Vous êtes sur la page 1sur 53

aat praktikum

kimia
laporan praktikum
Des 6
Posted by aatunhalu
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
PERCOBAAN VIII
REAKSI REDOKS

NAMA
: KHARIS ISNAIN
NO. STAMBUK : F1CI 00 044
PROG. STUDI : KIMIA
JURUSAN
: KIMIA
KELOMPOK
: V (LIMA)
ASISTEN
: AAT ISNAIN
LABORATORIUM UNIT KIMIA
UPT. LABORATORIUM DASAR
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2000

REAKSI REDOKS

A.

TUJUAN PERCOBAAN

Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan dapat mempelajari beberapa reaksi redoks.
B.

KAJIAN TEORI

Reaksi kimia adalah suatu reaksi antara senyawa kimia atau unsur kimia yang melibatkan
perubahan struktur dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan pembentukan dan pemutusan
ikatan kimia. Dalam suatu reaksi kimia terjadi proses ikatan kimia, di mana atom zat mula-mula
(edukte) bereaksi menghasilkan hasil (produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan
energi (reaksi endotermal) atau melepaskan energi (reaksi eksotermal).
Ciri ciri reaksi kimia :
Terbentuknya endapan
Terbentuknya gas
Terjadinya perubahan warna
Terjadinya perubahan suhu atau temperatur
(www.wikipedia.com)
Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada
yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu
terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan
reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya
karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama
halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi
muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan
penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan
muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi
redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 1995).
Dalam sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil
oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu
zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus
disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil
bagian belum dapat dikeolmpokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum didefinisikan oksidasi
dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron.
Dengan melihat contoh-contoh reaksi dari reaksi redoks , dapat ditarik kesimpulan umum dan
dapatlah didefinisikan okdidasi dan reduksi dengan cara berikut. Oksidasi adalah suatu proses
yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul).

Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat
pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi
oksidasi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun
gas. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi
berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang
kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum
dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, leleham maupun gas (Shevla,1979).
Partikel (unsur, ion, atau senyawa) yang dapat mengokdidasi partkel lain disebut
pengoksidasi, tetapi ia sendiri tereduksi. Sebaliknya partikel yang mereduksi partikel lain disebut
pereduksi, tetapi ia sendiri teroksidasi. Reaksi redoks dapat terjadi bila suatu pengoksidasi
bercampur dengan zat lain yang dapat teroksidasi, atau perediksi bercampur dengan zat yang
dapat tereduksi. Dari perubahan masing-masing dapat ditetukan pereaksi dengan hasil reaksi
beserta koefisiennya masing-masing (Syukri,1999).
Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi
redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia
yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang
ditandai penurunan bilangan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan
yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang
keelektronegatifannya

lebih

besar.

Jika

kedua

atom

diberikan

maka

atom

yang

keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih
besar memiliki bilangan oksidasi negatif (Dogra, 1998).
Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi paling mudah terlihat
dengan cara memisahkan reaksi reaksi keseluruhan ke dalam dua setengah reaksi. Dalam
setengah-reaksi oksidasi atom-atom tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi, dan
elektron tampak pada sebelah kanan persamaan setengah-reaksi. Dalam setengah reaksi reduksi,
bilangan oksidasi dari atom-atom tertentu menurun, dan elektron pada sebelah kiri dari
persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keselurahan, jumlah elektron yang

sama harus tampak dalam masing-masing persamaan setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan
dasar dari persamaan keseimbangan oksidasi-reduksi (Petrucci, 1985).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1.

Alat :

2.

Tabung Reaksi
Rak tabung
Pipet tetes
Gelas kimia
Gelas ukur
Pemanas
Thermometer

Bahan :

D.
1.

Logam Al
Logam Fe
Pb(NO3)2
Zn(NO3)2
PbNO3
H2O2 1 M, 0,1 M
MnO2 padat
H2SO4 encer
H2SO4 pekat
FeCl3
KI 0,1 M
KMnO4 1 M, 0,1 M, 0,01 M
NaOH 2 M
NaOH padat
MnSO4 1 M
Larutan Kanji 1%
Aquades

PROSEDUR KERJA
Beberapa reaksi redoks

a.
Logam Al

Logam Aluminium (Al), Tembaga (Cu), dan Besi (Fe)

Logam Cu
Logam Fe

Al + Pb(NO3)2

bereaksi

Al + Zn(NO3)2

bereaksi

Al + NaNO3

tidak bereaksi

Cu + Pb(NO3)2

tidak bereaksi

Cu + Zn(NO3)2

tidak bereaksi

Cu + NaNO3

tidak bereaksi

Fe + Pb(NO3)2

bereaksi

Fe + Zn(NO3)2

tidak bereaksi

Fe + NaNO3
tidak bereaksi
Masing-masing di masukkan ke dalam larutan Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan NaNO3.
Disusun menurut kereaktifannya

b.

Reaksi disproporsionasi
10 tetes H2O2 0,1 M
Ditambahkan sedikit MnO2

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi


H2O2 + MnO2
bereaksi

c.
Reaksi H2O2 0,1 M
Ditambahkan 5 tetes H2SO4 1M
Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M
Ditambahkan 1 tetes kanji
Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
5 tetes H2O2 0,1 M

H2O2 + H2SO4
H2O2 + H2SO4 + KI
H2O2 + H2SO4 + KI + larutan kanji

d.

Bening kuning
Kuning kuning pekat
Kuning pekatbiru lembayung

Reaksi FeCl3 0,1 M + KI 0,1 M dalam suasana asam

5 tetes FeCl3 0,1 M

Ditambahkan 10 tetes H2SO4 1 M

Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M

Dipanaskan

Ditambahkan 1 tetes kanji

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

FeCl3 + H2SO4

Kuning kuning pekat

FeCl3 + H2SO4 + KI

Kuning pekat biru lembayung

2. Mangan (VI)
5 mL KMnO4 0,01 M
KMnO4 + H2SO4
KMnO4 + H2SO4 encer
KMnO4 + MnO2 padat

tidak bereaksi
tidak bereaksi
bereaksi

Dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi masing-masing


Didalam tb 1 dimasukkan 5 mL H2SO4 encer, tb 2 dimasukkan 5 mL NaOH encer, tb 3
dimasukkan sedikit MnO2 padat, dan tb IV sebagai control
Dikocok setiap tb
Diamati
Dicatat setiap perubahan yang terjadi

3. Mangan (III)
a. Reaksi Larutan Mn(II) + NaOH 2 M

2 mL larutan MnSO4 1M

Dimasukkan 2 mL larutan NaOH 2 M

Dicatat perubahan yang terjadi

Dijelaskan

Mangan (II) + NaOH

b.

bereaksi

Reaksi MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat

1 mL larutan MnSO4 1M

Dimasukkan 2 mL larutan H2SO4 encer

Dimasukkan 5 tetes larutan H2SO4 pekat

Didinginkan

Ditambahkan 5 tetes KMnO4 1 M

Diamati perubahan warna

Ditambahkan 25 mL air

Diaduk dan dijelaskan

2.
Mangan (IV)
5 tetes KMnO4 0,1 M

Ditambahkan 2 butir NaOH padat

Dicatat perubahan yang terjadi

Dijelaskan

E.

HASIL PENGAMATAN

1.Beberapa reaksi redoks

No

Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan

1.
2.

Al + Pb(NO3)2
Al + Zn(NO3)2

Ada gelembung gas


Ada gelembung gas

Terjadi reaksi.
Terjadi reaksi

3.

Al + NaNO3

Tetap

Tidak terjadi reaksi

4.

Cu + Pb(NO3)2

Tetap

Tidak terjadi reaksi

5.

Cu + Zn(NO3)2

Tetap

Tidak terjadi reaksi

6.

Cu + NaNO3

Tetap

Tidak terjadi reaksi

7.

Fe + Pb(NO3)2

Larutan keruh
Terjadi reaksi

8.

Fe + Zn(NO3)2

Tetap

Tidak terjadi reaksi

9.

Fe + NaNO3

Tetap

Tidak terjadi reaksi

10
.

H2O2 + MnO2

Ada oksigen dan air

Terjadi reaksi

11 H2O2 + H2SO4
.
H2O2 + H2SO4 + KI

Bening kuning

Terjadi reaksi

Kuning kuning
pekat

Terjadi reaksi

H2O2 + H2SO4 + KI +
larutan kanji
12 FeCl3 + H2SO4
.
FeCl3 + H2SO4 + KI

Terjadi reaksi
Kuning pekatbiru
lembayung
Kuning kuning
pekat

Terjadi reaksi
Terjadi reaksi

Kuning pekat biru

lembayung

2.Mangan (VI)
No

Pereaksi

Hasil Pengamatan

Keterangan

1.

KMnO4 + H2SO4

Tetap

Terjadi tidak bereaksi

2.

KMnO4 + H2SO4
encer

Tetap

Terjadi tidak bereaksi

3.

KMnO4 + MnO2
padat

Ungu hijau

Terjadi reaksi

3.Mangan (III)

No
1.

Pereaksi
Mangan (II) +
NaOH

Hasil pengamatan

Keterangan

Endapan putih

Terjadi reaksi

(Adanya mangan (IV))

2.

MnSO4 + H2SO4
encer

Tetap

Tidak terjadi reaksi

3.

MnSO4 + H2SO4
encer + H2SO4
pekat

Tetap

Tidak terjadi reaksi

4.

MnSO4 + H2SO4
encer + H2SO4
pekat + KMnO4

Putih coklat

Terjadi reaksi

4.Mangan (IV)

No

Pereaksi

1.

KMnO4 + NaOH
padat

Hasil pengamatan
Ungu biru lembayung
(adanya Mangan (IV))

Keterangan
Terjadi reaksi

Reaksi yang terjadi :


1. Beberapa reaksi redoks
a.

Reaksi beberapa logam


Logam Almunium (Al)
Al (s)
Pb2+(s) +2e

Al3+(s) + 3e
Pb (s)

2Al (s) + 3 Pb2+ (s)


2Al (s) + 3 Pb(NO3)2 (aq)

2 Al3+ (s)+ 3 Pb (s)


2 Al(NO3)2 (aq) + 3 Pb (s)

Al (s)
Zn2+(s) +2e

Al3+(s) + 3e x 2 oksidasi
x 3 reduksi

2Al (s) + 3 Zn2+ (s)


2Al (s) + 3 Zn(NO3)2 (aq)
Al (s) + NaNO3 (aq)

Logam Tembaga (Cu)


Cu + Pb(NO3)2 (aq
Cu + Zn(NO3)2 (aq
Cu + NaNO3 (aq)

Zn (s)

x 2 oksidasi
x 3 reduksi

2 Al3+ (s)+ 3 Zn (s)


2 Al(NO3)2 (aq) + 3 Zn (s)

Logam Besi (Fe)


Fe (s)
Pb2+(s) +2e

Fe l3+(s) + 3e x 2 oksidasi
Pb (s)
x 3 reduksi

2 Fe (s) + 3 Pb2+ (s)


2 Fe (s) + 3 Pb(NO3)2 (aq)

2 Fe 3+ (s)+ 3 Pb (s)
2 Fe(NO3)2 (aq) + 3 Pb (s)

2 Fe (s) + 3 Zn(NO3)2 (aq)


2 Fe (s) + NaNO3 (aq)
b.

Reaksi disproporsionasi
H2O2

O2 + 2H+ + 2e

oksidasi

H2O2 + 2H+ + 2e

2H2O

reduksi

2H2O2
2H2O2
c. H2O2

MnO2
+ 2H+ + 2e
2I

H2O2 +

2I + 2H+

reduksi

I2 + 2e

oksidasi

2H2O2 + I2 + K2SO4

d. Fe3+ + e
2 I

2.

2H2O

2H2O + I2

H2O2 + 2KI + H2SO4

2Fe3+ + 2 I
2 FeCl3 2 KI + 2 KI

O2 + 2H2O
O2 + 2H2O

asam

Fe2+

(Reduksi)

I2 + 2 e

(Oksidasi)

2Fe3+ + I2
2 FeCl2 + I2 + 2 KCl

Mangan (VI)

MnO4 + 4 H+ + 3 e

MnO2 + 2 H2O

4MnO4 + 4 OH

MnO4 + O2 + 2 H2O

MnO4 + MnO2
MnO2 + 4 H+ + 2e
MnO2 + 4 OH + O2

3.

Mn+2 + 2 H2O
2MnO42- + 2 H2O

Mangan (III)

Mn+2 + 4 OH + O2
3Mn+2 + 2MnO4 + 2 H2O

MnO42- + 2 H2O
5MnO2 + 4 H+

4 Mangan (IV)
KMnO4 + NaOH padat
MnO4 + 2 H2O + 3 e
F.

MnO2(s)

+ 4 OH

PEMBAHASAN
Reaksi yang disertai dengan pertukaran elektron disebut reaksi oksidasi reduksi atau lebih

pendek disebut reaksi redoks. Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna
lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan
pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari
reaksi kimia. . Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika
seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar.
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam
zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga
yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses
itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan
diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi,
keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah
zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.

Pada percobaan ini, dipelajari beberapa reksi redoks, yakni reaksi dari beberapa logam.
Pada pengamatan yang pertama pencampuran antara larutan Pb(NO3)2 dengan logam Al terjadi
reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna coklat dimana yang tereduksi
adalah Pb dan yang teroksidasi adalah Logam Al. Selanjutanya pencampuran antara larutan
Zn(NO3)2 dengan logam Al terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Zn, yang tereduksi
adalah Zn dan yang teroksidasi adalah logam Al. Serta reaksi antara pencampuran larutan
Pb(NO3)2 dengan logam Fe terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna
coklat yang bertibdak sebagai oksidator adalah Zn dan yang bertindak sebagai reduktor adalah
logam Fe. Namun pada pengamatan kali ini, ada beberapa pencampuran yang tidak
menghasilkan reaksi redoks yakni reaksi antara NaNO 3 dengan logam Al dan logam Fe serta
pencampuran antara Zn(NO3)2 dengan logam Fe. Hal ini disebabkan karena sifat dari beberapa
logam pada deret volta. Semakin ke kanan maka logam tersebut makin mudah tereduksi,
semakin ke kiri logam tersebut semakin sulit untuk tereduksi dengan kata lain lebih mudah untuk
melakukan oksidasi. Serta suatu logam hanya dapat mereduksi logam yang terdapat di sebelah
kanannya dalam deret volta hal ini dilihat dari potensial oksidasi dan reduksinya.
Pada pengamatan yang kedua, dipelajari reaksi disproporsionasi,yakni reaksi dimana zat
yang bereksi mengalami oksidasi sekaligus reduksi dalam hal ini H2O2. Meskipun sering dikutip
sebagai zat pengoksidasi kuat, hidrogen peroksida dapat bertindak baik sebagai zat pengoksidasi
maupun zat reduksi. Kerja oksidasinya pada proses dua-elektron, yang mengakibatkan
terbentuknya air (H2O). Sebagai pereduksi, hidrogen peroksida melepaskan 2 elektron dan
terbentuk gas oksigen (O2). Peranannya dalam reaksi redoks bergantung pada kuat pengoksid
ataupun pereduksi dari pasangan reaksinya, dan juga pH larutan. Pada reaksi berikutnya yakni
reaksi antara KI dan FeCl3. ion iodida mereduksi sejumlah zat, sementara ion ini sendiri
dioksidasi menjadi iod (I2). Bilangan oksidasi iod berubah dari 1 menjadi 0. dalam hal ini yang
tereduksi adalah Fe3+ menjadi Fe2+, besi mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi
+2.
Pada pengamatan selanjutnya, yakni mempelajari beberapa bilangan oksidasi dari
mangan (Mn). Ada enam bilangan oksidasi dari Mangan, MnO, Mn 2O3, MnO2, Mn2O7, dan
Mn3O4. Lima dari oksidasi ini, mempunyai keadaan oksidasi masing-masing +2, +3, +4, +6, dan
+7. sedang yang terakhir, Mn3O4, merupakan mangan (II)-mangan (III) oksida, (MnO.Mn2O3).

Dalam pengamatan kali ini, yang dipelajari adalah mangan (III), mangan (IV) dan mangan (VI).
Untuk mempelajari bilangan oksidasi dari mangan (IV) digunakan larutan KMnO 4 dengan
penambahan beberapa pereaksi, yang pertama penambahan H2SO4 encer, tidak terbentuk mangan
(IV), tetapi terbentuk Mn2+, ion permanganat direduksi menurut proses lima elektron, bilangan
oksidasi mangan berubah dari +7 menjadi +2. Dengan penambahan NaOH pekat, permanganat
dapat tereduksi menjadi menjadi manganat (MnO42-) dalam suatu proses satu elektron. Bilangan
oksidasi mangan dalam manganat adalah +6. Ion MnO42- menunjukkan suatu warna hijau khas.
Selanjutnya untuk mempelajari reaksi redoks dari mangan (III) digunakan larutan Mn(II) yang
ditambahkan dengan NaOH dan H2SO4 encer

serta penambahan H2SO4 pekat..Untuk

mempelajari reaksi redoks mangan (IV) digunakan larutan KMnO 4 dengan penambahan NaOH
padat.
G.

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi

redoks akan terjadi oksidasi dan reduksi dan pertukaran elektron dari zat-zat yang bereaksi.
Reaksi yang melibatkan hanya satu zat dimana zat tersebut (H 2O2) akan mengalami oksidasi serta
reduksi disebut reaksi disproporsionasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka
hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi
sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat
(atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih
negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam
proses itu zat ini dioksidasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Univeritas Haluoleo. Kendari.

Dogra.1998. Kimia Fisiska. Universitas Indonesia. Jakarta.


http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia. Diakses tanggal 5 Desember 2007.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 1 Edisi Keempat.
Erlangga. Jakarta.
Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta.
Shevla G. 1979. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian
I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. jilid II. ITB. Bandung.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasanya, titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui. Namun, titrasi oksidasi reduksi
(redoks) merupakan bagian terbesar dari analisis volumetrik, karena metode ini dapat digunakan
pada sejumlah besar unsur. Ion banyak unsur dapat berada dalam keadaan oksidasi yang
berlainan, yang merupakan sejumlah besar reaksi redoks.
Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron.
Reaksi redoks tidak hanya reaksi yang melibatkan peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron
saja akan tetapi reaksi redoks dapat juga ditinjau konsep lain seperti reaksi redoks yang
didasarkan pada keberadaan hidrogen dan ditinjau dari keberadaan oksigen.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita jumpai suatu peristiwa perkaratan dan kebakaran
yang merugikan. Kedua peristiwa ini ditinjau dari ilmu kimia merupakan reaksi suatu zat dengan
oksigen. Pada reaksi oksidasi reduksi (redoks) pun dikenal dengan yang namanya biloks. Biloks
yaitu bilangan oksidasi yang menyatakan tingkat oksidasi yang merupakan muatan atom dalam
suatu molekul atau ion.

Selanjutnya banyak reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen, sehingga konsep reaksi
reduksi oksidasi perlu diperluas. Jika suatu logam bereaksi, maka logam itu akan kehilangan
electron membentuk ion positif. Dalam percobaan kali ini tentang Reaksi Reduksi-Oksidasi
digunakan bahan asam oksalat, vitamin C, asam sulfat dan kalium permanganat.
Kalium permanganat adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan titik
akhir titrasi. Oleh sebab itu, percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar suatu komponen
didasarkan pada reaksi redoks.
1.1 Tujuan
-

Mengetahui perubahan warna dari vitamin C dicampur KMn

Mengetahui perubahan warna dari vitamin C dicampur

Mengetahui perubahan warna yang terjadi antara


setelah dipanaskan 70

.
.
dengan

dan KMn

C.

Mengetahui normalitas KMn

pada percobaan secara kuantitatif.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi-oksidasi adalah istilah yang menjelaskan
berubahnya bilangan oksidasi keadaan atom) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini
dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon
dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana (

), ataupun ia dapat

berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit (Anonim, 2010).
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan
dengan mudah sebagai berikut :

Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul atom atau ion.

Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul atau ion (Anonim, 2010).
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan diatas tidaklah
persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena
transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik
didefinisikan sebagai peningkatan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi.
Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat
banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai redoks walaupun tidak ada transfer elektron dalam
reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen) (Anonim, 2010).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain
dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia
menerima elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator biasanya adalah
senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang (seperti
Mn

, Os

) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif,

sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakn
sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Redoktor melepaskan
elektronnya kesenyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia mendonorkan
elektronya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor
sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li. Na, Mg, Fe, Zn dan Al dapat digunakan sebagai
reduktor.
Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenis lainnya
adalah reagen transfer hibrida, misalnya NaB

, dan LiAl

, reagen-reagen ini

digunakan dengan luas dengan kimia organik, terutama dalam tereduksi senyawa-senyawa
karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (

) dengan katalis palladium, platinum atau nikel, reduksi katalitik ini utamanya digunakan
pada reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon (Anonim, 2010).
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor mentransfer elektronnya
ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi dan oksidator
mendapat elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah
reaksi disebut sebagai pasangan redoks (Anonim, 2010).
Partikel (unsur, ion atau senyawa yang dapat mengoksidasi partikel lain disebut
pengoksidasi, tetapi dia sendiri tereduksi. Sebaliknya, partikel yang mereduksi partikel lain
disebut pereduksi, tetapi ia sendiri teroksidasi. Dalam reaksi redoks, terdapat beberapa istilah
yang sering dipakai, yaitu seperti yang diringkaskan pada table dibawah ini (Syukri, 1999).
Tabel 1. Beberapa istilah dalam reaksi redoks

Istilah
Bilangan Oksidasi Perubahan Elektron
Oksidasi
Bertambah
Melepaskan electron
Reduksi
Berkurang
Menerima elektron
Pengoksidasi
Berkurang
Penarik electron
Pereduksi
Bertambah
Pemberi electron
Zat yang dioksidasi Bertambah
Kehilangan electron
Zat yang direduksi
Berkurang
Menerima electron
Pengoksidasi. Partikel akan bersifat pengoksidasi bila ia mempunyai kecenderungan menarik
elektron dari partikel lain, yaitu unsur elektronegatif (seperti oksigen, halogen, dan
senyawa yang mengandung unsur elektronegatif (seperti HN

) dan

). Pengoksidasi yang umum

dipakai dalam reaksi kimia beserta perubahannya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perhatikan bahwa KMn

dan

berbeda reaksinya dalam suasana asam dan basa

(Syukri, 1999).
Tabel 2. Beberapa pengoksidasi dan perubahannya
Pengoksidasi
Batu kawi

Rumus
Mn

Kalium permanganat

KMn

Mn

Perubahan
M

Dalam lingkungan asam :

Mn

Dalam lingkungan basa/netral :


Mn
M
Kalium bikromat

Kalium klorat

KCl

Cl

Asam iodat

HI

Hidrogen peroksida

Cr

dalam lingkungan asam :


O
Dalam lingkungan basa :
O

Asam sulfat pekat

Asam nitrat encer

HN

NO

Asam nitrat pekat

HN

Ion hidrogen
Halogen
Ozon

Pereduksi. Partikel bersifat pereduksi bila mempunyai elektron yang terikat lemah, sehingga
mudah lepas dan ditarik oleh partikel lain. Dan sifat periodik unsur diketahui bahwa unsur yang
demikian adalah unsur elektropositif atau logam. Logam yang bersifat pereduksi, beserta
perubahan dan kekuatannya tercantum pada tabel dibawah, ada unsur senyawa atau ion-ion lain
yang bersifat pereduksi, contohnya

,S

,F

dan ion-ion lain yang mengandung

oksigen (N

. Pereduksi yang sering dipakai dan bentuk perubahannya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini (Syukri, 1999).


Tabel 2. Beberapa pengoksidasi dan perubahannya
Logam
Litium

Li

Oksidasi
L

Sesium

Cs

Rubidium

Rb

Kalium

Barium

Ba

Pereduksi
Kuat

Strontium

Sr

+ 2

Kalsium

Ca

+ 2

Natrium

Na

Magnesium

Mg

+ 2

Aluminium

Al

+ 3

Mangan

Mn

+ 2

Zink

Zn

+ 2

Kromium

Cr

+ 3

Besi

Fe

Kadmium

Cd

+ 2

Kobalt

Co

+ 2

Nikel

Ni

Timah

Sn

Hidrogen

+ 2

+ 2

Tembaga

Cu

+ 2

Perak

Ag

Raksa

Hg

+ 2

Platina

Pt

Emas

Au

+ 3

Lemah

Reaksi redoks dapat terjadi bila suatu pengoksidasi bercampur dengan zat lain yang dapat
teroksidasi, atau pereduksi bercampur dengan zat lain yang dapat tereduksi. Dari perubahan
masing-masing dapat ditentukan pereaksi dan hasil reaksi beserta koefisiennya masing-masing.
Caranya ada dua, yaitu dengan cara setengah reaksi dan bilangan oksidasi.
Perhitungan reaksi redoks dengan mol memerlukan penyetaraan reaksi secara lengkap,
sehingga memerlukan waktu. Sebenarnya ada cara yang lebih pendek tetapi hamper ditinggalkan
orang, yaitu dengan ekivalen redoks. Dalam cara ini yang diperlukan hanyalah jumlah elektron
yang diberikan atau diterima oleh pereaksi dalam reaksi tersebut. Kalau salah partikel A
memberikan satu elektron dan partikel B menerima satu elektron, berarti satu mol A setara
dengan 1 mol B (Syukri, 1999).

Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari 100
tahun ini. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tak memerlukan indikator kecuali bila
digunakan larutan yang sangat encer. Setelah permanganate 0,1 N memberikan warna merah
muda yang tampak, kepada larutan yang volumenya lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini
digunakan untuk menyatakan berlebihannya reagensia itu. Permanganat bereaksi secara
beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7 (Underwood,
1986).
Larutan standar zat-zat pereduksi tidaklah begitu pemakaiannya seperti larutan standar
zat pengoksid, karena kebanyakan zat pereduksi dioksidasi perlahan-lahan oleh oksigen udara.
Natrium tiosulfat adalah satu-satunya pereduksi biasa yang dapat disimpan dalam waktu lama
tanpa mengalami oksidasi udara. Reagensia ini digunakan secara ekslusif untuk titrasi iod, dan
sifat-sifatnya telah dibahas (Underwood, 1986).
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti :
1.

Pemanasan, yang menyebabkan rusak/ berbahayanya struktur.

2.

Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu.

3.

Adanya alkali/ suasana basa selama pengolahan.

4.

Membuka tempat ber : 1 vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksiolasi yang tidak
reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C. (Poedjiadi,
1994).
Disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut
dipercepat oleh panas, sinar/enzim oksidasi setra oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih
muda (mentah) lebih banyak mengandung vitamin C, semakin tua buah semakin berkurang
vitamin C nya. (Prawirokusumo, 1994).
Iodin dan iodium pada vitamin C digunakan sebagai indicator vitamin C, berperan
penting dalam hidroksilisin prolin dan lisin menjadi hidroksprolin dan hidroksilisin yang
merupakan bahan pembentuk kolagen. Vitamin C merupakan reduktor kuat dan penentuannya
dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi yang digunakan adalah iodine berdasarkan sifat
dan menentukannya. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi iodin yaitu 1
mL 0,01 N dan iodin ekivalen 0,8 asam askorbat (Poedjiadi, 1994).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Pipet tetes
- Buret + statif
- Klem
- Tabung reaksi
- Erlenmeyer
- Beaker glass
- Termometer
- Hot plate
- Gelas ukur
3.2.1 Bahan
- Vitamin C
- KMn

0,1 N

- Asam oksalat (

) 0,01 N.

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Secara Kualitatif
3.2.1.1 Vitamin C dengan KMn
- Dimasukkan 1 mL vitamin C dalam tabung reaksi.
- Ditetesi KMn
- Dihomogenkan.
- Diamati.

sehingga berubah warnanya.

3.2.1.2 Vitamin C dengan


- Dimasukkan 1 mL vitamin C ke dalam tabung reaksi.
- Ditetesi dengan

hingga berubah warnanya.

- Dihomogenkan.
- Diamati.
3.2.1.3

dengan

- Dimasukkan 5 mL

kedalam tabung Erlenmeyer.

- Ditambah 2 mL
- Dipanaskan 70

dan KMn

- Ditambah segera setelah mencapai 70

dengan KMn

hingga berubah

3.2.1 Secara Kuantitatif


- Dimasukkan 10 mL
- Ditambah 3 mL

0,01 N dalam Erlenmeyer.


S

- Dipanaskan hingga 70
- Dititrasi dengan KMn

hingga berwarna merah lembayung.

- Dicatat volume penitrasi KMn


- Dhitung normalitas KMn

.
.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

warna.

No.
1.

Perlakuan
Secara Kualitatif
Dimasukkan 1 mL vit. C dalam tabung
reaksi.

Pengamatan
Larutan vit. Yang diencerkan
berwarna kuning muda.
Perubahan warnanya lar. vit. C

Dtetesi larutan KMn

0,1 N hingga menjadi larut coklat berendapan.

berubah warna (sebanyak 6 tetes).

Lar. vit. C berwarna kuning

dihomogenkan dan diamati.

muda.

Dimasukkan 1 mL vit. C kedalam


tabung reaksi (diencerkan 10 kali).
-

Ditetesi dengan

hingga berubah

warnanya. Dihomogenkan dan diamati.


Dimasukkan 5 mL

dalam

Perubahan warna lar. vit. C


menjadi lar. orange kemerahan.
Lar.

berwarna

bening.
Lar. bening.
Lar. mendidih.

erlenmeyer.
Ditambah 2 mL

Lar. berubah warna menjadi

merah lembayung.
Dipanaskan 70

Ditambah segera setelah mencapai 70


dengan KMn
2.

Secara Kuantitatif
Dimasukkan 10 mL

Lar. berwarna bening.

0,01 N dalam erlenmeyer.


Ditambah 3 mL
Dipanaskan 70

Lar. berwarna bening.


S

Lar. mendidih.
Lar. berubah menjadi merah

lembayung.
Dititrasi dengan KMn

hingga

berubah warna merah lembayung.

= 11,

= 11 mL

Dicatat volume penitrasi KMn


Dihitung normalitas KMn

= 0,09 N.

1.1 Latar Belakang


Oksigen dapat membentuk suatu senyawa yang disebut oksida dan sejak oksigen
ditemukan, istilah oksidasi dihubungkan dengan berbagai reaksi yang menggunakan oksigen.
Magnesium, sebagai contohnya, dapat bereaksi langsung dengan oksigen, pemukaan logam yang
terbuka segera dioksidasi membentuk suatu lapisan magnesium oksida(Mgo). Contoh lain
adalah besi. Besi (Fe) juga dapat dioksida secara perlahan-lahan di udara, proses ini dapat
mengakibatkan karat pada logam yang terdiri dari Fe2O3. Suatu logam yang dapat diperoleh
kembali dari oksida logamnya dikenal dengan nama reduksi.
Dalam istilah sekarang proses oksidasi maupun reduksi mempunyai arti yang lebih luas.
Tidak hanya reaksi suatu zat dengan oksigen, tapi oksidasi juga dapat bearti sebagai suatu
peristiwa pelepasan electron oleh suatu zat, atom atau ion ke zat, atom, atau ion lin.begitu pula
dengan reduksi, pengertian reduksi tidak hanya suatu proses pelepasan oksigen, tapi reduksi juga
dapat berarti pengambilan electron dari suatu zat, atom, atau ion ke zat, atom, atau ion lainnya.
Suatu reaksi yang melibatkan peristiwa oksidasi dan reduksi sering disebut reaksi oksidasi atau
reaksi redoks sebagai singkatannya.
Pengertian yang lebih rinci tentang reaksi redoks, akan dijelaskan dalam lapoan ini.
Selain itu akan dibahas beberapa ontoh reaksi oksidasi reduksi dalam suasana asam, serta zar-zat
yang terlibat dalam reaksi redoks seperti zat pengoksidasi atau oksidator, dan zat reduksi atau
reduktor dan aplikasi redoks dalam kehidupan sehri-hari.
1.2 Tujuan percobaan
-

Menentukan fungsi reagen yang digunakan


Mengetahui reduktor dan oksidator yag digunakan dalam percobaan
Mengetahui titik akhir titrasi pada percobaan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan
sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan
digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure logam dan nonlogam
diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi. Contohnya dalam reaksi
pembentukan kalsium oksida (Cao) dari kalsium dan oksigen.
2Ca(s) + O2(g)2CaO(s)
Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionic yang tersusun atas ion Ca 2+ dan O2-. Dalam
reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat electron pada dua atom O
(dalam O2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang
satu melibatkan hilangnya empat electron dari dua atom Ca dan tahap lain melibatkan
penangkapan empat electron oleh molekul O2.
2Ca 2Ca2+ + 4eO2 + 4 2O2Setiap tahap diatas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel ( hal-reaction), yang secara eksplisit
menunjukkan banyaknya electron yant terlibat dalam reaksi.
Reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron disebut reaksi oksidasi. Istilah
Oksidasi pada awalnya berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang
memiliki arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron disebut
reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat pereduksi karena memberikan
electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai
zat pengoksida Karena menerima electron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi.
Dalam persamaan reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah
electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah electron yang diterima oleh
suatu zat pengoksida (Raymond, Chang,2005).

Definisi tentang oksidasi dan reduksi dapat juga dikembangkan menjadi pengertian yang
lebih luas dan jelas Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron
atau lebih dari dalam zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsur dioksida, keadaan
oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat pengoksidasi diartikan sebagai zat yang
memperoleh electron, dan dalam proses itu zat itu direduksi.
Reduksi, sebaliknya adalah suatu proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau
lebih dari suatu zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsure direduksi, keadaaan oksidasi
berubah menjadi lebih negative ( kurang positif ). Jadi zat pereduksi merupakan zat yag
kehilangan electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi juga sangat umum dan
berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan, maupun gas.
Sejumlah besar reaksi oksidasi dan reduksi akan dicantumkan diantara reaksi yang
digunakan untuk identifikasi ion. Beberapa contoh zat pengoksidasi kuat adalah KMnO4.
1.

Kalium permanganat (KMnO4), merupakan zat padat cokelat tua yang merupakan pengoksidasi
kuat, yang bekerja berlainan menurut pH dari medium. Dalam suasana asam, ion pemanganat
direduksi menurut proses 5 elektron, Mn berubah dari + ke +2,
MnO4- + 8H++5 Mn2+ + 4H2O
dalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan dioksida.
MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O

2.

Logam seperti zink, besi, dan aluminium, seringkali logam ini digunakan sebagai bahan
pereduksi. Kerja logam ini disebabkan oleh pembentukan ion, biasanya ion itu ada dalam
keadaan oksidasi terendah, Contohnya :
Zn Zn2+ + 2
Fe Fe2+ + 2
AI AI3+ + 3
( G. Svehla, 1990 ).
a. Bilangan Oksidasi
Suatu unsur dapat bergabung dengan unsure lain membentuk senyawa dengan valensi
tertentu. Istilah valensi dikemukakan oleh Wichelhaus yang artinya jumlah ikatan suatu unsure
terhadap yang lainnya. Dalam menentukan valensi unsur, kita harus menuliskan struktur molekul
senyawa terlebih dahulu. Oleh karena itu, cara ini kurang praktis dan sebagai gantinya ditemukan

cara bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi suatu unsure adalah muatan suatu atom dalam
senyawa, seandainya semua electron yang dipakai bersama menjadi milik atom yang lebih
elektronegatif. Contohnya molekul H2O, karena O2 lebih elektronegatif maka ia kelebihan dua
electron dari dua hydrogen. Akibatnya bilangan oksidasi oksigen = -2 dan hydrogen = +1.
Bilangan oksidasi dapat positif atau negative. Nilai itu bukan merupakan hasil percobaan
melainkan merupakan perjanjian. Perjanjian atau atau aturan dalam menentukan bilangan
oksidasi adalah sebagai berikut :
1.

Setiap unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0, Contohnya H2, Fe, He, S8, dan P4

2.

Hidrogen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya HCI, H2SO 4 dan
HCIO4.

3.
4.

Oksigen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -2 Contohnya H2O, HIVO3 dan NOH.
Unsur-unsur golongan alkali ( IA ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1,
Contohnya NaCI, KOH, dan Li2SO4.

5.

Unsur-unsur golongan dikali tanah ( II A ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2


contohnya CaO, BaCO, dan SrSO4.

6.

Ion Fluar ( F ) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -1, Contohnya Hf, LIF, dan CaF2.

7.

Sebuah ion mempunyai bilangan oksidasi sama dengan muatannya Contohnya C1-=-1, SO42-=2, dan Ca+2=2.

8.

Senyawa netral mempunyai bilangan oksidasi 0 contohnya HCI = 0, KBr = 0, dan Na2SO4 = 0.
Dari aturan diatas dapat ditentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa tanpa
menuliskan struktur molekulnya. Bilangan oksidasi berguna dalam menuliskan rumus senyawa
antara ion positif dan ion negative. Rumus harus sedemikian rupa sehingga bilangan oksidasi
senyawa adalah 0 atau jumlah muatan negatf dan positifnya sama ( Syukri S, 1999 ) .
b. Penggunaan Bilangan Oksidasi
Dalam reaksi redoks, ada beberapa perbedaan dalam bidang oksidasi atau keadaan oksidasi
atau keadaan oksidasi ( istilah ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang saling
mengubah ) dari dua atau lebih suatu unsure. Perhatikan suatu reaksi yang melibatkan
magnesium dan oksigen.
2Mg + O2 2MgO
0

+2 -2

Dimana ditulis bilangan oksidasinya dibawah nama senyawa tesebut, terlihat bahwa bilangan
oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi 0 berubah dari 0 menjadi -2.
Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti oleh bertambahnya bilangan oksidasi ( bertambah
maksudnya disini adalah bilangan oksidasi Mg menjadi lebih positif ). Reduksi O 2 sebaliknya
diikuti oleh berkurangnya bilangan oksidasi 0 menjadi kurang positif atau kurang negatif.
Dengan demikian, hal ini memberikan kita cara yang lebiih umum untuk mendefinisikan
oksidasi dan reduksi yang berkaitan dengan perubahaan bilangan oksidasi. Berdasarkan
perubahan bilangan oksidasinya, oksidasi adalah bertambahnya bilangan oksidasi dan reduksi
adalah berkurangnya bilangan oksidasi.
Untuk tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, senyawa Pengoksidasi adalah zat yang
direduksi, dan senyawa pereduksi adalah zat yang dioksidasi ( James E. Brady,1987 )
c. Menyeimbangkan Persamaan Oksidasi Reduksi
Ada satu cara untuk menyeimbangkan persamaan oksidasi-reduksi. Cara ini disebut
metode setengah reaksi atau electron ion. Pendekatan cara lainnya berdasarkan pada definisi
oksidasi dan reduksi dalam hubungannya dengan bilanganoksidasi disebut metode perubahaan
bilangan oksidasi.
Metode electron ion atau setengah reaksi, terdiri dari beberapa tahap. Dalam metode ini
setengah persamaan oksidasi dan reduksi ditulis terpisah kemudian digabungkan menjadi
persamaan keseluruhan yang seimbang. Beberapa tahap dalam metode electron ion atau setengah
reaksi antara lain :
Tahap 1

: Identifikasi spesies yangterlibat dalam perubahan bilangan oksidasi dan tulislah rangka
setengah reaksi melibatkan penambahan bilangan oksidasi. Reduksi setengah reaksi melibatkan
pengurangan bilangan oksidasi. Contohnya pada reaksi sulfite dan Peermanganat
SO3-2 + H+ +Mn04 SO42- + Mn 2+ + H2O
Oksidasi : SO3-2 SO42-

Reduksi : Mn04 Mn 2+
Tahap 2

: Seimbangkan Jumlah atom dari tiap persamaan. Untuk mendapatkan jumlah atom yang sama
perlu ditambahkan H2O dan H+ ( untuk suasana asam ) dan OH- ( untuk suasana basa, pada sisi
yang kekurangan O )

Oksidasi

:SO32- + H2O SO42- + 2H+

Reduksi

: MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O

Tahap 3

: Seimbangkan muatan listrik dari tiap setengah persamaan. Pada sisi kanan setengah
persamaan oksidasi ditambahkan sejumlah electron agar kedua sisi memiliki muatan keseluruhan
yang sama. Lakukan hal yang sama untuk reduksi, penambahan electron disebelah kiri

Oksidasi

: SO3-2 + H2O SO42- + 2H+ + 2


( Muatan keseluruhan tiap sisi, -2 )

Reduksi

: MnO4- + 8H+ + 5 Mn 2+ + 4H2O


( Muatan keseluruhan tiap sisi +2 )

Tahap 4

: Dapatkan persamaan oksidasi-reduksi keseluruhan dengan menggabungkan kedua setengah


pesamaan. Kalikan electron oksidasi dengan electron reduksi agar electron dalam pesamaan
dapat saling menghapuskan.

Electron tidak boleh terlihat pada suatu persamaan keseluruhan. Pada contoh ini oksidasi dikalikan 5 dan
reduksi dikalikan 2.
Oksidasi

: 5SO32- + 5H2O 5SO4-2 + 10H+ + 10


Reduksi

: 2MnO4-2 + 16H+

+ 10 2Mn+2 + 8H2O
5SO3-2 +5H2O + 2MnO4- + 16 H+ 5SO4-2 +10H+ + 2 Mn2+ + 8H2O
Tahap 5

: Sederhanakan, Bila persamaan keseluruhan mengandung spesies yang sama pada kedua sisinya
yang jumlahnya lebih sedikit. Kurangi lima H 2O dari tiap sisi persamaan keseluruhan pda
langkah 4, dengan demikian akan tersisa 3 H2O pada sisi kanan, Serta pengurangan 10 H+ dari
tiap sisi sehingga tinggal 6 H+ pada sisi kiri.
5SO3-2 + 2MnO4- + 6 H+ 5SO4-2 + 2 Mn2+ + 3H2O

Tahap 6

: Teliti persamaan keseluruhan yang telah selesai. Pastikan bahwa persamaan keseluruhan
seimbang, baik jumlah atom yang ada dalam pesamaan maupun jumlah elektronnya. Pada contoh
terebut dapat dilihat jumlah electron kiri dan kanan adalah -6 (Ralph H. Petrucci, 1987).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat :
Pipet Tetes
Buret & Statif
Elenmeyer
Labu Ukur
Beaker glass
Pipet Volume
Termometer
Tabung Reaksi
Klem
3.1.2 Bahan
Vitamin C
KMnO4
H2C2O4
I2
H2SO4
H2O

3.2 Prosedur Percobaan


Kualitatif
:

1. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,


- Ditambahkan 5 tetes KMnO4
- Diamati perubahan warna yang terjadi
2. - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes I2
- Diamati perubahan warna yang terjadi
3. - Diambil 5 ml asam oksalat dalam beaker glass,
- Ditambahkan 2 ml H2C2O4
- Dipanaskan hingga suhu 70C
- Diteteskan beberapa tetes KMnO4 0,1 N
- Diamati perubahan warna yang terjadi
Kuantitatif
:
- Diambil 10 ml H2C2O4 dalam labu elenmeyer
- Ditambahkan 3 ml H2SO4
- Dipanaskan pada suhu 70C
- Dititrasi dengan KMnO4 0,1N
- Diamati perubahan warna yang terjadi.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No
1.

Perlakuan
Pengamatan
- Kualitatif
- Vitamin C mengalami oksidasi
-Reaksi antara 1 ml vitamin C (pereduktor)
ditambah 5 tetes KMnO4
KMnO4
mengalami
reduksi
- Diamati
( pengoksidasi )
- Warna vitamin C yang semula kuning
berubah
jadi
orange
setelah
penambahan 15 tetes KMnO4
-Reaksi Vitamin C 1 ml dengan - Vitamin C mengalami oksidasi
5 tetes I2
( pereduktor )
- I2Mengalami reduksi ( oksidator )
- Diamati perubahan warna yang - Warna Vitamin C yang semula kuning
terjadi
berubah menjadi orange setelah
penambahan 20 tetes I2.
-Reaksi 5 ml H2C2O4 dengan - H2C2O4 (Reduktor)
H2SO4 dan dititrasi dengan - KMnO4 ( Oksidator )
KMnO4 pada suhu 70C
- Warna larutan sebelumnya bening,
setelah dititrasi dengan KMnO4 larutan
berubah warna menjadi cokelat
Kuantitatif
-Reaksi 10 ml H2C2O4 dengan 3 - H2C2O4 (Reduktor)
ml H2SO4 dipanaskan pada suhu - KMnO4 ( Oksidator )
70C
-Terjadi perubahan warna pada
- Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N penambahan 1 ml KMnO4 menjadi
hingga terjadi perubahan warna
merah lembayung,
- H2SO4 ( Autokatalisator )
- V1.N1 = V2. N2
I0. N1 = I. 0,1
NIC2H2O4 = 0,01N

2.

4.2 Reaksi
-

Vitamin C dan KMnO4


O

HOC
O

OC
O + MnO4

+ MnO4

HOC

OC

HC

HC

HOCH

HOC

CH2OH

CH2OH

Vitamin C dan I2
O

HOC
O

OC
O

+ I2

HOC

+ 2H+ + 2I-

OC

HC

HC

HOCH

CH2OH

HOC

CH2OH

- H2C2O4 dan KMnO4


C2O4-2 + MnO4- 2CO2 + Mn2+
Reduksi : MnO4- Mn2+
Oksidasi : C2O4-22CO2
Reduksi : MnO4- + 8H+ = 5e- Mn2+ + 4H2O
Oksidasi : C2O4-22CO2 + 2e-

(x2)
(x5)

Reduksi : 2MnO4- + 16H+ = 10e- 2Mn2+ +8H2O


Oksidasi : 5C2O42

10CO2 + 10e2MnO4 + 16 H + + 5C2O4-2 2Mn2+ +8H2O

4.3 Perhitungan
Titik akhir titrasi = 1 ml
V1. N1 = V2. N2
1O. N1 = 1. 0,1
N1 = 0,1/ 10
N C2H2O4 = 0,01 N

+ 10CO2

4.4 Pembahasan
Reaksi reduksi oksidasi ( redoks ) merupakan suatu reaksi serah terima electron. Dalam
suatu reaksi penggabungan ion, dimana bilangan oksidasinya berubah. Bilangan oksidasi dapat

berubah menjadi lebih positif atau lebih negative, perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi ini
yang disertai dengan pertukaran electron antara pereaksi ini sering disebut reaksi oksidasi
reduksi ( redoks ). Selain itu, jika saat membicarakan oksidasi suatu zat, kita harus ingat bahwa
pada saat yang sama reduksi dari suatu zat lain juga berlangsung. Oleh karena itu, sangatlah logis
untuk mendefinisikan redoks sebagai proses yang melibatkan serah terima electron yang terjadi
dalam suatu reaksi yang serempak.
Oksidasi dan reduksi memiliki perbedaan pada pengikatan oksigen, perubahaan electron,
dan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi yang mengikat oksigen,
mengalami pelepasan sejumlah electron, serta mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Sedangkan reduksi adalah peristiwa pelepasan oksigen, mengalami penurunan bilangan oksidasi
serta menerima electron.
Reaksi antara kalium Permanganat (KMnO4 ) dengan vitamin C 1 ml, yang berfungsi
sebagai reduktor adalah vitamin C, artinya vitamin C dalam reaksi sebagai zat yang mengalami
oksidasi. Sedangkan kalium permanganat ( KMnO4 ) adalah zat yang mengalami reduksi, artinya
KMnO4 dalam reaksi ini berfungsi sebagai oksidator.
Pada percobaan kedua yaitu reaksi antara vitamin C dan I 2, yang berfungsi sebagai
reduktor adalah vitamin C dan I2 yang berfungsi sebagai oksidator, karena I 2 mengalami
perubahan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -1
Reaksi antara asam oksalat (H2C2O4) dan Kalium Permanganat ( KMnO4 ). Dipanaskan
pada suhu 70C. Dalam reaksi ini asam oksalat berfungsi sebagai reduktor karena H 2C2O4
mengalami oksidasi dengan perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4, selain itu asam
oksalat juga berfungsi sebagai filter atau larutan yang dititrasi. Sedangkan KMnO 4 berfungsi
sebagai oksidator, Selain itu KMnO4 dalam reaksi juga berfungsi sebagai titran.
Reaksi antara 10 ml H2C2O4 dengan 3 ml H2SO4 dan titrasi dengan KMnO4 . Pada reaksi
ini digunakan H2SO4 sebagai autokatalisator yang berfungsi mempercepat reaksi. KMnO4
Merupakan oksidator kuat tapi belum bias mengoksidasi asam oksalat, oleh karena itu
dugunakan H2SO4 . Asam oksalat dalam reaksi ini berfungsi sebagai reduktor dan juga sebagai
titer. Selain itu juga dilakukan pemanasan pada suhu 70C agar reaksi ini dapat berlangsung
dengan stabil.

Dalam pecobaan yang dilakukan, terdapat berbagai hasil percobaan yang berbeda-beda.
Pada percobaan pertama yaitu vitmin C yang direaksikan dengan KMnO4. Warna Vitamin C
awalnya kuning, setelah penambahan 15 tetes KMnO4 warna larutan berubah jadi orange.
Untuk percobaan kedua, reaksi antara vitamin C dengan I 2. Vitamin C yang belum
dicampur dengan I2 berwarna kuning, setelah penambahan 20 tetes I2 warna larutan vitamin C
brubah menjadi warna orange. I2 dalam larutan ini berfungsi sebagai oksidator
Reaksi H2C2O4 dengan larutan H2SO4 berwarna bening. Setelah dipanaskan sampai 70C,
larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4. Warna larutan yang awalnya berwarna bening berubah
menjadi warna cokelat tua. Selain sebagai oksidator KMnO4 juga sebagai titran.
Reaksi antara asam oksalat( H2C2O4 ) dengan asam sulfat (H2SO4) yang dipanaskan pada
suhu

70C dan dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,1 N. Warna larutan awalnya bening setelah

mencapai titik akhir titrasi dengan titran KMnO4 warna larutan berubah menjadi merah
lembayung, Asam oksalat juga berfungsi sebagai autokatalisator.
Autokatalisator adalah senyawa yang dapat mempercepat terjadinya reaksi tanpa
memerlukan bantuan dari katalis yang lainnya. Contohnya asam sulfat (H 2SO4). Selain
autokalisator terdapat pula autondikator. Autondikator adalah senyawa yang dapat meangubah
warnanya sendiri ketika terdapat titik akhir titrasi tanpa memerlukan suatu indicator lainnya,
Contohnya KMnO4.
Perbedaan kualitatif dan kuantitatif terletak pada bentuk, ukuran dan kadar suatu
larutan. Kualitatif menjelaskan tentang keadaan fisik suatu larutan, misalnya saat perubahan
warna larutan, pemanasan larutan, dan sifatnya yang berhubungan dengan fisik larutan yang
terlihat. Sedangkan kuantitatif lebih menyatakan ukuran dan kadar suatu larutan misalnya
normalitas larutan, ukuran volume larutan yang digunakan dan kadar atau tingkatan persentase
larutan.
Dalam percobaan ini digunakan suatu reagen yaitu H2SO4 . H2SO4 berfungsi sebagai
autakatalisator. Penambahan H2SO4 dalam reaksi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu reaksi
yang lebih cepat berlangsung. Walaupun KMnO4 merupakan oksidator kuat, tapi KMnO4 belum
bias digunakan untuk mengoksidasi asam oksalat. Selain itu H 2SO4 juga berfungsi untuk
mengsuasanakan asam dalam larutan.
Pemanasan yang dilakukan pada suhu 70C dilakukan agar reaksi dapat berlangsung
dengan baik dan stabil. Jika pemanasan yang dilakukan berada pada suhu diatas 70C, maka

larutan yang dipanaskan akan menguap senyawa H2C2O4 jika dipanaskan pada suhu diatas 70C
asam oksalat akan terurai dan menguap menjadi CO 2 dan air, sehingga titrasi gagal terjadi.
Sedangkan jika dibawah 70C akan terbentuk endapan Mn0 terlebih dulu.
Kalium permanganat (KMnO4 ) dapat menghasilkan warna merah lembayung jika
dilarutkan dalam air, yang merupakn cirri khas untuk ion permanganate. Kalium permanganat
merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja berlainan menurut PH Medium. Dalam larutan asam
ion permanganate direduksi menurut proses penambahan 5 elektrn, bila bilangan oksidasi Mn
berubah dari +7 ke +2.
MnO4- + 8H+ + 5 Mn2+ + 4H2O ( Suasana asam )
Dalam larutan netral atau sedikit asam permanganat direduksi menjadi mangan dioksida, bila
dalam suatu proses ditambahkan 3, keadaan oksidasi Mn berubah dari +7 menjadi +4
MnO4- + 3H+ + 3 MnO2 + 2H2O ( Suasana sedikit asam atau netral )
Dalam larutan basa kuat ( pada pH 13 atau lebih ) permanganat dapat diredusi menjadi manganat
dalam suatu proses satu electron.
MnO4- + MnO4-2 ( suasana basa )
TE / Titik ekivalen adalah titik dimana mol ekivalen titran sama dengan mol ekivalen titrat
sehingga bercampur sempurna. Sedangkan TAT / Titik akhir titrasi adalah titik dimana itran telah
mencukupi ditandai dengan perubahan warna larutan.
Bilangan oksidasi Mn dalam MnO4-2 adalah +6. Ion MnO4-2 menunjukkan suatu warna hijau
yang khas . Bila permanganat dipanasi dengan basa terjadi reduksi semacam itu dan tebentuk
oksigen.
4MnO4-2 + 4OH- 4MnO4-2 + 2H2O + O2
Sebagai reaksi KMnO4 dan H2C2O4 dalam suasana asam dapat dalam reaksi ini adalah.
C2O4-2 + MnO4- 2CO2 + Mn2+
Reduksi : MnO4- Mn2+
Oksidasi : C2O4-22CO2
Reduksi : MnO4- + 8H+ = 5e- Mn2+ + 4H2O
Oksidasi : C2O4-22CO2 + 2eReduksi : 2MnO4- + 16H+ = 10e- 2Mn2+ +8H2O

(x2)
(x5)

Oksidasi : 5C2O42

10CO2 + 10e-

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

2MnO4 + 16 H + + 5C2O4-2 2Mn2+ +8H2O

+ 10CO2

Dalam suatu reaksi reduksi oksidasi, pastinya terjadi reaksi oksidasi maupun reduksi.
Suatu zat yang mengalami reaksi oksidasi dikatakan zat tersebut sebagai reduktor, dan juga dapat
mereduksi zat lain dalam reaksi redoks. Sedangkan suatu zat yang mengalami reaksi reduksi di
sebut oksidator. Oksidator juga dapat mengoksidsi zat lain dalam reaksi reoks. Contoh dari
reduktor pada percobaan ini adalah H2C2O4 dan Vitamin C, Sedangkan contoh oksidator dalam
percobaan ini adalah KMnO4 dan I2.
Reaksi oksidasi reduksi berperan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari.
Reaksi reedoks dapat bergua bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan juga dapat
digunakan sebagai cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu, sebagian
unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi-reduksi, contohnya
pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan oksigen.
Faktor kesalahan yang sering terjadi dalam suatu percobaan adalah kurangnya kepekatan
larutan yang dibuat. Contohnya pada larutan vitamin C yang digunakan kurang pekat sehingga
dibutuhkan lebih dari 5 tetes KMnO4 dan I2 agar tercapai titik akhir titrasnya.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-

Reagen yang digunakan dalam pecobaan ini seperti H2SO4 yang berfungsi untuk mempercepat
reaksi juga disebut sebagai Autokatalisator

Pada reaksi antara Vitamin C dengan KMnO 4 , yang befungsi sebagai reduktor adalah vitamin
C dan oksidatornya KMnO4. Pada percobaan kedua reaksi vitamin C dengan I 2 yang berfungsi
sebagai reduktor adalah vitamin C dan oksidatornya I2. Untuk percobaan ketiga yaitu H2C2O4 dan
KMnO4 , yang berfungsi reduktor adalah H2C2O4 dan oksidatornya KMnO

Pada percobaan yang dilakukan yaitu reaksi antara vitamin C dan KMnO 4, yang befungsi
sebagai reduktor adalah Vitamin C dan Oksidatornya KMnO4.

Pada percobaan kedua, Vitamin C berfungsi sebagai reduktor sedangkan I2 sebagai Oksidator.

Percobaaan ketiga antara H2C2O4 dan oksidatonya KMnO4

Penambahan H2SO4 dalam percobaan ini sebagai katalisator.


-

Untuk mengetahui titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan saat
penambahan suatu titran.

5.2 Saran
-

Pembuatan larutan harus diatur kepekaannya agar tidak terjadi kesalahan saat larutan dititrasi
Harus cepat dilakukan titrasi saat 70C agar suhu tak turun

DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. E. 1987. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi 5. Binarupa Askara : Jakarta
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti. Jilid 1. Edisi 3 Erlangga : Jakarta
Pttrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Edisi 4 . Jilid 3. Erlangga : Jakarta
S.Sukri . 1990. Kimia Dasar 1. ITB : Bandung
Svehla,

G.

1990.

Analisis

Anorganik

Kualitatif

.PT

Pustaka

11
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
A.
Data dan Pembahasan
1.
Apa zat yang dihasilkan dari reaksi karbon dan tembaga bubuk? Cu(s) + O
2

Kaman

Media

CuO + O Reaksi karbon dan tembaga bubuk yang direaksikan dengan cara dipanaskan
menghasilkan berupa H
2
O, CO dan O
2
dalam waktu yang singkat. Hal itu disebabkan karena karbon memiliki titik didih yang sangat
rendah (31,1 C). Jadi, dapat dituliskan : Cu(s) + O
2

Cu + CO + O
2
+H
2
O + C 2.
Apakah terjadi Oksidasi dan Reduksi? Dalam reaksi tersebut terjadi Oksidasi dan Reduksi karena
zat yang dihasilkan dari reaksi tersebut berupa Cu + CO + O
2
+H
2
O + C. Dan hal itu berarti bahwa dalam reaksi tersebut terjadi peristiwa pelepasan O
2
dan penggabungan suatu unsure dengan O
2.
3.
Mengapa setelah tabung reaksi ditutup strerofoam dan kadar tembaga yang diberika lebih banyak
uap yang dihasilkan lebih sedikit ? Perkiraanya adalah karena tidak ada oksigen yang masuk
kedalam tabung reaksi. Namun, setelah sterofoam dibuka uap dan gelembungyang dihasilkan
tetap sama. 4.
Mengapa setelah strerofoam pada tabung reaksi dibuka uap dan gelembung yang dihasilkan tetap
sama? Perkiraan kami bahwa karena tembaga yang direaksikan terlalu banyak, karena tembaga
juga memiliki titik didih yang tinggi yaitu 2593C. Sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk mendapatkan hasil reaksi. Dan setelah cukup lama dipanaskan tembaga berubah warna
menjadi putih silver. 5.
Apa yang terjadi jika karbon ditambahkan lagi kedalam kadar reaksi dimana tembaga lebih
banyak? Setelah ditambahkan karbon dengan kadar yang lebih banyak dari tembaga, reaksi yang
dihasilkan adalah zat seperti uap air dengan jangka waktu yang relatif cepat seperti percobaan
awal. 6.
Mengapa tidak ada reaksi yang ditimbulkan air dalam gelas kimia pada percobaan kelompok
kami? Hal tersebut karena penyaluran udara hasil reaksi ke air dalam gelas kimia tidak sempurna

dikarenakan adanya kebocoran sedotan sebagai penyaluran, sehingga hasil reaksi terbuang ke
udara dan tidak seluruhnya masuk ke air dalam gelas kimia.

12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa : Reaksi Oksidasi Reduksi dapat
terjadi jika ada oksigen yang diterima dan dilepaskan untuk menghasilkan zat yang baru. Dan
dalam percobaan hasil yang didapatkan tidak selalu sama dari kelompok satu denga kelompok
lain atau dengan hasil percobaan yang sudah ada sebelumnya. Hal itu disebabkan karena adanya
faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi saat percobaan berlangsung ataupun saat
sebelum percobaan. Dan hasil percobaan sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara kita
melakukan percobaan tersebut.
B.
Saran
1.
Campurkan karbon dan tembaga bubuk dengan perbandingan 3:1 agar reaksi yang ditimbulkan
lebih cepat. 2.
Rapatkan sedotan agar udara yang disalurkan ke gelas kimia tidak bocor ataupun berkurang. 3.
Catat setiap perubahan yang terjadi dan zat-zat yang dihasilkan pada saat proses reaksi
berlangsung.

13
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/redoks. http://www.google.co.id
^
Hudlick, Milo (1996).
Reductions in Organic Chemistry
. Washington, D.C.: American Chemical Society. p. 429. ISBN 0-8412-3344-6.
^
Hudlick, Milo (1990).
Oxidations in Organic Chemistry
. Washington, D.C.: American Chemical Society. p. 456. ISBN 0-8412-1780-7. Buku Catatan
Kimia dan LKS Kimia Semester Genap.

Vous aimerez peut-être aussi