Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A.
Definisi BBLR
Berat badan
lahir
rendah
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah prematur atau
dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
B.
Klasifikasi BBLR
Ada dua golongan BBLR, yaitu:
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
2. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas
a.
tiga jenis:
simetris ( intrauterus for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan nutrisi
b.
c.
C.
Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum sesuai dengan
masa gestasinya, yaitu :
1. Komplikasi obstetric
a. Multipel gestation
b. Incompetence
c. Pro ( premature rupture of membran ) dan kirionitis
d. Pregnancy induce hypertention ( PIH )
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran prematur
2. Komplikasi medis
a. Diabetes maternal
b. Hipertensi kronis
3. Faktor ibu
a. Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut,
serta kelainan kardiovaskular.
b. Usia ibu : angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
c. Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap
timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
d. Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat bdan yang tidak adekuat dan ibu
yang perokok. (Mitayani, 2009)
Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain :
1) Pengaruh umur ibu saat hamil terhadap kejadian BBLR
Hendaknya ibu merencanakan kehamilannya pada kurun waktu umur
produksi sehat yaitu 20-35 tahun. Dari segi biologis, wanita pada umur
muda (kurang dari 20 tahun) memiliki perkembangan organ-organ
reproduksi yang belum matang. Keadaan ini akan menyebabkan
kompetisi dalam mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap
perkembangan dan janinnya. Dari segi kejiwaan, belum siap dalam
menghadapi
tuntutan
beban
moril,
mental,
dan
emosional
yan
sekitar
terhadap
kehamilannya,
yang
nantinya
akan
menimbulkan stress.
Kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun juga mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran BBLR sehubungan dengan alat
reproduksinya telah berdegenerasi dan terjadi gangguan keseimbangan
hormonal. Fungsi plasenta yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
kurangnya produksi progesterone dan mempengaruhi iritabilitas uterus,
menyebabkan perubahan-perubahan serviks yang pada akhirnya akan
memicu kelahiran prematur. Umur ibu hamil yang lebih tua juga
dihubungkan dengan adanya penyakit-penyakit yang menyertainya.
2) Pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR
Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat berpengaruh dalam
penerimaan informasi yang diterima. Ibu dengan pendidikan yang cukup
akan melakukan hal-hal yang diperlukan oleh bayi. Misalnya kesadaran
untuk memenuhi gizi, imunisasi, pemeriksaan berkala (antenatal care).
Sebaliknya pendidikan yang rendah akan sulit bagi seorang ibu untuk
menerima inovasi dan sebagian besar kurang mampu menciptakan
kebahagiaan dalam keluarganya, selain itu kurang menyadari betapa
pentingnya perawatan sebelum melahirkan. Pemerintah telah berupaya
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui program kesehatan
ibu dan anak, penyuluhan-penyuluhan kesehatan selama ibu hamil.
Dengan demikian para ibu hamil, diharapkan dapat memilih makanan
yang bergizi, guna menghindari lahirnya bayi dengan berat badan lahir
rendah. Hal ini jelas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan janin
dalam kandungannya. Selain itu dengan pendidikan dan informasi cukup
yang dimiliki ibu diharapkan pelaksanaan Keluarga Berencana dapat
berhasil
sehingga
menjarangkan
kehamilan, dan dapat menunda kehamilan jika menikah pada usia muda.
3) Pengaruh paritas terhadap risiko kejadian BBLR
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati. Jumlah paritas yang tinggi mempunyai
risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.
Hal ini dapat diterangkan bahwa pada setiap kehamilan yang disusul
dengan persalinan akan menyebabkan perubahan-perubahan pada
sebelumnya.
Keadaan
ini
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan janin.
4) Pengaruh umur kehamilan terhadap risiko kejadian BBLR
Untuk mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui hari pertama
haid terakhir (HPHT), sedangkan secara klinik umur kehamilan dapat
diketahui dengan mengukur berat lahir, panjang badan, lingkaran kepala.
Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat merupakan hasil dari umur
gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang normal,
umur gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang
terganggu,
atau
umur
gestasi
yang
pendek
dengan
kecepatan
gangguan
kelangsungan
kehamilan
abortus,
partus
gravidarum,
perdarahan
antepartum,
trauma
fisis
dan
psikologis.
8) Pengaruh faktor kehamilan ganda terhadap kejadian BBLR
Pada ibu dengan kehamilan ganda membutuhkan asupan makanan
yang lebih dibandingkan ibu yang hamil tunggal, sehingga apabila
kebutuhan janin tidak tercukupi secara merata maka mengakibatkan bayi
yang lahir mempunyai berat badan yang rendah.
9) Pengaruh sosial ekonomi terhadap kejadian BBLR
Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang cukup berpengaruh
dalam kejadian BBLR, walaupun secara tidak langsung. Pendapatan
yang rendah akan menyulitkan seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan
bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan
bayi dengan BBLR. Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa angka
kematian
ibu
dapat
diturunkan
secara
tidak
langsung
dengan
kehamilan
ibu,
frekuensi
minimal
kali
selama
11) Pengaruh
kebiasaan
merokok
dan
minum
alkohol
terhadap
kejadianBBLR
12) Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu kebiasaan buruk bagi
ibu hamil yang akan berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya.
Menurut penelitian Haworth dkk, bahwa berat badan bayi yang lahir dari
ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan perokok, walaupun
penambahan berat badan selama hamil dan asupan energi sama.
Beberapa penulis mengemukakan bahwa ibu hamil yang merokok lebih
sering melahirkan bayi yang lebih kecil dibanding ibu hamil yang tidak
merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal :
-Karbonmonoksida dan inaktifasi fungsionalnya pada hemoglobin janin dan ibu.
-Aksi vasokonstriksi dan nikotin menyebabkan menurunnya perfusi darah ke
plasenta.
-Merokok menyebabkan menurunnya selera makan ibu sehingga asupan energi ibu
hamil berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok yang selera makannya tidak
berubah.
-Berkurangnya volume plasma akibat hipoksia kronik.
-Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan fetal
alcohol syndrome. Sindrom ini mencakup kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan
janin, cacat lahir dan retardasi mental. Risiko ini berhubungan dengan jumlah
alkohol yang diminum setiap harinya, usia kehamilan saat ibu hamil minum alkohol
dan lamanya ibu tersebut mengkonsumsi minuman beralkohol. Makin banyak
alkohol yang dikonsumsi, semakin besar resiko terganggunya pertumbuhan janin;
sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi alkohol, resiko terganggunya janin akan
semakin kecil, tetapi masih ada. Bila ibu hamil mengkonsumsi alkohol pada trimester
pertama kehamilan saat berlangsung organogenesis janin, maka resiko abortus
akan lebih besar. Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua saat terjadi
perkembangan ukuran sel, maka akan berpengaruh pada berat janin yang
dikandungnya.
12. Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian BBLR
Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada berat badan lahir. rata-rata berat
badan lahir bayi laki-laki 150 gram lebih berat dibanding bayi perempuan. Setelah
minggu ke-20 mulai terdapat perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan
perempuan. Menurut Kloosterman (1969) perbedaan ini dapat mencapai 135 gram
pada kehamilan 40 minggu. Jadi bayi laki-laki seringkali lebih berat dari bayi
perempuan.
13. Pengaruh Riwayat Melahirkan BBLR Sebelumnya Terhadap KejadianBBLR
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai
kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.
D.
Patofisiologi
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral,
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi
terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh.
BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar
108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan
lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paruparu yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh
dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit
memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore,
1997)
E.
Manifestasi Klinik
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1.
Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm,
3.
kepala relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub
kutan sedikit, osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia
immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi,
dan kepala menghadap satu jurusan.
4.
Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
1.
2.
3.
Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:
1.
Suhu Tubuh
Pernapasan
otot
pencernaan
makanan
masih
belum
sempurna
sehingga
Perawatan BBLR
Dengan memperhatika gambaran klinis diatas dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayio BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR
ditujukan pada pengaturan panas badan, menghindari infeksi, pemberian makanan
bayi dan pernapasan.
1.
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang realtif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnyua jaringan
lemak dibawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (Brown Fat). Untuk mencegah
hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk nayi dengan berat
badan kurang dari 2000 gram adalah 35 0C dan untuk bayi dengan BB 2000 gram
sampai 2500 gram 34 0C, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50 60 persen. Kelembaban yang lebih
tinggi diperlukan pada bayi dengan syndroma gangguan pernapasan. Suhu
inkubator dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000
gram dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan didalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27 0C-29 0C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya
atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan
menggunakan metode kanguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36 0C - 37 0C
adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi didalam
inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi.
Akhir-akhir ini telah dimulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat
temperatur sensor (Thermistor probe). Alat ini ditempelkan dikulit bayi. Suhu
inkubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat
dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat
bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadan umum, perubahan tingkah laku, warna
kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatcepatnya.
2.
Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus,
bronchiolus
respiratorius,
dan
duktus
alveoleris
ke
alveoli.
berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi
lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk
atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake
dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
3.
Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadapa infeksi disebabkan oleh
kadar imunoglobulinserum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal
neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman.
Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku
bayisering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara laian : malas
menetek, gelisah, letargi, suhu tyubuh meningkat, frekwensi pernapasan meningkat,
muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR
dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan
antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio
perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang yang
terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotic yang tepat.
4.
Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan
Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu Formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusu bayi
BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus
untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi
dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator
harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih
besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil,
kurang giat dan mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek
pada ibunya, makanan diberikam melalui NGT
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan
bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat
Badan lebih rendah.
5.
Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5
hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6.
Perawatan kulit
Kulit bayi prematur sangat imatur dibandingkan bayi yang cukup bulan.
Karena sangat sensitif dan rapuh, maka sabun yang berbasis alkalis yang dapat
merusakmantel asam tidak boleh digunakan. Semua produk kulit (misal: alkohol,
povidone iodine) harus dipergunakan secara hati-hati: kulit harus segaera dibilas
dengan air sesudahnya karena zat-zat tersebut dapat mengakibatkan iritasi berat
dan luka bakar kimia pada bayi.
Kulit sangat mudah mengalami eksoriasi dan terkelupas; harus diperhatikan
jangan sampai merusak struktur yang halus tersebut. Oleh karena itu, ikatannya
jauh lebih longgar diantara lapisan kulit tipis tersebut. Penggunaan perekat setelah
penusukan tumit atau untuk melekatkan alat pemantau atau infus IV dapat eksoriasi
kulit atau menempel erat pada permukaan kulit sehingga epidermis dapat terkelupas
dari dermis dan tertarik bersama plester sama sekali tidak aman menggunakan
gunting untuk mengelupas balutan atau plester dari ekstremitas bayi imatur yang
sangat kecil, karena bis memotong ekstremitas yang kecil tersebut atau melepas klit
yang terikat longgar. Pelarut yang digunakan untuk mengelupas plester juga harus
dihindari karena cenderung mengeringkan dan membakar kulit lembut.
G.
Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1.
2.
3.
cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal
udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi
untuk yang berikutnya
4.
Asfiksia neonetorum
5.
Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin
Prognosa
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi
(semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka
kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan
pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll).
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat
bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan
pernapasan , perdarahan intrafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental
fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua
dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan,
asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain lain).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
A.
I.
Pengkajian
Biodata
A.
Identitas Klien
1.
Nama/Nama panggilan
2.
3.
Jenis kelamin
4.
Agama
5.
Pendidikan
6.
Alamat
7.
Tgl masuk
8.
Tgl pengkajian
9.
Diagnosa medik
:
:
B.
1.
Ayah
a.
Nama
b.
Usia
c.
Pendidikan
d.
Pekerjaan/sumber penghasilan :
e.
Agama
f.
Alamat
2.
Ibu
a.
Nama
b.
Usia
c.
Pendidikan
d.
Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e.
Agama
f.
Alamat
2.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
b.
c.
d.
Apgar skore
0
Tidak ada
1
< 100
2
> 100
Usaha bernapas
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas
Refleks
Tidak bereaksi
sedikit
Gerakan sedikit
Warna kulit
5.
kemeraha, Seluruh
ekstremitas biru
kemerahan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan
amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami
polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml
maka bayi mengalami oligohidramnion
6.
Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali
pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak.
8.
Pengkajian fisik
tubuh
a.
Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum
adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
b.
Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 160
detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus
arterious (PDA)
c.
Pernapasan
dan
fontanel
tampak
melebar,
penonjolan
karena
Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat
Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
i.
Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila.
Tentukan dengan suhu lingkungan.
j.
Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi,
lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse
atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap
preparat kulit yang dipakai (misal: plester povidone iodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan periksa
adanya tanda infiltrasi.
jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus, sentral,
vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi
parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum;
dan tempat insersinya.
9.
Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang
k.
Kaget (stratle)
respon
menghisap
yang
belum
sempurna
m. Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi
yang berusia > 2 bulan
11. Pemeriksaan diagnostik
a.
Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah
b.
Dektrosik: menyatakan hipoglikemia
c.
AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada
d.
Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e.
Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia
f.
Urinalis : mengkaji homeostasis
g.
Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
h.
EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1.
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan
refleks lemah.
4.
efektif
5.
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
6.
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi
sistemik,
dan
berkurangnya
nutrient
seluler
(glukosa
dan
oksigen)
yang
berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7.
8.
kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai
dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan
berharap agar bayinya cepat sembuh.
C.
1.
Intervensi
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
Rasional
Membantu dalam membedakan periode
pernapasan
normal
dari
frekwensi jantung
bahu
untuk
hiperekstensi
sulfat
dan
narkotik
Kolaborasi :
Pantau
SSP
pemeriksaan
laboratorium Hipoksia,
asidosis
netabolik,
sesuai indikasi
Berikan
obat-obatan
yang
sesuai Perbaikan
indikasi
kadar
oksigen
dan
2.
Rasional
Hipotermia membuat bayi cenderung
Kaji suhu dengan memeriksa suhu merasa stres karena dingin, penggunaan
rektal pada awalnya, selanjutnya periksa
ada
hangat.
kadar O2.
dan
penurunan
sensivitas untuk
sistem
lingkungan
pengatur
suhu
, karena dingin
dengan
peningkatan
kebutuhan
oksigen
laju
dan
pantau
penambahan
berat
berat
jenis
urine
dihubungkan
dengan
badan tidak adekuat, tingkatkan suhu penurunan perfusi ginjal selama periode
berat
hip[ertermi
ini
dapat
sesuai indikasi (GDA, glukosa serum, terjadi karena pelepasan asam lemak dari
elektrolit dan kadar bilirubin)
berikan
obat-obat
sesuai
indikasi
fenobarbital
dengan
perubahan
fungsi
SSP
yang
disebabkan hipertermi
Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
pada hiportemia dan hipertermia
3.
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan yang
berhubungan
dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan
refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Rasional
Menentukan metode pemberian makan
maturitas
refleks
Auskultasi adanya bising usus, kaji setelah kelahiran. Bila distres pernapasan
status fisik dan statuys pernapasan
badan
setiap
hari,
kemudian
Mengidentifikasikan
dan
adanya
resiko
resiko
terhadap
pola
atau
mengalami
penurunan
dalam
hubungannya
kebutuhan
untuk
dengan
digunakan
makan
buruk,
menangis, nada tinggi, gemetar, mata bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan
terbalik, dan aktifitas kejang.
Kolaborasi :
Pantau
Pemberian
pemeriksaan
diuresi
cairan
pada
intravena
bayi.
mungkin
sesuai indikasi
Glukas serum
Nitrogen
urea
darah,
kreatin, cairan
suplemen
elektrolit
dapat
menyebabkan
kerusakan
SSP
cepat
berkurang
dan
perubahan
fungsi
ginjal
metabolik
pada
bayi
efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 10.000
Intervensi
Mandiri :
Rasional
Untuk mengetahui lebih dini adanya
Lakukan
isolasi
bayi
lain
yang Tindakan
yang
dilakukan
meminimalkan
terjadinya
lebih luas
untuk
infeksi yang
personal
menular
yang
untuk
tidak
kontak
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi
Mandiri :
Rasional
Pengeluaran
harus
1-3
ml/kg/jam,
Bandingkan masukan dan pengeluaran sementara kebutuhan terapi cairan kiraurine setiap shift dan keseimbangan kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
kumulatif setiap periodik 24 jam
meningkat
sampai
120-140
ml/kg/hari
Pantau berat jenis urine setiap selesai pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
berkemih atau setiap 2-4 jam dengan
tidak
tahan
dengan
kantong Meskipun
imaturitas
ginjal
dan
penampung urine.
ketidaknyamanan
mengonsentrasikan
Pantau
tekanan
darah,
nadi,
untuk
urine
biasanya
Kolaborasi :
Pantau
pemeriksaan
laboratorium besar
dari
ketidakmampuan
1,013
menandakan
masukan
cairan
dan
PDA,
displasia
bronkopulmonal yang
minimal
dapat
dengan
cepat
25%
volume
darah
dapat
melalui
terjadi
selang
karena
nasogastrik
dan
penurunan
telah
membantu
komplikasi
dalam
enterokolitis
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi
sistemik,
dan
berkurangnya
nutrient
seluler
(glukosa
dan
oksigen)
yang
berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan
pasien
mendapatkan
asuhan
untuk
mencegah
cedera
dan
memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen
otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intraventrikel.
Intervensi
Kurangi rangsangan lingkungan
Rasional
Respons stres, terutama peningkatan
Organisasikan
asuhan
peningkatan TIK
tidur
Tutup
inkubator
dengan
kain
malam
Kaji dan tangani nyeri menggunakan Untuk mengurangi cahaya dan tidak
metode
farmakologis
dan
non-
farmakologis
berlebih
memadai
Hipoksia
tiba-tiba
akan
meningkatkan
aliran
Rasional
Beberapa upaya (misalnya menggosok)
farmakologis
8.
Resiko
Rasional
Untuk menjamin penambahan berat
tanpa gangguan
menguap,
aversi
aktif, Untuk
membiarkan
istirahat
bayi
menangis)
denagn tenang
9.
kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh
Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi
Observasi tekstur dan warna kulit.
Rasional
Untuk
mengetahui
adanya
kelainan
Rasional
Belajar
tergantung
pada
emosi
dan
instruksi /informasi pada klien maupun kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan
keluarga
tentang
penyakitnya,
baik individu
Menurunkan
orang
terdekat
perbaikan
dan
partisipasi
dapat
pada
pertanyaan
Jelaskan
ansietas
dosis
obat, pengobatan
dan
mencegah
penghentian
potensial
efek
ketidaknyaman
pengobatan
D.
Mencegah/menurunkan
kerjasam dalam program
Implementasi
Implementasi
merupakan
tindakan
yang
sesuai
denga
yang
telah
Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
Definisi
Incubator bayi adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi premature atau
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan suhu dan
kelembaban yang stabil dan kebutuhan oksigen yang sesuai dengan kondisi dalam
kandungan ibu.
Incubator bayi merupakan salah satu alat medias yang berfungsi untuk menjaga
suhu sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan dan stabil. Pada modifikasi
manual-otomatis incubator bayi, terdapat sebuah boks control yang dibagi menjadi 2
bagian (bagian atas dan bagian bawah).
Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display sensor, kontroler dan
rang kaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi menjadi 3
ruangan yang dibatasi dengan sekat yang digunakan untuk meletakkan heater,
tempat atau wadah air dan kipas. Sensor yang digunakan adalah sensor suhu
(PT100) dan sensor kelembapan, dimana sensor suhu PT100 dan sensor
kelembapan diletakkan di dalam boks tidur bayi (di luar boks kontrol).
Tujuan
2.
Sebagai tempat untuk mengatur suhu bayi yang mempunyai berat badan lahir
rendah.
3. Untuk menjaga stabilitas suhu tubuh bayi.
C.
1. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR). Bayi dengan berat badan
kurang dari 1500gr dan kebanyakan adalah premature.
2. Bayi yang mengalami ikterus, bayi yang menjadi kuning pada hari pertama kelahiran
karena terjadinya penghancuran sel dan darah merah yang berlebihan yang
3.
32oC
>5 mg
>4 mg
>3 mg
>2hr
Pra-syarat
1.
SDM terlatih dan siap
2.
Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
3.
Kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian
4.
Alat layak pakai
5.
Aksesoris alat lengkap dan baik
6.
Bahan operasional tersedia.
Persiapan
1.
Lepaskan penutup debu
2.
Tempatkan alat pada ruang perawatan
3.
Pasang aksesoris dengan baik dan benar
4.
Periksa pengatur posisi kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen
termasuk flow meter dan kondisi filter, serta skin sensor temperature
5.
Periksa hubungan alat ke terminal pembumian.
Pemanasan
1.
Hubungkan alat dengan catu daya
2.
Hubungkan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
3.
Atur dan cek temperataur selector, humidity, oksigen, fan dan alarm untuk
mengetahui fungsi alat
4.
Lakukan pemanasan secukupnya.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2.
Perhatikan protap pelayanan
3.
Atur temperature selector sesuai kebutuhan
4.
Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan
5.
Pasang skin system temperature, bila ada
6.
Lakukan pelayanan
7.
Selesai melakukan tindakan, cuci tangan dengan ari yang mengalir dan keringkan
Pengemasan atau Penyimpanan
1.
Tutup regulator oksigen pada tabung oksigen
2.
Kembalikan posisi regulator oksigen dan temperature ke posisi OFF/minimum
3.
Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
4.
Lepaskan alat dengan catu daya
5.
Bersihkan alat
6.
Pasang penutup debu
7.
Simpan alat pada tempatnya
8.
Catat beban kerja alat/jumlah pasien per bulan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan pemasangan inkubator
2. Catat respon klien saat pemasangan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta :
EGC.
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI
http://www.scribd.com/doc/47352330/Inkubator-Bayi
http://www.scribd.com/doc/86864688/26-Incubator-Perawatan