Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sectio Caesarea | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Section secarea atau ahulu disebut bedah-C Adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus . pembedahan professional yang
pertama dilakukan di amerika serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio
caesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Dilondon dan Edinburgh pada tahun 1877 ,
dari 35 pembedahan Caesar terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah
dilaksanakan 71 kali pembedahan sesar di Amerika serikat. Angka mortalitasnya 52
persen yang terutama disebabkan oleh infeksi dan perdarahan.
Pada tahun 2004, terjadi 1,2 juta kelahiran, atau 29,1% dari semua kelahiran hidup
diamerika serikat yang dilakukan melalui pelahiran sesarea data preliminer untuk tahuntahun selanjutnya juga memperlihatkan peningkatan lebih lanjut pada angka pelahiran
sesarea.
Indikasi caesarea bisa indikasi absolut atau relative. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indkasi absolut untuk
section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kealhiran lewat vagina
bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat section
caesarea aka lebih aman bagi ibu, anak maupun keduanya
Pada tahun 2004, terjadi 1,2 juta kelahiran, atau 29,1% dari semua kelahiran hidup
diamerika serikat yang dilakukan melalui pelahiran sesarea data preliminer untuk tahuntahun selanjutnya juga memperlihatkan peningkatan lebih lanjut pada angka pelahiran
sesarea.
Proses persalinan normal dapat dilangkahi, bila perlu, dengan bedah Caesar . ini adalah
operasi perut untuk melahirkan bayi lewat sayatan. Baik sebagai tindakan gawat darurat,
ketika nyawa bayi, ibu, atau keduanya dalam bahaya , atau sebagai prosedur yang
direncanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud dengan sectio sesarea ?
2. Bagaimana klasifikasi pada sectio sesarea?
Sectio Caesarea | 2
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
Klasifikasi
Factor Resiko
Indikasi
Kontraindikasi
Kelahiran Pervagina Setelah Secsio Sesarea
Pertimbangan Umum Pemilihan Ibu
Tehnik Pembedahan SC
Prosedur
Fase Pembedahan
Farmakologi Tindakan SC
Pertimbangan Management Keperawatan
Komplikasi
Perawatan Pasca SC
Sectio Caesarea | 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A Definisi
Kelahiran sesarea adalah tindakan insisi secara bedah pada abdomen ibu. Tujuan
prosedur ini adalah untuk mempertahankaan kesehatan dan kesejahteraan ibu atau janin,
angka kelahiran sesarea telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan merupakan
salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan. (Kennedy, 2013)
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi
melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
(laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y,
2007, hal. 1-2).
F. Klasifikasi
Menurut Kennedy,2013.
1. SC Elektif
Untuk mengurangi resiko gawat nafas pada bayi baru lahir, SC elektif tidak boleh
dilakukan sebelum usia kehamilan 39 minggu. Pada kasus tertentu, dapat dimaklumi
jika jadwal pembedahan dilakukan lebih awal dari usia kehamilan 39 minggu.
Misalnya, akan lebih aman jika ibu yang mengalami plasenta previa atau pernah
mengalami 3 SC sebelumnya memiliki rencana SC pada usia kehamilan 38 minggu
dibandingkan jika ibu tersebut mengalami persalinan beberapa hari sebelum SC yang
direncanakan pada kehamilan 39 minggu.
a. Jadwalkan dengan ruangan persalinan sesuai protocol setempat.
b. Maksimum harus terdapat 3 kasus per sesi (2 kasus, jika berpenyulit).
c. Jika ibu termasuk dalam katagori berikut, kondisi tersebut harus ditangani oleh
konsulen anastesis:
Komplikasi anastesi sebelumnya.
Obesitas (IMT > 30 kg/m2 pada saat kunjungan antenatal pertama).
Kehamilan kembar.
Sectio Caesarea | 5
Plasenta previa.
Penyakit hipertensi.
Diabetes mellitus.
Saksi yehuwa.
Penyakit signifikan yang ada sebelumnya (jantung, ginjal, atau pernafasan).
Pasien beresiko rendah dapat masuk ke rumah sakit pada hari pembedahan, tetapi
darah dan persetujuan tindakan harus didapatkan di klinik, ranitidine diberikan,
Plasenta previa
Sulosio plasenta
Beberapa kali SC sebelumnya
IMT > 35 kg/m2
Melahirkan dengan usia kehamilan < 32 minggu
Kondisi lain yang berpotensi mempersulit SC (Kennedy, 2013)
H. Indikasi
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio
caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin.
Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis
Menurut Dewi Y, 2007, hal. 11-12. Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan
yaitu :
a. Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah,
ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.
b. Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak lintang, primi
gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada
Sectio Caesarea | 7
pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung
janin kacau dan melemah).
c. Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir
atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak,
umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma
sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang
menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B
dan hepatitis C.
2. Indikasi Ibu
Menurut Kasdu, 2003, hal. 21-26.
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke
atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter
memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan
secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses
persalinan.
c. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada
indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,
operasi bisa saja dilakukan.
d. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan
lahir dengan lancar.
Sectio Caesarea | 8
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,
tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
-
Kelahiran cesaria dilakukan untuk memberikan manfaat pada janin dan ibu.
Komplikasi persalinan dan kelahiran merupakan alasan kelahiran cesaria yang paling
umum. Kontraindikasi relatif meliputi janin yang tidak memiliki tanda kehidupan atau
janin mati. Pada kasus ini, resiko pembedahan pada ibu tidak dapat dibenarkan.
Indikasi kelahiran cesaria sebagai berikut :
1. Disproporsi sefalopelvik
Adalah kondisi panggul ibu yang tidak adekuat dalam kaitannya dengan kepala
janin. Riwayat trauma panggul ibu, maklosomia janin (perkiraan berat badan lahir
lebih dari 4000 sampai 4500gram) dapat mendukung temuan disproporsi
sefalopelvik.
2. Malpresentasi janin
Persentasi lintang dan bahu dapat membuat kelahiran pervagina menjadi sulit dan
berpotensi membahayakan. Persentasi sungsang juga dianggap terlalu berbahaya
untuk diupayakan lahir pervagiana. Pelahiran sungsang pervagina bergantung
pada keterampilan dan berpengalaman penolong kelahiran.
3. Distosia persalinan
Dapat berkaitan dengan disproporsi sefalopelvik atau malpersentasi janin, tetapi
juga dapat meliputi kontraksi uterus yang tidak efektif dan tidak adekuat serta
dilatasi serviks yang tidak lengkap tanpa penurunan janin (persalinan gagal
mengalami kemajuan atau induksi persalinan gagal). Distosia jaringan lunak atau
persalinan macet karena jaringan adiposa yang berlebihan atau tumor pada ibu
juga memerlukan pelahiran cesaria.
4. Kondisi janin mengkhawatirkan
Pola DJJ yang mengkhawatirkan dapat mengindikasikan bahwa janin tidak
teroksigenasi baik dan dengan demikian, memerlukan evaluasi yang cermat dan
intervensi pembedahan yang memungkinkan.
5. Kelaina janin kongenital
Beberapa kelainan janin, seperti kembar siam dan gastroskisis memerlukan
pelahiran yang terkontrol dan intervensi cepat oleh tenaga kesehatan bayi baru
lahir.
6. Indukasi obstetric
Sectio Caesarea | 10
Prolaps tali pusar, plasenta previa, abdruksio plasenta, kehamilan kembar, duktur
uterus, dan hemoragi merupakan kondisi yang menjadi kontraindikasi untuk
kelahiran pervagina, memerlukan kelahiran cepat.
7. Indukasi medis ibu
Gangguan hipertensi, lesi herpes aktif, diabetes melitus, abnormalitas uterus atau
vagina, dan penyakit jantung memerlukan kelahiran cesaria.
I. Kontraindikasi
Section caesarea tidak boleh dilakukan bila :
1. Anak sudah mati dalam kandungan. Dokter bisa menilai, jika denyut jantung anak
sudah tiada, ibu sudah tidak merasakan lagi adanya gerakan anak, dan dari pencitraan
usg, atau doppler, tidak tertangkap lagi ada tanda-tanda anak hidup.
2. Jika anak terlampau kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.
3. Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat. Misalnya apakah kepala anak besar
(hydrocephalus), atau anak tanpa kepala (anencephalus).
4. Pada kasus yang sudah terjadi infeksi dalam kehamilan.
J. Kelahiran Pervagina Setelah Secsio Sesarea
Kelahiran pervagina setelah sectio sesarea (vaginal birth after cesarean, VBAC) telah
menjadi topik yang sering didiskusikan sejak tahun 1980. Sebelumnya terdapat anggapan
bahwa sekali sesarea, selanjutnya harus selalu sesareaakibatnya resiko ruptur uterus.
Akan tetapi, seiring dengan penningkatan angka pelahiran sesarea, muncul perhatian
terhadap komplikasi akibat pembedahan berulang dan kehamilan selanjutnya. Penelitian
telah memperlihatkan angka keberhasilan VBAC sebesar 60%-80%. Pada saat ini, VBAC
dianggap sebagai bagian dari praktik obstetri yang dapat diterima, diertai pemilihan ibu
dan management yang seksama. Pemilihan yang sesuai untuk percobaan perslainan
setelah kelahiran sesarea sebelumnya sangat tinggi. Ibu tidak boleh memiliki
kontraindikasi lain untuk persalinan dan pelahiran.
K. Pertimbangan Umum Pemilihan Ibu
Menurut Kennedy, 2013.
Pengetahuan tentang insisi uterus sebelumnya.
1. Insisi uterus transversal segmen rendah (segmen bawah) memilik resiko ruptur uterus
terendah
2. Tidak boleh lebih dari 2 kali kelahiran sesarea transversal bawah sebelumnya.
Sectio Caesarea | 11
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim)
b. SC ektra peritonealis
yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka
cavum abdominal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang
konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm. Section cacaria eksrta
peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya
injeksi
perporal
akan
tetapi
dengan
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
sectio
caesarea
dapat
dilakukan
sebagai
Atonia uteri
Plasenta accrete
Myoma uteri
Infeksi intra uteri berat
kesadaran,
sedikit
mengurangi
nyeri.
Thiophental sodium;
Skart acting
Suplement N20 pada operasi singkat.
Hipnotik pada anesthesia regional.
Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru
2) Narcotik
Sectio Caesarea | 14
Fentanil Sitrate.
Analgesia post op yang adekwat.
Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
1) Inovar
Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.
Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.
Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi
selama posat op.
2) Ketamine
Obat anesthesia yang tersendiri.
Bekerja pada bagian syaraf tertentu
Diberikan pada IV atau IM.
Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa
depresi pernafasan atau kehilangan tonus otot.
Merangsang sitem cardiovascular.
Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.
Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational.
3) Neuromusculer Brochler
Muscle relaksan selama pembedahan
Mempermudah pemasangan GT Tube
Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada
motor end plate
2. Anastesia Blok
a. Blok Spinal (Subaracnoid)
Teknik ini baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan paruparu, diabetes mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,
sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan.
a. Memiliki resiko masalah jalan napas yang rendah dan memungkinkan ibu untuk
terjaga dan sadar selama pengalaman melahirkan.
b. Memungkinkan ibu untuk berkomunikasi dengan orang yang memberi dukungan
dan berinteraksi dengan bayi baru lahir setelah pelahiran.
Catatan: Gas darah tali pusat janin yang diambil saat kelahiran sesaria dapat
menunjukan pH yang rendah pada wanita yang diberikan anestesia regional, tetapi
bayi yang lahir dari ibu yang mendapat anestesia endotrakea umum memiliki nilai
Apgar yang lahir rendah.
Tipe anestesi bervariasi, baik umum maupun spiral dan perawatan praoperatif
dan pascaoperatif bergantung kepada tipe yang digunakan.
Sectio Caesarea | 15
N. Prosedur
Menurut lerroy.C.2013. Persiapan yang di lakukan yaitu.
1. Dapatkan persetujuan tidakan. Ibu hamil yang kompeten memiliki hak untuk menolak
dilakukannya SC meskipun penolakan tersebut membahayakan ibu dan bayinya.
2. Lakukan pemeriksaan golongan darah dan kompatibilitas atau cross-match, jika
diperlukan. Darah harus dilakukan cross-match jika terjadi kondisi berikut:
a. Ibu mengalami anemia (Hb] <10 g/dl)
b. Plasenta previa (4 unit darah dilakukan cross-match)
c. Letak plasenta anterior dan SC sebelumnya
d. Setiap kondisi yang diduga mengakibatkan kehilangan darah yang lebih banyak
dibandingkan biasanya ( misalnya: gangguan pembukuan darah atau friboid besar)
3. Pasang kanula (ukuran 16 G).
4. Lakukan pengkajian resiko untuk provilaksis DVT.
5. Ibu dianjurkan berpuasa minimal selama 6 jam sebelum dilakukan SC elektif. Ibu
dapat minum air (150 ml) hingga 2 jam sebelum pembedahan elektif.
6. Pada kasus SC akibat presentasi sunsang (baik elektif maupun darurat), selalu lakukan
scan ultrasonografi untuk memastikan apakah presentasi masih sunsang atau tidak.
Dalam ruang bedah:
1. Pasang kateter kandung kemih (jika belum terpasang).
2. Periksa DJJ.
3. Ubah posisi pasien miring kiri (150).
Langkah-langkah menurut Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91.
1. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh keluarga, yang
isinya izin pelaksanaan operasi.
2. Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara ini ibu akan
tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena terhalang tirai.
3. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak ada bakteri
yang masuk selama operasi.
4. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam peralatan yang
dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
5. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan sampai mencapai
rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan
mengangkat bayi berdasarkan letaknya.
6. Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.
7. Menjahit
Sectio Caesarea | 16
Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga tetutup
semua.
Menurut Lerroy C. 2013 prosedur yang dilakukan yaitu.
1. Prosedur dilakukan dengan pasien diposisikan miring kiri.
2. Bleep tidak boleh dibawa ke dalam ruang bedah. Jika bleep dimatika dalam ruang
bedah selama induksi anastesia umum atau ketika pasien mendapatkan analgesic
regional, itu dapat mengejutkan pasien dan atau suami. Pelanggaran terhadap
kerahasian juga dapat terjadi ketika pasien disampaikan kepada dokter.
3. Ibu harus dihargai martabat dipertahankan selama pembedahan.hal tersebut berarti,
misalnya, ibu harus menanggalkan pakaian saat dan hanya jika diperlukan, kebisingan
dan percakapan yang tidak perlu diminimalkan, dan area pembedahan ditutup. Suami
ibu juga harus diberi dukungan.
4. Uterus tidak boleh dipanjangkan sebagai tindakan rutin
5. Pelepasan plasenta secara spontan yang diikuti oleh traksi tali pusat lebih dipilih
dibandingkan pelahiran plasenta secara manual. Pelahiran plasenta secara manual
berkaitan dengan peningkatan kehilanga darah dan endometritis pasca partum.
6. Analisi gas darah tali pusat harus dilakukan setelah SC terhadap kemungkinan gawat
janin.
7. Antibiotik profilaksis harus dilakukan setelah menjepit tali pusat.
O. Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja
operasi. b) Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau
departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. c) Fase
pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah (Bare,et all, 2002, hal. 426).
P. Farmakologi Dalam Tindakan SC
1. Preoperative
Obat untuk mengurang resiko sindrom aspirasi
a. 150 mg ranitidine per oral pada malam hari saat masuk rumah sakit dan pada
pukul 7.30 pada hari berikutnya. Untuk kedaruratan pastikan apakah ranitidan
di berikan pada saat persalinan (150 mg ranitidine per oral efektif jika
diberikan minimal 60 menit sebelum dilakukan seksio sesaria). Jika tidak,
berikan 50 mg ranitidine dalam 20 ml selain 0,9% melalui IV, selama 2 menit.
b. 10 mg metokloframid per oral.
Sectio Caesarea | 17
Sectio Caesarea | 19
f.
g.
h.
i.
j.
Luruskan tungkai ibu dan fiksasi dengan alat kekang yang tepat.
Pasang grounding device yang tepat sesuai rekomendasi pabrik.
Bersihkan dan siapkan dan abdomen sesuai paduan unit.
Pastikan bahwa alat pengisap dan elektrokauter bekerja dengan baik.
Pastikan peralatan resusitasi neonates bekerja dengan baik dan semua
perlengkapan tersedia.
k. Beritahu anggota tim bedah dan layanan kesetan lain, unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir, atau staf pediatric jika diperlukan, untuk hadir dalam
pelahiran.
l. Atur posisi pendamping ibu (individu pendukung) agar sejajar dengan kepala ibu,
dibelakang tirai pelindung steril.
m. Bantu tim bedah memakai gaun dan sarung tangan steril jika diperlukan.
n. Hitung kassa, jarum, dan instrument sejak pemakaian awal dan selanjutnya sesuai
panduan unit.
o. Ikuti operan kamar operasi atau prosedur lainnya untuk mengidentifikasi pasien,
tujuan, prosedur, dan partisipan dengan tepat.
p. Dukumentasi kejadian pembedahan meliputi insisi, waktu pelahiran, dan
kelengkapan prosedur.
q. Berikan dukungan pada ibu dan pendampingnya jika di perlukan.
r. Dukung dan bantu staf anastesi dan bedah jika diperlukan.
s. Ambil sample darah tali pusat dan sample patologis lain, seperti plasenta, jika
diperlukan.
t. Bantu pemasangan balutan abdomen.
u. Catat kondisi ibu dan bayi baru lahir sebelum dipindahkan ke unit pemulihan
pasca anastesia (poshanathesia recovery unit, PACU).
v. Pindahkan ibu dangan aman ke PACU.
w. Dokumentasikan sesuai panduan unit.
3. Asuhan Pasca Operatif
a. Pastikan peralatan PACU yang tepat telah tersedia dan berfungsi baik.
b. Lakukan dan dokumentasikan pengkajian pasca operatif sesuai panduan unit.
Pengkajian awal Status pernafasan: kepatenan jalan nafas, kebutuhan oksigen,
laju, kwalitas dan kedalaman pernafasan, saturasi oksigen, dan auskultasi paru.
Status sirkulasi: tekanan darah, denyut jantung, EKG, dan warna kulit.
Tingkat kesadaran: orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat, serta respon
terhadap stimulasi.
Status obstetric: posisi dan karakter fundus, balutan abdomen, jumlah dan
kehilangan darah.
Skala nyeri: laporan ibu tentang nyeri dan obat yang diberikan.
c. dan berkesinambungan meliputi:
d. Fasilitasi intravena dan kedekatan bayi keluarga baru setelah kelahiran.
Sectio Caesarea | 21
e. Pulangkan ibu dari PACU setelah periode pemulihan lengkap, setelah kolaborasi
dengan penyedia layanan anastesia dan penolong kelahiran, jika ibu dalam kondisi
stabil sesuai panduan unit.
f. Dukumentasikan sesuai panduan unit.
Sectio Caesarea | 22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Preoperatif
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa
1. Identitas
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
e. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
f.
g.
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d.
Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
Sectio Caesarea | 24
B. Postoperatif
Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik, dan emosi
sebelum pembedahan dan riwayat alergi
Pemeriksaan Fisik dan Manifestasi Klinik
a. System pernafasan
Ketika
klien
dimasukan
ke
PACU,
Perawat
segera
mengkaji
klien:
b. Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam
(4x)
dan
setiap
jam
selama
hari
jika
kondisi
stabil.
Nadi
meningkat,shock,
nyeri,
hypothermia.
Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
Homans saign : trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan,
nyeri).
Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
c. Sistem Persyarafan
Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran semua klien dengan anesthesia
umum
Sectio Caesarea | 25
Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.
d. Sistem Perkemihan
Dower catheter : kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam
komplikasi ginjal.
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji paralitic ileus : suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
Meningkatkan istirahat.
Memonitor perdarahan.
f. Sistem Integumen
Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.
Infeksi luka.
g. Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
h. Pemeriksaan Laboratorium.
Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan luka pasca section sesarea
b. Resiko gangguan integritas kulit berhubunan dengan luka pasca section
sesarea
c. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka operasi
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan pasca tindakan section
secarea
Sectio Caesarea | 27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan:
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133). Proses persalinan normal
dapat dilangkahi, bila perlu, dengan bedah Caesar . ini adalah operasi perut untuk
melahirkan bayi lewat sayatan. Baik sebagai tindakan gawat darurat, ketika nyawa bayi,
ibu, atau keduanya dalam bahaya , atau sebagai prosedur yang direncanakan
Tipe anestesi bervariasi, baik umum maupun spiral dan perawatan praoperatif dan
pascaoperatif bergantung kepada tipe yang digunakan.
Indikasi caesarea bisa indikasi absolut atau relative. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indkasi absolut untuk
section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kealhiran lewat vagina
bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat section
caesarea aka lebih aman bagi ibu, anak maupun keduanya
B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik
dan saran yang dapat membangun sangat kami butuhkan, dan semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca.
Sectio Caesarea | 28
DAFTAR PUSTAKA
Sectio Caesarea | 29