Vous êtes sur la page 1sur 29

SECTIO CAESAREA

PRODI S1 KEPERAWATAN STIKes PERTAMINA


BINA MEDIKA

Sectio Caesarea | 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Section secarea atau ahulu disebut bedah-C Adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus . pembedahan professional yang
pertama dilakukan di amerika serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio
caesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Dilondon dan Edinburgh pada tahun 1877 ,
dari 35 pembedahan Caesar terdapat 33 kematian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah
dilaksanakan 71 kali pembedahan sesar di Amerika serikat. Angka mortalitasnya 52
persen yang terutama disebabkan oleh infeksi dan perdarahan.
Pada tahun 2004, terjadi 1,2 juta kelahiran, atau 29,1% dari semua kelahiran hidup
diamerika serikat yang dilakukan melalui pelahiran sesarea data preliminer untuk tahuntahun selanjutnya juga memperlihatkan peningkatan lebih lanjut pada angka pelahiran
sesarea.
Indikasi caesarea bisa indikasi absolut atau relative. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indkasi absolut untuk
section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kealhiran lewat vagina
bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat section
caesarea aka lebih aman bagi ibu, anak maupun keduanya
Pada tahun 2004, terjadi 1,2 juta kelahiran, atau 29,1% dari semua kelahiran hidup
diamerika serikat yang dilakukan melalui pelahiran sesarea data preliminer untuk tahuntahun selanjutnya juga memperlihatkan peningkatan lebih lanjut pada angka pelahiran
sesarea.
Proses persalinan normal dapat dilangkahi, bila perlu, dengan bedah Caesar . ini adalah
operasi perut untuk melahirkan bayi lewat sayatan. Baik sebagai tindakan gawat darurat,
ketika nyawa bayi, ibu, atau keduanya dalam bahaya , atau sebagai prosedur yang
direncanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud dengan sectio sesarea ?
2. Bagaimana klasifikasi pada sectio sesarea?
Sectio Caesarea | 2

3. Apa factor resiko di lakukan nya sectio sesarea?


4. Apa saja indikasi tindakan sectio sesarea?
5. Apa saja kontraindikasi sectio sesarea?
6. Bagaimana kelahiran pervagina setelah sectio sesarea?
7. Bagaimana pertimbangan umum pemilihan ibu pada sectio sesarea?
8. Apa saja tehnik pembedahan sectio sesarea?
9. Bagaimana prosedur sectio sesarea?
10. Bagaimana fase pembedahan sectio sesarea?
11. Apa saja farmakologi tindakan sectio sesarea?
12. Pertimbangan Management Keperawatan apa saja pada sectio sesarea?
13. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada sectio sesarea?
14. Bagaimana perawatan pasca sectio sesarea?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Adalah untuk mengetahui tindakan section sesarea dalam persalinan ibu hamil
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyakit sectio sesarea
b. Mengetahui klasifikasi pada sectio sesarea
c. Mengetahui factor resiko di lakukan nya sectio sesarea
d. Mengetahui indikasi tindakan sectio sesarea
e. Mengetahui kontraindikasi sectio sesarea
f. Mengetahui Bagaimana kelahiran pervagina setelah sectio sesarea
g. Mengetahui pertimbangan umum pemilihan ibu pada sectio sesarea
h. Mengetahui tehnik pembedahan sectio sesarea
i. Mengetahui prosedur sectio sesarea
j. Mengetahui fase pembedahan sectio sesarea
k. Mengetahui farmakologi tindakan sectio sesarea
l. Mengetahui Pertimbangan Management Keperawatan pada sectio sesarea
m. Mengetahui Komplikasi yang dapat terjadi pada section sesarea
n. Mengetahui perawatan pasca sectio sesarea
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan berbagai literature yaitu dari
media cetak (buku) dan media internet dalam mendapatkan sumber atau materi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode penelitian
D. Rumusan Masalah
E. Sistematika Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
A. Definisi
Sectio Caesarea | 3

B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.

Klasifikasi
Factor Resiko
Indikasi
Kontraindikasi
Kelahiran Pervagina Setelah Secsio Sesarea
Pertimbangan Umum Pemilihan Ibu
Tehnik Pembedahan SC
Prosedur
Fase Pembedahan
Farmakologi Tindakan SC
Pertimbangan Management Keperawatan
Komplikasi
Perawatan Pasca SC

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

Sectio Caesarea | 4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A Definisi
Kelahiran sesarea adalah tindakan insisi secara bedah pada abdomen ibu. Tujuan
prosedur ini adalah untuk mempertahankaan kesehatan dan kesejahteraan ibu atau janin,
angka kelahiran sesarea telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan merupakan
salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan. (Kennedy, 2013)
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi
melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
(laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y,
2007, hal. 1-2).
F. Klasifikasi
Menurut Kennedy,2013.
1. SC Elektif
Untuk mengurangi resiko gawat nafas pada bayi baru lahir, SC elektif tidak boleh
dilakukan sebelum usia kehamilan 39 minggu. Pada kasus tertentu, dapat dimaklumi
jika jadwal pembedahan dilakukan lebih awal dari usia kehamilan 39 minggu.
Misalnya, akan lebih aman jika ibu yang mengalami plasenta previa atau pernah
mengalami 3 SC sebelumnya memiliki rencana SC pada usia kehamilan 38 minggu
dibandingkan jika ibu tersebut mengalami persalinan beberapa hari sebelum SC yang
direncanakan pada kehamilan 39 minggu.
a. Jadwalkan dengan ruangan persalinan sesuai protocol setempat.
b. Maksimum harus terdapat 3 kasus per sesi (2 kasus, jika berpenyulit).
c. Jika ibu termasuk dalam katagori berikut, kondisi tersebut harus ditangani oleh

konsulen anastesis:
Komplikasi anastesi sebelumnya.
Obesitas (IMT > 30 kg/m2 pada saat kunjungan antenatal pertama).
Kehamilan kembar.
Sectio Caesarea | 5

Plasenta previa.
Penyakit hipertensi.
Diabetes mellitus.
Saksi yehuwa.
Penyakit signifikan yang ada sebelumnya (jantung, ginjal, atau pernafasan).
Pasien beresiko rendah dapat masuk ke rumah sakit pada hari pembedahan, tetapi
darah dan persetujuan tindakan harus didapatkan di klinik, ranitidine diberikan,

dan pasien harus dianjurkan untuk berpuasa sejak malam hari.


1. SC Darurat
a. Hubungi konsulen on duty/call (jika tidak ada, hubungi konsulen yang lain).
b. Dapatkan persetujuan tindakan.
c. Klasifikasikan dan dokumentasikan urgensi pembedahan (lihat klasifikasi diatas).
d. Beritahu:
Praktisi ruang bedah
Ahli anastesis (sebutkan urgensi pembedahan)
Dokter anak
e. Hitung darah lengkap, golongan darah atau kompatibilitas, atau cross-match jika
diperlukan.
f. Hentikan infusi syntocinon (oksitoksin), jika sedang diberikan.
g. Pastikan bahwa tromboprofilaksis diberikan.
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
1. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang
dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut
kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat
sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari.
Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami
kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45).

2. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)


Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu
ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang
dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007, hal .4).
Berdasarkan urgency SC dibagi menjadi 4 yaitu :
Menurut Lerroy,2002.
Sectio Caesarea | 6

1. Darurat/dilakukan segera mungkin:


a. Ancaman segera terhadap jiwa ibu atau janin.
b. Hemoragi antepartum massif.
c. Prolapse tali pusat.
d. Solusio plasenta.
e. Janin mengalami bradikardi yang sangat tidak responsif.
f. Gawat janin (pH 7,20).
g. Ruptur uterus.
2. Urgent: gangguan pada ibu atau janin yang tidak segera mengancam jiwa (misalnya:
tidak mengalami kemajuan persalinan).
3. Terjadwal: memerlukan pelahiran segera, tetapi tanpa gangguan segera pada ibu atau
janin (misalnya: IUGR dengan pemeriksaan Doppler abnormal).
4. Elektif: waktu disesuaikan antara ibu dan tim maternitas, misalnya SC sebelumnya.
Jika memiliki kemungkinan untuk menjalani persalinan SC, ibu harus diberi tahu tahu
dan ahli anastesi harus diberitahu. Hal tersebut membiarkan kesempataan untuk
berdiskusi dengan ibu dalam kondisi yang tidak terlalu membuat disress.
G. Factor Resiko
Menurut Kennedy, 2013. Konsulen atau dokter senior yang berpengalaman harus
hadir pada SC yang dilakukan untuk indikasi/kondisi berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Plasenta previa
Sulosio plasenta
Beberapa kali SC sebelumnya
IMT > 35 kg/m2
Melahirkan dengan usia kehamilan < 32 minggu
Kondisi lain yang berpotensi mempersulit SC (Kennedy, 2013)

H. Indikasi
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio
caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin.
Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis
Menurut Dewi Y, 2007, hal. 11-12. Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan
yaitu :
a. Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah,
ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.
b. Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak lintang, primi
gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada

Sectio Caesarea | 7

pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung
janin kacau dan melemah).
c. Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir
atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak,
umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma
sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang
menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B
dan hepatitis C.
2. Indikasi Ibu
Menurut Kasdu, 2003, hal. 21-26.
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke
atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter
memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan
secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses
persalinan.
c. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada
indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,
operasi bisa saja dilakukan.
d. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan
lahir dengan lancar.
Sectio Caesarea | 8

f. Ketuban Pecah Dini


Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi
janin dalam rahim.
g. Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses
rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal
paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang
pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas
menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan
dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan
alami yang berlangsung.
3. Indikasi Janin
a. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160.
Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan
segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b. Bayi Besar (makrosemia)
(Cendika, dkk. 2007, hal. 126).
c. Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada
posisi yang lain
d. Faktor Placenta
a. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh
jalan lahir.
b. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding
rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk
menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau
keracunan air ketuban.
c. Plasenta accrete
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya
dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan
untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya
meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.
d. Kelainan Tali Pusat
- prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Sectio Caesarea | 9

keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,
tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
-

jalan lahir sebelum bayi.


Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat
tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta
ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).

Kelahiran cesaria dilakukan untuk memberikan manfaat pada janin dan ibu.
Komplikasi persalinan dan kelahiran merupakan alasan kelahiran cesaria yang paling
umum. Kontraindikasi relatif meliputi janin yang tidak memiliki tanda kehidupan atau
janin mati. Pada kasus ini, resiko pembedahan pada ibu tidak dapat dibenarkan.
Indikasi kelahiran cesaria sebagai berikut :
1. Disproporsi sefalopelvik
Adalah kondisi panggul ibu yang tidak adekuat dalam kaitannya dengan kepala
janin. Riwayat trauma panggul ibu, maklosomia janin (perkiraan berat badan lahir
lebih dari 4000 sampai 4500gram) dapat mendukung temuan disproporsi
sefalopelvik.
2. Malpresentasi janin
Persentasi lintang dan bahu dapat membuat kelahiran pervagina menjadi sulit dan
berpotensi membahayakan. Persentasi sungsang juga dianggap terlalu berbahaya
untuk diupayakan lahir pervagiana. Pelahiran sungsang pervagina bergantung
pada keterampilan dan berpengalaman penolong kelahiran.
3. Distosia persalinan
Dapat berkaitan dengan disproporsi sefalopelvik atau malpersentasi janin, tetapi
juga dapat meliputi kontraksi uterus yang tidak efektif dan tidak adekuat serta
dilatasi serviks yang tidak lengkap tanpa penurunan janin (persalinan gagal
mengalami kemajuan atau induksi persalinan gagal). Distosia jaringan lunak atau
persalinan macet karena jaringan adiposa yang berlebihan atau tumor pada ibu
juga memerlukan pelahiran cesaria.
4. Kondisi janin mengkhawatirkan
Pola DJJ yang mengkhawatirkan dapat mengindikasikan bahwa janin tidak
teroksigenasi baik dan dengan demikian, memerlukan evaluasi yang cermat dan
intervensi pembedahan yang memungkinkan.
5. Kelaina janin kongenital
Beberapa kelainan janin, seperti kembar siam dan gastroskisis memerlukan
pelahiran yang terkontrol dan intervensi cepat oleh tenaga kesehatan bayi baru
lahir.
6. Indukasi obstetric
Sectio Caesarea | 10

Prolaps tali pusar, plasenta previa, abdruksio plasenta, kehamilan kembar, duktur
uterus, dan hemoragi merupakan kondisi yang menjadi kontraindikasi untuk
kelahiran pervagina, memerlukan kelahiran cepat.
7. Indukasi medis ibu
Gangguan hipertensi, lesi herpes aktif, diabetes melitus, abnormalitas uterus atau
vagina, dan penyakit jantung memerlukan kelahiran cesaria.
I. Kontraindikasi
Section caesarea tidak boleh dilakukan bila :
1. Anak sudah mati dalam kandungan. Dokter bisa menilai, jika denyut jantung anak
sudah tiada, ibu sudah tidak merasakan lagi adanya gerakan anak, dan dari pencitraan
usg, atau doppler, tidak tertangkap lagi ada tanda-tanda anak hidup.
2. Jika anak terlampau kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.
3. Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat. Misalnya apakah kepala anak besar
(hydrocephalus), atau anak tanpa kepala (anencephalus).
4. Pada kasus yang sudah terjadi infeksi dalam kehamilan.
J. Kelahiran Pervagina Setelah Secsio Sesarea
Kelahiran pervagina setelah sectio sesarea (vaginal birth after cesarean, VBAC) telah
menjadi topik yang sering didiskusikan sejak tahun 1980. Sebelumnya terdapat anggapan
bahwa sekali sesarea, selanjutnya harus selalu sesareaakibatnya resiko ruptur uterus.
Akan tetapi, seiring dengan penningkatan angka pelahiran sesarea, muncul perhatian
terhadap komplikasi akibat pembedahan berulang dan kehamilan selanjutnya. Penelitian
telah memperlihatkan angka keberhasilan VBAC sebesar 60%-80%. Pada saat ini, VBAC
dianggap sebagai bagian dari praktik obstetri yang dapat diterima, diertai pemilihan ibu
dan management yang seksama. Pemilihan yang sesuai untuk percobaan perslainan
setelah kelahiran sesarea sebelumnya sangat tinggi. Ibu tidak boleh memiliki
kontraindikasi lain untuk persalinan dan pelahiran.
K. Pertimbangan Umum Pemilihan Ibu
Menurut Kennedy, 2013.
Pengetahuan tentang insisi uterus sebelumnya.
1. Insisi uterus transversal segmen rendah (segmen bawah) memilik resiko ruptur uterus
terendah
2. Tidak boleh lebih dari 2 kali kelahiran sesarea transversal bawah sebelumnya.

Sectio Caesarea | 11

3. Insisi fundus uterus klasik terdahulu merupakan kontaindikasi untuk persalinan


percobaan.
4. Panggul ibu secara klinis harus kuat, tanpa riwayat ruptur uterus sebelumnya.
Tatanan institusi untuk pelahiran
a. Harus mampu untuk melakukan pelahiran sesarea darurat jika diperlukan.
b. Staf bedah, staf anestesi, dan staf pendukung lainnya yang memenuhi syarat harus
tersedia.
c. Karena terdapat kemungkinan ruptur uterus dan komplikasi kehilangandarah,
produk darah harus tersedia setiap saat.
d. Karena terdapat kemungkinan gangguan pada bayi baru lahir, staf resusitasi
neonatus harus tersedia dan siap.
Antisipasi jumlah anggota keluarga.
a. Melalu pelahiran sesarea multiple, resiko normalitas placenta termasuk placenta
previa dan placenta akreta meningkat secara dramatis.
b. Perencanaan masa depan keluarga sebaiknya didiskusikan bersama ibu jika resiko
dan manfaat VBAC.
Faktor yang terkait dengan keberhasilan VBAC meliputi :
1. Riwayat kelahiran pervagina sebelumnya, baik secara spontan, dengan
augmentasi, atau induksi persalinan.
2. Presentasi kehamilan saat ini dalam persalinan spontan
L. Teknik Bedah SC
1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang
pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Sectio cesaria
transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan
teknik melintang atau memanjang.
Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal


Kekurangan
Sectio Caesarea | 12

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada


reperitonealis yang baik

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim)

b. SC ektra peritonealis
yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka
cavum abdominal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang
konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm. Section cacaria eksrta
peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya

injeksi

perporal

akan

tetapi

dengan

kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan


ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien
infeksi uterin berat.
Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum

Perdarahan tidak begitu banyak

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

2. Vagina (section caesarea vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim,

sectio

caesarea

dapat

dilakukan

sebagai

berikut (Mochtar, Rustam, 1992) :


a. Sayatan memanjang ( longitudinal )
b. Sayatan melintang ( Transversal )
c. Sayatan huruf T ( T insicion )
Sectio Caesarea | 13

3. Section cesaria Hysteroctomi


Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a.
b.
c.
d.

Atonia uteri
Plasenta accrete
Myoma uteri
Infeksi intra uteri berat

M. Anastesia Untuk Kelahiran Sesaria


Pilihan anestesia untuk kelahiran sesaria bergantung pada riwayat medis dan kondisi
ibu saat ini, kondisi janin,dan urgensi prosedur. Kebanyakan wanita yang menjalani
kelahiran sesaria di berikan anestesia regional (blok atau epidural).
1. Anastesia General
a. Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh
paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan (Gas: Nitrous Axida ( N20).) Paling
sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan masa
induksi dan pemulihan yang cepat
1) Folatile: Cairan yang dapat menguap.
2) Halotan: Non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan
muntah yang minimal pada post op. Halotan dapat menekan pada system
cardiovaskuler (Hypotensi dan Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap
hypotalanus.
3) Ethrane: Anasthesi inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat.
Ethrane mengurangi ventilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.
4) Penthrane: Pelemas otot yang efektif dan memberikan efek analgetik pada
konsentrasi rendah, toksik pada ginjal dan hanya digunakan untuk
pembedahan waktu pendek.
5) Forane: Muscle relaksan, cardio vascular tetap stabil
b. Intravena
Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan.
1) Barbiturat.
Sering digunakan, bekerja langsung pada CNS dari sedasi sedang sampai
kehilangan

kesadaran,

sedikit

mengurangi

nyeri.

Thiophental sodium;
Skart acting
Suplement N20 pada operasi singkat.
Hipnotik pada anesthesia regional.
Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru
2) Narcotik
Sectio Caesarea | 14

Suplement anesthesia inhalasi


Narkotik yang sering digunakan Morphin Sulfat, Meperidine, dan

Fentanil Sitrate.
Analgesia post op yang adekwat.
Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
1) Inovar
Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.
Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.
Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi
selama posat op.
2) Ketamine
Obat anesthesia yang tersendiri.
Bekerja pada bagian syaraf tertentu
Diberikan pada IV atau IM.
Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa
depresi pernafasan atau kehilangan tonus otot.
Merangsang sitem cardiovascular.
Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.
Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational.
3) Neuromusculer Brochler
Muscle relaksan selama pembedahan
Mempermudah pemasangan GT Tube
Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada
motor end plate
2. Anastesia Blok
a. Blok Spinal (Subaracnoid)
Teknik ini baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan paruparu, diabetes mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,
sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan.
a. Memiliki resiko masalah jalan napas yang rendah dan memungkinkan ibu untuk
terjaga dan sadar selama pengalaman melahirkan.
b. Memungkinkan ibu untuk berkomunikasi dengan orang yang memberi dukungan
dan berinteraksi dengan bayi baru lahir setelah pelahiran.
Catatan: Gas darah tali pusat janin yang diambil saat kelahiran sesaria dapat
menunjukan pH yang rendah pada wanita yang diberikan anestesia regional, tetapi
bayi yang lahir dari ibu yang mendapat anestesia endotrakea umum memiliki nilai
Apgar yang lahir rendah.
Tipe anestesi bervariasi, baik umum maupun spiral dan perawatan praoperatif
dan pascaoperatif bergantung kepada tipe yang digunakan.

Sectio Caesarea | 15

N. Prosedur
Menurut lerroy.C.2013. Persiapan yang di lakukan yaitu.
1. Dapatkan persetujuan tidakan. Ibu hamil yang kompeten memiliki hak untuk menolak
dilakukannya SC meskipun penolakan tersebut membahayakan ibu dan bayinya.
2. Lakukan pemeriksaan golongan darah dan kompatibilitas atau cross-match, jika
diperlukan. Darah harus dilakukan cross-match jika terjadi kondisi berikut:
a. Ibu mengalami anemia (Hb] <10 g/dl)
b. Plasenta previa (4 unit darah dilakukan cross-match)
c. Letak plasenta anterior dan SC sebelumnya
d. Setiap kondisi yang diduga mengakibatkan kehilangan darah yang lebih banyak
dibandingkan biasanya ( misalnya: gangguan pembukuan darah atau friboid besar)
3. Pasang kanula (ukuran 16 G).
4. Lakukan pengkajian resiko untuk provilaksis DVT.
5. Ibu dianjurkan berpuasa minimal selama 6 jam sebelum dilakukan SC elektif. Ibu
dapat minum air (150 ml) hingga 2 jam sebelum pembedahan elektif.
6. Pada kasus SC akibat presentasi sunsang (baik elektif maupun darurat), selalu lakukan
scan ultrasonografi untuk memastikan apakah presentasi masih sunsang atau tidak.
Dalam ruang bedah:
1. Pasang kateter kandung kemih (jika belum terpasang).
2. Periksa DJJ.
3. Ubah posisi pasien miring kiri (150).
Langkah-langkah menurut Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91.
1. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh keluarga, yang
isinya izin pelaksanaan operasi.
2. Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara ini ibu akan
tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena terhalang tirai.
3. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak ada bakteri
yang masuk selama operasi.
4. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam peralatan yang
dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
5. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan sampai mencapai
rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan
mengangkat bayi berdasarkan letaknya.
6. Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.
7. Menjahit
Sectio Caesarea | 16

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga tetutup
semua.
Menurut Lerroy C. 2013 prosedur yang dilakukan yaitu.
1. Prosedur dilakukan dengan pasien diposisikan miring kiri.
2. Bleep tidak boleh dibawa ke dalam ruang bedah. Jika bleep dimatika dalam ruang
bedah selama induksi anastesia umum atau ketika pasien mendapatkan analgesic
regional, itu dapat mengejutkan pasien dan atau suami. Pelanggaran terhadap
kerahasian juga dapat terjadi ketika pasien disampaikan kepada dokter.
3. Ibu harus dihargai martabat dipertahankan selama pembedahan.hal tersebut berarti,
misalnya, ibu harus menanggalkan pakaian saat dan hanya jika diperlukan, kebisingan
dan percakapan yang tidak perlu diminimalkan, dan area pembedahan ditutup. Suami
ibu juga harus diberi dukungan.
4. Uterus tidak boleh dipanjangkan sebagai tindakan rutin
5. Pelepasan plasenta secara spontan yang diikuti oleh traksi tali pusat lebih dipilih
dibandingkan pelahiran plasenta secara manual. Pelahiran plasenta secara manual
berkaitan dengan peningkatan kehilanga darah dan endometritis pasca partum.
6. Analisi gas darah tali pusat harus dilakukan setelah SC terhadap kemungkinan gawat
janin.
7. Antibiotik profilaksis harus dilakukan setelah menjepit tali pusat.
O. Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke meja
operasi. b) Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau
departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. c) Fase
pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah (Bare,et all, 2002, hal. 426).
P. Farmakologi Dalam Tindakan SC
1. Preoperative
Obat untuk mengurang resiko sindrom aspirasi
a. 150 mg ranitidine per oral pada malam hari saat masuk rumah sakit dan pada
pukul 7.30 pada hari berikutnya. Untuk kedaruratan pastikan apakah ranitidan
di berikan pada saat persalinan (150 mg ranitidine per oral efektif jika
diberikan minimal 60 menit sebelum dilakukan seksio sesaria). Jika tidak,
berikan 50 mg ranitidine dalam 20 ml selain 0,9% melalui IV, selama 2 menit.
b. 10 mg metokloframid per oral.
Sectio Caesarea | 17

c. 30 ml natrium sitrat per oral.


2. Intraoperative
a. Infus Dextrosa/NaCl/Ringer laktat sebanyak 500 - 1500 ml.
b. lidokain 1-2 % 2-3 ml
3. Postoperative
a. Antibiotik Profilaksis
Antibiotik yang diberikan sebagai profilaksis dapat mengurangi insiden
endometritis pasca partum. Antibiotik diberikan setelah tali pusat di klem: 750 mg
sefuroksim melalui IV dan 500 mg metronidasol via IV segera mungkin. Jika ibu
terhadap penicillin, berikan 1 g eritromisin. (Lerroy. C. 2013)
b. oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60
tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
c. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam :
Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
d. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
Supositoria
= ketopropen sup 2x/ 24 jam
Oral
= tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi
= penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
Q. Pertimbangan Management Keperawatan
Menurut Kennedy, 2013.
1. Pendapat saat ini, berdasarkan pada literatur dan bukti yang tersedia, menyatakan
bahwa ibu dengan riwayat pelahiran cesaria sebelumnya harus dipantau secara terusmenerus. Jika ibu tengah berada dalam proses pematangan serviks, pemantauan harus
dilakukan pada tatanan rawat inap bukan pada tatanan rawat jalan.
2. Tidak perlu memasang kateter tekanan intrauteri (intrauterine pressure catheter,
IUPC) karena ibu akan mengupayakan VBAC. Kateter tekanan intrauteri hanya
digunakan jika ada indikasi obstetri.
3. Upaya VBAC bukan merupakan kontraindikasi untuk penggunaan anastesi epidural,
tetapi diketahui bahwa nyeri yang berkaitan dengan ruptur uterus mungkin
disamarkan atau atipikal dalam perwujudannya.
R. Komplikasi
Menurut Kennedy, 2013.
Sectio Caesarea | 18

1. Komplikasi anastetik (aspirasi, kerusakan jalan napas, dan gagal napas)


2. Laserasi dan cedera pada usus dan kandun kemih
3. Hemoragi
4. Komplikasi luka (dehisens/robek jahitan luka)
5. Infeksi (uterus, kandung kemih)
6. Peningkatan resiko plasenta previa dan ruptur uteris pada kehamilan berikutnya
7. Peningkatan lama rawat dirumah sakit
8. Peningkatan biaya
9. Peningkatan peluang hospitalisasi kembali
10. Gangguan interaksi antara ibu dan bayi baru lahir (berhubungan dengan nyeri,
keletihan, efek obat, kesulitan menyusui)
11. Gangguan jaringan pendukung
12. Waktu penyembuhan lama
13. Konsekuensi emosinal yang negatif akibat kegagalan mencapai kelahiran pervagina
(marah, depresi, berduka, harga diri rendah, gangguan citra diri, dan gejala
psikosomatik)
Berbeda dengan persalinan normal, pasca section caesarea kemungkinan bisa saja
terjadi infeksi, perdarahan pasca kemungkinan bisa saja terjadi infeksi nifas, perdarahan
pasca persalinan akibat terkeratnya pembuluh-pembuluh darah cabang di Rahim. bisa
juga terjadi luka kerat tak disengaja pada kandung kemih yang letaknya memang dibawah
Rahim, selain kemungkinan emboli paru-paru, yakni terhanyut butiran bekuan darah, atau
apa saja terbawa kedalam aliran darah, dan tiba di paru-paru, sehingga terjadi sumbatan
yang fatal akibatnya
Komplikasi lainnya, bagaimana pun kuatnya jahitan pada Rahim yang sudah pernah
disayat tidak lebih kuat disbanding Rahim yang masih utuh. Risiko Rahim untuk robek
lebi besar disbanding Rahim yang masih utuh.
Selain itu, tentu sebagaimana layaknya tindakan pembedahan, persalinan dengan
section caesarea memerlukan hari perawatan yang lebih panjang ketimbang persalinan
normal yang sekarang Cuma perlu beberapa hari saja, langsung boleh berjalan dan
pulang. Itu berarti menyangkut soal biaya yang lebih besar, sementara ongkos persalinan
dengan section sendiri sudah barang tentu puluhan kali lipat lebih besar disbanding
persalinan normal.
Resiko bayi baru lahir meliputi masalah pernapasan seperti keterlambatan dalam
transisi pada periode neonates,takipnea transien,sindrom gawat napas ringan,prematuritas
iatrogenic (jika usia kehamilan tidak diketahui pasti), dan laserasi yang terjadi saat
pembedahan.

Sectio Caesarea | 19

S. Fase Asuhan Keperawatan


Menurut Kennedy,Betsy, B. 2013.
Pastikan bahwa tromboprofilaksis diprogramkan/diberikan. LMWH dapat diberikan 6
jam setelah anastesi spinal dan 8 jam setelah analgesia epidural.
Untuk memberikan asuhan keperawatan kepada ibu yang menjalani kelahiran sesaria,
prinsip obstetric dan bedah harus dikombinasikan. Standar asuhan pada area pembedahan
dan pemulihan dalam tatanan kelahiran sama seperti standar asuhan ruang operasi di
rumah sakit. Tanggung jawab asuhan keperawatan saat kelahiran sesaria dapat dibagi
menjadi tiga bagian.
1. Asuhan Praoperatif:
a. Lengkapi pengkajian awal per panduan unit.
b. Mulai pelacakan denyut jantung janin dasar selam 20 sampai 30 menit per EFM
elektronik. Jika pada persalinan aktif atau pelacakan menunjukkan kondisi DJJ
yang mengkhawatirkan maka lanjutkan pemantauan hingga ibu mandi dan
bersiap.
c. Pakaikan gelang identifikasi yang tepat pada ibu dan disiapkan gelang identifikasi
untuk bayi baru lahir.
d. Berikan edukasi praoperatif kepada ibu,individu pendukung, dan keluarga tentang
perawatan, prosedur, sensasi, dan rumor yang diperkirakan sebelum, selama, dan
setelah kelahiran operatif.
e. Ambil dan kirimkan pemeriksaan laboratorium pra operatif yang diprogramkan,
lihat hasil (jenis pemeriksaan dan skrining, hitung darah lengkap, panel
koagulasi).
f. Pastikan status NPO (nothing by mounth).
g. Menjadi saksi pemberian persetujuan untuk kelahiran sesaria.
h. Pasang selang intravena, minimal 18 gauge, atau pastikan kepatenan slang IV
yang terpasang dan mulai berikan cairan.
i. Cukur/bersihkan bulu yang ada di abdomen.
j. Pasang kateter foley menetap, tunda pelepasan kateter hingga setelah pemasangan
anastesia epidural dan pemberian dosis epidural jika memungkinkan.
k. Berikan medisasi pra operatif jika diprogramkan.
l. Pindahkan ibu secara aman ke unit bedah.
m. Dokumentasikan sesuai panduan unit.
2. Asuhan Intraoperatif
a. Bantu pemindahan ibu ke meja operasi.
b. Bantu petugas anastesi memberikan anastetik jika diperlukan.
c. Pastikan ibu dalam posisi miring menggunakan baji pinggul.
d. Lanjutkan EFM hingga abdomen telah siap, jika perlu. Elektroda kulit kepada
janin dilepaskan setelah abdomen siap.
e. Pastikan pengaturan posisi yang tepat dan fiksasi lengan ibu pada papan lengan.
Sectio Caesarea | 20

f.
g.
h.
i.
j.

Luruskan tungkai ibu dan fiksasi dengan alat kekang yang tepat.
Pasang grounding device yang tepat sesuai rekomendasi pabrik.
Bersihkan dan siapkan dan abdomen sesuai paduan unit.
Pastikan bahwa alat pengisap dan elektrokauter bekerja dengan baik.
Pastikan peralatan resusitasi neonates bekerja dengan baik dan semua

perlengkapan tersedia.
k. Beritahu anggota tim bedah dan layanan kesetan lain, unit perawatan intensif
untuk bayi baru lahir, atau staf pediatric jika diperlukan, untuk hadir dalam
pelahiran.
l. Atur posisi pendamping ibu (individu pendukung) agar sejajar dengan kepala ibu,
dibelakang tirai pelindung steril.
m. Bantu tim bedah memakai gaun dan sarung tangan steril jika diperlukan.
n. Hitung kassa, jarum, dan instrument sejak pemakaian awal dan selanjutnya sesuai
panduan unit.
o. Ikuti operan kamar operasi atau prosedur lainnya untuk mengidentifikasi pasien,
tujuan, prosedur, dan partisipan dengan tepat.
p. Dukumentasi kejadian pembedahan meliputi insisi, waktu pelahiran, dan
kelengkapan prosedur.
q. Berikan dukungan pada ibu dan pendampingnya jika di perlukan.
r. Dukung dan bantu staf anastesi dan bedah jika diperlukan.
s. Ambil sample darah tali pusat dan sample patologis lain, seperti plasenta, jika
diperlukan.
t. Bantu pemasangan balutan abdomen.
u. Catat kondisi ibu dan bayi baru lahir sebelum dipindahkan ke unit pemulihan
pasca anastesia (poshanathesia recovery unit, PACU).
v. Pindahkan ibu dangan aman ke PACU.
w. Dokumentasikan sesuai panduan unit.
3. Asuhan Pasca Operatif
a. Pastikan peralatan PACU yang tepat telah tersedia dan berfungsi baik.
b. Lakukan dan dokumentasikan pengkajian pasca operatif sesuai panduan unit.
Pengkajian awal Status pernafasan: kepatenan jalan nafas, kebutuhan oksigen,

laju, kwalitas dan kedalaman pernafasan, saturasi oksigen, dan auskultasi paru.
Status sirkulasi: tekanan darah, denyut jantung, EKG, dan warna kulit.
Tingkat kesadaran: orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat, serta respon

terhadap stimulasi.
Status obstetric: posisi dan karakter fundus, balutan abdomen, jumlah dan

warna lokia, ikatan ibu-bayi baru lahir, keinginan menyusui.


Status motoric: tingkat sensasi, gerakan.
Asupan dan haluaran: cairan intravena, haluaran urin, dan perkiraan

kehilangan darah.
Skala nyeri: laporan ibu tentang nyeri dan obat yang diberikan.
c. dan berkesinambungan meliputi:
d. Fasilitasi intravena dan kedekatan bayi keluarga baru setelah kelahiran.
Sectio Caesarea | 21

e. Pulangkan ibu dari PACU setelah periode pemulihan lengkap, setelah kolaborasi
dengan penyedia layanan anastesia dan penolong kelahiran, jika ibu dalam kondisi
stabil sesuai panduan unit.
f. Dukumentasikan sesuai panduan unit.

Sectio Caesarea | 22

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Preoperatif
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa
1. Identitas
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
e. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
f.

Riwayat kesehatan sekarang :


Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

g.

Riwayat kesehatan keluarga:


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.

4. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Sectio Caesarea | 23

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d.

Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

e. Istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
Diagnosa
a. Ansietas berhubungan dengan komplikasi yang akan terjadi pasca tindakan
section sesarea
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan

Sectio Caesarea | 24

B. Postoperatif
Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik, dan emosi
sebelum pembedahan dan riwayat alergi
Pemeriksaan Fisik dan Manifestasi Klinik
a. System pernafasan
Ketika

klien

dimasukan

ke

PACU,

Perawat

segera

mengkaji

klien:

Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit :


depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovasculair atau ratarata metabolisme yang meningkat.

Auscultasi paru : keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan


diafragma, retraksi sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

b. Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam

(4x)

dan

setiap

jam

selama

hari

jika

kondisi

stabil.

Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard,


shock,perdarahan.

Nadi

meningkat,shock,

nyeri,

hypothermia.

Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
Homans saign : trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan,
nyeri).
Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

Ukur cairan NG tube, out put urine, drainage luka.

Kaji intake / out put.

Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

c. Sistem Persyarafan

Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran semua klien dengan anesthesia
umum

Sectio Caesarea | 25

Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.

d. Sistem Perkemihan

Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia


inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).

Dower catheter : kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam
komplikasi ginjal.

e. Sistem Gastrointestinal

Mual muntah : 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat


menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada
bedah kepala dan leher serta TIO meningkat

Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

Kaji paralitic ileus : suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan


decompresi dan drainase lambung.

Meningkatkan istirahat.

Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

Memonitor perdarahan.

Mencegah obstruksi usus.

Irigasi atau pemberian obat.


Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 8 jam.

f. Sistem Integumen

Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.

Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan satu tahun.


Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan:

Infeksi luka.

Diostensi dari udema / palitik ileus

Tekanan pada daerah luka.


Sectio Caesarea | 26

Drain dan Balutan


Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR,
(Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan
minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

g. Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.

h. Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi.

Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan


manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah
lengkap.

Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan luka pasca section sesarea
b. Resiko gangguan integritas kulit berhubunan dengan luka pasca section
sesarea
c. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entree luka operasi
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan pasca tindakan section
secarea

Sectio Caesarea | 27

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan:
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133). Proses persalinan normal
dapat dilangkahi, bila perlu, dengan bedah Caesar . ini adalah operasi perut untuk
melahirkan bayi lewat sayatan. Baik sebagai tindakan gawat darurat, ketika nyawa bayi,
ibu, atau keduanya dalam bahaya , atau sebagai prosedur yang direncanakan
Tipe anestesi bervariasi, baik umum maupun spiral dan perawatan praoperatif dan
pascaoperatif bergantung kepada tipe yang digunakan.
Indikasi caesarea bisa indikasi absolut atau relative. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indkasi absolut untuk
section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan
neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kealhiran lewat vagina
bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat section
caesarea aka lebih aman bagi ibu, anak maupun keduanya
B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik
dan saran yang dapat membangun sangat kami butuhkan, dan semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca.

Sectio Caesarea | 28

DAFTAR PUSTAKA

Edozien,Lerroy. C. 2013. Buku Saku Management Unit Persalinan. Jakarta: EGC.


Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Jacoby, Davidb. 2009. Pustaka Kesehatan Populer Kehamilan Dan Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Gramedia.
Kennedy,Betsy, B. 2013. Modul Management Intrapartum.Edisi 4. Jakarta: EGC.
Nadesul, Handrawan. 2007. Buku Sehat Calon Pengantin dan Keluarga Muda. Jakarta :
Kompas.
Nadesul, Handrawan. 2008 . Cara Sehat Menjadi Perempuan. Jakarta : Kompas.
Oxorn Harry, William R.Forte . 1990. Ilmu kebidanan : patologi & fisiologi persalinan.
Yogyakarta : CV.Andi Offset.
Pillitery,Adele. 2002. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC.
24 november pukul 5.30 WIB. www.usu.ac.id

Sectio Caesarea | 29

Vous aimerez peut-être aussi