka bakar dilakukan sesuai
rencana atau intervensi yang tepat, pada situasi yang tepat.
e. Mampu melakukan evaluasi dari intervensi yang telah dilakukan pada pasien dengan luka
bakar, untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum.

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan dalam
mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan
data studi kepustakaan. Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis ilmiah.

BAB II
KONSEP MEDIS LUKA BAKAR
A. Pengertian

Cidera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas, kimia,
listrik, atu radiasi disebut sebagai luka bakar (Joyce.2014:839)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber energi dari
suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
elektromagnet(Brunner & Suddarth,2002)

Gambar Luka Bakar


B. Agen penyebab
Cedera luka bakar biasanya terjadi akibat transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Sumber panas dapat berupa panas, zat kimia, atau listrik
a. Luka bakar akibat panas
Luka bakar akibat panas dapat disebabkan oleh sumber api seperti tungkai perapian di
rumah, cidera saat memasak, atau ledakan api. Luka bakar akibat uap panas atu
bersentuhan dengan benda yang panas, seperti wajan, teko panas, dapat juga
menyebabkan cedera luka bakar akibat panas.
b. Luka bakar akibat zat kimia
Luka bakar akibat zat kimia sering dihadapi setelah terpajan zat asam dan basa,
termasuk asam hidroflorat asam formiat, amonia anhidrosa, semen, dan fenol. Agen

kimia spesifik lain yang menyebabkan luka bakar kimia terdiri atas fosfor, unsur
logam tertentu, nitrat, hidrokarbon, dan ter
Waktu kontak adalah unsur penting dalam menentukan keparahan cedera. Permulaan
hidroterapi sangat penting untuk membatasi efek zat kimi. Tanpa memoerhatikan
agen penyebab, irigasi harus dilakukan setelah pasien tiba di unit gawat darurat.
c. Luka bakar akibat listrik
Pengaruh listrik pada tubuh ditentukan oleh tujuh faktor: jenis arus, jumlah arus, alur
arus, durasi kontak, area kontak, resistensi, dan voltase. Manusia sensitif terhadap
arus listrik yang sangat kecil karena sistem saraf manusia terbentuk dengan sangat
baik. Listrik menelusuri alur yang memiliki resistensi paling kecil, oleh karena itu
jaringan, saraf, dan otot mudah mengalami kerusakan sementara tulang tidak. Namun
cedera akibat voltase rendah dianggap oleh voltase sebesar 380 volt atu kurang.
Cidera akibat voltase rendah cenderung terjadi dirumah dan mengenai tangan dan
rongga mulut. Penyebab luka bakar akibat voltase rendah ditangan adalah
bersentuhan dengan kabel penyambung yang lapisan luarnya telah terkelupas, baik
kabel yang sudah dipakai maupun yang digunakan dengan salah. Luka bakar akibat
voltase rendah ditangan biasanya berupa luka bakar kecil yang dalam yang dapat
mengenai pembuluh darah, tendon, dan saraf. Luka bakar ini mengenai sedikit area
ditangan, mesti demikian luka bakar mungkin cukup berat sehingga memerlukan
amputasi jari. Listrik bervoltase rendah dapat juga merusak rongga mulut
menyebabkan jaringan parut yang permanen. Cidera ini paling sering pada anak anak
usia 1-2 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh menarik atu menggigit kabel
stopkontak. Arus voltase rendah biasanya menjalar diarea yang memiliki resistensi
yang paling kecil (saraf, pembuluh darah) sementara arus voltase tinggi menjalar
dialur langsung antara pintu masuk arus listrik dan permukaan. Arus berkontraksi
ditempat masuknya listrik ke dalam tubuh, kemudian menyebar secara sentral dan
akhirnya menyatu sebelum keluar. Kerusakan paling berat pada jaringa terjadi di
tempat kontak yang sering kali disebut sebagai luka masuk dan luka tembus. Luka
masuk akibat voltase tinggi tampak hangus, membentuk cekungan ditengahnya dan
kasar, sementara luka tembus listrik voltase tinggi lebih tinggi cenderung meledak
saat muatan listrik keluar. (Patricia. 2011: 1536)

C. Komplikasi
1) Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa di alami pasien dengan
luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu.
Terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
1. Kedalaman luka bakar
2. Sifat kulit
3. Usia pasien
4. Lamanya waktu penutupan kulit
5. Penenduran kulit
Jaringan parut mengalami pembentukan secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan
warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal, pembentukan jaringan parut terus
berlangsung dan warna berubah jadi merah, merah tua sampai coklat dan terba keras/
tegang, setelah 12-18 bulan, jaringan parut akan mengalami tahap maturasi dan warna
menjadi coklat muda dan teraba lebih lembut/ lemas.
Pemebentukan hipertrofi jaringan parut ini tidak dapat dicegah tetapi dengan tindakan
konservatif dapat diantisipasi sejak minggu- minggu awal fase penyembuhan luka ( fase
pembentukan kolagen ). Seringkali tindakan pembedahan juga diperlukan untuk
mengatasi jaringanparut terutamajika mempengaruhi fungsi gerak/ sendi, mengakibatkan
imobilitas dan menganggu kenyamanan serta citra tubuh pasien. Pembedahan
yangdilakukan bisa berlangsung berulang kali. ( Christanti,1999:22-24 )
2) Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bkar dan menimbulkan
gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi kontraktur adalah :

1. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini ( awal cedera luka bakar )
2. Ambulasi yang dilakukan 2-3 x/hari sesegera mungkin ( perhstiksn bila ada fraktur)
pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif misalnya: IV Lines, NGT, EKG, dll
perlu disiapkan dan dibantu yang untuk ambulasi pasif.
3. Presure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan, bertujuan menekan
timbulnya hipertrofi scar, dimana penggunaan presure garment ini dapat menghambat
mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
( Christanti,1999:22-24 )
3) Infeksi
Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya infeksi yang
kemudian berakhir dengan sepsis. Infeksi secara klinis dapat didefenisikan sebagai
pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan
tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkat dengan virulensi
resistensi dari pasien. Seringkali kolonisasi disalahartikan sebagai infeksi. Kolonisasi
merupakan pertumbuhan organisme pada luka tetapi tidak menimbulkan respon tertentu
sebagai merah, bengkak dan nyeri dengan jumlah mikroorganisme < 100.000/gram
jaringan. ( Christanti,1999:25-26 )
4) Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase
darurat/ resusitasi perawatan luka bakar ,mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal respirasi yang akut
b. Syok sirkulasi
c. Gagal ginjal akut
d. Sindroma kompartemen
e. Ileus paralitik
f. Ulkus curling
5) Berdasarkan data-data hasil pengkajian, komplikasi yang potensial dalam fase
akut perawatan luka bakar dapat mencakup keadaan berikut ini:
a. Gagal jantung konghesif dan edema pulmonal

b. Sepsis
c. Gagal nafas akut
d. Adult respiratory distress syndrome
e. Kerusakan viseral ( luka bakar listrik) (Brunner & Suddarth,2002)

D. Penatalaksanaan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka yaitu:

Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam 3 Fase yaitu

FASE INFLAMASI
Adalah fase yang bertentangan dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka
bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotinin, Mulai timbul epitelisasi.

FASE FIBROLASTIK
Adalah fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini timbul
sebukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan
granulasi yang berwarna kemerahan.

FASE MATURASI
Adalah fase dimana terjadinya proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula
penurunan aktivitas selular dan vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda- tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini

berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
( Christanti,1999:24-25 )

Penanganan Luka
Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien luka bakar
baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom kompartemen
karena adanya luka bakar Circumferencial.

Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit adalah sebagai penyimpanan panas yang terbaik ( Heat restore)
maka, pada pasien yang mengalami luka bakar, tubuh masih tetap menyimpan energi
panas sampai beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Oleh karena itu, tindakan
pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona luka bakar
lebih dalam. Tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel, mencegah
dehidrasi dan membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri. Pendingunan luka
dilakukan sebelum kontak dengan petugas kesehatan, pendinginan luka bisa
menggunakan air mengalir.

Debridemen
Tindakan debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosis atau
bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat pendinginan
luka, perawatan luka, penggantian balutan, atau pada saat tindakan pembedahan.
Tindakan debridemen ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi luka dan
mempercepat proses penyembuhan luka.

Tindakan Pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan parut merupakan
jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang teragulasi yang dapat bersifat
progresif. Pada luka bakar Circumferential jaringan luka bakar yang terbentuk akan
mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga memerlukan tindakan Eskarotomi.

Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk mengatasi perfusi jaringan


yang tidak adekuat karena adanya eschar yang menekan vaskular. Tindakan yang
dilakukan hanya berupa insisi dan BUKAN membuang Eschar. Apabila tindakan ini tidak
dilakukan maka akan mengakibatkan tidak adanya aliran darah ke pembuluh darah dan
terjadi hipoksia serta iskemia jaringan.
Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum hari ke-5. Tanda- tanda klinis yang
harus diperhatikan untuk menentukan dilakukannya tindakan eskarotomi antara lain :
adanya sianosis jaringan distal, kapilarisasi darurat tanpa anastesi. Daerah yang telah
dieskarotomi diberi obat topikal antibakteri dan dirawat setiap hari. Pada luka bakar
dalam karena sengatan listrik dapat menyebabkan edema yang hebat pada fasia yang
selanjutnya dapat mengakibatkan kesemutan ( penekanan syaraf ), penekanan vena,
nekrose ( penekanan arteri ). Pada kondisi seperti ini pasien memerlukan tindakan
Fasiotomi.
Tindakan pembedahan lain yang sering dilakukan pada pasien luka bakar adalah
Eksisi tangensial yaitu tindakan membuang jaringan dan jaringan dibawahnya sampai
persis diatas Fasia dimana terdapat pleksus pembuluh darah sehingga bisa langsung
dilakukan operasi tandur kulit.

Terapi Isolasi dan Manipulasi Lingkungan


Luka bakar mengakibatkan imunosupresi ( penekanan sistem imun) tubuh selama
tahap awal cedera. Oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan ruangan khusus
dengan suhu ruangan yang dapat diatur, udara bersih, serta terpisah dari pasien lain yang
bisa menimbulkan infeksi silang.
Alat tenun yang digunakan harus steril, perawat menggunakan masker, gaun dan
sarung tangan steril setiap kali melakukan tindakan untuk pasien. Perawat sebaiknya
menggunakan lebih banyak alat dissposible dan menjaga kebersihan seluruh perangkat/
perabot yang ada diruangan. Tidak dianjurkan untuk meletakkan tanaman/ karangan
bunga diruangan untuk mengurangi infeksi pseudomonas ( karena pseudomonas
menyukai lingkungan area tanaman).

(Christanti,1999)

Resusitasi cairan
Pemberian cairan sangat diperlukan dalam kasus luka bakar yaitu 4cc/kgBB/
%luas luka bakar dimana setengahnya diberikan 8 jam pertama dan setengahnya
diberikan 8 jam berikutnya. Resusitasi cairan pada 24 jam pertama berupa cairan
kristaloid yaitu RL dengan targat urine output 1cc/kgBB
Pada 24 jam kedua menggunakan cairan koloid/plasma 0,5 ml/kgBB/%luas luka
bakar.
Pada 32 jam bisa diberikan infuse nutrisi misal D5%. Perlu observasi suhu tubuh,
urin output.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
1. Gangguan

Tujuan
Keseimbangan

ekurangan

cairan optimal.

Intervensi
Rasional
Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman

volume cairan
berhubungan
dengan

Kriteria hasil :

Perhatikan kapiler dan

untuk

kekuatan nadi perifer.

cairan dan mengkaji

Awasi

respon kardiovaskuler.

Tak ada

urine

evaporasi

manifestasi

jenisnya.

ditandai

dehidrasi,

dengan adanya

resolusi edema.

blister.

pengeluaran
dan

penggantian

berat

Penggantian

cairan

Observasi warna urine

dititrasi

untuk

Elektrolit serum

dan hemates sesuai

meyakinkan

rata-2

dalam batas

indikasi.

pengeluaran urine 30-

normal

50 cc/jam pada orang

Haluaran urine

dewasa.

Urine

diatas 30

berwarna merah pada

ml/jam

kerusakan otot masif


karena adanya darah
dan

keluarnya

mioglobin.

Peningkatan
permeabilitas

kapiler,

Perkirakan drainase luka

perpindahan

protein,

dan

proses

kehilangan

yang

inflamasi

dan

kehilangan cairan melalui

tampak.

evaporasi mempengaruhi
volume

sirkulasi

dan

pengeluaran urine.

Penggantian
tergantung
badan

cairan
pada

berat

pertama

dan

perubahan selanjutnya
Timbang berat badan setiap
hari.

Lakukan program kolaborasi


meliputi :

Observasi ketat fungsi


ginjal dan mencegah
stasis

atau

refleks

Pasang / pertahankan

urine.

kateter urine

Pasang/ pertahankan

Memungkinkan infus
cairan cepat.

ukuran kateter IV.

Resusitasi

cairan

Berikan penggantian

menggantikan

cairan

kehilangan

IV

dihitung,

yang

elektrolit,

cairan/elektrolit

plasma, albumin.

membantu

dan

mencegah

komplikasi.

Awasi

hasil

pemeriksaan

laboratorium

kehilangan

(Hb,

darah/kerusakan SDM

elektrolit, natrium).

dan

kebutuhan

penggantian

Berikan obat sesuai

cairan

dan elektrolit.

idikasi :

Mengidentifikasi

Meningkatkan

Diuretika

pengeluaran urine dan

contohnya Manitol

membersihkan tubulus

(Osmitrol)

dari debris /mencegah


nekrosis.

Penggantian
karena

Kalium

urine

lanjut

kehilangan
dalam

jumlah

besar

Antasida

Menurunkan
keasaman

gastrik,

sedangkan

inhibitor

histamin menurunkan
produksi

asam

hidroklorida

untuk

menurunkan produksi
asam

hidroklorida

untuk

menurunkan

iritasi gaster.
2. Gangguan

Menunjukan

Kaji/catat ukuran, warna,

integritas kulit

regenerasi

kedalaman

luka,

berhubungan

jaringan.

perhatikan

jaringan

dengan

nekrotik

dan

kondisi

Memberi

informasi

dasar

tentang

kebutuhan
penanaman kulit dan

kerusakan

Kriteria hasil :

permukaan

mencapai

petunjuk

kulit.

penyembuhan

sirkulasi

tepat waktu pada Lakukan perawatan luka

graft.

area luka bakar.

bakar yang tepat dan

Menyiapkan

ditandai

untuk penanaman dan

sekitar luka.

kemungkinan

control

infeksi.

tentang
pada

menurunkan

area

jaringan
resiko

infeksi/kegagalan
Pertahankan
luka

penutupan

sesuai

kulit.

dengan Kain

indikasi.

nilon/membrane

silicon

mengandung

kolagen

porcine

peptida yang melekat


pada permukaan luka
sampai lepasnya atau
mengelupas
spontan
Pertahankan

balutan

diatas area graft baru


dan/sisi donor sesuai

repitelisasi.

secara
kulit

indikasi.

Area mugkin ditutupi


oleh

Cuci

sisi

dengan

menggunakan
ringan,

dengan

permukaan

sabun

cuci.

bahan

tembus

pandang tak reaktif.

Dan

minyaki dengan krim

Kulit graft dan sisi

beberapa waktu dalam

pendonor

sehari.

sembuh memerlukan

yang

perawatan
Lakukan

khusus

untuk

program

mempertahankan

kolaborasi:

kelenturan.

siapkan/bantu
prosedur
bedah/balutan biologis.

Graft
dari

kulit
orang

diambil
lain

sendiri

itu

untuk

penutupan
sementara pada luka
bakar

luas

sampai

kulit orang itu siap


ditanam.
3. Nyeri yang

Pasien

akan

Mandiri

berhubungan

mengalami

dengan respon

tingkat

mungkin

inflamasi

kenyamanan

perawatan luka bakar

menyebabkan

nyeri

ditandai

yang

metode

hebat

pada

dengan pasien

diatasi.

mengeluh
kesakitan.

dapat

Tutup luka sesegera

Suhu

berubah

gerakan udara dapat

kecuali
pemajaman

(ada udara terbuka)

pemajaman

Tinggikan ekstremitas

saraf

luka

bakar

periodik

dan

ujung

secara

Peninggian
diperlukan
menurunkan
pembentukan

untuk

edema,

setelah

perubahan posisi dan


peninggian

Ubah posisi sesering

menurunkan

mungkin dan rentang

ketidaknyamanan

gerak pasif dan aktif

serta

sesuai indikasi

kontraktur sendi.

Berikan

Gerakan dan latihan


menurunkan

Kolaborasi

resiko

kekakuan sendi dan

analgesik

kelelahan otot tetapi

sesuai indikasi

ipe

latihan

tergantung

pda

lokasidan luas cedera

Kolaborasi

Narkotik

harus

diturunkan
sesegera mungkin
sesuai
dan

adanya
perubahan

metode

untuk

menghilangkan
4. Resiko

infeksi

berhubungan

Pasien bebas dari Pantau:


infeksi.

dengan
kerusakan
jaringan
epidermis.

nyeri
Mengidentifikasi indikasi-

KH:

luka

indikasi kemajuan atau

bakar(area

luka

penyimpangan

bakar,

Tak ada demam

Penampilan
sisi

donor

dan status balutan

Pembentukan

di atas sisi kulit)

jaringan

lakukan 8 jam

granulasi baik.

Suhu setiap 4 jam

Jumlah

konsumsi

dari

hasil yang diharapkan.

makanan

yang

dikonsumsi

setiap Pembersihan

dan

kali makan

pelepasan

jaringan

nekrotik meningkatkan
Bersihkan
bakar

area
tiap

hari

luka

pembentukan

dan

granulasi.

jaringan Antimikroba

lepaskan
nekrotik

(debrimen)

sesuai pesanan.

topical

membantu

mencegah

infeksi.

Lepaskan krim lama dari


sebelum Mengikuti prinsip aseptic

luka

pemberian krim baru.


Gunakan sarung tangan
steril

dan

melindungi pasien dari


infeksi.

berikan

antibiotic topical yang Kulit

yang

diresepkan pada area

menjadi

luka

baik

bakar

dengan

ujung jari.
Berikan

media
untuk

gundul
yang
kultur

pertumbuhan bakteri.

krim

menyeluruh

secara
di

atas
Temuan-temuan

luka.

ini

menandakan infeksi
Beritahu

dokter

ditemukan
purulen

bila

drainase,
atau

bau

busuk dari area luka Teknik steril dan tindakan


perawatan perlindung
bakar, sisi donor atau
balutan sisi tandur

lain melindungi pasien


terhadap infeksi

Gunakan
tidur
skort

linen,
steril,
steril

tempat
handuk,
untuk

Melindungi
tetanus

dari

infeksi

pasien.

Bila riwayat imunisasi tak


adekuat

berikan

globulin imun tetanus


manusia
5.

Resiko

gangguan
diri

citra

berhubungan

Pasien

akan

pesanan.
Mandiri

mengintegrasikan Kaji
perubahan

atau

menyebabkan

dan

perubahan

pada

perubahan

perubahan peran.

mengembangkan
realistis.

traumatic

kehilangan

tubuh
diri

makna Episode

tentang

citra

dengan

citra

sesuai

klien/orang terdekat.

yang
Terima dan akui ekspresi
frustasi,

marah.

sehingga memerlukan
dukungan

dalam

perbaikan

yang

optimal.

perilaku Penerimaan

Perhatikan
menarik

tiba-tiba

diri

dan

perasaan

sebagai respon normal

penggunaan

terhadap

penyangkalan.

terjadi

apa

yang
sebagai

perbaikan
Bersikap

realistis

positif

dan

selama

mendorong klien untuk


menerima situasi.

perawatan/pengobatan Meningkatkan
pada
penyuluhan
kepercayaan
kesehatan.
Memberikan
dalam

dan

mengadakan
harapan
parameter

situasi individu, jangan


memberikan keyakinan
yang salah.

dan

hubungan antara klien


dan perawat.
Meningkatkan
positif

perilaku
dan

memberikan
kesempatan

untuk

Berikan

penguatan

positif

terhadap

menyusun
dan

tujuan

kemajuan dan motivasi

depsn

untuk mengikuti tujuan

realistas.

masa

berdasarkan

Kata-kata penguat dapat

rehabilitasi .
Kolaborasi
Rujuk

rencana

mendukung terjadinya
ke

terapi

fisik/konsul

psikiatrik

pelayanan

social

psikolog
kebutuhan

perilaku koping positif.

sesuai Membantu

klien

identifikasi
untuk

dalam

cara/alat

meningkatkan

atau mempertahankan
kemandirian,
dapat

klien

memerlukan

bantuan lanjut untuk


megatasi

maslah

emosi.

Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat dilaksanakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA
Mahasiswa PSKI-B KF-UGM. 2002. Terjemahan Diagnosis Keperawatan. Dalam NANDA
2001-2002. Definisi dan Klasifikasi
Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Medika. 2003. Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Moenadjat. 2001. Luka bakar. Edisi kedua. FK-UI, Jakarta.
Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.

Vous aimerez peut-être aussi