Vous êtes sur la page 1sur 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VSD

(VENTRIKULAR SEPTAL DEFECT)


Dosen Pembimbing : Alik Septian Mubarrok, S.kep, Ns.

Oleh
Kelompok 2
1. Adinda Vici Pandulum

(151001002)

2. Faridatul Umroh

(151001014)

3. Hasri Provitasari

(151001019)

4. Irma Maulinda Damayanti

(151001021)

5. Makfiatul Abadyah

(151001023)

6. Nur Aini

(151001033)

7. Nuratri Harmiani

(151001034)

8. Puji Rahayu Ningsih

(151001036)

9. Vina Ismawati

(151001044)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
S1 KEPERAWATAN/1A
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN VSD
(VENTRIKULAR SEPTAL DEFECT)
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian VSD atau yang lebih
khususnya membahas tentang Definisi, Etiologi, Epidemologi, Manisfestasi klinis
Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, Pencegahan, Terapi serta Asuhan keperawatan VSD
tersebut. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jombang 02 April 2016
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................2
2

1.3 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1

Pengertian VSD.......................................................................................4

2.2

Manifestasi Klinik....................................................................................4

2.3

Klasifiksa VSD........................................................................................5

2.4

Etiologi VSD............................................................................................6

2.5

Patofisiologi.............................................................................................7

2.6

Komplikasi VSD......................................................................................8

2.7

Pemeriksaan Penunjang...........................................................................8

2.8

WOC........................................................................................................10

2.9

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1

Identitas Klien...........................................................................................18

3.2

Riwayat Keperawatan (Nursing History)..................................................18


3.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang..................................................................18
3.2.2 Riwayat Penyakit Terdahulu.................................................................19
3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga................................................................20
3.2.4 Riwayat Kesehatan Lingkungan...........................................................20

3.3

Pemeriksaan Fisik....................................................................................21

3.4

Pemriksaan Per Sistem.............................................................................21

3.5

Analisa Data.............................................................................................27

3.6

Diagnosa Keperawatan............................................................................28
3.6.1 Daftar Diagnosa Keperawatan..............................................................28
3.6.2 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan................................................28

3.7

Rencana Keperawatan..............................................................................30

3.8

Implementasi/Tindakan Keperawatan......................................................35

3.9

Catatan Perembangan...............................................................................39

3.10

Evaluasi Keperawatan..............................................................................41

BAB IV PENUTUP
4.1

Kesimpulan...............................................................................................43
3

4.2

Saran.........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

44

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan
pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah
jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan
menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari
susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain, jantung juga dapat
mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah penyakit jantung yang
dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit
jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang
kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi
dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan
adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang
(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan fusi septum
interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung congenital tersering
dengan prevalensi 20-25% dari seluruh prevalen si jantung kongenital. Septum
ventrikel terbagi menjadi 2 bagian, yaitu pars membranacea (bagian membran) dan
pars muscularis (bagian otot). Sedangkan septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu inlet, trabecular, dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane
sering kali meluas kebagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut VSD ini
dengan istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis tersering
(70%), selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.
Kejadian VSD di Amerika Serikat dan di dunia sebanding, kira-kira satu samapai
dua kasus perseribu bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa prevalensi VSD di
Amerika Serikat meningkat selama tiga puluh tahun terakhir. Sebuah peningkatan
ganda terjadi pada prevalensi VSD yang dilaporkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention dari tahun 1968-1980. The Baltimore-Washington Infant Study
(BWIS) juga melaporkan sebuah peningkatan ganda pada VSD dari tahun 19811989.Riset BWIS melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya
1

deteksi penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit


Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang terbanyak ditemukan (60%),
kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe muskuler (3%). VSD
sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital lainnya, seperti Sindrom Down.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella atau
infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik,
usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes. Pencegahan VSD dapat dilakukan
pada awal masa kehamilan terutama tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan
organ tubuh antara lain jantung, sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya
dan obat obat yang dijual bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol,
danmemperbanyak asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan
zat besi juga asam folat tinggi.Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan
dengan melakukan imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan
rubella selama hamil yang merupakan faktor resiko terjadinya VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa kehamilan yakni
memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan pemeriksaan USG kandungan.
Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka harapan untuk proses penyembuhan
akan semakin besar. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan
nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang
dapat menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi
kejadian VSD di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan
asuhan keperawatan secara tepat kepada pasien dengan VSD.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari VSD?
2. Bagaimana manifestasi klinik dari VSD?
3. Bagaimana klasifikasi VSD?
4. Apa saja tanda dan gejala VSD?
5. Bagaimana etiologi dari VSD?
6. Bagaimana patofisiologi VSD?
7. Apa saja komplikasi dari VSD?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari VSD?
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari VSD
2. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari VSD
3. Untuk mengetahui klasifikasi VSD
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala VSD
5. Untuk mengetahui etiologi dari VSD
6. Untuk mengetahui patofisiologi VSD
7. Untuk mengetahui komplikasi dari VSD
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari VSD

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian VSD
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya
pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD
adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang
pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi
akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan.
Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya.
2.2 Manifestasi Klinik
Defek kecil asimtomatik, defek s edang hingga besar menimbulkan keluhan
seperti kesulitan waktu minum atau makan karena cepat lelah atau sesak dan sering
mengalami batuk serta infeksi saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan
yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri
meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah terjadi
hipertensi pulmonal, terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang
menyebar sepanjang parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar
bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal jantung
kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan sindrom eisenmenger, penderita
tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan mungkin disertai tanda gagal jantung kanan
(Purwaningtyas, 2008; Rilantono, 2003)
a. VSD Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada
gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapatditemukan
bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan
pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum
maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang
sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium.
b. VSD Sedang

Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau
memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum,
kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang
lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang
mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak kurus dengan dispneu,
takipneu,serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang
besar, dada mungkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran
bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang
menjalar ke seluruh prekordium.
c. VSD Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III dapat
terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispneu.Gagal
jantung biasanya timbul setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas
bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan
oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata.
Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising pansistolik, dengan
atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan
sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral
mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase pengisian cepat.
2.3 Klasifikasi VSD
Berdasarkan lokasi lubang, VSD diklasifikasikan dalam 3 tipe:
1. Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum membranous dan
sekitarnya.
2. Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak didaerah septum
infundibuler.
3. Muskuler, bila lubang terletak didaerah septum muskuler inlet, outlet ataupun
trabekuler.
Besar dan arah shuny tergantung 2 hal, yaitu besar kecilnya defek dan tekanana
pulmonal

(Robbins,

2007).

Adanya

lubang

pada

septum

interventrikuler

memungkinkan terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, sehingga aliran
darah yang ke paru bertambah.
Tanda dan Gejala VSD

Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini
bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum S2.
a. Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya kadangkadang penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru
sehingga sering menderita batuk.
b. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan,
penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat.
Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis
c. gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat
banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak
akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam.
2.4 Etiologi VSD
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna.
Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.VSD lebih
sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung
bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan
seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus
yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa
ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
2. Gizi ibu hamil yang buruk , ibu yang alkaholik.
3. Usia ibu di atas 40 tahun.
4. Ibu yang menderita diabetes.
5. Ibu peminum obat penenang.
Faktor genetik ( endogen)
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah atau ibu PJB
3. Kelainan kromosom( sindrom down)
4. Lahir dengan kelainan bawaan lain.
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna.
6

Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan
VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus,
Tetralogi Fallot.
2.5 Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada
septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir
dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari
ventrikel kanan didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin
banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada
arteri pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya
tekanan kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika
muskularis arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila tahanan pada
arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen, tekanan pada ventrikel kanan juga jadi
tinggi dan permanen. VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan.
Diameter defek bervariasi dari 0,5 3,0 cm. Kira kira 20% dari defek ini pada anak
adalah defek sederhana, banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira kira 50 %
- 60% anak anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan
gejala pada masa kanak kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan dengandefek
jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan mengakibatkan aliran darah kaya
oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat di pompa ke dalam paru,yang akhirnya dipenuhi
darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskuler pulmonar.
3. Jika tahanan pulomonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat
menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel
kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( syndrome isenmenger)
Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat
dan resestensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi
pulmonal melalui defek septum. Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi
resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat
7

akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko
endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan sehingga
akan berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat
mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan
untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna
2.6 Komplikasi VSD
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan kardiomegali
dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat peningkatan PVM.
Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar
defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan iskemik
dan segmen PA akan membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Gagal jantung
8. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
9. Aritmia
10. Henti jantung
2.7 Pemeriksaan Penunjang VSD
1) EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya
defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-kadang di
jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau
peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat pula
ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri pulmonal.
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel kiri
dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan kanan disertai

deviasi aksis ke kanan (RAD).Defek septum ventrikel membranous inlet sring


menunjukkan deviasi aksis ke kiri. (LAD)
2) Gambaran Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal dengan
vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
b. Pada

VSD

sedang,menunjukkan

kardiomegali

sedang

dengan

konus

pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru


meningkat.
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma eisenmenger
tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru yang
meningkat di daerah hilus namun berkurang di perifer
3) Echocardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi
doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.
b. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua
dimensi defek kecil sulit dideteksi.
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi
dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium,
kontraktilitas ventrikel masih baik.
d. Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran ke
empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.

2.8 WOC VSD

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan :respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktifitas
terbatas)
b. Kaji adanya komplikasi
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat perkawinan
10

e. Pemeriksaan umum :keadaan umum, berat badan, tanda tanda vital, jantung
dan paru
f. Kaji aktivitas anak
g. Kajiadanyatanda-tandagagaljantung :nafascepat, sesaknafas, retraksi, bunyi
jantung tambahan (mur-mur), edematungkai, hepatomegali.
h. Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
i. Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4) Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap penyakitnya
5) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
6) Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi.
b. Post op
1) Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post op
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. Rencana Keperawatan
a. Pre op
N

Diagnosa

Tujuan

dan Intervensi

Rasional

O
1

keperawatan kriteria hasil keperawatan


Penurunan
Setelah
1. Observasi kualitas 1.

memberikan

curah jantung diberikan

dan kekuatan denyut

data untuk

yang

asuhan

jantung , nadi

evaluasi

berhubungan

keperawatan

perifer, warna dan

intervensi dan

dengan

diharapkan

kehangatan kulit

memungkinkan

malformasi

penurunan

Tegakkan

derajat deteksi dini


11

jantung

curah jantung cyanosis

(misal

tidak

membran komplikasi.

terjadi warna

dengan kriteria mukosa


hasil

: terhadap adanya

derajat
2.

finger)

mengetahui
perkembangan

Berikan obat obat kondisi


digitalis sesuai order

klien

serta

4. Berikan obat obat menentukan


diuretik sesuai order intervensi yang
tepat.
3.

obat obat
digitalis
memperkuat
kontraktilitas
otot

jantung

sehingga cardiak
outpun
meningkat

sekurang

kurangnya klien
bisa beradaptasi
dengan
keadaannya.
4.

mengurangi
timbunan cairan
berlebih

dalam

tubuh sehingga
kerja

jantung

akan

lebih

ringan.
2

Perubahan

Setelah

nutrisi

diberikan

kurang

dari asuhan

kebutuhan

keperawatan

1.

Hindarkan
kegiatan
perawatan

1.

menghin
dari

yang

kelelahan
12

tubuh

diharapkan

berhubungan

kebutuhan

dengan

nutrisi

kelelahan

terpenuhi

pada klien

klien
2.

pada

saat dengan kriteria

makan

dan hasil :

meningkatny

tidak perlu pada

2.

Libatkan
keluarga

makanan

diharapkan

dalam

lebih

pelaksanaan

termotivasi

aktifitas klien

untuk

a kebutuhan habis 1 porsi.


kalori.

klien

terus

melakukan

Mencapai BB 3.
normal

Hindarkan
kelelahan

Nafsu makan
meningkat.

latihan

yang

aktifitas

sangat

saat

makan

dengan 3.

jika

porsi kecil tapi

kelelahan

sering

dapat
diminimalka

4.

Pertahankan
nutrisi

dengan

maka

masukan

mencegah

akan

kekurangan

lebih

mudah

kalium

dan

diterima dan

natrium,

nutrisi dapat

memberikan

zat

terpenuhi

besi.
4.
5.

Sediakan diet
yang

tan

seimbang,

kebutuhan

tinggi zat nutrisi


untuk

metabolisme

mencapai

harus

pertumbuhan

dipertahan

yang adekuat.
6.

dengan
nutrisi yang

Jangan batasi

cukup baik.

minum bila anak


sering

minta

peningka

5.

Mengim
13

minum

karena

bangi

kehausan

kebutuhan
metabolisme
yang
meningkat.
6.

anak
yang
mendapat
terapi
diuretik akan
kehilangan
cairan cukup
banyak
sehingga
secara
fisiologis
akan merasa
sangat haus.

Intoleransi

Setelah

aktivitas

diberikan

berhubungan

asuhan

dengan

keperawatan

ketidak

diharapkan

seimbangan

pasien

antara

melakukan

pemakaian

aktivitas secara

1.

klien

suplai
oksigen
sel.

hasil :
ke

pasien
mampu

untuk

melatih
klien

agar

dapat

permainan

dan

aktivitas

yang

ringan.

beradaptasi
dan
mentoleransi
terhadap

2.

Bantu
untuk

dan dengan kriteria

1.

melakukan

dapat

oksigen oleh mandiri


tubuh

Anjurkan

aktifitas

klien

aktifitasnya.

memilih
sesuai 2.

melatih

usia, kondisi dan

klien

kemampuan.

dapat

agar

toleranan
14

melakukan
3.

aktivitas

Berikan
periode

mandiri.

terhadap

istirahat

aktifitas.

setelah
3.

melakukan

mencega
h

aktifitas

kelelahan

berkepanjang
an
4

Cemas

Setelah

berhubungan

diberikan

dengan

asuhan

ketidaktahua

keperawatan

1.

klien

terhadap diharapkan

penyakit.

Orientasikan

1.

dengan

Menyesu
aikan

lingkungan

klien

dengan
lingkungan

2.

cemas

Ajak
keluarga

berkurang

sekitar.
untuk

mengurangi

dengan kriteria
hasil :
Pasien tidak

2.

Peran

cemas klien jika

keluarga

kondisi

dalam

sudah

stabil

mengatasi

bertanya-

cemas pasien

tanya.

3.
Cemas

Jelaskan

sangat

keadaan

yang

berkurang.

fisiologis

pada

Pasien

klien post op

tidak

penting.
3.

Untuk

tampak

mempersiapk

bingung.

an klien lebih
awal

dalam

mengenal
situasinya.
5

Gangguan

Setelah

pertumbuhan

diberikan

dan

asuhan

perkembanga

keperawatan

diharapkan

1.

Monitor

1.

mengeta

tinggi dan berat

hui

badan setiap hari

perubahan

dengan
15

berhubungan

pertumbuhan
timbangan

dengan tidak dan


adekuatnya

perkembangan

suplai

tidak

oksigen

berat badan

sama dan waktu


yang sama dan

2.

mempercepat

n dalam bentuk

zat nutrisi ke dengan kriteria

pertumbuhan

grafik.

hasil :

tidur
dapat

didokumentasika

dan terganggu

jaringan.

yang

dan

BB dan TB

2.

mencapai ideal

Ijinkan anak
untuk

perkembanga

sering

beristirahat

n anak.

dan

hindarkan
gangguan

pasa

saat tidur.
6

Resiko

Setelah

gangguan

diberikan

pertukaran

asuhan

gas

keperawatan

berhubungan

diharapkan

1.

Berikan

1.

respirasi support (

meminimalk

24 jam post op )

an

resiko

kekurangan
2.

dengan tidak gangguan

Analisa

gas

oksigen.

darah

adekuatnya

pertukaran gas

ventilasi

tidak

terjadi 3.

2.
Batasi cairan

Untuk
mengetahui

dengan kriteria

adanya

hasil :

hipoksemia

Pertukaran
gas

Untuk

dan

tidak

hiperkapnia.

terganggu.
Pasien tidak
sesak.

3.

Untuk
meringankan
kerja
jantung.

b. Post op
16

NO Diagnosa
1

Tujuan

keperawatan
Gangguan

dan Intervensi

kriteria hasil
Setelah diberikan

rasa nyaman asuhan


nyeri

keperawatan

berhubungan

diharapkan nyeri

dengan

keperawatan
1. Untuk
1.

2.

kriteria hasil :
nyeri dengan

Periksa

mempermudah

sternotomi

luka berkurang dengan

post op

Rasional

2. Untuk menilai
Catat lokasi dan
status nyeri.
lamanya nyeri
3. Untuk
Bedakan nyeri menentukan

3.

skala 0-3 pasien

status nyeri.

insisi dan angina

tidak tampak
meringis.

intervensi yang
tepat.

4.

Kolaborasi
dengan

4.
dokter

dengan
memberikan obat

Untuk
mengatasi nyeri
yang tidak
tertangani.

obat analgetik
2

Resiko

Setelah diberikan

Dorong teknik mencuci Mencegah

infeksi

asuhan

tangan dengan baik

infeksi

berhubungan

keperawatan

Kaji kondisi luka

nosokomial saat

dengan

diharapkan

pasien

perawatan.

tindakan

infeksi tidak

Berikan antibiotik

Mengetahui

pembedahan

terjadi dengan

sesuai dengan indikasi

apakah

kriteria hasil :

terjadinya

Tanda-tanda

tanda-tanda

infeksi berkurang

infeksi
Pemberian
antibiotik dapat
mecegah
terjadinya
infeksi.

Evaluasi
17

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pre Operasi
Curang jantung berada dalam kodisi normal
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intoleransi aktivitas bisa diatasi
Ansietas bisa diatasi dan pasien bisa releks kembali
Pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu
Tidak terjadi ketidak efektifan pertukaran gas
Post Operasi

a.
b.

Tidak ada nyeri


Tidak terjadi resiko infeksi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 IDENTITAS KLIEN


Nama

: Amin

No. Reg

: 123456

Umur

: 1 Tahun
2016(08.00 WIB)

Tgl. MRS : 13 juni

18

Jenis Kelamin : L

Diagnosis medis : VSD

Suku/Bangsa : Indonesia

Tgl Pengkajian : 13 juni 2016


(Jam 09.00)

Agama

: Hindu

Pekerjaan

:-

Pendidikan

:-

Alamat

: Jl. Raya Sesetan Jl. Raya Sesetan


Gg. Merak 60 Dps Gg. Merak 60 Dps

3.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


Keluhan utama : Sesak napas
3.2.1

Riwayat Penyakit Sekarang


Orang tua pasien mengatakan anaknya dari dulu memang sering
mengalami sesak napas dan pernah diperiksakan ke Puskesmas kemudian
diberikan beberapa obat (orang tua pasien lupa nama obatnya). Apabila
sesaknya kambuh, obat itu diberikan lagi dan sesaknya hilang. Tapi sewaktu
kambuh tanggal 13 Juni 2008 lalu, setelah diberikan obat tersebut sesak nafas
anaknya tidak mau hilang. Akhirnya orang tua memutuskan untuk membawa
anaknya ke RS Wangaya. Setelah dilakukan pemeriksaan di Poli Anak,
kemudian pasien dibawa ke Ruang Kaswari untuk mendapatkan perawatan. Di
Ruang Kaswari pasien mendapatkan terapi IVFD RL sebanyak 20 ettes/menit
dan mendapatkan O2. Selama di RS pasien mendapatkan beberapa pemeriksaan
untuk mendapatkan diagnosa pasti di antaranya foto thorak dan ekokardiografi
didapatkan diagnosa bahwa pasien mengalami penyakit jantung kongenital
yaitu ventrikel defek.
Terapi tanggal 15 Juni 2008
-

Pasien diinstruksikan tirah baring

Lanoxin 1 ml

O2
19

Upaya yang telah dilakukan :


Merujuk ke RS Wangaya dilakukan pemeriksaan di Poli Anak,
kemudian pasien dibawa ke Ruang Kaswari untuk mendapatkan perawatan.
Di Ruang Kaswari pasien mendapatkan terapi IVFD RL sebanyak 20
ettes/menit dan mendapatkan O2. Selama di RS pasien mendapatkan
beberapa pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosa pasti di antaranya foto
thorak dan ekokardiografi
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Terapi tanggal 15 Juni 2008

3.2.2

Pasien diinstruksikan tirah baring

Lanoxin 1 ml

Riwayat Kesehatan Terdahulu


Penyakit berat yang pernah diderita

: Orang tua pasien mengatakan anaknya


dari dulu memang sering mengalami
sesak napas

Obat-obat yang biasa dikonsumsi

: obat dengan resep

Kebiasaan berobat

: pasien pernah sekali dibawa ke

puskesmas. setelah itu tidak pernah lagi diperiksakan ke puskesmas sampai


akhirnya dibawa ke RS Wangaya.
Alergi

3.2.3

: Pasien alergi terhadap debu

Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang menderita
penyakit jantung bawaan ataupun penyakit lainnya.

Genogram

20

Keterangan :

3.2.4

:laki-laki

:meninggal

:perempuan

:sakit

Riwayat Kesehatan Lingkungan


Orangtua mengatakan bahwa lingkungan sekitar rumahnya cukup bersih.
Ibu pasien rajin membersihkan tempat tidur si anak dan alat makan serta selalu
memberikan pakaian yang bersih.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S

:36,5C (axial)

:150x/menit (takikardi)

TD rendah

: 80/60mmHg (berbaring)

RR

: 40x/menit

TB

: 40 cmcm BB :7 Kg LK:42 cm, LD: 40 cm


21

3.4 PEMERIKSAAN PER SISTEM


A. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Pasien sesak nafas ,tampak lemah dan tidak ada batuk.
1) Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung (+), Secret / ingus (-),
Palpasi: nyeri tekan (-)
2) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, perdarahan gusi (-), sianosis
(+), pembengkakan tonsil (-)
3) Leher
Palpasi : bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
4) Area dada:
Inspeksi: Bentuk asimetris, pola nafas tidak teratur
Palpasi: nyeri tekan (+),bengkak (+)
Auskultasi :ronchi (+)
B. Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa: nyeri dada , terkadang sesak saat istirahat, tubuh lemah, berat badan
menurun
1) Wajah
Inspeksi :terdapat sianosis, pucat , konjungtiva pucat
2) Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : Arteri carotis communis normal
3) Dada
Inspeksi
: bentuk dada simetris, odema tidak ada.
Perkusi
: batas jantung normal
Auskultasi
: bunyi jantung S1 dan S2 ireguler, adanya bising pensistolik,
di bagian kiri bawah skrotum
4) Ekstrimitas Atas
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)
5) Ekstrimitas Bawah
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)
C. Persyarafan
Anamnesis : tidak mengalami nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah,
hilang keseimbangan, mual dan muntah.
Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
22

1. Nervus I olfaktorius ( pembau)


Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat
(seperti minyak kayu putih,parfum dan kopi)
2. Nervus II opticus ( penglihatan)
Dapat melihat dengan jarak 20-30 cm
3. Nervus III oculomotorius
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata
jatuh,bola mata menonjol datn celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva
matanya anemis.
4. Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi
sinaran oleh cahaya.
5. Nervus VI abdusen
Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya
adalah normal antar mata kanan dan kiri.
6. Nervus VII facialis
Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.
7. Nervus X vagus: Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan
tidak ada gangguan pada pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
8. Nervus XI aksesorius Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala
dapat menggeleng, menoleh kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu :
-

Eye/membuka mata (E) :


4 = dapat membuka mata spontan

Motorik (M) :
4= bereaksi fleksi siku pada rangsangan nyeri/menghindar
-Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
23

Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat
BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 15001600cc
1) Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
2) Ginjal
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa
Ibu mengatakan bahwa sebelum sakit anaknya biasa makan 3x sehari tapi
porsinya sedikit, hanya beberapa sendok makan, dengan menu nasi lembek dan
sedikit lauk. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya tidak mau makan sama
sekali.
Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anaknya biasan minum ASI + air putih
4-5 gelas sehari (+ 800-1000 cc). Saat pengkajian anaknya hanya minum air putih
4-5 gelas per hari dengan menggunakan sendok (+ 800 1000 cc).
Sebelum sakit dan saat sakit biasa BAB 1 kali sehari dengan konsistensi feces
lembek, warna kuning dan bau khas feces. Dan pada saat pengkajian ibu
mengatakan anaknya sudah BAB 1 kali dengan konsistensi feces lembek, warna
kuning dan bau khas feces.
Sebelum sakit biasa BAK 6-7 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas
urine. Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya dari pagi sudah kencing 2 kali
dengan volume + 100 cc tiap kali kencing dengan warna pekat seperti teh.
1) Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (-)
karies (-), terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar
parotis (-)
Palpasi :nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
2) Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan
tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
3) Faring - Esofagus :
24

Inspeksi

: warna palatum merah muda

Palpasi :pembesaran kelenjar(-)


4) Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena
porta hepatika
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani
Kuadran I : Hepar hepatomegali (-), nyeri tekan (-)
Kuadran II : Gaster nyeri tekan abdomen (-), distensi abdomen(-)
Lien splenomegali (-)
Kuadran III : Massa (skibala, tumor) (-), nyeri tekan (-)
Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-)
F. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese

:Bentuk tulang belakang normal, terjadi kelemahan ekstremitas

1) Warna kulit
Kulit tidak bersisik, Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-),
2) Kekuatan otot :
4

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
25

Anamnesa : pasien lemah, berat badan menurun saat sakit, pasien tidak mau makan.
1) Kepala
Inspeksi

: benjolan (-)

2) Leher
Inspeksi

: pembesaran kelenjar thyroid (-)

Palpasi

: pembesaran kelenjar (-)

3) Genetalia
Inspeksi

: Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada),

bersih, pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).


Palpasi

:tidak ada benjolan

4) Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting

H. Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunangkunang(-), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing
dalam mata(-), penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
1) Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata
(menyebar), produksi air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada
pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong
lakrimal(normal).
2) Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila
palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
26

I. Pemeriksaan penunjang
1. Foto Ronsen Dada.
2. Elektrokardiografi.
3. Eko kardiogram.
4. Radiologi

3.5 ANALISA DATA


Nama Pasien :Amin

TG

DATA

No RM

: 54321

Dx. Medis

: Ventrikular Septal Defect

ETIOLOGI

MASALAH

L
13-

DS

6-

jantung berdebar-debar
curah jantung
Lubang antara atrium
DO:
Takikardi
kiri dan kanan
Hipotensi
Pucat
Defek Struktur Jantung
Lemah
Bunyi
jantung

2016

klien

mengeluh Factor genetic/prenatal

Resiko

penurunan

melemah

13-

DS =

Klien mengeluh Darah di pompa dr Intoleransi aktifitas


27

6-

cepat lelah saat aktifitas, paru

2016

sesak nafas
DO = Klien lemas dan
pucat

Menumpuk

di

bilik

jantung kiri

RR : 26x/menit
Gangguan Pola Napas
13-

DS = klien mengeluh panas Status fisik yang lemah

6-

(suhu

2016

tinggi)

badannya

Resiko

infeksi

yang

tinggi

DO = Peningkatan suhu
tubuh
TD 100/60 mmHg
N 70x/menit
S 38,7 C
3.6 DIAGN OSAKEPERAWATAN
3.6.1 Daftar Diagnosa Keperawatan
NO
TANGGAL DIAGNOS

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A
13-6-2016

00240

Penurunan curah jantung

00092

Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem


tansport oksigen

00002

Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan tubuh
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

28

00004

status fisik yang lemah

3.6.2 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan


NO

PRIORITAS

TANGGAL DIAGNOS

13-6-2016

DIAGNOSA KEPERAWATAN

00092

Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem

00240
00002
00004

transport oksigen
Penurunan curah jantung
Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan tubuh
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
status fisik yang lemah

29

3.7 RENCANA KEPERAWATAN

TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
13-6-2016

Resiko

: Amin

No RM

: 54321

Dx. Medis

: Ventrikular Septal Defect

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN

KRITERIA

INTERVENSI

RASIONAL

HASIL

penurunan Setelah

curah jantung

Nama Pasien

-Anak

1. observasi TTV sebelum 1.

diberikan asuhan menentukan dan dan sesudah aktivitas


2. anjurkan klien istirahat
keperawatan
melakukan
bila terjadi kelelahan dan
selama 2x 24 aktifitas
yang
kelemahan,anjurkan pasien
jam diharapkan sesuai
dengan
melakukan
aktivitas
klien
kemampuan
-anak
semampunya
mempertahanka
3. jelaskan pada klien tentang
mendapatkan
n tingkat energy
cara penanganan penyakit
waktu
yang
adekuat
secara sederhana
istirahat/tidur
tanpa
stress
4. kolaborasi dengan tenaga
yang tepat
tambahan
kesehatan lainnya untuk
memberi obat

memonitoring

perubahan

sirkulasi

adanya
jantung

sedini dan adanya takikardi


disritmia sebagai kompensasi
meningkatkan meningkat curah
jantung
2. pucat menunjukkan adanya
penurunan perfusi perifer tidak
adekuatnya

curah

jantung.

Sianosis terjadi sebagai akibat


adanya obtruksi aliran darah
pada ventrikel
30

3.

meningkatkan

sediaan

oksiden untuk fungsi miokard


dan mencegah hipoksia.
5. stress emosi menghasilkan
vasokontriksi

yang

meningkatkan

TD

dan

meningkatkan curah jantung


13-6-2016

Intoleransi aktifitas Klien


berhubungan
dengan
sistem
oksigen

mempertahanka

Berikan periode istirahat yang

transport oksigen

sering dan periode istirahat

menentukan

gangguan n tingkat energy


transport yang

Anak

- observasi tingkat sistem

& melakukan - Berikan periode dan


aktivitas yg istirahat dan tidur yang cukup

adekuat

tana stress

sesuai

dgn - Hindari suhu lingkungan


kemampuan. yang ekstrim

Anak

- kolaborasi dengan tenaga

mendapatkan

kesehatan

lainnya

waktu

memberi obat

tanpa gangguan
Berikan aktifitas yang tenang
Bantu anak memilih aktifitas
yang

sesuai

dengan

usia,

kondisi, dan kemampuan

untuk Hindari suhu dari lingkuangan


yang

ekstrem

istirahat/tidur

hipertermia

yg tepat.

kebutuhan oksigen

karena

miningkatkan

31

13-6-2016

Ketidak

Kebutuhan

seimbangan

nutrisi

nutrisi : kurang dari dengan


kebutuhan tubuh.

Keadaan
sesuai

Kaji

riwayat

umum

termasuk

membaik

disukai

kebutuhan tubuh Mengalami


penurunan

makan

yang

memudahkan intervensi
- Mengawasi masukkan kalori

- Observasi

dan

masukkan

BB

nutrisi, - Mengidentifikasi defisiensi,

catat

atau

makanan

pasien

- Mengawasi penurunan berat

hari.

badan

atau

efektivitas

intervensi nutrisi
makan

sedikit - Menurunkan

kelemahan,

dengan frekuensi sering

meningkatkan pemasukkan

dan atau makan diantara

dan

waktu makan

gaster

- Observasi

tanda

vital, -

perhatikan

demam,

menggigil,

berkeringat,

perubahan mental
-

kekurangan

konsumsi makanan

- Timbang berat badan setiap

- Berikan

kualitas

Kolaborasi berikan obat

mencegah

Meningkatkan
makan

dan

oral.
pertumbuhan

distensi

nafsu
pemasukkan

Menurunkan
bakteri,

meminimalkan
kemungkinan

infeksi.
32

sesuai indikasi

Teknik

perawatan

mulut

khusus mungkin diperlukan


bila

jaringan

rapuh/luka/perdarahan

dan

nyeri berat.
13-6-2016

Risiko cukup tinggi Klien


infeksi

menunjukkan

berhubungan
status
lemah.

tidak -

fisik

dgn gejala-gejala
yg infeksi
Kriteria hasil :
Anak bebas dari
infeksi.

Hindari

1. Observasi

tanda

vital, 1.

kontak

perhatikan

dengan

menggigil,

berkeringat,

individu yang

perubahan

mental

terinfeksi
Beri istirahat

auskultasi bunyi usus

yang adekuat

perubahan

demam, kondisi klien


2. mencegah terjadinya resiko
3. agar tidak terjadi infeksi
klien secara serius

2. Bantu
meminimalkan

resiko

infeksi dorong pemasukan


cairan 2500 3000 ml/
hari

mengetahui

dalam

toleransi

tentang

terjadinya

kepada

infeksi

dan

menahan

enzim

komplikasi
5.

jantung.
3. Jelaskan

4. mengetahui bahaya jika

serat

klien pencernaan dan mengabsorsi

penanganan air dalam aliranya sepanjang

pencegahan infeksi secara traktus intestinal dan denga


sederhana

demikian menghasilkan bulk

4. Kolaborasi dengan tenaga yang

bekerja

sebagai
33

kesehatan

lain

untuk perangsang untuk defikasi

pencegahan infeksi

34

32

3.8 IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

N
O
1.

Dx.KEP

:Amin

No RM

: 54321

Dx. Medis

: Ventrikular Septal Defect

TGL/JA

IMPLEMENTA

EVALUASI/

SI

RESPON KLIEN

Resiko penurunan 13-06curah jantung

Nama Pasien

2016
09.00

1.

TTD

meobservasi DS : klien mengeluh

/ observasi

TTV jantung

berdebar-

sebelum

dan debar
DO :
sesudah aktivitas

R/klien berusaha

melakukan

aktifitas
yang
sesuai

Takikardi
Hipotensi
Pucat
Lemah

dengan

kemampuan.
T:100/60 mmHG
S: 36,5 c
N : 82/mnt
Rr: 25x/mnt
2. mendapatkan
waktu
istirahat/tidur
yang tepat.
R/ klien susah
tidur
3.
dengan

kolaborasi
tenaga

kesehatan lainnya
untuk

memberi

obat
2

Intoleransi

13-06-

aktifitas

2016

berhubungan

- observasi tingkat DS
/ sistem

Klien

transport mengeluh

cepat

lelah saat aktifitas,


35

dengan gangguan 09.00


sistem

oksigen

transport

sesak nafas

R/Klien

oksigen

lemas DO = Klien lemas

dan pucat

dan pucat

- Berikan periode RR : 25x/menit


dan istirahat dan
tidur yang cukup
-

Hindari

suhu

lingkungan yang
ekstrim
-

kolaborasi

dengan

tenaga

kesehatan lainnya
untuk

memberi

obat
3.

Ketidakseimbang

13-06-

an nutrisi kurang 2016


dari

kebutuhan 09.00

tubuh.

Kaji

riwayat

DS

Klien

nutrisi,

mengatakan

termasuk

merasa berat

makan

yang

badannya

disukai
-

menurun.

Observasi DO
dan

BB

turun

catat sebelum sakit = 23

masukkan

kg Saat sakit = 20

makanan

kg.

pasien
-

Timbang
berat

Mual muntah 3-4


kali

badan

setiap hari.
-

Berikan
makan sedikit
36

dengan
frekuensi
sering dan atau
makan
diantara waktu
makan
-

Observasi
tanda

vital,

perhatikan
demam,
menggigil,
berkeringat,
perubahan
mental
-

Kolaborasi;
berikan

obat

sesuai indikasi
4.

Risiko

cukup 13-06-

tinggi

infeksi 2016

1. Observasi
/

tanda

DS = klien mengeluh
vital,

panas

(suhu

berhubungan dgn 09.00

perhatikan

badannya

status

demam,

tinggi)

lemah.

fisik

yg

menggigil,
berkeringat,
perubahan

suhu tubuh
TD 100/60 mmHg

mental
auskultasi
bunyi usus
2. Bantu

DO = Peningkatan

N 70x/menit

klien S 38,7 C

meminimalkan
resiko infeksi
dorong
pemasukan
37

cairan 2500
3000 ml/ hari
dalam
toleransi
jantung.
3. Jelaskan
kepada

klien

tentang
penanganan
pencegahan
infeksi secara
sederhana
Kolaborasi
dengan

tenaga

kesehatan

lain

untuk
pencegahan
infeksi

3.9 CATATAN PERKEMBANGAN


Nama Pasien : Amin
38

NO
1.

TGL/JA
M
13-6-2016
(09.00)

No RM

: 54321

Dx. Medis

: Ventrikular Septal Defect

PERKEMBANGAN
Dx.KEP
(S O A P I E R)
Resiko penurunan S : klien mengeluh jantung berdebar-debar
O : Takikardi
curah jantung
Hipotensi
Pucat
Lemah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi diagnosa keperawatan pertama
dilanjutkan : mengkaji adanya curah jantung

S :Klien mengeluh cepat lelah saat aktifitas,


sesak nafas
RR : 26x/menit
2.

Intoleransi aktifitas

Klien mengatakan badannya terasa lemah


O : Klien lemas dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi diagnosa kedua dilanjutkan :
mengkaji 1, 2

S : Klien mengatakan sudah mau makan


O : Klien menghabiskan porsi makanan yang
disajikan
A : Masalah teratasi

39

3.

Ketidak

P :Intervensi diagnosa kedua dilanjutkan :

seimbangan

mengkaji 1, 2,3

nutrisi : kurang dari


kebutuhan tubuh.
S : Klien mengatakan merasa berat
badannya menurun.
O : Klien hannya duduk dan tak mau istirahat
Ttv
T : 110/85 mmHg
N : 80x/mnt s : 36 c
Rr : 23x/mnt
Resiko

4.

infeksi A : Masalah teratasi

yang tinggi
P

Lanjutkan

intervensi

diagnosa

keperawatan dihentikan

3.10 EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien :Amin
No RM

: 54321

Dx. Medis

: Ventrikular Septal Defect


40

NO
1.

TGL/JA
M

PERKEMBANGAN
Dx.KEP
(S O A P I E R)

13-06-

Resiko

penurunan S : klien mengatakan sudah tidak pusing ,

2016

curah jantung

badan tidak lemas.


O:
-ttv
-t : 1/80 mmHg n: 80x/mnt
S : 36 c rr : 20x/mnt

(09.00)

A : Masalah teratasi
P : Intervensi diagnose keperawatan kedua
dihentikan

S :Klien mengeluh cepat lelah saat aktifitas,


sesak nafas
RR : 26x/menit
2.

Intoleransi aktifitas

Klien mengatakan badannya terasa lemah


O : Klien lemas dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi diagnosa kedua dilanjutkan :
mengkaji 1, 2

S : Klien mengatakan sudah mau makan


O : Klien menghabiskan porsi makanan
yang disajikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diagnose keperawatan kedua
3.

Ketidak

dihentikan

seimbangan nutrisi :
kurang

dari
41

kebutuhan tubuh.
S : klien mengatakan perutnya tidak nyeri
(perut), dapat BAB dengan lancar
A : Masalah belum teratasi
P

Lanjutkan

intervensi

diagnosa

keperawatan dihentikan
Resiko infeksi yang
tinggi
4.

Tidak

ada

konstipasi

ataupun

splenomegali
A : Masalah teratasi
P : Intervensi diagnose keperawatan kedua
dihentikan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ventrikel septum defek ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, yang biasanya dari kiri ke
kanan.
42

Pada anak dengan ventrikel septum defek sederhana gambaran klinisnya dapat
meliputi adanya murmur, intoleransi latihan ringan, keletihan, dispnue selama
beraktivitas dan infeksi saluran nafas yang berulang ulang dan berat.
Keseriusan gangguan ini tergantung dari pada ukuran dan derajat hipertensi
pulmonar, jika anak asimptomatik masih tidak diperlukan pengobatan tetapi jika
timbul

gagal

jantung

kronik

diperlukan

untuk

penutupan

defek

atau

pembedahan.Resiko bedah kira kira 3 % idealnya pada anak umur 3 sampai 5 tahun.
4.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari ventrikel septum defek
sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga
dengan anak yang menderita VSD.

DAFTAR PUSTAKA

http://learntogether-aries.blogspot.co.id/2011/09/askep-ventricular-septal-defect.html?m=1
Junadidkk, KapitaSElektakedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982

43

http://www.layurveda.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=21%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20&l
ang=en
http://widyasaras008.blogspot.co.id/2014/12/kardiovaskuler-vsd.html

44

Vous aimerez peut-être aussi