Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Rencana Tata
Ruang
Wilayah
Nasional
Rencana Umum
Penanaman
Modal (RUPM)
Dokumen
Perencanaan
Pembangunan
Jangka
Panjang
Lainnya
Rencana Jangka
Menengah Nasional
(RPJMN)
Rencana Strategis
Kementerian/Lembag
Rencana Kerja Pemerintah
(RKP)
mensinergikan
dan
mengoperasionalkan
seluruh
dunia
yang
semakin
dinamis
dan
kompetitif,
hendaknya
memuat
skenario
yang
fleksibel
terhadap
UU No. 25/2007
RUPM
UU No. 25/2004
RPJP/RPJMN/RPJMD
RENSTRA
K/L
RUPMP
RUPMK
RENJA
K/L
SKPD Prov
RENJA
SKPD
Prov
RENSTRA
RENJA
SKPD
SKPD
RENSTRA
RUPMP
dan
RUPMK
di
tingkat
provinsi
dan
dalam
penyusunan
Rencana
Pembangunan
di
bidang
resiko
modal.Iklim
maupun
penanaman
tingkat
modal
pengembalian
ini
sangat
penanaman
mempengaruhi
modal,
baik
berupa
penanaman
modal
baru
perekonomian
regional
dan
daerah
akan
koordinasi
penanaman
dinas/badan
teknis/sektor
terkait,
modal
Pemerintah
dengan
Daerah
akomodatif
terhadap
penanaman
modal
dibandingkan
dengan
system-sistem
perizinan
sebelumnya.
-
telah
diamanatkan
untuksegera
fungsi
koordinasi
penanaman
sebagaimanadiamanatkanpada
pasal
modal
28
UU
penanaman
Penanaman
Modal
modal.
di
PTSP
daerah
di
bidang
dilaksanakan
Kabupaten/Kota
bidang
Penanaman
dan
Perizinan
Investasi
Secara
pelayanan
perizinan
dan
layanan
dan
informasi
yang
penyelenggaraan
daerah
yang
Dalam
rangka
meningkatkan
peran
dan
mendorong
harmonisasi,
baik
upaya
sinkronisasi
meliputi
dan
penyeragaman
dan penyederhanaan
(streamlining)
otonomi
daerah
dan
kepentingan
nasional.
1.1.2 Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal
oleh lembaga/instansi yang berwenang di bidang
penanaman modal dengan mendapat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang dari Gubernur yang
memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di
tingkat provinsi atau dari Bupati/Walikota ditingkat
kabupaten/kota.
-
penanaman
modal
yang
mendapat
di
tingkat
provinsi
atau
atau
Bupati/Walikota
segera
para
memberikan
penanam
suatu
modal.
kepastian
Hal
dan
ini
akan
kenyamanan
dan
PDKPM
dalam
penyelenggaraan
modal
melalui
PTSP
di
bidang
serta
penyederhanaan
(streamlining)
PDPPM
kapasitas
dan
PDKPM
sumber
daya
terus
meningkatkan
aparatur
penanaman
kualitas
kinerja
kelembagaan
PDPPM
penting
penanam
dan
PDKPM
dalam
moda
agar
memainkan
menginisiasi
ldalam
fasilitasi
rangka
peran
para
pemecahan
dengan
lembaga/instansi
teknis
terkait di daerah.
-
layanan
sistem
penanaman
perizinan
modal
dan
dengan
non
perizinan
sistem
informasi
bahan
referensi
dalam
mengambil
mendorong
pelaksanaan
keputusan.
-
PDPPM
dan
PDKPM
1.2.
Bidang
Usaha
yang
Tertutup
dan
Terbuka
dengan
Persyaratan
Pengaturan bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan (Daftar Negatif Investasi/DNI) diatur
dengan cara:
1.2.1
Pengaturan
untuk
bidang
penanaman
usaha
modal
yang
tertutup
berdasarkan
kriteria
dan
keamanan
nasional,
serta
Pengaturan
dengan
bidang
persyaratan
usaha
ditetapkan
yang
terbuka
dengan
kriteria
dan
distribusi,
peningkatan
peningkatan
partisipasi
kapasitas
modal
dalam
Pengaturan
bidang-bidang
usaha
yang
Bidang-bidang
terbuka
dengan
usaha
persyaratan
harus
jelas
dapat
Pengaturan
tertutup
dan
bidang-bidang
terbuka
dengan
usaha
yang
persyaratan
Pengaturan
bidang-bidang
usaha
yang
dengan
kewajiban
atau
komitmen
dan
Bidang
Usaha
yang
Terbuka
Dengan
Modal
Dalam
Negeri
(PMDN)
maupun
oleh
Pemerintah
sebagai
saringan
awal
Penanaman
Modal
(Daftar
Negatif
pemerintah
aik
di
pusat
dan
daerah
dalam
pelaksanaannya,
mengingat
ketentuan
ini
terutamaapabila
hal
itu
dikaitkan
dengan
itu,
pemerintah
daerahprovinsi
dan
ketentuan
mengembangkan
tersebut
bidang
terkait
usaha
usahanya
sektor
tertentu
untuk
yang
1.3.
Persaingan Usaha
Mengingat persaingan usaha merupakan faktor penting
dari iklim penanaman modal untuk mendorong kemajuan
ekonomi, maka:
1.3.1
Pemerintah
menetapkan
pengaturan
berkembang
secara
sehat,
serta
dapat
seperti
penetapan
syarat
Pemerintah
terus
mengikuti
itu,
mengingat
pelaksanaan
kegiatan
usaha
Daerah
melakukan
langkah-langkah
dalam
rangka
memastikan
pelaksanaan
Dengan
demikian,
penguatan
kelembagaan
dan
pemantauan,
pengawasan,
dan
pembinaan
dan
PDKPM
diharapkan
juga
mampu
1.4.
Hubungan Industrial
Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman
modal dimaksudkan untuk mendukung pengembangan
sumber daya manusia di Indonesia, oleh karena itu
diperlukan:
1.4.1.
Penetapan
kebijakan
yang
mendorong
Aturan
hukum
yang
mendorong
buruh/pekerja
dan
pengusaha,
yang
menjamin
penanaman
perizinan
kepastian
modal
yang
hukum
di
telah
pelaksanaan
daerah
kegiatan
masing-masing
diberikan
tanpa
sesuai
mencederai
sifatnya
preventif
terselenggaranya
Pemerintah,
guna
hubungan
menjaga
yang
Pemerintah
dan
menjamin
harmonis
Daerah,
antara
pengusaha,
musyawarah
mufakat
sebagai
1.5.
sektoral,
daerah,
jangka
waktu,
dan
juga
prioritas
Pemerintah
Daerah
melakukan
upaya
simplifikasi
dengan
nonperizinan
pelaksanaan
penanaman
perizinan
modal
dan
maupun
yang
Pemerintah
Daerah,
sesuai
kewenangannya,
Insentif
Penanaman
dan
Modal
pelaksanaannya,
di
tetap
ketentuan
teknis
pemberian
insentif
Pemberian
Daerah
Kemudahan
serta
memperhatikan
mengenaipedoman
dan
pemberian
dalam
ketentuanpelaksanaan
kemudahan
dalam
perlu
upaya
merumuskan
mendorong
strategi
dan
pemerataan
kebijakan
untuk
mendorong
persebaran
pulau
Jawa
melalui
pengembangan
sektor-sektor
kebijakan
pemberian
fasilitas
dan
insentif.
Jawa,
sesuai
mengusulkan
daerahagar
kewenangannya
sektor-sektor
dapat
dapat
unggulan/prioritas
dipertimbangkan
untuk
mengembangkan
potensi
sektor
juga
dapat
memberikan
insentif
insentif
dan/atau
kemudahan
di
Daerah
dalam
pelaksanaannya
serta
Pengembangan
pusat-pusat
pertumbuhan
pengembangan Koridor
Ekonomi Indonesia.
-
strategis,
Pemerintah
dapat
Pengembangan
sumber
energi
bersumber
dari
dapat
mendorong
pemerataan
penanaman
terbarukan,
melakukan
langkah-langkah
dengan
dukungan
baik
dari
aspek
baik
dengan
mengembangkan
skema
Kerjasama
KPS
yang
diintegrasikan
dengan
rencana
Pemerintah
Daerah
terus
berinovasi
untuk
dan
penciptaan
effect)
berganda(multiplier
dampak
kegiatan
ekonomi
di
daerah.
-
Pemerintah
Daerah
memetakan
rencana
pembangunan
Pemerintah
Daerah
dengan
melibatkan
seluruh
sektor
unggulan/prioritas
diintegrasikan
dengan
daerah
komitmen
yang
dukungan
jaminan
Pemerintah
lainnya
terkait
Dokumen
daerah
tersebut
perencanaan
menjadi
penanaman
acuan
modal
penyusunan
komoditi
dilakukan
untuk
mewujudkan:
I. swasembada beras berkelanjutan;
II. swasembada
dan
pengekspor
jagung
berdaya
saingkuat;
III. mengurangi
ketergantungan
impor
dan
swasembada kedelai;
IV. swasembada gula berkelanjutan;
V. mengembangkan
industri
turunan
kelapa
klaster
industri
dan
peningkatan
produktifitasnya; dan
VI. mengubah produk primer menjadi produk olahan
untuk ekspor.
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal
bidang pangan adalah sebagai berikut:
3.a.1 Pengembangan tanaman pangan berskala
besar (food estate) diarahkan pada daerahdaerah di luar Jawa yang lahannya masih
cukup
luas,
dengan
tetap
memperhatikan
ketersediaan
sarana
dan
Pemerintah
Daerah
unggulan/prioritas
daerah
menetapkan
sesuai
sektor
potensi
dan
tetap
daerahnya,
memperhatikan
dengan
ketahanan
mempertahankan
pangan
lahan-lahan
b. Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur merupakan faktor kunci
dalam rangka menstimulasi pertumbuhan ekonomi,
baik
dalam
jangka
pendek
melalui
penciptaan
modal.
dilakukan
dengan
penanaman
modal
memprioritaskan
Pengembanganinfrastruktur
menjaga
pada
sektor
pembangunannya
kesinambungan
tersebut
dalam
serta
rencana
Pengintegrasian
pembangunan
wilayah
dan
jangkauan
pelayanan infrastruktur.
3.b.4
Percepatan
pembangunan
3.b.5
Percepatan
infrastruktur
pemenuhan
melalui
kebutuhan
mekanisme
skema
Pengembangan
sektor
strategis
Daerah
unggulan/prioritas
daerah
menetapkan
sesuai
sektor
potensi
dan
tetap
memperhatikan
rencana
penyediaan
c. Energi
Energi
memegang
peranan
penting
dalam
kegiatan
produksi.
Disamping
itu,
dukungan
ketersediaan
energi
yang
harga,
memperolehnya.
maupun
Menyadari
kemudahan
urgensitas
untuk
perlunya
Optimalisasi
potensi
dan
sumber
Peningkatan
pangsa
sumberdaya
konservasi,
dan
pelestarian
transportasi,
listrik,
dan
industri
dengan
Pemberian
dan/atau
insentif
fasilitas,
kemudahan
penanaman
modal
serta
Pengembangan
pendukung
sektor
sektor
energi,
strategis
antara
lain:
Pemerintah
Daerah
unggulan/prioritas
daerah
menetapkan
sesuai
potensi
sektor
dan
tetap
dalam
memperhatikan
rangka
rencana
mendukung
penyediaan
pengembangan
program
pencegahan
kerusakan
keanekaragaman hayati.
4.2 Pengembangan
sektor-sektor
prioritas
dan
yang
mendorong
penanaman
upaya-upaya
pelestarian
pencemaran
lingkungan,
serta
yang
ramah
lingkungan
secara
lebih
dan
kemampuan
atau
daya
dukung
usaha
membuka
mendorong
kesempatan
upaya
untuk
munculnya
lebih
kegiatan
penanaman
modal
di
sektor
pionir
yang
energi
dan
lingkungan,
mengedepankan
5. Pemberdayaan Usaha
dan
Koperasi (UMKMK)
Sebagaimana tercantum dalam sasaran pembangunan
ekonomi bahwa kegiatan penanaman modal disamping
sebagai instrumen untuk menstimulasi pertumbuhan
ekonomi,
juga
Pemerintah
digunakan
dalam
sebagai
rangka
pendorong
meningkatkan
daya
upaya
saing
Usaha
Mikro,
Kecil,
Menengah
dan
Koperasi (UMKMK).
Arah
kebijakan
pemberdayaan
UMKMK
dilakukan
usaha
yang
berada
pada
skala
tertentu
untuk
menjadi
usaha
menengah,
dan
pada
akhirnya
pelaku
keterbukaan
usaha,
berdasarkan
dan
saling
kesetaraan,
menguntungkan
memiliki
skala
usaha
lebih
kecil
mampu
skala
dibangun
yang
lebih
berdasarkan
besar.
Aliansi
pertimbangan
tersebut
bisnis
dan
(lingkage)
antara
usaha
mikro,
kecil,
memutakhirkan
memverifikasi,
data
serta
seluruh
UMKM
menetapkan
didaerah,
UMKM
yang
memfasilitasiUMKM
pemasaran
dalam
produk-produk,
pengenalan
antara
lain
dan
dengan
expo),
perdagangan(trade
usaha(matchmaking)
dengan
penanam
temu
modal
merumuskan
berbagai
menjembatani
UMKM
kebijakan
terkait
akses
untuk
pembiayaan
memanfaatkan
instrumen
Corporate
Social
di
diarahkan
daerah
pada
masing-masing
peningkatan
untuk
lebih
kapasitas
dan
merupakan
suatu
keuntungan
ekonomi
yang
6.1
Pola
Umum
Pemberian
Fasilitas,
Kemudahan
dan/atau Insentif
Untuk membangun konsistensi dalam kebijakan
pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif
penanaman modal, diperlukan pola umum pemberian
fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman
modal.Pola umum pemberian fasilitas, kemudahan
dan/atau insentif penanaman modal dapat dilihat
pada Diagram 3.
Pemberian
insentif
fasilitas,
penanaman
kemudahan
modal
dan/atau
didasarkan
pada
komitmen
pertimbangan
internal
diantaranya:
internasional.
yang
Sedangkan
perlu
strategi/kebijakan
diperhatikan
pembangunan
tujuan
pemberian
fasilitas,
kemudahan
dan/atau
insentif
pengaruh/keterkaitan
penanaman
sector
yang
modal;
bersangkutan
tenaga
kerja;
sinkronisasi
dengan
Adapun
prinsip
prinsip
dasar
terpencil,
daerah
tertinggal,
daerah
dan
inovasi;
kegiatan
penanaman
modal
yang
yang
menggunakan
Selain
itu,
dalam
barang
modal
penetapan
dalam
pemberian
wilayah
maju.Untuk
pengklasifikasian
Produk
Domestik
Regional
Bruto
pajak
penghasilan
melalui
pembebasan
atau
pajak
penghasilan
melalui
pengurangan
untuk
jangka
waktu
tertentu
dan
persyaratan tertentu.
-
pembebasan
atau
penangguhan
Pajak
penanaman
modal.
Pemerintah
dan
penyediaan
data
dan
informasi
peluang
penanaman modal.
-
keringanan
Pajak
Bumi
dan
Bangunan,
pengurangan,
keringanan,
atau
pembebasan
atau
pembebasan
pengurangan,
keringanan,
retribusi daerah.
-
perbatasan,
atau
daerah
lain
yang
dianggap perlu.
-
melaksanakan
kegiatan
penelitian,
melakukan
pemberian
kegiatan
industri
penanaman
pionir
insentif
modal
menduduki
tertinggi
yang
peringkat
karena
sifat
untuk
perekonomian
nasional,
dan
dapat
mengusulkan
kepada
Kementerian
modal
diberikan
oleh
Menteri/Kepala
sesuai
kewenangannya
terhadap
Penanaman
Modal
melibatkan
kementerian/lembaga
(BKPM)
dengan
pemerintah
non
penambahan
bidang-bidang
usaha
dan/atau
yang
dapat
Kepala
BKPM
menyampaikan
hasil
evaluasi
dibahas
Gubernur,
dan
pembahasan
dengan
Menteri/Kepala
Bupati/Walikota
selanjutnya
LPNK,
terkait.
Hasil
ditindaklanjuti
oleh
Daerah
melakukan
langkah-langkah
daerah.
Hal
ini
dapat
dilakukan
modal
mengimplementasikan
yang
kebijakan
menarik
pro
dengan
penanaman
(2) Pengembangan
strategi
promosi
yang
lebih
fokus
kegiatan
target
promosi
penanaman
dalam
modal
yang
rangka
telah
ditetapkan.
(4) Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman
modal dengan seluruh kementerian/lembaga terkait di
pusat dan daerah.
(5) Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi
secara
proaktif
penanaman
modal
untuk
mentransformasi
menjadi
realisasi
minat
penanaman
modal.
PDPPM dan PDKPM lebih proaktif dalam menginisiasi
pelaksanaan fasilitasi penanam modal, terutama yang
melakukan
penanaman
modal
di
sektor
Tema Penanaman
Langkah-Langkah Kebijakan
Modal
Daerah
Pengembangan
penanaman modal yang
relatif mudah dan cepat
menghasilkan (Quick
wins and low hanging
fruits).
Implementasi Fase I
dimaksudkan untuk
mencapai prioritas
penanaman modal
jangka pendek, yaitu 1
(satu) tahun sampai
dengan 2 (dua) tahun
ke depan. Pada fase ini
kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, antara
lain: mendorong dan
memfasilitasi penanam
modal yang siap
menanamkan
modalnya, baik
penanaman modal yang
melakukan perluasan
usaha atau melakukan
penanaman modal
baru, penanaman
modal yang
menghasilkan bahan
baku/barang setengah
jadi bagi industry
lainnya, penanaman
modal yang mengisi
kekurangan kapasitas
produksi atau
memenuhi kebutuhan
di dalam negeri dan
subtitusi impor, serta
penanaman modal
penunjang
infrastruktur.
Fase II
Jangka
Menenga
h
Percepatan
Pembangunan
Infrastruktur dan
Energi.
Implementasi
dimaksudkan
mencapai
II
untuk
prioritas
penanaman
jangka
Fase
modal
menengah,
adalah
fisik,
diversifikasi,
efisiensi,
dan
konversi
berwawasan
energy
juga
dipersiapkan
modal
rangka
mendorong
pengembangan
industrialisasi
besar.
skala
Fase III
Jangka
Panjang
Pengembangan Industri
Skala Besar.
untuk
mencapai
dimensi
penanaman
modal
Hal
tersebut
mengingat
pelaksanaannya
bisa
baru
diwujudkan
menjadi
syarat
kemampuan
telah
dimiliki,
seperti
tersedianya
infrastruktur
yang
mencukupi,
terbangunnya
daya
sumber
manusia
handal,
yang
terwujudnya
sinkronisasi
kebijakan
penanaman
modal
pusat-daerah,
terdapatnya
dan
system
pemberian
fasilitas,
kemudahan, dan/atau
insentif
modal
penanaman
yang
berdaya
penanaman
skala
besar
melalui
pendekatan
klaster
industri,
diantaranya
yang
terintegrasi,
pengolahan hasil laut,
klaster
industry
agribisnis
dan
turunannya,
industry
pertahanan
ketrampilan (talent
worker).
Fase IV
Jangka
Panjang
Pengembangan
Ekonomi Berbasis
Pengetahuan
(Knowledge-based
Economy).
Implementasi Fase IV
dimaksudkan untuk
mencapai kepentingan
penanaman modal
jangka waktu lebih dari
15 tahun, pada saat
perekonomian
Indonesia sudah
tergolong ke
perekonomian maju.
Pada fase ini, focus
penanganan adalah
pengembangan
kemampuan ekonomi
ke arah pemanfaatan
teknologi tinggi
ataupun inovasi.
4.1 Mempersiapkan
kebijakan daerah dalam
rangka mendorong
kegiatan penanaman
modal yang inovatif,
mendorong
pengembangan
penelitian dan
pengembangan (research
and development),
menghasilkan produk
berteknologi tinggi, dan
efisiensi dalam
penggunaan energi.
4.2 Menjadi daerah
industry yang ramah
lingkungan.
4.3 Pemerintah Daerah
membangun kawasan
ekonomi berbasis
teknologi tinggi
(technopark).